Setiap fasilitas kesehatan di Jepang harus ikut asuransi. Setiap orang dapat memilih
fasilitas kesehatan dimanapun baik pemerintah maupun swasta hanya dengan
menunnjukkan kartu peserta asuransi. Peserta dapat memilih berobat ke klinik atau ke
rumah sakit dimanapun bahkan di luar wilayah tempat tinggal karena pemerintah
berprinsip saat seseorang sudah mau berobat ke pelayanan kesehatan kenapa harus
ditolak. Besarnya biaya pengobatan dan perawatan sama saja baik di fasilitas
pemerintah ataupun swasta. Pihak asuransi dan pemda akan melakukan audit secara
ketat untuk setiap klaim asuransi karena mereka harus memastikan bahwa peserta
asuransi menerima pelayanan sesuai standar nasional yang tercantum juga dalam
pedoman asuransi kesehatan. Standar tersebut mencakup tenaga kesehatan, alat-alat
kesehatan dan obat-obatan. Biaya yang tidak tercantum dalam kalaim asuransi akan
ditanggung oleh pasien. Bila pasien tidak mampu menanggung biaya tersebut maka
pemerintah wajib menanggung biaya tersebut. Seorang dokter yang ingin meresepkan
obat di luar yang tercantum dalam pedoman asuransi harus mendapat persetujuan
dari komite medik karena semua alat dan obat yang masuk di pedoman asuransi
Jepang merupakan alat dan obat yang berkualitas tinggi.
Besarnya klaim asuransi ditentukan berdasarkan penyakit yang diderita oleh pasien
dan juga kelengkapan fasilitas kesehatan dan jumlah tenaga kesehatan terlatih di
fasilitas tersebut. Rumah sakit atau klinik yang memiliki jumlah perawat, bidan atau
dokter yang terlatih dapat mengklaim biaya asuransi yang lebih besar dibandingkan
yang tidak. Pelatihan yang dimaksud disini adalah pelatihan yang telah ditentukan
standarnya oleh organisasi profesi dan bukan pelatihan yang dilakukan internal oleh
rumah sakit. Umumnya kegiatan pelatihan yang tersertifikasi di Jepang rata-rata
diselenggarakan 1 bulan sampai 1 tahun. Misalnya pelatihan untuk manajer perawat
tingkat I dan II dilaksanakan selama 1 tahun oleh organisasi profesi.
Namun tidak semua biaya pelayanan kesehatan ditanggung oleh asuransi. Beberapa
jasa pelayanan yang tidak ditanggung oleh asuransi adalah :
1. Pemeriksaan kesehatan
Pemeriksaan kesehatan seperti ANC, PNC, pemeriksaan anak bayi, usia sekolah,
dewasa dan orang tua tidak ditanggung oleh asuransi namun pemerintah
daerah memberikan voucher untuk pemeriksaan kesehatan satu kali selama
satu tahun. Sedangkan untuk ANC, pemerintah daerah memberikan voucher
sebanyak 14 buah untuk ibu hamil. Di sampin itu, bila ibu bersalin dan segera
lapor ke pemerintah daerah maka pemerintah daerah akan memberikan uang
sebagai ucapan selamat sebesar ¥ 400.000. Imunisasi
Imunisasi tidak ditanggung oleh pemerintah daerah tetapi ditanggung oleh
pemerintah daerah kecuali untuk imunisasi di luar standar nasional.
2. Persalinan Normal
Persalinan Normal tidak ditanggung oleh asuransi karena bukan merupakan
penyakit. Bila ibu lapor ke pemerintah daerah segera setelah melahirkan maka
biaya persalinan akan dibayarkan langsung ke rumah sakit yang berkisar
¥ 350.000 – 400.000. Bila biayanya kurang dari ¥ 400.000 maka sisanya akan
dikembalikan ke ibu.
3. Pelayanan Kosmetik
4. Kecelakaan di sekolah
Biaya pengobatan dan perawatan akibat kecelakaan yang terjadi di sekolah
ditanggung oleh asuransi kesehatan sekolah dengan premi ¥ 250 per bulan
yang dibayar oleh orang tua murid.
