Kabupaten Lamongan adalah Kabupaten yang di kenal dengan sebutan Kabupaten
soto yaitu makanan khas asal Kabupaten Lamongan. Kabupaten Lamongan terletak di Provinsi Jawa Timur dengan Ibukota Lamongan yang memiliki moto Memayu Raharjaning Praja. Di Kabupaten Lamongan juga terdapat monumen Bandeng Lele sebagai simbol Kabupaten Lamogan. Luas Kabupaten Lamongan adalah 1.812,80 km2 dengan populasi 1.365.402 jiwa dan mempuyai kepadatan 753,2 jiwa/km2, Kabupaten Lamongan mempunyai pembagian administrative yaitu memiliki 27 Kecamatan, 467 Kelurahan, dan mempunyai sebanyak 476 Desa. Nama Lamongan berasal dari nama seorang tokoh pada masa silam. Pada zaman dahulu, ada seorang pemuda bernama Hadi, karena mendapatkan pangkat rangga, maka ia di sebut Ranggahadi. Ranggahadi kemudian bernama Mbah Lamong, yaitu sebutan yang di berikan oleh rakyat daerah ini. Karena Ranggahadi pandai ngemong rakyat, pandai membina daerah dan mahir menyebarkan ajaran islam serta di cintai oleh seluruh rakyatnya, dari asal kata Mbah Lamong inilah kawasan ini lalu di sebut Lamongan. Perkembangan daerah Lamongan smpai akhirnya menjadi wilayah Kabupaten Lamongan, sepenuhya berlangsung pada zaman keislaman dengan kesultanan Pajang sebagai pusat pemerintah. Tetapi yang bertindak meningkatkan Kranggan Lamongan menjadi Kabupaten Lamongan serta yang mengangkat/mewisuda Surajaya menjadi Adipati Lamongan yang pertama bukanlah Sultan Pajang, melainkan Kanjeng Sunan Giri IV. Hal itu di sebabkan Kanjeng Sunan Giri prihatin terhadap Kesultanan Pajang yang selalu resah dan situasi pemerintahan yang kurang mantap. Di samping itu Kanjeng Sunan Giri juga mersa prihatin dengan adanya ancaman dan ulah para pedagang asing dari Eropa yaitu orang portugis yang ingin menguasai Nusantara khusunya Pulau Jawa. Adapun bermacam – macam makanan khas Kabupaten Lamongan diantaranya adalah soto Lamongan, nasi lalapan bebek, ayam, lele dan seafood, nasi boranan, rujak cingur, tahu lontong/tahu tek-tek, tahu campur Lamongan dll. Dan juga terdapat bermacam-macam minuman khas Kabupaten Lamongan yaitu es dawet ental/siwalan, es batil, kopi djawa dll. Selain makanan dan minuman, di Kabupaten Lamongan juga menyiapkan oleh-oleh bagi para pengunjung Kabupaten lamongan seperti wingko babat, ental, jumbreg, tas enceng gondok, empeng/marning dll. Kabupaten Lamongan juga mempunyai tempat-tempat yang dapat digunakan untuk berwisata, seperti wisata alam di Kabupaten lamongan kita dapat pergi ke Waduk Gondang, Waduk Prijetan, Wisata Bahari Lamongan,Gua Maharani Zoo, dan Pemandian Air Panas Brumbun. Selain wisata alam kita juga dapat berwisata religi yaitu ke Makam Sunan Drajat, Makam Sunan Sendang Duwur dan Makam Dewi Sekardadu (Ibu Sunan Giri). Di kabupaten Lamongan juga terdapat tempat bersejarah dan kita dapat berkujung ke wisata sejarah tersebut seperti Museum Sunan Drajat dan Monumen Van Der Wijck. Dari sekian banyak penduduk Kabupaten lamongan terdapat juga tokoh-tokoh yang terkenal di Kabupaten lamongan seperti Saiful Anam Assyaibani (Sastrawan, Sineas), Herry Lamongan (Penyair), Pringgo Hr. (Penyair), Jumartono (Pelukis), Alang Khoirudin (Kritikus), Sutardi (Teaterawan), Imam Syaiful Aziz (Kritikus), Ahmad Zaini (Prosais), Sariono (Seniman Musik Tradisi), Pornomo (Seniman Musik Tradisi), Ninin (Seniman Tari), Kristin (Seniman Tari), Ahmad Syauqi Sumbawi (Sastrawan), Viddy Ad Daery (Jurnalis dan Budayawan), dan Erie Susan (penyanyi). Banyak terdapat kesenian tradisional di Kabupaten Lamongan diantaranya ada tari tradisional boranan yaitu tari yang meginspirasi oleh aktivitas penjual nasi boranan yang ada di Lamongan dan sudah siap dengan dagangannya dari pagi sampai subuh. Tari caping ngacak yaitu tari yang menggambarkan petani yang berkaktivitas di sawah mereka, dari mulia menanm padi sampai mereka mendapatkan panen, layaknya petani, para penari juga mengenakan caping. Tari mayang madu yaitu tari yang menceritakan perjalanan Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa, khusunya di daerah Kota Lamongan yaitu Sunan Drajat. Tari turonggo solah yang menggambarkan sekelompok prajurit berkuda yang sedang berlatih, mereka terihat sangat lincah. Tari silir-silir juga merupakan tarian yang berkembang di Kota Lamongan, seperti namanya tari silir-silir juga merupakan perwujudan angin yang tertiup lembut. Daerah Lamongan juga memiliki tradisi sendiri dalam melaksanakan upacara pernikahan, pernikahan di Lamongan ini di sebut pengantin bekasri. berasal dari kata bek dan asri, bek artinya penuh, asri artinya indah atau menarik jadi bekasri berarti penuh dengan keindahan yang menarik hati. Tata rias dan busana pengantin bekasri memiliki keunikan tersendiri yang pada dasarnya meniru busana raja dan permaisuri atau busana bangsawan. Karena daerah lamongan pada jaman kerajaan Majapahit merupakan wilayah yang dekat dengan ibukota Majapahit, maka busana yang ditiru dengan sendirinya adalah busana raja dan permaisuri Majapahit. Tradisi di Lamongan yaitu ketika ada pernikahan si perempuan yang harus melamar atau meminang si laki-laki dahulu. Tradisi sedekah bumi atau bersih desa yaitu sebuah upacara yang di gunakan untuk membersihkan desa agar terhindar dari segala musibah. Dialek dan arti bahasa orang Lamongan adalah bahasa pesisir yang lugas penuh dialek Osing, Madura, Jawa Ngoko. Di warnai budaya arek dan bocah. Terdapat juga ritual pemujaan memimta kesuburan ke candi yang ada di Bengawan Solo. Selain ritual itu, di Kota Lamongan juga terdapat ritual lain yaitu upacara Ruwatan Ontang-Anting dan Wiwit. Peninggalan yang terdapat di Kabupaten Lamongan diantaranya di daerah Sambeng yaitu prasasti pamwatan, prasasti nagajatisari, prasasti lawan, prasasti garung, dan prasasti patakan. Di daerah Ngimbang yaitu prasasti sendangrejo, prasasti sendang gede ngimbang, prasasti drujugurit, prasasti wotan, prasasti purwokerto, prasasti lemahbang, prasasti brumbun dan prasasti mendogo. Di daerah Modo yaitu prasasti sedah, sambangan 1 dan sambangan 2. Di daerah Mantup yaitu prasasti tugu. Di daerah brondong yaitu prasasti sendangharjo. Di daerah turi yaitu prasasti keben.