Anda di halaman 1dari 22

RANGKUMAN MATERI PELATIHAN DI JEPANG

(SUMMARY OF JAPAN TRAINING RESULT)

A. ASURANSI KESEHATAN DI JEPANG (HEALTH INSURANCE IN JAPAN)


Di Jepang, asuransi kesehatan sudah dimulai sejak tahun 1961. Dalam proses
perkembangannya terjadi beberapa kali perubahan kebijakan. Tahun 1982 pemerintah
mengesahkan Undang-Undang tentang Penduduk Usia Lanjut dimana dimana negara
wajib memberikan pelayanan kesehatan kepada warganya yang memasuki masa usia
lanjut (69 tahun) lebih.
Dalam sistem asuransi Jepang, biaya pengobatan dan perawatan tidak ditanggung
sepenuhnya oleh Pihak Asuransi tetapi ditanggung bersama antara Pihak Asuransi dan
pasien. Tahun 1984 pemerintah mengeluarkan kebijakan pasien wajib membayar 10 %
dari seluruh biaya pengobatan dan perawatan. Namun tahun 1997 berubah menjadi
20 % dan di tahun 2003 sampai sekarang berubah menjadi 30 %. Namun sharing cost
30 % tidak diberlakukan untuk seluruh pasien. Ketentuan sharing cost untuk asuransi
saat ini adalah :
1. Umur 75 tahun atau lebih
Peserta membayar 10 % dari biaya tetapi bila dia memiliki penghasilan sebesar
income yang diperoleh oleh angkatan kerja maka dia wajib membayar 30 %.
2. Umur 70 sampai 75 tahun
Peserta membayar 20 % dari biaya tetapi bila dia memiliki penghasilan sebesar
income yang diperoleh oleh angkatan kerja maka dia wajib membayar 30 %.
3. Mulai wajib belajar sampai umur 70 tahun
Peserta membayar 30 % dari biaya
4. Anak belum sekolah
Peserta membayar 30 % dari biaya
Di Jepang ada beberapa Asuransi Kesehatan yaitu :
1. National Health insurance
Asuransi ini dikelola oleh pemerintah. Asuransi ini dikhususkan untuk orang
yang sudah pensiun, orang usia lanjut < 75 tahun, orang yang tidak mampu,
orang yang menganggur atau orang yang bekerja sendiri. Besarnya asuransi
9.7 % dari gaji bila punya penghasilan. Setiap Pemda wajib membayar 50 % dari
premi asuransi. Rata-rata besarnya asuransi ¥ 81.000 per tahun
2. Japan Health Insurance
Asuransi ini dikelola oleh pemerintah. Asuransi ini diperuntukkan untuk
karyawan yang bekerja pada perusahaan kecil (karyawan < 7000 orang).
Besarnya asuransi 7.2 % dari gaji karyawan. Setiap Pemda wajib membayar
16.4 % dari premi asuransi. Rata-rata besarnya asuransi ¥ 175.000 – ¥ 350.000
per tahun

3. Association/Union Administered Health Insurance


Asuransi ini dikelola oleh swasta. Asuransi ini diperuntukkan untuk karyawan
yang bekerja pada perusahaan besar (karyawan > 7000 orang). Besarnya
asuransi 5 % dari gaji karyawan. Pemda memberikan subsidi bila ada kesulitan
finansial. Rata-rata besarnya asuransi ¥ 188.000 – ¥ 417.000 per tahun
4. Mutual Aid Insurance
Asuransi ini dikelola oleh pemerintah. Asuransi ini diperuntukkan untuk
pegawai negeri. Besarnya asuransi 4.9 % dari gaji karyawan. Tidak ada subsisdi
dari pemerintah daerah.
5. Advanced Eldery Medical Service System
Asuransi ini diperuntukkan bagi orang usia lanjut > 75 tahun. Besarnya asuransi
7.9 % dari penghasilan. Pemda memberikan subsidi sebesar 50 % dari besarnya
premi asuransi.
Karena asuransi dikelola oleh asuransi yang berbeda maka bila seorang pegawai negeri
berhenti dan pindah bekerja ke perusahaan swasta maka dia juga harus pindah ke
asuransi yang mengelola pegawai swasta. Demikian juga saat seseorang umurnya
menjadi 75 tahun maka asuransinya akan dikelola oleh Advanced Eldery Medical
Service System

Setiap fasilitas kesehatan di Jepang harus ikut asuransi. Setiap orang dapat memilih
fasilitas kesehatan dimanapun baik pemerintah maupun swasta hanya dengan
menunnjukkan kartu peserta asuransi. Peserta dapat memilih berobat ke klinik atau ke
rumah sakit dimanapun bahkan di luar wilayah tempat tinggal karena pemerintah
berprinsip saat seseorang sudah mau berobat ke pelayanan kesehatan kenapa harus
ditolak. Besarnya biaya pengobatan dan perawatan sama saja baik di fasilitas
pemerintah ataupun swasta. Pihak asuransi dan pemda akan melakukan audit secara
ketat untuk setiap klaim asuransi karena mereka harus memastikan bahwa peserta
asuransi menerima pelayanan sesuai standar nasional yang tercantum juga dalam
pedoman asuransi kesehatan. Standar tersebut mencakup tenaga kesehatan, alat-alat
kesehatan dan obat-obatan. Biaya yang tidak tercantum dalam kalaim asuransi akan
ditanggung oleh pasien. Bila pasien tidak mampu menanggung biaya tersebut maka
pemerintah wajib menanggung biaya tersebut. Seorang dokter yang ingin meresepkan
obat di luar yang tercantum dalam pedoman asuransi harus mendapat persetujuan
dari komite medik karena semua alat dan obat yang masuk di pedoman asuransi
Jepang merupakan alat dan obat yang berkualitas tinggi.
Besarnya klaim asuransi ditentukan berdasarkan penyakit yang diderita oleh pasien
dan juga kelengkapan fasilitas kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan terlatih di
fasilitas tersebut. Rumah sakit atau klinik yang memiliki jumlah perawat, bidan atau
dokter yang terlatih dapat mengklaim biaya asuransi yang lebih besar dibandingkan
yang tidak. Pelatihan yang dimaksud disini adalah pelatihan yang telah ditentukan
standarnya oleh organisasi profesi dan bukan pelatihan yang dilakukan internal oleh
rumah sakit. Umumnya kegiatan pelatihan yang tersertifikasi di Jepang rata-rata
diselenggarakan 1 bulan sampai 1 tahun. Misalnya pelatihan untuk manajer perawat
tingkat I dan II dilaksanakan selama 1 tahun oleh organisasi profesi.