5. Kecelakaan lalu lintas
Biaya pengobatan dan perawatan akibat kecelakaan lalu lintas ditanggung oleh
pihak yang menyebabkan kecelakaan lalu lintas.
6. Inseminasi Buatan
Program untuk memperoleh atau menambah anak tidak ditanggung oleh
asuransi namun bagi pasangan yang kesulitan untuk memperoleh anak
pemerintah menawarkan bantuan biaya untuk mengikuti program tersebut
dengan dibiayai oleh pemerintah daerah. Setiap pasangan diberikan
kesempatan 3 kali untuk mengikuti program tersebut.
Setiap peserta asuransi akan memperoleh kartu asuransi yang dapat digunakan di
seluruh Jepang. Di kartu yang diberikan terdapat voucer untuk pemeriksaan kesehatan
lengkap yang dibiayai oleh pemerintah daerah. Di samping itu, terdapat juga voucher
bagi peserta asuransi yang ingin mendonasikan bagian tubuhnya bila mereka
meninggal.
Gambar 1.2 Kartu Asuransi
Karena keterbatasan jumlah dokter maka negara juga menugaskan “medical officer’ di
beberapa wilayah. Medical officer adalah lulusan SMA yang telah diberikan pendidikan
dan pelatihan selama 3 tahun dalam bidang kedokteran sebelum ditempatkan di
masyarakat. Untuk wilayah-wilayah yang tidak ada medical officer, pemerintah
memberikan kewenangan kepada perawat kesehatan masyarakat untuk memberikan
pengobatan terbatas.
Dalam pelaksanaannya perawat kesehatan masyarakat memegang peranan yang
sangat penting di Jepang dalam pemberantasan penyakit menular dan
penanggulangan masalah kesehatan masyarakat termasuk kesehatan ibu dan anak
sehingga kebijakan penempatan perawat kesehatan masyarakat di setiap kecamatan
diberlakukan di seluruh Jepang sampai saat ini.
Di Jepang perawat terdiri dari tiga jenis yaitu :
1. Perawat Klinis
Umumnya bekerja di rumah sakit atau klinik setelah mengikuti pendidikan 3
tahun ditambah 1 tahun untuk menjadi perawat klinik.
2. Perawat Kesehatan Masyarakat
Umumnya bekerja di pusat kesehatan masyarakat. Untuk menjadi perawat
kesehatan masyarakat, seseorang harus mengikuti pendidikan perawat selama
3 tahun ditambah 1 tahun pendidikan untuk menjadi perawat kesehatan
masyarakat. Di setiap kecamatan ditempatkan minimal satu orang perawat
kesehatan masyarakat, namun jumlah perawat kesehatan masyarakat
tergantung jumlah penduduk seperti di Kota Naha dengan jumlah penduduk
300.000, pemerintah merekrut 16 orang perawat kesetan masyarakat.
3. Bidan
Umumnya bekerja di rumah sakit atau membuka praktik klinik kebidanan.
Untuk menjadi bidan, seseorang harus mengikuti pendidikan perawat selama 3
tahun ditambah dengan pendidikan kebidanan satu tahun.
Di Jepang, yang mengatur penempatan tenaga dokter dan tenaga kesehatan yang lain
selain perawat di klinik pemerintah adalah direktur rumah sakit, sedangkan yang
mengatur penempatan perawat di klinik adalah direktur keperawatan. Di rumah sakit
direkturnya harus seorang dokter sedangkan wakil direktur harus seorang perawat
karena hampir sebanyak 60 % pegawai adalah perawat maka yang mengatur haruslah
perawat. Sedangkan di Puskesmas tidak ada tenaga dokter kecuali kepala puskesmas
karena di Puskesmas tidak ada kegiatan pengobatan. Semua pasien yang sakit harus
berobat ke rumah sakit atau klinik pemerintah atau swasta.
