Anda di halaman 1dari 6

TUGAS BIOLOGI LAUT

“MAKALAH FITOPLANKTON”

DEPARTEMEN ILMU KELAUTAN

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Fitoplankton dapat dikatakan sebagai pembuka kehidupan di planet ini,
karena dengan adanya phytoplankton memungkinkan makhluk hidup yang
lebih tinggi tingkatannya ada di muka bumi. Fitoplankton hidup di muka
bumi sebelum manusia ada, beberapa ratus juta tahun yang lalu. Dengan
sifatnya yang autotrof mampu merubah bahan anorganik menjadi organik
dan penghasil oksigen yang sangat mutlak diperlukan makhluk hidup yang
lebih tinggi tingkatnya. Dilihat dari daya reproduksi dan produktivitas, maka
fitoplantokn mempunyai produktivitas jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan organisme autotrof yang lebih tinggi tingkatnya. Fitoplankton juga
dapat berperan sebagai produsen tingkat pertama yang ada diseluruh badan
air di muka bumi.
Mengolah sumber daya akuatik yang lebih besar dalam arti luasan dan
potensinya mampu menghasilkan bahan pangan dari organisme autotrof
maupun heterotrof. Sumber daya akuatik yang paling besar adalah laut,
sehingga budidaya laut merupakan loncatan usaha kedua untuk memenuhi
kebutuhan pangan secara global setelah revolusi hijau. Perairan Indonesia
mempunyai keunggulan keragaman hayati, kerena terletak di daerah tropis,
dengan keragaman yang besar tersebut maka komoditas yang dapat
dikembangkan juga sangat besar.

BAB II
PEMBAHASAN

Fitoplankton menghuni hampir setiap ruang dalam massa air yang dapat
dicapai oleh sinar matahari (zone eufotik), dan merupakan komponen flora
yang paling besar peranannya sebagai produsen primer di suatu perairan
(Nontji, 1984). Fitoplankton terdiri dari beberapa klas, dimana taksonomi
fitoplankton telah mengalami berbagai revisi dan wakil nama klas
fitoplankton yang berlaku seat ini, serta distribusinya masing-masing kelas.
Perkembangan fitoplankton sangat dipengaruhi oleh zooplankton
Nybakken (1992) dengan mengemukakan teori grazing, yang menyatakan
jika di suatu perairan terdapat populasi zooplankton yang tinggi maka
populasi fitoplankton akan menurun karena dimangsa oleh zooplankton.
Pertumbuhan fitoplankton adalah mengikuti laju pertumbuhan yang
differensial, zooplankton mempunyai siklus reproduksi lebih lambat maka
untuk mencapai populasi maksimum akan membutuhkan waktu yang lebih
lama dibandingkan fitoplankton. Steeman-Nielsen (1975) in Basmi (1988).
Ada hubungan yang sangat erat antara fitoplankton dengan zooplankton,
pada musim panas jumlah fitoplankton akan melebihi zooplankton
sedangkan pada musim penghujan jumlah fitoplankton menurun akibat
berkurangnya sinar matahari sehingga jumlah zooplankton melebihi
fitoplankton.
Menurut Sachlan (1982), fitoplankton dikelompokan ke dalam 5 divisi
yaitu: Cyanophyta, Crysophyta, Pyrrophyta, Chlorophyta dan Euglenophyta
(hanya hidup di air tawar). Kecuali Euglenophyta semua kelompok
fitoplankton ini dapat hidup di air tawar dan air laut. Menurut Nontji (1993),
fitoplankton yang dapat tertangkap dengan planktonet standar (no. 25)
adalah fitoplankton yang memiliki ukuran ≥ 20 μm. Fitoplankton yang bisa
tertangkap dengan jaring umumnya tergolong dalam tiga kelompok utama
yakni diatom, dinoflagellata dan alga biru (Cyanophyceae).