Pembayaran premi asuransi dilakukan melalui pemotongan gaji bagi pegawai


pemerintah atau perusahaan swasta, sedangkan bagi pensiunan atau bekerja mandiri
dilakukan melalui pemotongan rekening tabungan atau pembayaran langsung.
Pembayaran cost sharing yang harus dibayar pasien dibayarkan langsung ke rumah
sakit melalui ATM yang tersedia di rumah sakit.

Gambar 1. ATM untuk pembayaran biaya pengobatan/perawatan di RS

Namun tidak semua biaya pelayanan kesehatan ditanggung oleh asuransi. Beberapa
jasa pelayanan yang tidak ditanggung oleh asuransi adalah :
1. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan seperti ANC, PNC, pemeriksaan anak bayi, usia sekolah,
dewasa dan orang tua tidak ditanggung oleh asuransi namun pemerintah
daerah memberikan voucher untuk pemeriksaan kesehatan satu kali selama
satu tahun. Sedangkan untuk ANC, pemerintah daerah memberikan voucher
sebanyak 14 buah untuk ibu hamil. Di sampin itu, bila ibu bersalin dan segera
lapor ke pemerintah daerah maka pemerintah daerah akan memberikan uang
sebagai ucapan selamat sebesar ¥ 400.000. Imunisasi
Imunisasi tidak ditanggung oleh pemerintah daerah tetapi ditanggung oleh
pemerintah daerah kecuali untuk imunisasi di luar standar nasional.
2. Persalinan Normal
Persalinan Normal tidak ditanggung oleh asuransi karena bukan merupakan
penyakit. Bila ibu lapor ke pemerintah daerah segera setelah melahirkan maka
biaya persalinan akan dibayarkan langsung ke rumah sakit yang berkisar
¥ 350.000 – 400.000. Bila biayanya kurang dari ¥ 400.000 maka sisanya akan
dikembalikan ke ibu.
3. Pelayanan Kosmetik
4. Kecelakaan di sekolah
Biaya pengobatan dan perawatan akibat kecelakaan yang terjadi di sekolah
ditanggung oleh asuransi kesehatan sekolah dengan premi ¥ 250 per bulan
yang dibayar oleh orang tua murid.
5. Kecelakaan lalu lintas
Biaya pengobatan dan perawatan akibat kecelakaan lalu lintas ditanggung oleh
pihak yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
6. Inseminasi Buatan
Program untuk memperoleh atau menambah anak tidak ditanggung oleh
asuransi namun bagi pasangan yang kesulitan untuk memperoleh anak
pemerintah menawarkan bantuan biaya untuk mengikuti program tersebut
dengan dibiayai oleh pemerintah daerah. Setiap pasangan diberikan
kesempatan 3 kali untuk mengikuti program tersebut.

Setiap peserta asuransi akan memperoleh kartu asuransi yang dapat digunakan di
seluruh Jepang. Di kartu yang diberikan terdapat voucer untuk pemeriksaan kesehatan
lengkap yang dibiayai oleh pemerintah daerah. Di samping itu, terdapat juga voucher
bagi peserta asuransi yang ingin mendonasikan bagian tubuhnya bila mereka
meninggal.
Gambar 1.2 Kartu Asuransi

Gambar 1.3 Voucer Periksa Kesehatan Gratis

Gambar 1.3 Formulir persetujuan untuk mendonorkan anggota tubuh.


Untuk pembiayaan kesehatan, di samping asuransi kesehatan pemerintah juga
menyediakan beberapa bantuan seperti :
1. Bantuan untuk keluarga yang memiliki bayi dengan berat lahir rendah < 2000
gram
2. Bantuan untuk anak yang dioperasi
3. Bantuan untuk anak dengan penyakit kronis
4. Bantuan untuk anak dengan gangguan mental (intelektual)
5. Bantuan untuk anak dengan gangguan mental (gangguan mental selain
intelektual)
6. Bantuan sosial untuk anak cacat
7. Bantuan keluarga untuk perawatan anak cacat
Untuk mendapatkan bantuan tersebut, pasien harus mendapatkan “certificate of
disability” (sertifkat kecacatan) yang dikeluarkan oleh pemda atas rekomendasi dari
rumah sakit. Besarnya bantuan tergantung jenis penyakit dan jenis kecacatan yang
dialami.

B. STRUKTUR ORGANISASI BIDANG KESEHATAN DI JEPANG (THE STRUCTURE OF


HEALTH SERVICE IN JAPAN)

