Lapkas DM Final r.21
Lapkas DM Final r.21
PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus terdiri dari dua tipe yaitu Diabetes Mellitus tipe pertama yang
disebabkan keturunan dan tipe kedua disebabkan life style atau gaya hidup. Secara umum,
hampir 80% prevalensi Diabetes Mellitus adalah Diabetes Mellitus tipe 2. Ini berarti gaya
hidup/life style yang tidak sehat menjadi pemicu utama meningkatnya prevalensi Diabetes
Mellitus. Bila dicermati, penduduk dengan obesitas mempunyai risiko terkena Diabetes
3
Mellitus lebih besar dari penduduk yang tidak obesitas.
Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan insulin
8
secara relatif maupun absolut. Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3 jalan, yaitu :
a. Rusaknya sel-sel β pankreas karena pengaruh dari luar (virus, zat kimia
tertentu, dll).
b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pankreas.
c. Desensitasi/kerusakan reseptor insulin (down regulation) di jaringan perifer.
9
Aktivitas insulin yang rendah akan menyebabkan :
a. Penurunan penyerapan glukosa oleh sel-sel tubuh, disertai peningkatan pengeluaran
glukosa oleh hati melalui proses glikogenolisis dan glukoneogenesis. Karena
banyak sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa tanpa bantuan insulin maka terjadi
kelebihan glukosa ekstrasel bersamaan dengan defisiensi glukosa intrasel yang ironis.
b. Ketika glukosa darah meningkat ke kadar di mana jumlah glukosa yang tersaring
melebihi kemampuan sel tubulus melakukan reabsorbsi maka glukosa muncul di urin,
keadaan ini dinamakan glukosuria.
c. Glukosa di urin menimbulkan efek osmotik yang menarik H2O bersamanya,
yang menyebabkan diuresis osmotik yang ditandai oleh poliuria (sering berkemih).
d. Cairan yang keluar dari tubuh secara berlebihan akan menyebabkan dehidrasi, yang
selanjutnya dapat menyebabkan kegagalan sirkulasi perifer karena berkurangnya volume
darah secara mencolok. Kegagalan sirkulasi, jika tidak diperbaiki, dapat
menyebabkan kematian karena berkurangnya aliran darah ke otak atau menimbulkan gagal
ginjal sekunder akibat kurangnya tekanan filtrasi.
e. Lebih lanjut, sel-sel kehilangan air sewaktu tubuh mengalami dehidrasi akibat
pergeseran osmotik air dari sel ke dalam cairan ekstrasel yang hipertonik. Akibatnya timbul
polidipsia (rasa haus berlebihan) yang sebenarnya adalah mekanisme kompensasi untuk
melawan dehidrasi.
f. Pada defisiensi glukosa intrasel, nafsu makan meningkat sehingga terjadi polifagia
(asupan makanan yang berlebihan).
g. Efek defisiensi insulin pada metabolisme lemak menyebabkan penurunan sintesis
trigliserida dan peningkatan lipolisis. Hal ini akan menyebabkan mobilisasi besar-besaran
asam lemak dari simpanan trigliserida.
Peningkatan asam lemak dalam darah sebagian besar digunakan oleh sel sebagai sumber
energi alternatif karena glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel.
h. Efek insulin pada metabolisme protein adalah pergeseran netto menuju katabolisme
protein. Penguraian protein-protein otot menyebabkan otot rangka lisut dan lemah sehingga
terjadi penurunan berat badan.
Gambar 2.1. THE OMINOUS OCTET.
Delapan organ yang berperan dalam pathogenesis hiperglikemia pada DM tipe 2
Secara garis besar patogenesis DM tipe-2 disebabkan oleh delapan hal (omnious
1
octet) berikut:
1. Kegagalan sel beta pancreas
Pada saat diagnosis DM tipe-2 ditegakkan, fungsi sel beta sudah sangat berkurang.
