Panduan Rujukan ODHA

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 6

PANDUAN RUJUKAN ODHA

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR


2017
PANDUAN PELAKSANAAN RUJUKAN ODHA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sejak tahun 2012, RSUD Kabupaten Karanganyar telah menjadi salah satu rumah sakit
rujukan untuk ODHA yang ada di wilayah Kabupaten Karanganyar. Dalam penegakan diagnosis
maupun penatalaksanaan pasien dengan HIV/AIDS di RSUD Kabupaten Karanganyar, adakalanya
seorang pasien HIV meminta pengobatannya untuk dialihkan ke Unit Pelayanan Kesehatan (UPK)
lainnya karena alasan tertentu. Di samping itu, karena keterbatasan sarana dan prasarana, di
beberapa kasus, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan memerlukan rujukan sampel darah atau
rujukan pasien ke rumah sakit yang telah ditunjuk untuk pemeriksaan/perawatan lebih lanjut. Untuk
menjaga kesinambungan pelayanan diperlukan suatu panduan rujukan, sehingga dapat
meminimalkan risiko terputusnya penanganan pasien HIV.

1.2. Tujuan
1. Memastikan pasien HIV yang dirujuk sampai ke UPK tujuan
2. Mengurangi angka putus obat pada ODHA yang sudah mendapat terapi ARV
3. Meminimalkan kejadian gagal pengobatan lini pertama
4. Penatalaksanaan pasien dengan HIV dapat menyeluruh dan berkesinambungan

1.3. Pengertian
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) adalah suatu gejala berkurangnya kemampuan
pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya virus HIV ke dalam tubuh seseorang.
Anti Retroviral Therapy (ART) adalah sejenis obat untuk menghambat kecepatan replikasi virus
dalam tubuh orang yang terinfeksi HIV/AIDS. Obat diberikan kepada ODHA yang
memerlukan berdasarkan beberapa kriteria klinis, juga dalam rangka Prevention of Mother To
Child Transmission (PMTCT).
Human Immuno-deficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan AIDS.
Orang yang hidup dengan HIV/AIDS (ODHA) adalah orang yang tubuhnya telah terinfeksi virus
HIV/AIDS.
Perawatan dan dukungan adalah layanan komprehensif yang disediakan untuk ODHA dan
keluarganya. Termasuk di dalamnya konseling lanjutan, perawatan, diagnosis, terapi, dan
pencegahan infeksi oportunistik, dukungan sosioekonomi dan perawatan di rumah.
Persetujuan layanan adalah persetujuan yang dibuat secara sukarela oleh seseorang untuk
mendapatkan layanan.
Informed Consent (Persetujuan Tindakan Medis) adalah persetujuan yang diberikan oleh orang
dewasa yang secara kognisi dapat mengambil keputusan dengan sadar untuk melaksanakan
prosedur (tes HIV, operasi, tindakan medik lainnya) bagi dirinya atau atas spesimen yang
berasal dari dirinya. Juga termasuk persetujuan memberikan informasi tentang dirinya untuk
suatu keperluan penelitian.

Page 1
PANDUAN PELAKSANAAN RUJUKAN ODHA
Sistem Rujukan adalah pengaturan dari institusi pemberi layanan yang memungkinkan petugasnya
mengirimkan klien, sampel darah atau informasi, memberi petunjuk kepada institusi lain atas
dasar kebutuhan klien untuk mendapatkan layanan yang lebih memadai. Pengiriman ini
senantiasa dilakukan dengan surat pengantar, bergantung pada jenis layanan yang dibutuhkan.
Pengaturannya didasarkan atas peraturan yang berlaku, atau persetujuan para pemberi
layanan, dan disertai umpan balik dari proses atau hasil layanan.

Page 2
PANDUAN PELAKSANAAN RUJUKAN ODHA
BAB II
TATA LAKSANA

2.1. Rujukan Spesimen untuk Diagnosis HIV


Sampel darah pasien dengan HIV/AIDS dirujuk ke fasilitas lain pada kondisi – kondisi berikut
1. Pada pemeriksaan anti HIV metode cepat (rapid) menunjukkan hasil yang meragukan
(indeterminate);
2. Pada pasien HIV positif stadium 1 dan 2 yang bukan masuk kelompok risiko (WPS, pengguna
narkoba suntik, kaum gay, pasangan serodiscordant) untuk pemeriksaan CD4;
3. Pada bayi/anak berusia kurang dari 18 bulan untuk diagnostik pasti HIV melalui pemeriksaan
PCR;
4. Pada pasien HIV dalam terapi ARV lini pertama yang dicurigai terjadi gagal pengobatan untuk
pemeriksaan viral load.

