OKSIGENASI
Oleh :
Kelompok IV
D-III Keperawatan Tingkat 1.1
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017/2018
LAPORAN PENDAHULUAN
KONSEP KEBUTUHAN OKSIGENASI
1. Pengertian
2. Anatomi Pernapasan
3. Etiologi
4. Fisiologi Pernapasan
1. Ventilasi
Ventilasi merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari
atmosfer ke dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi
dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu adanya perbedaan tekanan antara
atmosfer dengan paru-paru, semakin tinggi tempat maka tekanan udara
semakin rendah, demikian sebaliknya, semakin rendah tempat tekanan
udara semakin tinggi; adanya kemampuan torak dan paru-paru pada
alveoli dalam melaksanakan ekspansi atau kembang kempis; adanya jalan
napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas berbagai
otot polos yang kerjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom
(terjadi rangsangan simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga
vasodilatasi dapat terjadi, kerja saraf parasimpatis dapat menyebabkan
kontraksi sehingga vasokontriksi atau proses penyempitan dapat terjadi);
refleks batuk dan muntah; dan adanya peran mukus siliaris sebagai barier
atau penangkal benda asing yang mengandung interveron dan dapat
mengikat virus. Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah complience
dan recoil. Complience merupakan kemampuan paru untuk mengembang.
Kemampuan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan
yang terdapat pada lapisan alveoli yang berfungsi menurunkan tegangan
permukaan dan adanya sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya
kolaps serta gangguan torak. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan
sel alveoli dan disekresi saat kita menarik napas, sedangkan recoil adalah
kemampuan mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru.
Apabila complience baik namun recoil terganggu, maka CO2 tidak dapat
keluar secara maksimal. Pusat pernapasan, yaitu medulla oblongata dan
pons, dapat mempengaruhi proses ventilasi, karena CO2 memiliki
kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO2 dalam batas
60 mmHg dapat merangsang pusat pernapasan dan bila pC02 kurang dari
sama dengan 80 mmHg dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan
kapiler paru dan CO2 di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu luasnya permukaan paru, tebal
membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial (keduanya dapat mempengaruhi proses difusi apabila terjadi
proses penebalan), perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 (hal ini
sebagaimana O2 dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan
O2 dalam rongga alveoli lebih tinggi dari tekanan O2 dalam darah vena
pulmonalis, masuk dalam darah secara difusi), pCO2 dalam arteri
pulmonalis akan berdifusi ke dalam alveoli, dan afnitas gas (kemampuan
menembus dan saling mengikat Hemoglobin-Hb).
3. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian O2 kapiler ke
jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses
transportasi, O2 akan berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin
(97%) dan larut dalam plasma (3%), sedangkan CO2 akan berikatan
dengan Hb membentuk karbominohemoglobin (30%), larut dalam plasma
(5%), dan sebagian menjadi HCO3 yang berada dalam darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu curah
jantung (kardiak output), kondisi pembuluh darah, latihan (exercise),
perbandingan sel darah dengan darah secara keseluruhan (hematokrit),
serta eritrosit dan kadar Hb (Alimul, 2006).
6. Patofisiologi
Spora C. tetani masuk ke dalam tubuh melalui luka. Spora yang masuk ke
dalam tubuh tidak berbahaya sampai dirangsang oleh beberapa faktor (kondisi
anaerob), sehingga berubah menjadi bentuk vegetatif dan berbiak dengan cepat
tetapi hal ini tidak mencetuskan reaksi inflamasi. Gejala klinis sepenuhnya
disebabkan oleh toksin yang dihasilkan oleh sel vegetatif yang sedang tumbuh.
C. tetani menghasilkan dua eksotoksin, yaitu tetanospasmin dan tetanolisin.
Tetanolisin menyebabkan hemolisis tetapi tidak berperan dalam penyakit ini.
Gejala klinis tetanus disebabkan oleh tetanospasmin. Tetanospasmin
melepaskan pengaruhnya di keempat sistem saraf: (1) motor end plate di otot
rangka, (2) medula spinalis, (3) otak, dan (4) pada beberapa kasus, pada sistem
saraf simpatis. Setalah pelapasan toksik yang mengakibatkan regitasi otot
rangka, sehingga menurunkan ekspansi dada yang mengakibatkan peningkatan
RR sehingga terjadi gangguan oksigenasi.