Jenis fasilitas kesehatan dan tenaga yang ada di Jepang untuk memberikan pelayanan
kesehatan yaitu :
1. Rumah Sakit dan Rumah Sakit Khusus (Seperti RS Anak, Jantung, dll)
Tenaga kesehatan yang terlibat dalam pelayanan kesehatan secara langsung :
1) Dokter spesialis (Termasuk Psikiater)
2) Dokter Umum
3) Dokter Gigi
4) Perawat
5) Apoteker
6) Laboratorist
7) Fisiotherapist
8) Bidan
9) Ahli Gizi
10) Medical Sosial Worker
11) Psikolog
3. Klinik
Tenaga kesehatan yang bertugas :
1) Dokter
2) Perawat
Pemerintah Jepang menyadari bahwa pendidikan bagi warganya merupakan hal yang
sangat penting. Oleh karena itu pemerintah harus memastikan bahwa setiap anak
dapat mengikuti kegiatan belajar di sekolah. Untuk itu pemerintah membangun
sekolah di seluruh penjuru Jepang termasuk di daerah atau pulau terpencil. Mereka
membangun sekolah sesuai standar tanpa memandang jumlah penduduk atau anak
usia sekolah yang ada di wilayah tersebut. Sebagai contoh di wilayah kota Ishigaki
tepatnya di pulau Yeyama, pemerintah membangun sekolah walaupun jumlah
muridnya dari kelas 1 – 6 hanya 46 orang. Yang lebih ekstrim lagi, di wilayah yang tidak
jauh dari sekolah tersebut juga dibangun sekolah walaupun muridnya hanya 14 orang.
Pemerintah berprinsip bahwa dimanapun rakyatnya berada mereka mempunyai hak
yang sama untuk mendapatkan pendidikan.
Di samping membangun fasilitas belajar, pemerintah juga menyediakan tenaga
pengajar sesuai dengan standar pendidikan yang diperlukan tanpa memandang berapa
jumlah murid yang ada di wilayah tersebut. Di wilayah kota Ishigaki, ada beberapa
sekolah yang jumlah muridnya hanya 46 tapi jumlah gurunya 13 orang, ada juga yang
jumlah muridnya 14 jumlah gurunya 11 orang dan ada juga sekolah yang jumlah
muridnya 11 orang tetapi jumlah gurunya 13 orang.
Ruang kelas di sekolah Jepang biasanya terbuka di salah satu sisinya agar ruangan
menjadi segar sehingga anak-anak bisa belajar dengan baik.
Guru tidak perlu khawatir anak-anak akan melihat orang yang lalu lalang karena setiap
kelas akan belajar dan istirahat pada waktu yang sama. Di samping itu salah satu hal
yang dibiasakan di sekolah adalah anak akan selalu mendengar dan memperhatikan
saat guru sedang berbicara.
Di samping mengelola ruang kesehatan sekolah, school nurse teacher juga bertugas
mengajar sebagaimana guru-guru yang lain. Mata ajaran yang diajarkan adalah
“kesehatan sekolah” yang akan diajarkan mulai dari kelas 1 SD sampai kelas 12 SMA.
Materi yang diajarkan meliputi:
1. Hidup sehat
2. Tubuh yang berkembang dan saya
3. Kesehatan Mental
4. Pencegahan Kecelakaan
5. Pencegahan Penyakit
Materi tersebut disampaikan di setiap kelas tetapi disesuaikan dengan tingkat
pendidikan anak. Seperti pada materi tentang “Tubuh yang berkembang dan saya”,
guru hanya mengajarkan proses perubahan yang terjadi pada tubuh seorang laki-laki
dan perempuan pada anak kelas I tetapi tidak menjelaskan proses perubahannya.
Sebenarnya di dalam materi tersebut sudah mencakup materi “sex education” tetapi
masih bersifat pengetahun dasar. Materi tentang proses reproduksi baru akan
diajarkan pada anak di Sekolah Menengah Pertama. Beberapa sekolah yang
menganggap bahwa pendidikan kesehatan sangat penting mengundang beberapa
tenaga kesehatan seperti dokter dan bidan untuk menyampaikan materi kesehatan
yang tidak ada di dalam kurikulum.