Jepang menganut sistem desentralisasi termasuk juga di bidang kesehatan. Sistem


pemerintahan terdiri dari :
1. Pemerintah Pusat
Dipimpin oleh seorang perdana menteri yang dipilih secara langsung setiap dua
tahun sekali. Untuk urusan di bidang kesehatan, buruh dan sosial diserahkan
kepada Menteri Kesehatan, Buruh dan Sosial
2. Pemerintah Provinsi
Dipimpin oleh seorang gubernur yang dipiih secara langsung setiap 4 tahun.
Dalam mengelola bidang kesehatan dibantu oleh seorang Direktur. Karena
banyaknya wilayah Kota di satu provinsi maka biasanya wilayah-wilayah
tersebut dikelompokkan dalam satu regional (setingkat kabupaten) namun
tidak ada Kepala Pemerintahan untuk wilayah tersebut. Di setiap regional
pemerintah membangun Pusat Kesehatan Masyarakat dan Sosial Provinsi dan
Rumah Sakit Provinsi. Di samping itu untuk wilayah pulau terpencil pemerintah
provinsi membangun klinik yang pengelolaannya diatur oleh rumah sakit.
3. Pemerintah Kota (berdasarkan luas wilayah setingkat kecamatan)
Pemerintah Kota dipimpin oleh seorang walikota yang juga dipilih secara
langsung setiap 4 tahun. Setiap Kota memiliki Pusat Kesehatan Masyarakat dan
Rumah Sakit Kota. Dengan sistem desentralisasi, kota diberikan kewenangan
penuh untuk melaksanakan tugas pemerintahan termasuk juga dalam merekrut
pegawai. Jumlah pegawai di setiap kota dibatasi oleh Undang-Undang. Pegawai
di satu wilayah kota hanya dapat pindah di wilayah tersebut dan bila ingin
pindah ke wilayah lain maka dia harus berhenti.
Bila suatu kota tidak dapat melaksanakan tugas pemerintahan karena
keterbatasan sumber daya maka kota tersebut dapat meminta bantuan
provinsi atau kota tersebut dapat bergabung (merger) dengan kota lain.
C. PERAWATAN KESEHATAN MASYARAKAT DI JEPANG (PUBLIC HEALTH NURSING IN
JAPAN)

Setelah perang dunia ke II dimana Jepang mengalami kekalahan, banyak tenaga


kesehatan yang meninggal. Saat itu Jepang mengalami kesulitan karena penyakit
menular menyebar kemana-mana sedangkan jumlah tenaga kesehatan sangat terbatas.
Wilayah yang mengalami kehancuran total pada waktu itu adalah Okinawa. Oleh
karena itu Provinsi Ryuksu (Okinawa) mulai mengembangkan sistem penempatan
perawat kesehatan masyarakat. Alasan dipilihnya sistem ini karena jumlah dokter
sangat terbatas dan tidak mungkin menghasilkan dokter dalam waktu yang singkat. Di
samping itu dokter juga sebagian besar enggan ditempatkan di daerah terpencil.

Dengan sistem ini di setiap wilayah kecamatan, pemerintah menempatkan perawat


kesehatan masyarakat. Tugas dari perawat kesehatan masyarakat adalah
1. Mengkaji masalah kesehatan yang ada di masyarakat
2. Mengkaji sumber daya yang dimiliki oleh masyarakat untuk membantu mereka
mmenyelsaikan masalah kesehatannya
3. Mengkaji sumber daya di luar masyarakat untuk membantu mereka
mmenyelsaikan masalah kesehatannya
4. Menyusun diagnosis kesehatan masyarakat
5. Memfasilitasi masyarakat dalam menyusun rencana tindak lanjut untuk
mengatasi masalah kesehatan yang dialami
6. Berkoordinasi dengan stake holder di luar masyarakat yang dibutuhkan dalam
mengatasi masalah kesehatan masyarakat
7. Berpartisipasi dan terlibat aktif dalam melaksanakan intervensi yang telah
disusun oleh masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat
8. Melaporkan secara rutin perkembangan kesehatan masyarakat dan
aktivitasnya kepada pemerintah provinsi.
Untuk melaksanakan tugas tersebut maka perawat kesehatan masyarakat harus
menjadi bagian dari masyarakat yaitu dengan cara tinggal di masyarakat.

Karena keterbatasan jumlah dokter maka negara juga menugaskan “medical officer’ di
beberapa wilayah. Medical officer adalah lulusan SMA yang telah diberikan pendidikan
dan pelatihan selama 3 tahun dalam bidang kedokteran sebelum ditempatkan di
masyarakat. Untuk wilayah-wilayah yang tidak ada medical officer, pemerintah
memberikan kewenangan kepada perawat kesehatan masyarakat untuk memberikan
pengobatan terbatas.
Dalam pelaksanaannya perawat kesehatan masyarakat memegang peranan yang
sangat penting di Jepang dalam pemberantasan penyakit menular dan
penanggulangan masalah kesehatan masyarakat termasuk kesehatan ibu dan anak
sehingga kebijakan penempatan perawat kesehatan masyarakat di setiap kecamatan
diberlakukan di seluruh Jepang sampai saat ini.
Di Jepang perawat terdiri dari tiga jenis yaitu :
1. Perawat Klinis
Umumnya bekerja di rumah sakit atau klinik setelah mengikuti pendidikan 3
tahun ditambah 1 tahun untuk menjadi perawat klinik.
2. Perawat Kesehatan Masyarakat
Umumnya bekerja di pusat kesehatan masyarakat. Untuk menjadi perawat
kesehatan masyarakat, seseorang harus mengikuti pendidikan perawat selama
3 tahun ditambah 1 tahun pendidikan untuk menjadi perawat kesehatan
masyarakat. Di setiap kecamatan ditempatkan minimal satu orang perawat
kesehatan masyarakat, namun jumlah perawat kesehatan masyarakat
tergantung jumlah penduduk seperti di Kota Naha dengan jumlah penduduk
300.000, pemerintah merekrut 16 orang perawat kesetan masyarakat.
3. Bidan
Umumnya bekerja di rumah sakit atau membuka praktik klinik kebidanan.
Untuk menjadi bidan, seseorang harus mengikuti pendidikan perawat selama 3
tahun ditambah dengan pendidikan kebidanan satu tahun.

Sebelum seseorang mulai bekerja sebagai tenaga kesehatan di suatu wilayah,


pemerintah biasanya melakukan pelatihan kepada tenaga tersebut selama 3 bulan
sampai satu tahun tergantung pada pekerjaan yang akan dilaksanakan di wilayah
tersebut. Selanjutnya selama satu tahun dia harus bekerja di bawah pengawasan
seorang pembimbing di institusi dimana dia bekerja dengan target pengetahuan dan
ketrampilan tertentu yang harus dicapai selama 1 tahun. 4 tahun selanjutnya, dia
bekerja dibawah pengawasan pembiimbing secara tidak langsung dan melaporkan
hasil kegiatannya. Khusus untuk tenaga dokter karena jumlahnya terbatas maka
sebelum bekerja di klinik atau pulau terpencil, dia harus bekerja paling sedikit 3 tahun
di rumah sakit.