Trauma pada tulang rangka yang multiple yang menyebabkan hail chest
sehingga menyebabkan pernapsan paradoksal terjadi gangguan oksigenasi jika
tidak terasai maka akan terjadi hipoksia tubuh mengonpensasi dengan perpasan
yang dalam dan freakuensi yang cepat serta dipnea.
7. Manifestasi Klinis
a. Suara napas tidak normal.
b. Perubahan jumlah pernapasan.
c. Batuk disertai dahak.
d. Penggunaan otot tambahan pernapasan.
e. Dispnea.
f. Penurunan haluaran urin.
g. Penurunan ekspansi paru.
h. Takhipnea
8. Tanda dan Gejala
Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas tambahan
untuk bernafas, pernafasan nafas faring (nafas cuping hidung), dispnea,
ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, nafas dengan mulut, ekspirasi
memanjang, peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang,
penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas yang
tidak efektif sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2013).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan,
sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman), hipoksemia,
hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi, irama dan
kedalaman nafas (NANDA, 2013).
1.2 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan medis
2. Pemantauan Hemodinamika
3. Pengobatan bronkodilator
4. Melakukan tindakan delegatif dalam pemberian medikasi oleh dokter,
misal: nebulizer, kanula nasal, masker untuk membantu pemberian
oksigen jika diperlukan.
5. Penggunaan ventilator mekanik
6. Fisoterapi dada
b. Penatalaksanaan keperawatan
I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : Nama pasien yang dikaji, tujuannya agar tidak keliru
dalam melakukan tindakan / terapi, pengkajian keperawatan atau
yang lainnya.
b. Tempat/tanggal lahir: Tempat, tanggal,bulan serta tahun pasien
itu dilahirkan. Tujuannya untuk mengetahui dimana pasien
tersebut dilahirkan.
c. Usia:Umur pasien. Tujuannya untuk mengetahui/ memudahkan
perawat atau Dokter serta tim kesehatan lainnya dalam memberikan
obat (terapi) dan tekanan (dosis) yang sesuai dengan umur pasien.
d. Agama : Tujuannya untuk mempermudah dalam pemberian
konseling pada pasien sesuai dengan agama atau kepercayaan
pasien.
e. Suku : Budaya / asal pasien. Tujuannya untuk mengetahui asal,
adat, budaya, dan kebiasaan pasien.
f. Jenis Kelamin : Perempuan / laki-laki. Tujuannya untuk
mempermudah dalam melakukan tindakan keperawatan sesuai
dengan jenis kelamin karena ada pengobatan / tindakan yang
berdasarkan jenis kelamin.
g. Status perkawinan : Sudah menikah, belum menikah, janda atau
duda. Tujuannya untuk mengetahui status perkawinan pasien
sehingga mudah dalam memanggil pasien.
h. Pendidikan :Pendidikan terakhir pasien. Tujuannya untuk
mengetahui tingkat pendidikan pasien.
i. Bahasa yang digunakan : Bahasa yang biasanya digunakan
oleh pasien. Tujuannya untuk mempermudah dalam komunikasi
terapeutik dengan pasien.
j. Pekerjaan: Pekerjaan yang dialami oleh pasien.Tujuannya untuk
mengetahui status ekonomi pasien.
k. Alamat : Alamat tempat tinggal pasien. Tujuannya untuk
mengetahui dimana tempat tinggal pasien sehingga mudah untuk
menghubungi keluarganya jika ada hal yang penting.
l. Diagnosa medis : sesuai hasil pemeriksaan laboratorium atau
Dokter tentang penyakit yang diderita pasien.
F. PENGKAJIAN FISIK
a. Inspeksi
Mengamati tingkat kesadaran pasien, penampilan umum, postur tubuh,
kondisi kulit dan membrane mukosa, dada, pola nafas, (frekuensi,
kedalaman pernafasan, durasi inspirasi dan ekspirasi), ekspansi dada
secara umum, adanya sianosis, dan jaringan parut pada dada.
b. Palpasi
Dilakukan dengan meletakan tumit tangan pemeriksa mendatar di atas
dada pasien. Saat palpasi perawat menilai adanya premitus taktil pada
dada dan punggung pasien dengan memintanya menyebutkan tujuh-
tujuh secara berulang. Perawat akan merasakan adanya getaran pada
telapak tangannya. Palpasi juga dilakukan untuk mengkaji temperature
kulit, pengembangan dada, adanya nyeri tekan, titik impuls maksimum
abnormalitas masa dan kelenjar sirkulasi perifer, denyut nadi, serta
pengisian kapiler.