Saat menyampaikan materi tentang kesehatan, biasanya school nurse teacher akan
didampingi oleh wali kelas masing-masing. Tujuannya agar wali kelas dapat membantu
mengawasi anak untuk mempraktekkan perilaku hidup sehat dalam kegiatan sehari-
hari seperti mencuci tangan sebelum makan, membuang sampah pada tempatnya dan
bergaul secara wajar.
Di samping itu setiap sekolah mempunyai Komite Kesehatan yang bertugas menyusun
rencana kesehatan sekolah setiap tahun. Rencana kesehatan sekolah akan
disampaikan oleh Komite Kesehatan Sekolah ke Dewan Pendidikan untuk
mendapatkan persetujuan dan dukungan dana dalam pelaksanaannya. Komite ini
diketuai oleh guru terpilih dari sekolah tersebut yang dipilih secara bergantian setiap
satu atau dua tahun tergantung kebijakan dari Kepala Sekolah. Dengan melibatkan
guru selain school nurse teacher sebagai ketua dan anggota Tim Komite Kesehatan
akan mendorong mereka untuk belajar tentang kesehatan sehingga setiap guru akan
memahami tentang pentingnya kesehatan. Anggota Komite Kesehatan sekolah juga
melibatkan profesi kesehatan lainnya seperti dokter, dokter gigi, perawat, petugas lab,
ahli gizi yang telah dikontrak oleh pemerintah dengan honor sebesar ¥ 14.000/bulan.
Mereka akan melakukan supervisi secara rutin ke sekolah untuk melihat kondisi
kesehatan sekolah termasuk anak didik. Di samping itu mereka akan melakukan
pemeriksaan kesehatan anak sekolah setahun sekali secara bersamaan dan juga
pendidikan dan konseling kesehatan kepada siswa.
Dalam pelaksanaan upaya kesehatan sekolah, peran guru sangat penting. Guru akan
memantau kehadiran siswa setiap hari dan bila ada siswa yang masuk maka guru akan
melaporkan ke school nurse teacher. School nurse teacher akan memantau kehadiran
setiap siswa di seluruh sekolah. Apabila banyak siswa yang tidak hadir karena sakit
maka dia akan mencari penyebabnya dan bila dianggap perlu dia akan mengusulkan
kepada Kepala Sekolah agar sekolah diliburkan selama beberapa hari untuk mencegah
terjadinya wabah penyakit. Di Jepang, sekolah diberikan kewenangan untuk menolak
atau memulangkan anak yang kena influenza.
School nurse teacher juga akan mengecek kebersihan sekolah. Di semua sekolah yang
ada di Jepang, semua anak dilibatkan di dalam menjadi kebersihan kelas dan
lingkungannya. Mereka bersama-sama akan menyapu, mengepel lantai,
membersihkan toilet dan membersihkan lingkungan sebelum pulang sekolah. Semua
alat-alat kebersihan disediakan oleh sekolah. Kotak sampah juga disediakan di setiap
ruangan. Kotak sampah dipisahkan menjadi dua jenis yaitu kotak sampah untuk bahan
yang dapat dibakar, tempat sampah untuk botol dan plastik serta kotak sampah untuk
bahan yang tidak bisa dibakar seperti gelas dan besi. Mereka juga dibiasakan
meletakkan piring, gelas, sumpit dan alas makan serta membuang sisa makanan pada
tempatnya. Sebenarnya kebiasaan ini tidak hanya dilakukan di rumah tetapi juga
dilakukan oleh semua orang di Jepang pada saat mereka makan di tempat umum.
Gambar 1.4 Anak dibiasakan meletakkan alat makan sesuai dengan tempatnya
setelah selesai makan
Di dinding sekolah akan banyak dijumpai poster-poster yang akan mengingatkan anak
tentang cara hidup sehat termasuk juga apa yang harus dilakukan dalam kondisi
kejadian bencana seperti Tsunami atau Gempa. Poster-poster tersebut didesain dan
dibuat oleh school nurse teacher karena sekolah tidak memiliki dana yang cukup untuk
membeli alat atau bahan kesehatan yang dibutuhkan tetapi sekolah menyediakan
bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat alat-alat pendidikan termasuk poster.