Untuk perawat kesehatan masyarakat, pemerintah provinsi melatih dan


mengembangan pembimbing di setiap Puskesmas Provinsi dan Rumah sakit sehingga
apabila ada tenaga baru yang direkrut oleh provinsi atau kota maka tenaga tersebut
akan mengikuti on the job training dibawah bimbingan pembimbing yang ada di
fasilitas tersebut. Pembimbing akan menyusun target kinerja yang harus dicapai dalam
satu tahun ke depan mencakup :
1. Kemampuan dasar
2. Kemampuan administratif
3. Ketrampilan klinis dalam pemberian pelayanan
Selama satu tahun bekerja, mereka akan mendapatkan pengawasan langsung dari
pembimbing saat bekerja. Setelah melewati masa tersebut, pembimbing akan
menyusun target kinerja yang harus dicapai setiap tahun selama 4 tahun ke depan,
namun mereka sudah dapat bekerja mandiri tanpa pengawasan. Dengan sistem ini,
pemerintah dapat menghemat anggaran untuk pelatihan.

Di Jepang, yang mengatur penempatan tenaga dokter dan tenaga kesehatan yang lain
selain perawat di klinik pemerintah adalah direktur rumah sakit, sedangkan yang
mengatur penempatan perawat di klinik adalah direktur keperawatan. Di rumah sakit
direkturnya harus seorang dokter sedangkan wakil direktur harus seorang perawat
karena hampir sebanyak 60 % pegawai adalah perawat maka yang mengatur haruslah
perawat. Sedangkan di Puskesmas tidak ada tenaga dokter kecuali kepala puskesmas
karena di Puskesmas tidak ada kegiatan pengobatan. Semua pasien yang sakit harus
berobat ke rumah sakit atau klinik pemerintah atau swasta.

Walaupun lulusan pendidikan kedokteran dan keperawatan cukup banyak di Jepang,


namun mereka masih kesulitan untuk merekrut tenaga dokter atau perawat untuk
ditempatkan di pulau terpencil terutama untuk wilayah Kota karena pegawai di tingkat
kota tidak dapat pindah ke tempat kerja lain di luar wilayah Kota. Untuk itu
pemerintah Kota biasanya meminta bantuan dari provinsi untuk mengamankan
ketersediaan tenaga kesehatan di wilayah terpencil. Untuk pemerintah provinsi
merekrut tenaga dokter dan perawat guna ditempatkan di wilayah terpencil tidak
terlalu sulit apalagi yang bersangkutan biasanya sudah mengetahui berapa lama
mereka akan ditempatkan di wilayah tersebut (Biasanya selama 3 – 5 tahun). Kesulitan
yang dihadapi oleh provinsi adalah saat tenaga di wilayah tersebut harus cuti atau izin.
Dahulu mereka mengirimkan tenaga dokter dan perawat di rumah sakit untuk
menggantikan tenaga kesehatan yang cuti namun ini menyebabkan rumah sakit juga
kekurangan tenaga. Oleh karena itu pemerintah mengembangkan program
“Dokter/Perawat Pulau”. Mereka bertugas menggantikan tenaga kesehatan yang cuti
atau izin terutama wilayah kepualauan atau terpencil.

Sebagaimana di negara berkembang, Jepang juga mengalami kekurangan tenaga


Spesialis Kebidanan. Ini bukan disebabkan karena Total Fertility Rate (TFR) yang rendah
sehingga banyak mahasiswa kedokteran yang tidak mau mengambil jurusan spesialis
Kebidanan tetapi karena bekerja sebagai Dokter Spesialis Kandungan merupakan
pekerjaan yang sangat beresiko tinggi dan rentan terhadap tuntutan hukum.
Mengingat TFR yang sangat rendah maka pemerintah memberikan perhatian yang
sangat besar terhadap ibu hamil sehingga mereka harus memastikan bahwa seorang
ibu hamil harus menjalani kehamilannya secara sehat dan melahirkan secara aman
agar bayi dan ibunya selamat. Oleh karena itu pemeriksaan kehamilan hanya dapat
dilakukan oleh dokter spesialis kebidanan atau klinik kebidanan yang bekerjasama
dengan dokter spesialis kebidanan.

Untuk mengatasi masalah kekurangan tenaga tersebut terutama untuk wilayah


terpencil, pemerintah menawarkan berbagai macam manfaat dan fasilitas kepada
tenaga yang bekerja di wilayah terpencil. Pemerintah juga memberikan beasiswa
kepada lulusan SMA yang akan melanjutkan pendidikan ke Fakultas Kedokteran
dengan syarat mereka harus bekerja di rumah sakit dan klinik milik pemerintah selama
9 tahun.

Jenis fasilitas kesehatan dan tenaga yang ada di Jepang untuk memberikan pelayanan
kesehatan yaitu :
1. Rumah Sakit dan Rumah Sakit Khusus (Seperti RS Anak, Jantung, dll)
Tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelayanan kesehatan secara langsung :
1) Dokter spesialis (Termasuk Psikiater)
2) Dokter Umum
3) Dokter Gigi
4) Perawat
5) Apoteker
6) Laboratorist
7) Fisiotherapist
8) Bidan
9) Ahli Gizi
10) Medical Sosial Worker
11) Psikolog

Pelayanan yang diberikan adalah :


1) Pemeriksaan Kesehatan termasuk pemeriksaan kehamilan
2) Pengobatan
3) Perawatan
4) Imunisasi

2. Pusat Kesehatan Masyarakat


Tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas Provinsi:
1) Dokter
2) Perawat
3) Clerk

Tenaga kesehatan yang bertugas di Puskesmas Kota :


1) Perawat
2) Ahli Gizi
3) Clerk
Pelayanan yang diberikan :
1) Imunisasi
2) Konseling Kesehatan
3) Pemeriksaan Kesehatan
4) Pencegahan Penyakit

3. Klinik
Tenaga kesehatan yang bertugas :
1) Dokter
2) Perawat

Pelayanan Kesehatan yang diberikan :


1) Kegawatdaruratan
2) Pengobatan
Tenaga kesehatan yang bertugas di klinik dibawah dan diatur oleh rumah sakit
termasuk juga pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana.