c. Perkusi
Dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam serta
untuk mengkaji adanya abnormalitas, cairan atau udara di dalam paru-
paru. Perkusi sendiri dilakukan dengan jari tengah (tangan non-
dominan) pemeriksa mendatar di atas dada pasien. Kemudian jari
tersebut di ketuk-ketuk dengan menggunakan ujung jari tengah atau
jari telunjuk tangan sebelahnya. Normalnya dada menghasilkan bunyi
resonan atau gaung perkusi.
d. Auskultasi
Auskultasi dilakukan langsung dengan menggunakan stetoscope.
Bunyi yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas
durasi, atau kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid
atau akurat, auskultasi sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali. Pada
pemeriksaan fisik paru-paru, auskultasi dilakukan untuk mendengar
bunyi nafas vasikuler, bronchial,bronkovasikular, ronkhi, juga untuk
mengetahui adanya perubahan bunyi nafas serta lokasi dan waktu
terjadinya (Iqbal,2005).
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas
darah arteri, pemeriksaan darah lengkap.
2. Tes struktur pernafaan : sinar-x dada, scan paru.
DX KRITERIA HASIL
1 Setelah dilakukan
1. Auskultasi dada untuk
1. Pernafasan rochi,
tindakan keperawatan karakter bunyi nafas wheezing menunjukkan
selama 1 x 24 jam dan adanya secret. tertahannya secret
diharapkan bersihan obstruksi jalan nafas
jalan napas efektif
sesuai dengan kriteria:2. Berikan air minum
2. Membantu mengencerkan
1. Menunjukkan jalan hangat secret
nafas bersih
2. Suara nafas normal Beri posisi yang Memudahkan pasien
tanpa suara tambahan nyaman seperti posisi untuk bernafas
3. Tidak ada semi fowler
penggunaan otot bantu
nafas Sarankan keluarga agar Pakaian yang ketat
4. Mampu melakukan tidak memakaikan menyulitkan pasien
perbaikan bersihan pakaian ketat kepada untuk bernafas
jalan nafas pasien
5. Kolaborasikan terapi
5. Memaksimalkan
oksigen sediaan oksigen
khususnya ventilasi
menurun
1. MENGHITUNG PERNAPASAN
A. Pengertian
C. Kebijakan
D. Prosedur
1) Persiapan Alat :
Jam dengan jarum detik / stopwatch
2) Persiapan pasien :
Berikan penjelasan pada klien, bahwa akan dilakukan pemeriksaan
secara umum .
3) Pelaksanaan Tindakan:
1. Perawat cuci tangan .
2. Buka baju / klien bila perlu .
3. Lihat gerakan naik turunnya dada klien, hitung selama satu menit
penuh.
4. Perhatikan irama dan kedalaman pernapasan, retraksi sianosis,
adanya apnoe, cutis mermorata, apakah klien sedang mendapat
oksigen atau tidak dan bila klien menggunakan ventilator,
perhatikan mode ventilator CPAP atau VENT.
5. Catat hasilnya pada formulir pengawasan khusus atau flow sheet .
6. Atur posisi klien senyaman mungkin.
7. Bila ditemukan adanya penyimpangan kolaborasikan dengan
dokter.
8. Alat-alat dibersihkan dan dirapihkan.
9. Cuci tangan setelah melakukan tindaka .
10. Dokumentasikan tindakan pada catatan perawat / flow sheet.
4) Hal – hal yang perlu diperhatikan :
Pada saat melakukan tindakan, kondisi klien diharapkan dalam
keadaan tenang /tidur / klien tidak sedang menangis.