School nurse teacher juga akan membuat dan membagikan leaflet tentang cara
pencegahan influenza bila saat itu banyak terjadi influenza di masyarakat. School nurse
teacher akan selalu memantau perkembangan kesehatan di masyarakat dan
melakukan tindakan pencegahan di sekolah supaya anak tetap sehat dan bisa belajar.
Dengan terlaksananya kegiatan kesehatan sekolah seperti di SD Nakaima,
ketidakhadiran siswa karena sakit sangat rendah. Kebiasaan hidup sehat, makanan
yang sehat dan lingkungan yang sehat akan membuat anak didik sehat sehingga
mereka bisa mengikuti proses belajar mengajar. Bagi tenaga kesehatan, hal yang perlu
diingat dalam pelayanan kesehatan sekolah adalah bahwa kesehatan masyarakat
dalam hal ini anak didik bukan menjadi tujuan utama sekolah tetapi tujuan utamanya
adalah proses belajar mengajar berjalan lancar. Oleh karena itu setiap upaya yang
mendukung terlaksananya kegiatan belajar belajar akan didukung oleh pihak sekolah.
Pemeriksaan kesehatan pada anak usia kurang dari tiga tahun dan sebelum sekolah di
Provinsi Okinawa tidak dilakukan oleh Puskesmas tetapi diserahkan oleh Pemda
kepada OSPH/Okinawan Society for Public Health (Masyarakat Okinawa untuk
Kesehatan Masyarakat). OSPH merupakan Non Profit organisasi yang bertujuan untuk
membantu meningkatkan kesehatan masyarakat di provinsi Okinawa. Kelompok ini
beranggotakan beberapa profesi kesehatan dan masyarakat umum peduli kesehatan.
Untuk menjalankan organisasi ini setiap anggota membayar iuran anggota sebesar
¥ 300.000/bulan. Organisasi ini akan mengkoordinir pelaksanaan pemeriksaan
kesehatan bagi anak dengan tahap-tahap sebagai berikut :
1. Berkoordinasi dengan pemerintah daerah (Puskesmas Kota) untuk menyusun
jadwal.
2. Menyusun dan mengatur jadwal tim kesehatan yang akan melaksanakan
pemeriksaan kesehatan. Tim tersebut terdiri dari :
1. Petugas Administrasi (Pendaftaran)
2. PHN (Pemeriksaan Perkembangan)
3. Petugas Lab (Pemeriksaan darah dan urine lengkap)
4. Health Volunteer (Penimbangan)
5. Dr. Anak ((Pemeriksaan Fisik)
6. Dr. Gigi (Pemeriksaan Gigi)
7. Dental Hygeines (Konsultasi Kesehatan Gigi)
8. Ahli Gizi (Konsultasi)
9. PHN (Menyampaikan Hasil Lengkap Pemeriksaan Kesehatan)
3. Menyiapkan alat kesehatan dan bahan habis pakai yang diperlukan untuk
melaksanakan pemeriksaan kesehatan.
4. Menentukan target anak yang akan dilakukan pemeriksaan kesehatan
5. Mengirimkan surat kepada orang tua anak tentang waktu pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan. Untuk anak yang tidak dibawa pada pemeriksaan
sebelumnya, juga akan diundang untuk memeriksakan anaknya.
6. Berkoordinasi dengan Pusat Kesehatan masyarakat untuk menyebarluaskan
jadwal pemeriksaan kesehatan kepada masyarakat.
7. Melaksanakan pemeriksaan kesehatan sesuai jadwal.
8. Mengirimkan surat kepada orang tua yang tidak membawa anaknya ke
Puskesmas dan bila perlu akan bekerjasama dengan perawat kesehatan
masyarakat untuk melakukan kunjungan rumah pada anak yang tidak datang
setelah menerima undangan sebanyak 3 kali.