D. KESEHATAN SEKOLAH (SCHOOL HEALTH IN JAPAN)

Pemerintah Jepang menyadari bahwa pendidikan bagi warganya merupakan hal yang
sangat penting. Oleh karena itu pemerintah harus memastikan bahwa setiap anak
dapat mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Untuk itu pemerintah membangun
sekolah di seluruh penjuru Jepang termasuk di daerah atau pulau terpencil. Mereka
membangun sekolah sesuai standar tanpa memandang jumlah penduduk atau anak
usia sekolah yang ada di wilayah tersebut. Sebagai contoh di wilayah kota Ishigaki
tepatnya di pulau Yeyama, pemerintah membangun sekolah walaupun jumlah
muridnya dari kelas 1 – 6 hanya 46 orang. Yang lebih ekstrim lagi, di wilayah yang tidak
jauh dari sekolah tersebut juga dibangun sekolah walaupun muridnya hanya 14 orang.
Pemerintah berprinsip bahwa dimanapun rakyatnya berada mereka mempunyai hak
yang sama untuk mendapatkan pendidikan.
Di samping membangun fasilitas belajar, pemerintah juga menyediakan tenaga
pengajar sesuai dengan standar pendidikan yang diperlukan tanpa memandang berapa
jumlah murid yang ada di wilayah tersebut. Di wilayah kota Ishigaki, ada beberapa
sekolah yang jumlah muridnya hanya 46 tapi jumlah gurunya 13 orang, ada juga yang
jumlah muridnya 14 jumlah gurunya 11 orang dan ada juga sekolah yang jumlah
muridnya 11 orang tetapi jumlah gurunya 13 orang.

Ruang kelas di sekolah Jepang biasanya terbuka di salah satu sisinya agar ruangan
menjadi segar sehingga anak-anak bisa belajar dengan baik.

Gambar 1.1 Ruang kelas biasanya terbuka di salah satu sisinya

Guru tidak perlu khawatir anak-anak akan melihat orang yang lalu lalang karena setiap
kelas akan belajar dan istirahat pada waktu yang sama. Di samping itu salah satu hal
yang dibiasakan di sekolah adalah anak akan selalu mendengar dan memperhatikan
saat guru sedang berbicara.

Saat membangun sekolah, pemerintah juga biasanya membangun dapur di sekolah


karena sekolah harus menyiapkan makan siang untuk anak sekolah untuk memastikan
bahwa anak sekolah mengkonsumsi makanan yang sehat dan sesuai dengan standar
karena dibawah pengawasan ahli gizi. Anak sekolah khususnya anak SD dan SMP tidak
boleh membeli atau membawa makanan dari luar sekolah untuk mencegah keracunan
karena setiap peristiwa yang terjadi di sekolah akan menjadi tanggungjawab sekolah.
Sedangkan anak SMA diperbolehkan membeli makanan tambahan lain di luar sekolah
bila merasa tidak cukup tetapi dengan waktu makan yang hanya 20 menit, jarang
ditemukan anak yang membeli makanan di luar sekolah apalagi makanan yang
diberikan mengandung cukup kalori (600 kkal untuk anak SD, untuk anak SMP dan
SMA disesuaikan dengan umur). Di samping itu, tidak semua sekolah dekat dengan
rumah makan atau tempat perbelanjaan. Pada anak tertentu dengan kebutuhan
makanan khusus seperti pada anak yang alergi akan makanan tertentu, anak tersebut
dapat menyampaikan kepada sekolah apa saja yang tidak boleh dimakan sehingga
anak akan menyiapkan makanan khusus untuk anak tersebut.

Gambar 1.2 Anak-anak SD Nakaima sedang makan siang di sekolah

Di samping itu, Undang-Undang di Jepang juga mewajibkan setiap sekolah memiliki


guru perawat sekolah (school nurse teacher) dan juga ruang pelayanan kesehatan
sekolah. Ruang pelayanan kesehatan sekolah dilengkapi dengan beberapa alat
pemeriksaan kesehatan dan juga 5 tempat tidur untuk perawatan sementara anak
akibat kelelahan atau kepanasan (heat stroke). Bila anak mengalami sakit yang
memerlukan perawatan, anak akan dirujuk ke rumah sakit atau guru akan memanggil
orang tua untuk membawa anaknya ke rumah sakit.

Gambar 1.3 Ruang Kesehatan Sekolah di Sekolah Hanakimura di Jepang

Keberadaan school nurse teacher di setiap sekolah wajib sebagaimana diamanatkan


dalam Undang-Undang tanpa memandang berapa jumlah murid yang ada di sekolah
tersebut. Tujuan utama ditempatkannya school nurse teacher adalah untuk
memberikan pertolongan pertama saat anak mengalami kecelakaan atau sakit serta
memastikan bahwa ada selalu sehat agar dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Di Jepang, untuk menjadi school nurse teacher seseorang harus mengikuti pendidikan
perawat selama 4 tahun atau pendidikan guru selama 4 tahun dan mengikuti
pendidikan “school nurse teacher” selama 1 tahun di universitas yang ada di Jepang.
Setelah lulus pendidikan, mereka harus mengikuti ujian yang diselenggarakan
pemerintah untuk direkrut menjadi school nurse teacher yang akan ditempatkan di
sekolah-sekolah yang ada di Jepang. Untuk sekolah yang memiliki anak dengan
perawatan kesehatan khusus seperti di SLB maka school nurse teacher yang akan
dipilih adalah mereka yang berlatar belakang perawat murni.