E. Unit Terkait
A. Pengertian
Mengatur posisi semi fowler adalah cara membaringkan pasien dengan
posisi setengah duduk (45˚)
B. Tujuan
D. Persiapan
1) Persiapan Perawat
a. Memahami dan mampu melakukan prosedur mengatur posisi semi
fowler
b. Memeriksa intervensi yang akan dilakukan dengan perencanaan
yang tela disusun
c. Mempersiapkan diri sebelum ke pasien (pengetahuan dan
ketrampilan)
2) Persiapan alat
a. Sandaran punggung atau kursi
b. Bantal atau balok penahan kaki tempat tidur bila perlu
c. Tempat tidur khusus (functional bed) jika perlu
d. Selimut
3) Persiapan Pasien
a. Memberi salam & memperkenalkan diri
b. Identifikasi nama pasien
c. Menjelaskan tujuan tindakan
d. Menjelaskan langkah/ prosedur yang akan dilakukan
e. Menanyakan kesediaan pasien untuk dilakukan tindakan
f. Melakukan kontrak waktu
4) Persiapan Lingkungan
a. Meminta pengunjung/keluarga untuk meninggalkan ruangan
selama tindakan
b. Menjaga privasi pasien dengan memasang sampiran/menutup pintu
E. Prosedur
1) Cuci Tangan
2) Pasien di dudukan, sandarkan punggung atau kursi diletakkan di
bawah atau di atas kasur di bagian kepala diatur sampai setengah
duduk dan dirapikan, bantal disusun menurut kebutuhan. Pasien
dibaringkan kembali dan pada ujung kakinya di pasang penahan
3) Pada tempat tidur khusus (functional Bed) pasien dan tempat tidurnya
langsung diatur setengah duduk, di bawah lutut ditinggikan sesuai
kebutuhan. Kedua lengan ditopang dengan bantal
4) Pasien dirapikan
5) Cuci tangan
F. Evaluasi
A. Pengertian
Cara yang dilakukan untuk membuat posisi pasien fowler (duduk).
B. Tujuan
1) Mencegah rasa tidak nyaman pada otot
2) Mempertahankan tonus otot
3) Mencegah terjadinya komplikasi immobilisasi seperti ulkus decubitus,
kerusakan saraf superficial, kerusakan pembuluh darah dan kontraktur
C. Sasaran
D. Kebijakan
E. Prosedur
1) Persiapan alat
a. Bantal besar 2 buah (atau seperlunya)
b. Hand roll (sarung tangan bersih)
c. 1-2 trochanter roll
d. Papan kaki
3) Pelaksanaan
F. Sikap
G. Hasil
H. Unit terkait
A. Pengertian
Pengambilan sampel sputum pada saluran pernapasan pasien yang
dicurigai mengandung kuman Mycobacterium Tuberculosa dengan cara
dibatukkan. Sputum adalah sekret atau mukus yang dihasilkan dari paru-
paru, bronkus dan trakea.
B. Tujuan
1) Untuk mengetahui apakah didalam sputum pasien terdapat kuman
Mycobacterium Tuberculosa
2) Untuk menegakkan diagnosis TB Paru dan pemberian OAT
C. Kebijakan
1) Pengambilan sampel sputum dilakukan pada tempat khusus yang telah
ditentukan (Tempat terbuka, Teras, tempet khusus dengan sirkulasi
udara yang baik)
2) Pengambilan sputum sebaiknya dilakukan pada pagi hari, dimana
kemungkinan untuk mendapat sputum bagian dalam lebih besar, atau
juga bisa diambil sputum sewaktu. Pengambilan sputum juga harus
dilakukan sebelum pasien menyikat gigi
3) Agar sputum mudah dikeluarkan, pasien dianjurkan mengkonsumsi air
yang banyak pada malam hari sebelum pengambilan sputum
4) Dalam pengambilan sputum untuk bakteri tahan asam(BTA)
diperlukan 3 kali pengambilan sputum yang disebut sputum SPS
(Sewaktu pemeriksaan awal hari pertama /(malam jam 23.00), Pagi
hari sesaat bangun tidur sebelum makan dan minum, Sewaktu yang
kedua saat px mau mengantar sampel sputum ke laboratorium
5) Standar Operasional Prosedur Tindakan Keperawatan
D. Prosedur
1) Persiapan Alat
a. Tempat pot sputum sebanyak tiga buah yg telah diberikan etiket
pada sisi luarnya (jangan pada tutupnya)
b. Blanko permintaan pemeriksaan sputum BTA disertai dengan
blanko TB 05
c. Tissue
d. Tempat khusus penempatan pot sputum yang sudah diambil
e. Blanko permintaan pemeriksaan sputum BTA
f. Air minum.