2.2. Rujukan Pengobatan ODHA


Pasien dengan HIV/AIDS dirujuk ke UPK lain untuk penanganan lebih lanjut pada kondisi –
kondisi berikut :
1. Untuk memulai terapi ARV atas permintaan ODHA (karena alasan pribadi atau akomodasi).
2. Untuk pasien HIV yang memerlukan penanganan lebih intensif dimana setelah dilakukan
konsultasi kepada dokter spesialis terkait, diputuskan untuk dirujuk.

Tata cara merujuk pasien yang telah didiagnosis HIV dan telah masuk kriteria untuk memulai terapi
ARV, yang ingin memulai terapi ARV di UPK lain adalah sebagai berikut :
1. Poliklinik atau ruang perawatan rawat inap melaporkan pada dokter CST melalui koordinator
ruangan masing-masing.
2. Dokter CST membuatkan surat rujukan ODHA.
3. Dokter CST/Petugas RR mencatat data pasien yang dirujuk dalam buku bantu rujukan.
4. Pasien akan dirujuk ke UPK lain yang memiliki layanan CST dan terapi ARV. Dokter CST akan
menginformasikan data pasien yang dirujuk kepada kontak person Tim CST UPK yang dituju.
5. Dokter CST akan melakukan follow up untuk memastikan pasien sampai ke UPK rujukan
(melalui telepon atau pesan singkat).

Tata cara merujuk pasien HIV yang telah teregistrasi dan menjalani terapi ARV dan ingin
melanjutkan terapi ARV di UPK lain adalah sebagai berikut :
1. Poliklinik atau ruang perawatan rawat inap melaporkan pada dokter CST melalui koordinator
ruangan masing-masing.
2. Dokter CST membuatkan surat rujukan ODHA dan melampirkan ikhtisar perawatan ODHA.
3. Dokter CST/Petugas RR mencatat data pasien yang dirujuk dalam buku bantu rujukan dan
dilaporkan sebagai pasien rujuk keluar di laporan bulanan.

Page 3
PANDUAN PELAKSANAAN RUJUKAN ODHA
4. Dokter CST/Petugas RR melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) pada pasien dan
pengawas minum obat (PMO) untuk menyerahkan surat rujukan dan atau paket obat ARV
langsung kepada petugas CST UPK tujuan.
5. Pasien akan dirujuk ke UPK lain yang memiliki layanan CST dan terapi ARV. Dokter CST akan
menginformasikan data pasien yang dirujuk kepada kontak person Tim CST UPK yang dituju.
6. Dokter CST akan melakukan follow up untuk memastikan pasien sampai ke UPK rujukan
(melalui telepon atau pesan singkat).

2.3. Menerima Rujukan Pasien HIV


Adakalanya RSUD Kabupaten Karanganyar menjadi tempat rujukan pengobatan pasien HIV atau
pasien yang sudah didiagnosis HIV positif untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Tata cara
penanganan pasien HIV rujuk masuk adalah sebagai berikut :
1. Dokter CST atau konselor yang menerima pasien HIV rujukan dari UPK lain memeriksa lembar
rujukan dan kelengkapan berkas atau paket obat ARV yang dibawa pasien.
2. Dokter CST atau konselor menghubungi Tim HIV/AIDS Dari UPK asal rujukan untuk
memberikan informasi bahwa pasien telah datang ke RSUD Kabupaten Karanganyar.
3. Apabila pasien HIV yang dirujuk berlum menerima terapi ARV dan sudah memenuhi syarat
untuk memulai terapi, maka pasien tersebut diregistrasi sebagai pasien HIV RSUD Kabupaten
Karanganyar, untuk kemudian memulai terapi ARV.
4. Apabila pasien HIV telah menerima ARV di UPK asal dan sudah teregistrasi, maka RSUD
Kabupaten Karanganyar tidak perlu meregistrasi ulang pasien tersebut. Pasien dicarat sebagai
pasien pindahan dan pengobatan yang dilakukan melanjutkan pengobatan ARV dari UPK asal.
5. Perihal rujuk masuk pasien dicatat dalam buku bantu rujukan dan dilaporkan dalam laporan
bulanan.

Page 4
PANDUAN PELAKSANAAN RUJUKAN ODHA
BAB III
PENUTUP

Panduan ini disusun untuk menjadi acuan pelaksanaan rujukan ODHA sesuai prosedur RSUD
Kabupaten Karanganyar. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam pembuatan
panduan ini, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya referensi.
Tim penyusun banyak berharap para pembaca memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada tim penyusun demi kesempurnaan panduan di kesempatan berikutnya. Semoga panduan ini
berguna bagi tim MDGs RSUD Sangatta pada khususnya juga untuk para pembaca pada umumnya

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN KARANGANYAR

dr. MARIYADI
NIP. 196109141990031006

Page 5

Anda mungkin juga menyukai