Di samping mengelola ruang kesehatan sekolah, school nurse teacher juga bertugas
mengajar sebagaimana guru-guru yang lain. Mata ajaran yang diajarkan adalah
“kesehatan sekolah” yang akan diajarkan mulai dari kelas 1 SD sampai kelas 12 SMA.
Materi yang diajarkan meliputi:
1. Hidup sehat
2. Tubuh yang berkembang dan saya
3. Kesehatan Mental
4. Pencegahan Kecelakaan
5. Pencegahan Penyakit
Materi tersebut disampaikan di setiap kelas tetapi disesuaikan dengan tingkat
pendidikan anak. Seperti pada materi tentang “Tubuh yang berkembang dan saya”,
guru hanya mengajarkan proses perubahan yang terjadi pada tubuh seorang laki-laki
dan perempuan pada anak kelas I tetapi tidak menjelaskan proses perubahannya.
Sebenarnya di dalam materi tersebut sudah mencakup materi “sex education” tetapi
masih bersifat pengetahun dasar. Materi tentang proses reproduksi baru akan
diajarkan pada anak di Sekolah Menengah Pertama. Beberapa sekolah yang
menganggap bahwa pendidikan kesehatan sangat penting mengundang beberapa
tenaga kesehatan seperti dokter dan bidan untuk menyampaikan materi kesehatan
yang tidak ada di dalam kurikulum.

Saat menyampaikan materi tentang kesehatan, biasanya school nurse teacher akan
didampingi oleh wali kelas masing-masing. Tujuannya agar wali kelas dapat membantu
mengawasi anak untuk mempraktekkan perilaku hidup sehat dalam kegiatan sehari-
hari seperti mencuci tangan sebelum makan, membuang sampah pada tempatnya dan
bergaul secara wajar.

Di samping itu setiap sekolah mempunyai Komite Kesehatan yang bertugas menyusun
rencana kesehatan sekolah setiap tahun. Rencana kesehatan sekolah akan
disampaikan oleh Komite Kesehatan Sekolah ke Dewan Pendidikan untuk
mendapatkan persetujuan dan dukungan dana dalam pelaksanaannya. Komite ini
diketuai oleh guru terpilih dari sekolah tersebut yang dipilih secara bergantian setiap
satu atau dua tahun tergantung kebijakan dari Kepala Sekolah. Dengan melibatkan
guru selain school nurse teacher sebagai ketua dan anggota Tim Komite Kesehatan
akan mendorong mereka untuk belajar tentang kesehatan sehingga setiap guru akan
memahami tentang pentingnya kesehatan. Anggota Komite Kesehatan sekolah juga
melibatkan profesi kesehatan lainnya seperti dokter, dokter gigi, perawat, petugas lab,
ahli gizi yang telah dikontrak oleh pemerintah dengan honor sebesar ¥ 14.000/bulan.
Mereka akan melakukan supervisi secara rutin ke sekolah untuk melihat kondisi
kesehatan sekolah termasuk anak didik. Di samping itu mereka akan melakukan
pemeriksaan kesehatan anak sekolah setahun sekali secara bersamaan dan juga
pendidikan dan konseling kesehatan kepada siswa.

Dalam pelaksanaan upaya kesehatan sekolah, peran guru sangat penting. Guru akan
memantau kehadiran siswa setiap hari dan bila ada siswa yang masuk maka guru akan
melaporkan ke school nurse teacher. School nurse teacher akan memantau kehadiran
setiap siswa di seluruh sekolah. Apabila banyak siswa yang tidak hadir karena sakit
maka dia akan mencari penyebabnya dan bila dianggap perlu dia akan mengusulkan
kepada Kepala Sekolah agar sekolah diliburkan selama beberapa hari untuk mencegah
terjadinya wabah penyakit. Di Jepang, sekolah diberikan kewenangan untuk menolak
atau memulangkan anak yang kena influenza.
School nurse teacher juga akan mengecek kebersihan sekolah. Di semua sekolah yang
ada di Jepang, semua anak dilibatkan di dalam menjadi kebersihan kelas dan
lingkungannya. Mereka bersama-sama akan menyapu, mengepel lantai,
membersihkan toilet dan membersihkan lingkungan sebelum pulang sekolah. Semua
alat-alat kebersihan disediakan oleh sekolah. Kotak sampah juga disediakan di setiap
ruangan. Kotak sampah dipisahkan menjadi dua jenis yaitu kotak sampah untuk bahan
yang dapat dibakar, tempat sampah untuk botol dan plastik serta kotak sampah untuk
bahan yang tidak bisa dibakar seperti gelas dan besi. Mereka juga dibiasakan
meletakkan piring, gelas, sumpit dan alas makan serta membuang sisa makanan pada
tempatnya. Sebenarnya kebiasaan ini tidak hanya dilakukan di rumah tetapi juga
dilakukan oleh semua orang di Jepang pada saat mereka makan di tempat umum.

Gambar 1.4 Anak dibiasakan meletakkan alat makan sesuai dengan tempatnya
setelah selesai makan

Di dinding sekolah akan banyak dijumpai poster-poster yang akan mengingatkan anak
tentang cara hidup sehat termasuk juga apa yang harus dilakukan dalam kondisi
kejadian bencana seperti Tsunami atau Gempa. Poster-poster tersebut didesain dan
dibuat oleh school nurse teacher karena sekolah tidak memiliki dana yang cukup untuk
membeli alat atau bahan kesehatan yang dibutuhkan tetapi sekolah menyediakan
bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat alat-alat pendidikan termasuk poster.
School nurse teacher juga akan membuat dan membagikan leaflet tentang cara
pencegahan influenza bila saat itu banyak terjadi influenza di masyarakat. School nurse
teacher akan selalu memantau perkembangan kesehatan di masyarakat dan
melakukan tindakan pencegahan di sekolah supaya anak tetap sehat dan bisa belajar.
Dengan terlaksananya kegiatan kesehatan sekolah seperti di SD Nakaima,
ketidakhadiran siswa karena sakit sangat rendah. Kebiasaan hidup sehat, makanan
yang sehat dan lingkungan yang sehat akan membuat anak didik sehat sehingga
mereka bisa mengikuti proses belajar mengajar. Bagi tenaga kesehatan, hal yang perlu
diingat dalam pelayanan kesehatan sekolah adalah bahwa kesehatan masyarakat
dalam hal ini anak didik bukan menjadi tujuan utama sekolah tetapi tujuan utamanya
adalah proses belajar mengajar berjalan lancar. Oleh karena itu setiap upaya yang
mendukung terlaksananya kegiatan belajar belajar akan didukung oleh pihak sekolah.