1. FILLUM CHLOROPHYTA
Berwarna hijau, karena mengandung kloroplas (plastida yang berwarna
hijau) dengan butir-butir pirenoid ditengahnya. Bentuk kloroplas ini pada
beberapa genus berlainan, seperti bentuk spiral, bentuk jala, bentuk bintang,
bentuk ladam, dan butiran atau himpunan klorofil yang tak teratur. Sel-sel
alga hijau sudah bersifat eukarion atau memiliki dinding nukleus. Tubuhnya
ada yang bersel satu (Chlorella), berkoloni (volvox), dan bersel banyak
membentuk benang (Spirogyra), berbentuk lembaran (Ulva) dan ada yang
serupa rumput (Chara).
Reproduksi Chlorophyta dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara
seksual dan secara aseksual. Reproduksi seksual dilakukan dengan cara
peleburan sel kelamin jantan dan betina serta ada juga yang secara konjugasi.
Reproduksi secara aseksual dilakukan tanpa adanya peleburan sel jantan dan
betina, tetapi dilakukan dengan pembelahan biner (ganggang bersel satu),
fragmentasi (ganggang berbentuk benang dan berkoloni), serta
pembentukan zoospora (spora kembara).

2. FILLUM CYANOPHYTA
Cyanophyta merupakan suatu divisi (filum) bakteri yang mendapatkan
energi melalui fotosintesis. Cyanophyta termasuk dalam regnum (kerajaan)
monera. Ganggang hijau- biru merupakan salah satu contoh dari kelas
Cyanophyceae. Ganggang hijau-biru memiliki klorofil yang berbeda dari
klorofil bakteri yang dapat berfotosintesis, dan diketahui bahwa oksigen
dibebaskan oleh ganggang hijau-biru pada saat fotosintesis tetapi tidak
terjadi pada bakteri. Ganggang hijau – biru memiliki afinitas mirip bakteri
sehingga disebut juga Cyanobacteria karena organisasi seluler dan
biokimianya.
Cyanobacteria/Cyanophyta atau alga hijau biru merupakan kelompok
alga prokariotik. Organisme tersebut memiliki peran sebagai produsen dan
penghasil senyawa nitrogen di perairan. Beberapa Cyanobacteria juga
diketahui dapat memproduksi toksin (racun). Selain menghasilkan toksin,
Cyanobacteria mampu menghasilkan senyawa yang bermanfaat bagi mahluk
hidup lain, antara lain protein dan senyawa lain untuk obat-obatan.
Organisme tersebut bersifat kosmopolit, tidak hanya ditemukan di habitat
akuatik melainkan juga ditemukan di habitat terestrial. Cyanobacteria ada
yang hidup sebagai plankton dan ada pula yang hidup sebagai bentos.

3. FILLUM CRYSOPHYTA
Algae ini mempunyai pigmen yang berbeda-beda sehingga ada yang
disebut algae kuning hijau (Xanthophyceae), dan algae keemasan
(Chrysophyceae). Diaotomae yang termasuk Bacillariophyceae juga termasuk
anggota algae ini. Pigmen fotosintetik terdiri atas klorofil a dan c, karoten,
fukoxantin, dan beberapa xantofil.
Bahan cadangan makanan algae ini berupa krisolaminarin, yaitu polimer
glukosa dengan ikatan B. Dinding selnya tersusun dari selulosa, silika, dan
kalsium karbonat. Pada beberapa jenis algae ini mempunyai 1 atau 2 flagela.
Dinding sel diatomae yang keras disebut frustule. Ada 2 macam bentuk
frustule, yaitu centric dan pennate. Diatomae dengan bentuk pennate yang
tidak berflagela, ada yang dapat bergerak diatas substrat padat karena
adanya raphe. Raphe adalah celah memanjang dan sempit pada dinding sel
sebagai tempat keluarnya sitoplasma. Gerakan timbul karena adanya arus
protoplasma tersebut. Habitatnya di air tawar atau air laut, tempat – tempat
yang basah, dan merupakan anggota penyusun plankton.

DAFTAR PUSTAKA

Asmara, A. 2005. Hubungan Struktur Komunitas Plankton dengan Kondisi


Fisika-Kimia Perairan Pulau Pramuka dan Pulau
Panggang, Kepulauan Seribu. Skripsi tidak diterbitkan.
Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Ambar, P. 2009. Optimasi Pengembangan Media untuk Pengembangan Media
untuk Pertumbuhan Chlorella sp. pada Skala Laboratorium.
Skripsi tidak diterbitkan. Bogor : Institut Pertanian Bogor.

Anda mungkin juga menyukai