Obat anti diabetik yang bekerja melalui jalur ini adalah sulfonilurea, meglitinid, GLP-1
agonis dan DPP-4inhibitor.
2. Liver
Pada penderita DM tipe-2 terjadi resistensi insulin yang berat dan memicu
gluconeogenesis sehingga produksi glukosa dalam keadaan basal oleh liver (HGP=hepatic
glucose production) meningkat. Obat yang bekerja melalui jalur ini adalah metformin, yang
menekan proses gluconeogenesis.
3. Otot
Pada penderita DM tipe-2 didapatkan gangguan kinerja insulin yang multiple di
intramioselular, akibat gangguan fosforilasi tirosin sehingga timbul gangguan transport
glukosa dalam selotot, penurunan sintesis glikogen, dan penurunan oksidasi glukosa. Obat
yang bekerja di jalur ini adalah metformin, dan tiazolidindion.
4. Sel lemak
Sel lemak yang resisten terhadap efek antilipolisis dari insulin, menyebabkan
peningkatan proses lipolysis dan kadar asam lemak bebas (FFA=Free Fatty Acid) dalam
plasma. Penigkatan FFAakan merangsang proses glukoneogenesis, dan mencetuskan
resistensi insulin di liver dan otot. FFA juga akan mengganggu sekresi insulin. Gangguan
yang disebabkan oleh FFA ini disebutsebagai lipotoxocity. Obat yang bekerja dijalur ini
adalah tiazolidindion.
5. Usus
Glukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar dibanding kalau
diberikan secara intravena. Efek yang dikenal sebagai efek incretin ini diperankan oleh 2
hormon GLP1
(glucagon-like polypeptide-1) dan GIP (glucose-dependent insulinotrophic polypeptide atau
disebut juga gastric inhibitory polypeptide). Pada penderita DM tipe-2 didapatkan defisiensi
GLP-1 dan resisten terhadap GIP. Disamping hal tersebut incretin segera dipecah oleh
keberadaan ensim DPP-4, sehingga hanya bekerja dalam beberapa menit. Obat yang bekerja
menghambatkinerja DPP-4 adalah kelompok DPP-4 inhibitor. Saluran pencernaan juga
mempunyai peran dalam penyerapan karbohidrat melalui kinerja ensim alfa-glukosidase yang
memecah polisakarida menjadi monosakarida yang kemudian diserap oleh usus dan berakibat
meningkatkan glukosa darah setelah makan. Obat yang bekerja untuk menghambat kinerja
enzim alfa-glukosidase adalah akarbosa.
6. Sel Alpha Pancreas
Sel-α pancreas merupakan organ ke-6 yang berperan dalam hiperglikemia dan
sudah diketahui sejak 1970. Sel-α berfungsi dalam sintesis glukagon yang dalam keadaan
puasa kadarnya di dalam plasma akan meningkat. Peningkatan ini menyebabkan HGP dalam
keadaan basal meningkat secara signifikan disbanding individu yang normal. Obat yang
menghambat sekresi glucagon atau menghambat reseptor glukagon meliputi GLP-1 agonis,
DPP-4 inhibitor dan amylin.
7. Ginjal
Ginjal merupakan organ yang diketahui berperan dalam pathogenesis DM tipe-2.
Ginjal memfiltrasi sekitar 163 gram glukosa sehari. Sembilan puluh persen dari glukosa
terfiltrasi ini akan diserap kembali melalui peran SGLT-2 (Sodium Glucose co-Transporter)
pada bagian convulated tubulus proksimal. Sedang 10% sisanya akan di absorbsi melalui
peran SGLT-1 pada tubulus desenden dan asenden, sehingga akhirnya tidak ada glukosa
dalam urine. Pada penderita DM terjadi peningkatan ekspresi gen SGLT-2. Obat yang
menghambat kinerja SGLT-2 ini akan menghambat penyerapan kembali glukosa di tubulus
ginjal sehingga glukosa akan dikeluarkan lewat urine. Obat yang bekerja di jalur ini adalah
SGLT-2 inhibitor. Dapaglifozin adalah salah satu contoh obatnya.
8. Otak
Insulin merupakan penekan nafsu makan yang kuat. Pada individu yang obes baik
yang DM maupun non-DM, didapatkan hiperinsulinemia yang merupakan mekanisme
kompensasi dariresistensi insulin. Pada golongan ini asupan makanan justru meningkat akibat
adanya resistensi insulin yang juga terjadi di otak.
2.4. Diagnosis Diabetes Mellitus
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksaan
glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan
plasma darah vena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan
pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas
dasar adanya glukosuria. Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM.
Kecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti:
• Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak
dapat dijelaskan sebabnya.
• Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada
pria, serta pruritus vulva pada wanita.
Tabel.2.1. Diagnosis Diabetes Mellitus
1. Glukosa Plasma Puasa ≥126 mg/dl (7.0 mmol/l). Puasa didefinisikan
Atau
Atau
Atau
1. Edukasi
Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perluselalu dilakukan sebagai bagian dari
upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM secara
holistik. Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat awal dan materi edukasi tingkat
lanjutan.
a. Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan Primer
yang meliputi:
o Materi tentang perjalanan penyakit DM.
o Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan
o Penyulit DM dan risikonya.
o Intervensi non-farmakologis dan farmakologis serta target pengobatan.
o Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat antihiperglikemia oral
atau insulin serta obat-obatan lain.
o Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau urin
mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia).
o Mengenal gejala dan penanganan awalhipoglikemia. o
Pentingnya latihan jasmani yang teratur.
o Pentingnya perawatan kaki.
o Cara mempergunakan fasilitas perawatan kesehatan.
b. Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakandi Pelayanan Kesehatan Sekunder
dan / atauTersier, yang meliputi:
o Mengenal dan mencegah penyulit akut DM. o
Pengetahuan mengenai penyulit menahun
o Penatalaksanaan DM selama menderitapenyakit lain.
o Rencana untuk kegiatan khusus (contoh:olahraga prestasi).
o Kondisi khusus yang dihadapi (contoh:hamil, puasa, hari-hari sakit).
o Hasil penelitian dan pengetahuan masa kinidan teknologi mutakhir tentang DM.
O Pemeliharaan/perawatan kaki.
o Sumber protein yang baik adalah ikan,udang, cumi, daging tanpa lemak,
ayamtanpa kulit, produk susu rendah lemak,kacang-kacangan, tahu dan tempe.
o Pada pasien dengan nefropati diabetik perlu penurunan asupan proteinmenjadi
0,8 g/kg BB perhari atau 10%dari kebutuhan energi, dengan 65%diantaranya
bernilai biologik tinggi.
O Kecuali pada penderita DM yang sudahmenjalani hemodialisis
asupan proteinmenjadi 1-1,2 g/kg BB perhari.
d. Natrium
o Anjuran asupan natrium untukpenyandang DM sama dengan orangsehat yaitu
<2300 mg perhari.
o Penyandang DM yang juga menderitahipertensi perlu
dilakukan pengurangannatrium secara individual.
o Sumber natrium antara lain adalahgaram dapur, vetsin, soda, dan bahan
pengawet seperti natrium benzoat dannatrium nitrit.
e. Serat
o Penyandang DM dianjurkanmengonsumsi serat dari kacangkacangan, buah
dan sayuran sertasumber karbohidrat yang tinggi serat.
o Anjuran konsumsi serat adalah 20-35gram/hari yang berasal dari
berbagaisumber bahan makanan.
f. Pemanis Alternatif
o Pemanis alternatif aman digunakansepanjang tidak melebihi batas aman
oPemanis alternatif dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanistak
berkalori.
o Pemanis berkalori perlu diperhitungkankandungan kalorinya sebagai bagiandari
kebutuhan kalori, seperti glukosaalkohol dan fruktosa.
O BB Kurang <18,5
o BB Normal 18,5-22,9
-
24,9
O Obes I 25,0-29,9
oObes II ≥30
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhankalori antara lain:
O Jenis Kelamin
O Umur
O Aktivitas Fisik atau Pekerjaan
O Stres Metabolik
O Berat Badan
3. Latihan Jasmani
Latihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DMT2 apabila tidak
disertai adanya nefropati. Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani dilakukan
secara secara teratur sebanyak 3-5 kali perminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan
total 150 menit perminggu. Jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut
1
b. Terapi Farmakologis
Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani
(gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan.
1. Obat Antihiperglikemia Oral.
Berdasarkan cara kerjanya, obat antihiperglikemia oral dibagi menjadi 5 golongan:
a. Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue).
Sulfonilurea
Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh
sel beta pankreas.
Glinid
Glinid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sulfonilurea, dengan
penekanan pada peningkatan sekresi insulin fase pertama. Obat ini diabsorbsi
dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat
melalui hati.
b. Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin.
Metformin
Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati
(glukoneogenesis), dan memperbaiki ambilan glukosa di jaringan perifer.
Metformin merupakan pilihan pertama pada sebagian besar kasus DMT2.
Insulin campuran tetap, kerja pendek dengan menengah dan kerja cepat
dengan menengah (Premixed insulin)
Efek samping utama terapi insulin adalah terjadinya hipoglikemia
Penatalaksanaan hipoglikemia dapat dilihat dalam bagian komplikasi akut DM
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan komplikasi akut dan
kronis. Berikut ini akan diuraikan beberapa komplikasi yang sering terjadi dan harus
11
diwaspadai :
a. Nefropati
Kelainan yang terjadi pada ginjal penyandang DM dimulai dengan adanya
mikroalbuminaria, dan kemudian berkembang menjadi proteinuria secara klinis, berlanjut
dengan penurunan fungsi laju filtrasi glomerulus dan berakhir dengan keadaan gagal ginjal
yang memerlukan pengelolaan dengan pengobatan substitusi.
b. Neuropati
Berbagai kelainan akibat DM dapat terjadi pada retina, mulai dari retinopati diabetik
non-proliferatif sampai perdarahan retina, kemudian juga ablasia retina dan lebih lanjut lagi
dapat mengakibatkan kebutaan.
c. Penyakit Jantung Koroner
Kewaspadaan untuk kemungkinan terjadinya penyakit pembuluh darah coroner harus
ditingkatkan terutama untuk mereka yang mimiliki risiko tinggi terjadinya kelainan
aterosklerosis seperti mereka yang mempunyai riwayat keluarga penyakit pembuluh darah
coroner ataupun riwayat keluarga DM yang kuat.
d. Penyakit Pembuluh Darah Perifer
Mengenali dan mengelola berbagai faktor risiko terkait terjadinya kaki diabetes dan
ulkus diabetes merupakan hal yang paling penting dalam usaha pencegahan terjadinya kaki
diabetes. Adanya perubahan bentuk kaki (callus, kapalan,dll), neuropati dan adanya
penurunan suplai darah ke kaki merupakan hal yang harus diperhatikan pada pengelolaan
DM sehari-hari.
e. Hipoglikemia
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam (pandangan menjadi gelap), keringat dingin,
detak jantung meningkat, sampai hilang kesadaran. Apabila tidak segera ditolong dapat
terjadi kerusakan otak dan akhirnya kematian. Pada hipoglikemia, kadar glukosa plasma
penderita kurang dari 50 mg/dl, walaupun pada orang-orang tertentu sudah menunjukkan
gejala hipoglikemia pada kadar glukosa plasma di atas 50 mg/dl. Kadar glukosa darah yang
terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak dapat
12
berfungsi bahkan dapat rusak.
f. Hiperglikemia
Hiperglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah melonjak secara tiba-tiba.
Keadaan ini dapat disebabkan antara lain oleh stress, infeksi, dan konsumsi obat-obatan
tertentu. Hiperglikemia ditandai dengan poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah
(fatigue), dan pandangan kabur.
c. Komplikasi Makrovaskuler
Terdapat tiga jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada penderita
diabetes, yaitu: penyakit jantung koroner, penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit
pembuluh darah perifer. Walaupun komplikasi makrovaskular dapat juga terjadi pada
Diabetes Mellitus tipe 1, namun yang lebih sering merasakan komplikasi makrovaskular ini
adalah penderita Diabetes Mellitus tipe 2 yang umumnya juga menderita hipertensi,
dislipidemia dan atau obesitas.
Hipertensi merupakan salah satu faktor dalam resistensi insulin/sindrom metabolik
dan sering menyertai Diabetes Mellitus tipe 2. Sedangkan pada pasien Diabetes Mellitus tipe
1, hipertensi dapat terjadi bila sudah ditemukan tanda-tanda gangguan fungsi ginjal yang
ditandai dengan mikroalbuminuria. Adanya hipertensi akan memperberat disfungsi endotel
dan meningkatkan risiko Penyakit Jantung Koroner. Hipertensi disertai dengan peningkatan
stres oksidatif dan aktivitas spesies oksigen radikal, yang selanjutnya akan memediasi
terjadinya kerusakan pembuluh darah akibat aktivasi Ang II dan penurunan aktivitas enzim
SOD. Dislipidemia yang akan menimbulkan stres oksidatif umum terjadi pada keadaan
resistensi insulin/sindrom metabolik dan Diabetes Mellitus tipe 2.
Dasar terjadinya peningkatan risiko penyakit jantung koroner pada pasien Diabetes
11
Mellitus belum diketahui secara pasti. Dari hasil penelitian didapatkan kenyataan bahwa :
1. Angka kejadian aterosklerosis lebih tinggi pada pasien Diabetes Mellitus dibanding
populasi non Diabetes Mellitus.
2. Pasien Diabetes Mellitus mempunyai risiko tinggi untuk mengalami trombosis,
penurunan fibrolisis dan peningkatan respons inflamasi.
3. Pada pasien Diabetes Mellitus terjadi glikosilasi protein yang akan mempengaruhi
integritas dinding pembuluh darah.
d. Komplikasi Mikrovaskuler
Komplikasi mikrovaskular terutama terjadi pada penderita diabetes tipe 1.
Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein yang terglikasi (termasuk HbA1c)
menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi makin lemah dan rapuh dan terjadi
penyumbatan pada pembuluh-pembuluh darah kecil. Hal inilah yang mendorong timbulnya
11
komplikasi-komplikasi mikrovaskuler, antara lain retinopati, nefropati, dan neuropati.
8. Manaf, Asman. Insulin : Mekanisme Sekresi dan Aspek Metabolisme. Buku Ajar
Penyakit Dalam Jilid III. edisi 7. Jakarta: Interna Publishing Pusat Penerbitan Ilmu
Penyakit Dalam; 2009. 2350-2353.
9. Sherwood, Lauralee. Konsekuensi yang Berkaitan dengan Efek pada Metabolisme
Karbohidrat. Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2012.
783-784.
10. Purnamasari, Dyah. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Melitus. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid III. Edisi 7. Jakarta: Interna Publishing Pusat Penertiban Ilmu
Penyakit Dalam; 2009. 2325-2326.
11. Waspadji, Sarwono. Komplikasi kronik Diabetes, Mekanisme Terjadinya, Diagnosis
dan Strategi Pengelolaan. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi 7. Jakarta:
Interna Publishing Pusat Penertiban Ilmu Penyakit Dalam; 2009. 2364-2367.
12. Departemen Kesehatan RI (DEPKES RI). Pedoman Teknis Penemuan dan
Tatalaksana Penyakit Diabetes Mellitus. Jakarta; 2007.