9. Melaporkan hasil pemeriksaan kesehatan kepada Pemerintah Kota
10. Melakukan klaim biaya pemeriksaan kesehatan kepada pemerintah daerah
sesuai dengan jumlah anak yang datang.
Dengan menyerahkan pemeriksaan kesehatan kepada OSCH, pemerintah dapat
menghemat biaya karena tidak perlu merekrut seluruh tenaga yang akan melakukan
pemeriksaan menjadi pegawai negeri serta tidak perlu membeli alat kesehatan yang
diperlukan. Bagi pemerintah daerah dengan jumlah anak yang sedikit, merekrut tenaga
dan membeli alat akan menjadi beban pemerintah daerah.
Pemeriksaan kesehatan dilakukan berdasarkan jumlah target anak yang ada di wilayah
kota. Untuk wilayah Kota dengan jumlah anak yang sedikit, pemeriksaan kesehatan
dilakukan satu kali dalam setahun sedangkan untuk wilayah dengan anak yang banyak,
pemeriksaan kesehatan bisa dilakukan satu bulan sekali. Saat pemeriksaan apabila
ditemukan anak yang menderita suatu penyakit atau gangguan maka akan dirujuk ke
rumah sakit. OSCH akan meminta hasil pemeriksaan dan tindakan yang dilakukan
rumah sakit untuk memastikan bahwa anak tersebut mendapatkan pelayanan sesuai
standar. Untuk anak usia sekolah, pemeriksaan kesehatan akan dikoordinir oleh
Komite Kesehatan Sekolah. Biaya pemeriksaan akan ditanggung oleh Dewan
Pendidikan.
Untuk pemeriksaan kesehatan kepada ibu hamil karena tidak ditanggung oleh asuransi
maka pemeriksaan kesehatan ditanggung oleh pemda dengan memberikan buku KIA
yang didalamnya ada voucher pemeriksaan gratis kehamilan selama 14 kali.
Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan dimanapun baik rumah sakit pemerintah
ataupun swasta. Standar pemeriksaan kehamilan mencakup pemeriksaan USG,
pemeriksaan darah dan pemeriksaan rutin. Bila ibu mengalami komplikasi selama
kehamilan maka secara otomatis biayanya ditanggung oleh asuransi. Dengan adanya
voucher tersebut secara otomatis ibu akan melaporkan setiap kehamilan ke
pemerintah daerah untuk mendapatkan buku KIA karena yang akan menyerahkan
buku KIA adalah petugas di pemda dan bukan petugas kesehatan.
Di Jepang persalinan dapat dilakukan di rumah sakit atau bidan praktik yang sudah
bekerjasama dengan rumah sakit pengampu. Jepang mewajibkan setiap persalinan
untuk dirawat selama 7 hari di rumah sakit kecuali bila ibu menolak. Saat bersalin,
biaya persalinan tidak ditanggung oleh asuransi tetapi bila ibu melaporkan
persalinannya ke pemda maka dia akan mendapatkan bantuan biaya dari pemda untuk
mengganti biaya persalinan tersebut. Di samping itu dengan melaporkan persalinannya
dan bayinya maka bayi tersebut akan mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara
seperti imunisasi, pelayanan pemeriksaan kesehatan di rumah oleh perawat kesehatan
masyarakat, dll. Demikian juga bila ibu atau bayinya meninggal pemerintah juga akan
memberikan bantuan biaya pemakan mereka melapor ke pemda. Dengan sistem ini
maka pemerintah akan mengetahui jumlah penduduk setiap saat.
Di Jepang setiap anak lahir yang telah dilaporkan ke Pemda maka dia berhak
mendapatkan imunisasi secara gratis di seluruh fasilitas kesehatan. Imunisasi yang
diberikan kepada anak adalah sebagai berikut :
Tambahan 5 – 7 Tahun 1X
Tambahan 3 – 7 Tahun 1X
Tahap 2 9 – 13 tahun 1X
Influenza Di atas 65 1X
tahun