E. PEMERIKSAAN KESEHATAN DI JEPANG (HEALTH CHECKUP IN JAPAN)

Pemeriksaan kesehatan merupakan salah satu upaya preventif untuk menurunkan


angka kesakitan dan kematian. Namun sistem asuransi kesehatan tidak menanggung
biaya pemeriksaan kesehatan. Oleh karena itu sebagaimana diamanatkan dalam
Undang-Undang, pemerintah akan memberikan pemeriksaan kesehatan kepada :
1. Anak usia 3-4 bulan
2. Anak usia 9-10 bulan
3. Anak usia 18 bulan
4. Anak usia 3 tahun
Untuk warganya yang berumur lebih dari tiga tahun, pemerintah juga menyediakan
voucher pemeriksaan kesehatan gratis pada seluruh warganya dimana voucher
tersebut dilampirkan di kartu asuransi. Pemerintah juga melaksanakan pemeriksaan
kesehatan bagi anak sebelum masuk sekolah. Orang tua wajib membawa anaknya
untuk pemeriksaan kesehatan baik yang dilakukan oleh pemerintah daerah ataupun ke
rumah sakit sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang.

Pemeriksaan kesehatan pada anak usia kurang dari tiga tahun dan sebelum sekolah di
Provinsi Okinawa tidak dilakukan oleh Puskesmas tetapi diserahkan oleh Pemda
kepada OSPH/Okinawan Society for Public Health (Masyarakat Okinawa untuk
Kesehatan Masyarakat). OSPH merupakan Non Profit organisasi yang bertujuan untuk
membantu meningkatkan kesehatan masyarakat di provinsi Okinawa. Kelompok ini
beranggotakan beberapa profesi kesehatan dan masyarakat umum peduli kesehatan.
Untuk menjalankan organisasi ini setiap anggota membayar iuran anggota sebesar
¥ 300.000/bulan. Organisasi ini akan mengkoordinir pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan bagi anak dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Berkoordinasi dengan pemerintah daerah (Puskesmas Kota) untuk menyusun
jadwal.
2. Menyusun dan mengatur jadwal tim kesehatan yang akan melaksanakan
pemeriksaan kesehatan. Tim tersebut terdiri dari :
1. Petugas Administrasi (Pendaftaran)
2. PHN (Pemeriksaan Perkembangan)
3. Petugas Lab (Pemeriksaan darah dan urine lengkap)
4. Health Volunteer (Penimbangan)
5. Dr. Anak ((Pemeriksaan Fisik)
6. Dr. Gigi (Pemeriksaan Gigi)
7. Dental Hygeines (Konsultasi Kesehatan Gigi)
8. Ahli Gizi (Konsultasi)
9. PHN (Menyampaikan Hasil Lengkap Pemeriksaan Kesehatan)
3. Menyiapkan alat kesehatan dan bahan habis pakai yang diperlukan untuk
melaksanakan pemeriksaan kesehatan.
4. Menentukan target anak yang akan dilakukan pemeriksaan kesehatan
5. Mengirimkan surat kepada orang tua anak tentang waktu pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan. Untuk anak yang tidak dibawa pada pemeriksaan
sebelumnya, juga akan diundang untuk memeriksakan anaknya.
6. Berkoordinasi dengan Pusat Kesehatan masyarakat untuk menyebarluaskan
jadwal pemeriksaan kesehatan kepada masyarakat.
7. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan sesuai jadwal.
8. Mengirimkan surat kepada orang tua yang tidak membawa anaknya ke
Puskesmas dan bila perlu akan bekerjasama dengan perawat kesehatan
masyarakat untuk melakukan kunjungan rumah pada anak yang tidak datang
setelah menerima undangan sebanyak 3 kali.
9. Melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan kepada Pemerintah Kota
10. Melakukan klaim biaya pemeriksaan kesehatan kepada pemerintah daerah
sesuai dengan jumlah anak yang datang.
Dengan menyerahkan pemeriksaan kesehatan kepada OSCH, pemerintah dapat
menghemat biaya karena tidak perlu merekrut seluruh tenaga yang akan melakukan
pemeriksaan menjadi pegawai negeri serta tidak perlu membeli alat kesehatan yang
diperlukan. Bagi pemerintah daerah dengan jumlah anak yang sedikit, merekrut tenaga
dan membeli alat akan menjadi beban pemerintah daerah.

Pemeriksaan kesehatan dilakukan berdasarkan jumlah target anak yang ada di wilayah
kota. Untuk wilayah Kota dengan jumlah anak yang sedikit, pemeriksaan kesehatan
dilakukan satu kali dalam setahun sedangkan untuk wilayah dengan anak yang banyak,
pemeriksaan kesehatan bisa dilakukan satu bulan sekali. Saat pemeriksaan apabila
ditemukan anak yang menderita suatu penyakit atau gangguan maka akan dirujuk ke
rumah sakit. OSCH akan meminta hasil pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan
rumah sakit untuk memastikan bahwa anak tersebut mendapatkan pelayanan sesuai
standar. Untuk anak usia sekolah, pemeriksaan kesehatan akan dikoordinir oleh
Komite Kesehatan Sekolah. Biaya pemeriksaan akan ditanggung oleh Dewan
Pendidikan.

Untuk pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil karena tidak ditanggung oleh asuransi
maka pemeriksaan kesehatan ditanggung oleh pemda dengan memberikan buku KIA
yang didalamnya ada voucher pemeriksaan gratis kehamilan selama 14 kali.
Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan dimanapun baik rumah sakit pemerintah
ataupun swasta. Standar pemeriksaan kehamilan mencakup pemeriksaan USG,
pemeriksaan darah dan pemeriksaan rutin. Bila ibu mengalami komplikasi selama
kehamilan maka secara otomatis biayanya ditanggung oleh asuransi. Dengan adanya
voucher tersebut secara otomatis ibu akan melaporkan setiap kehamilan ke
pemerintah daerah untuk mendapatkan buku KIA karena yang akan menyerahkan
buku KIA adalah petugas di pemda dan bukan petugas kesehatan.

Di Jepang persalinan dapat dilakukan di rumah sakit atau bidan praktik yang sudah
bekerjasama dengan rumah sakit pengampu. Jepang mewajibkan setiap persalinan
untuk dirawat selama 7 hari di rumah sakit kecuali bila ibu menolak. Saat bersalin,
biaya persalinan tidak ditanggung oleh asuransi tetapi bila ibu melaporkan
persalinannya ke pemda maka dia akan mendapatkan bantuan biaya dari pemda untuk
mengganti biaya persalinan tersebut. Di samping itu dengan melaporkan persalinannya
dan bayinya maka bayi tersebut akan mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara
seperti imunisasi, pelayanan pemeriksaan kesehatan di rumah oleh perawat kesehatan
masyarakat, dll. Demikian juga bila ibu atau bayinya meninggal pemerintah juga akan
memberikan bantuan biaya pemakan mereka melapor ke pemda. Dengan sistem ini
maka pemerintah akan mengetahui jumlah penduduk setiap saat.

Siklus Hamil Bayi Umur < 3 Usia Pubertas Remaja


Sekolah
Pemeriksaan ANC Health check up Health check up Imunisasi Kelas Kelas
kesehatan Imunisasi Imunisasi Kelas kesehatan promkes,
Kelas ortu dan bayi Kelas ortu dan bayi kesehatan mental pencegahan
Kelas memasak Kelas memasak mental penyakit

Program Notifikasi Notifikasi kelahiran Subsidi anak dg Sertifikat Sertifikat Sertifikat


bantuan kehamilan Subsidi perawatan bayi penyakit kronis kecacatan kecacatan kecacatan
pemerintah Buku KIA Subsisdi perawatan Subsidi Biaya Biaya Biaya
Tes Hepatitis B BBLR pengobatan anak pengobatan TB pengobatan TB pengobatan
Pembiayaan Check up kelainan Biaya Biaya TB
ANC Skreening pengobatan pengobatan Biaya
Subsidi neoroblastomi gangguan gangguan pengobatan
pengobatan Subsidi anak dg mental mental gangguan
keracunan penyakit kronis mental
kehamilan Tes kelainan kongenital

Standar pemeriksaan ibu hamil di Jepang :

Wawancara dan pemeriksaan Tiap ANC

Petunjuk kehamilan Tiap ANC


Instruksi diet gizi Tiap ANC

Urine analysis Tiap ANC

Tes darah (HB / Platelet0 Awal, 20 – 34 mg

Tes gula darah Awal, 20 – 23 mg

Tes tipe darah (ABO/Rh) Awal

Tes antibody Awal

Tes serologis syphilis Awal

Tes antibody Hep C Awal

Tes antybody Hep B Awal

Skreening kanker servik Awal

Pemeriksaan USG Tiap ANC

Tes streptokokus B 34 minggu

Tes Antobody HIV Segera

Tes antibody virus rubella segera

Tes antigen chlamydial segera

Tes antibody HTLV-1 30 minggu

Tes GOT 34 minggu

Tes GPT 34 minggu


Biaya pemeriksaan ditanggung oleh pemerintah daerah. Jumlah pemeriksaan : 14 kali
Waktu pemeriksaan :
 Setiap empat minggu sampai umur kehamilan 23 minggu
 Setiap dua minggu pada umur 24 – 35 minggu
 Setiap minggu pada umur 36 sampai bersalin

Standar pelayanan untuk persalinan :


 Biaya pemeriksaan ditanggung oleh pemerintah daerah bila ibu melaporkan
persalinan
 Persalinan harus dilaksanakan di rumah sakit yang ada dr spesialis obgyn atau
bidan yang bekerjasama dengan rumah sakit yang memiliki obgyn
 Setiap persalinan wajib dirawat selama tujuh hari
 Sebelum discharge, RS akan menjelaskan kondisi ibu dan bayinya kepada
perawat perkesmas untuk tindaklnajut kunjungan rumah
 Tanpa antibiotik
 Tanpa oksitosin kecualiada komplikasi
 Pemotongan tali pusat menunggu plasenta keluar
 IMD
 Rawat gabung

Standar pelayanan untuk ibu yang bekerja :


 Mengatur waktu untuk ANCdi luar jam kerja
 Memberikan kartu petunjuk kehamilan selama bekerja
 Memberikan cuti sebelum dan setelah persalinan
6 minggu sebelum persalinan atau 14 minggu untuk
kehamilan kembar
8 minggu setelah persalinan
 Merubah kerja ibu ke pekerjaan yang lebih mudah
 Membatasi pekerjaan yang membahayakan bagi ibu dan bayinya
 Membatasi kerja lembur/malam/hari libur bagi ibu
 Memberi waktu untuk merawat anak 2 kali dalam sehari

F. VAKSINASI DI JEPANG (IMMUNIZATION IN JAPAN)

Di Jepang setiap anak lahir yang telah dilaporkan ke Pemda maka dia berhak
mendapatkan imunisasi secara gratis di seluruh fasilitas kesehatan. Imunisasi yang
diberikan kepada anak adalah sebagai berikut :

Vaksinasi Target Jumlah Metode

Haemaphilus Influenza tipe B 2 bulan – 5 1–4X Individu


tahun

Streptococus Pneuomonia 2 bulan – 5 1–4X Individu


tahun

Diptheria, Tahap 1, 3 – 7 bulan 3X Individu


Pertusis, pertamakali
Tetanus, HB,
Tahap 1, 1X
Polio
Tambahan

Diptheria, Tahap 1, 3 – 7 bulan 3X Individu


HB, Pertusis, pertamakali
Tetanus,
Tahap 1, 1X
Polio
Tambahan

BCG 5 – 8 bulan 1X Grup

MR Tahap 1 1 – 2 Tahun 1X Individu

Tambahan 5 – 7 Tahun 1X

Enchephalitis Tahap 1 3 -7 bulan 2X


Jepang

Tambahan 3 – 7 Tahun 1X

Tahap 2 9 – 13 tahun 1X

DT Tahap 2 11 – 13 tahun 1X Individu

Kanker Servik 13 – 16 tahun 3X Individu

Influenza Di atas 65 1X
tahun

Anda mungkin juga menyukai