2) Persiapan Pasien
a. Jelaskan pada pasien apa yang dimaksud dengan sputum (dahak)
agar yang dibatukkan benar-benar merupakan sputum, bukan air
liur, darah atau campuran antara keduanya
b. Jelaskan cara mengeluarkan sputum
c. Berikan pot sputum sebanyak tiga buah.
E. Unit Terkait
A. Pengertian
B. Tujuan
1) Memenuhi kebutuhan oksigen
2) Mencegah terjadinya hipoksia
C. Indikasi
Nasal kanul diberikan pada pasien PPOK (Paru-Paru Obstruksi Kronik).
D. Kontraindikasi
1) Pada klien yang terdapat obstruksi nasal
2) Pada klien yang membutuhkan kecepatan aliran >6 L/menit dan
konsentrasi >44%
E. Persiapan Alat
1) Tabung oksigen dengan manometer, flowmeter (pengukur aliran),
Humidifier (botol pelembab) yang diisi air aquades.
2) Selang oksigen (nasal kanul).
3) Sarung tangan bersih.
H. Unit Terkait
1) Keperawatan
2) UGD
A. Pengertian
Melatih pasien melakukan napas dalam. Merupakan bentuk latihan napas
yang terdiri dari pernapasan abdominal (diafragma), dan purse lip
breathing.
B. Tujuan
1) Meningkatkan kapasitas paru.
2) Mencegah atelektasis
C. Kebijakan
Pasien dengan gangguan paru obstruktif & restriktif
D. Peralatan
--
E. Prosedur Pelaksanaan
1) Tahap PraInteraksi
a. Mengecek program terapi
b. Mencuci tangan
2) Tahap Orientasi
a. Memberikan salam dan menyapa nama pasien
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c. Menanyakan persetujuan / kesiapan pasien
3) Tahap Kerja
a. Menjaga privacy pasien
b. Mempersiapkan pasien
c. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di
abdomen
d. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam
melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
e. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah
lengkung pada punggung)
f. Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan
g. Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat
mulut, bibir seperti meniup)
h. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi
dari otot
i. Merapikan pasien
4) Tahap Terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Berpamitan dengan klien
c. Mencuci tangan
d. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
A. Pengertian
Latihan mengeluarkan sekret yang terakumulasi dan mengganggu di
saluran nafas dengan cara dibatukkan.
B. Tujuan
1) Membebaskan jalan nafas dari akumulasi sekret.
2) Mengeluarkan sputum untuk pemeriksaan diagnostik laborat.
3) Mengurangi sesak nafas akibat akumulasi sekret.
C. Kebijakan
1) Klien dengan gangguan saluran nafas akibat akumulasi sekret.
2) Pemeriksaan diagnostik sputum di laboratorium.
D. Petugas
Perawat
E. Peralatan
1) Kertas tissue
2) Bengkok
3) Perlak/alas
4) Sputum pot berisi desinfektan
5) Air minum hangat
F. Prosedur Pelaksanaan
1) Tahap PraInteraksi
a. Mengecek program terapi
b. Mencuci tangan
c. Menyiapkan alat
2) Tahap Orientasi
a. Memberikan salam dan sapa nama pasien
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur pelaksanaan
c. Menanyakan persetujuan/kesiapan pasien
3) Tahap Kerja
a. Menjaga privacy pasien
b. Mempersiapkan pasien
c. Meminta pasien meletakkan satu tangan di dada dan satu tangan di
abdomen
d. Melatih pasien melakukan nafas perut (menarik nafas dalam
melalui hidung hingga 3 hitungan, jaga mulut tetap tertutup)
e. Meminta pasien merasakan mengembangnya abdomen (cegah
lengkung pada punggung)
f. Meminta pasien menahan nafas hingga 3 hitungan
g. Meminta menghembuskan nafas perlahan dalam 3 hitungan (lewat
mulut, bibir seperti meniup)
h. Meminta pasien merasakan mengempisnya abdomen dan kontraksi
dari otot
i. Memasang perlak/alas dan bengkok (di pangkuan pasien bila
duduk atau di dekat mulut bila tidur miring)
j. Meminta pasien untuk melakukan nafas dalam 2 kali , yang ke-3:
inspirasi, tahan nafas dan batukkan dengan kuat
k. Menampung lender dalam sputum pot
l. Merapikan pasien
4) Tahap Terminasi
a. Melakukan evaluasi tindakan
b. Berpamitan dengan klien
c. Mencuci tangan
d. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA