Anda di halaman 1dari 6

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.

) IX (1): 161-166 ISSN: 0853-6384 161

Short Paper

KELAYAKAN FINANSIAL USAHA PENANGKAPAN IKAN DI PANTAI TRISIK,


KECAMATAN GALUR, KABUPATEN KULON PROGO

FINANCIAL FEASIBILITY OF FISHING EFFORT IN TRISIK COAST,


GALUR SUBDISTRICT, KULON PROGO REGENCY

Sinung Rustijarno*)

Abstract

The research was done from June to August 2004 by cencus to all fishermen. This study
was conducted in Trisik Coast, Galur Subdistrict, Kulon Progo District.The purpose of
this research was to obtain the financial analysis of fishing effort in this area. The results
showed that the fishing in Trisisik coast was feasible indicated by the Net Present Value
(NPV) have positive value (Rp 21.439.196,-), Net B/C rasio (1,85) and Internal Rate of
Return (IRR) (16,43%).

Keyword : financial feasibility, coastal fishery, Kulon Progo

Pantai Trisik merupakan salah satu Perikanan tangkap di Pantai Trisik telah
tempat pendaratan ikan (TPI) yang mengalami perkembangan yang pesat
terletak di Desa Banaran, Kecamatan sejak tahun 1998. Usaha penangkapan
Galur, Kabupaten Kulon Progo. Luas ikan di Pantai Trisik berkembang dengan
Desa Banaran 907,251 ha mempunyai adanya penggunaan perahu motor tempel
batas wilayah di sebelah utara dengan sebagai sarana menangkap ikan serta
Desa Kranggan, selatan dengan perubahan jenis alat tangkap yang
Samudera Indonesia, barat dengan Desa digunakan, yaitu dari jaring hanyut menjadi
Nampurejo dan timur berbatasan dengan jaring i nsang (gillnet). Sebelum
Sungai Progo. Desa Banaran termasuk menggunakan perahu, nelayan hanya
desa pantai dengan ketinggian 0-5 m dpl menangkap ikan dari tepi pantai dengan
dan curah hujan rata-rata tahunan 214 mm menggunakan jaring hanyut (eret).
dengan suhu rata-rata 250C. Perkembangan ini tidak terlepas dari
adopsi teknologi penangkapan dari nelayan
Kegiatan penangkapan ikan merupakan pendatang (andon) terutama dari Cilacap
salah satu kegiatan ekonomi yang dan Kebumen.
dilakukan oleh masyarakat Desa Banaran
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pantai Trisik direncanakan sebagai sentra
Kegiatan penangkapan ikan masih perikanan laut bagi Kabupaten Kulon
didominasi oleh nelayan kecil atau Progo. W ilayah pesisir selatan
tradisional (Murdjijo, 1998). Ciri usaha Kecamatan Galur merupakan wilayah
tersebut adalah padat kerja dengan modal potensial bagi perikanan tangkap di
yang terbatas, menggunakan teknologi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dan
sederhana, dan tingkat pendidikan rendah telah mengalami perkembangan yang
serta keahlian (skill) yang terbatas pesat (Kamiso, 2000). Kenaikan harga
(Husein & Sumino, 1986). ikan pada saat krisis ekonomi dan tersedia

*)
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, Jl. Stadion Karangsari, Wedomartani, Ngemplak, Sleman.
E-mail sinrusty@yahoo.co.id
Copyright©2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved
162 Rustijarno, 2007

nya peluang lapangan kerja baru sebagai kipun t inggal di wilayah pesisir.
nelayan mendorong penduduk yang Peningkatan harga ikan yang terjadi pada
sebelumnya bermata pencaharian sebagai saat krisis moneter menyebabkan aktivitas
petani untuk memanfaatkan sumberdaya masyarakat di sekitar Pantai Trisik yang
perikanan sebagai sumber pendapatan. memanfaatkan sumberdaya perikanan laut
Kenaikan jumlah perahu dari semula 4 meningkat pesat. Penelitian ini bertujuan
unit (tahun 1998) menjadi 17 unit (tahun untuk mengetahui tingkat kelayakan
1999) dan 28 unit pada tahun 2002 usaha penangkapan ikan di Pantai Trisik
(Supardj o, 2001) sekali gus j uga secara finansial.
menaikkan jumlah nelayan yang secara
langsung terlibat dalam kegiatan Obyek penelitian adalah seluruh nelayan
penangkapan. yang tinggal tetap di wilayah pesisir
selatan Kecamatan Galur yaitu Pantai
Jenis-jenis ikan hasil tangkapan nelayan Trisik, Kabupaten Kulon Progo. Sampling
sebagian besar merupakan ikan demersal dilakukan dari bulan Juni sampai Agustus
dan pelagis kecil. Ikan hasil tangkapan 2004. Jumlah responden sebanyak 28
di Pantai Trisik yang mempunyai nilai pemilik perahu sesuai jumlah perahu
ekonomis tinggi dan merupakan target penangkap ikan di wilayah tersebut.
ekspor antara lain bawal putih/silver Analisi s dat a di lakukan t erhadap
pomfret (Pampus argenteus), bawal pendapatan, penerimaan, keuntungan,
hitam/black pomfrets (Formio niger), NPV, B/C rasio dan IRR. Pendapatan yang
layur/hairtails (Trichiurus spp.). Jenis lain dihitung adalah pendapatan atas biaya
adalah tenggiri/Spanish mackerel tunai yaitu selisih antara penerimaan tunai
(Scomberomorus commersoni), lemuru/ dengan biaya tunai. Penerim aan
Indian olisardinella (Sardinella spp.) merupakan hasil perkalian antara produksi
(Anonim, 2001), pari (Dasyatis spp.), yang dihasilkan dengan harga produk
cucut (Carcharinus spp.), manyung (Arius (Soekartawi, 1995). Keuntungan usahatani
spp.), talang (Charinemus spp.), tongkol merupakan selisih antara penerimaan
(Euthynus spp.), ekor kuning (Caesio dengan biaya total yang terdiri dari biaya
tricogaster), kakap merah (Lutjanus spp.), tetap dan biaya variabel. Analisis finansial
cakalang (Katsuwonus spp.) dan lain-lain kelayakan usaha menggunakan kriteria
(Supardjo, 2001). Net Present Value (NPV), Benefit-Cost
Analysis (BCA) dan Internal Rate of Return
Berdasarkan laporan dari Kamiso et al. (IRR) (Gray et al., 1992) dengan rumus :
(2000) hasil tangkapan tiap satuan upaya
penangkapan (CPUE/Catch per Unit of 1. NPV
Effort) di Pantai Trisik berfluktuasi. n Bt n Ct n Bt  C t
Fluktuasi hasil tersebut disebabkan NPV   -  
usaha perikanan di daerah tersebut t 0
1  i  t
t 0
1  i 
t
t 0
1  i t
tergolong baru dan dipengaruhi Keterangan :
sekurangnya dua faktor yaitu faktor alam Bt = Total benefit dari tahun 0, 1,…, n
Ct = Total biaya dari tahun 0, 1, …, n
(kondisi hidrooseanografi) dan faktor i = Faktor diskonto (discount rate)
sosial budaya (sosiokultural). Faktor alam n = Umur ekonomis usaha penangkapan
yaitu kondisi perairan (aspek oseanografi) ikan
terutama angin dan gelombang yang besar
dan faktor sosiokultural yaitu mata 2. Net B/C
n
pencaharian utama masih bersumber dari Bt  Ct
aktivitas pedalaman yang bersifat agraris
 1  i 
t 0
t ( untuk Bt – Ct > 0 )
Net B / C 
(pertanian) dan masyarakat tidak memiliki n
Ct  Bt
akar ketergantungan terhadap laut mes-  1  i 
t 0
t ( untuk Bt – Ct < 0 )

Copyright©2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) IX (1): 161-166 ISSN: 0853-6384 163

Keterangan : dan jaring mencapai Rp 330.000,-/tahun


Bt = Total benefit dari tahun 0, 1,…, n (Tabel 2).
Ct = Total biaya dari tahun 0, 1, …, n
i = faktor diskonto (discount rate)
n = umur ekonomis usaha penangkapan Tabel 2. Rerata biaya perawatan alat pe-
ikan nangkapan ikan di pantai Trisik
tahun 2003
3. IRR No. Jenis alat Biaya/trip Biaya/tahun
(Rp) (Rp)
NPV1 1. Perahu 1.298 100.000
IRR  i1   i 2  i1  2. Mesin 1.948 150.000
NPV1  NPV2 3. Jaring 1.038 80.000
Keterangan : Jumlah 4.285 330.000
i2 = Tingkat bunga sekarang (ke-2)
i1 = Tingkat bunga yang disepakati (ke-1) Lama melaut untuk setiap trip masih
NPV1 = NPV pada tingkat bunga i1
NPV2 = NPV pada tingkat bunga i1
sangat pendek, yaitu berkisar 5-7 jam (one
day fishing) karena hanya menggunakan
Kriteria usaha layak secara finansial : perahu motor tempel yang terbuat dari
bahan fiber dengan ukuran 3 GT dan
(1) NPV > 0
kekuatan mesin 15 PK. Hal ini
(2) Net B/C > 1
menyebabkan jangkauan operasi
(3) IRR > interest rate yang berlaku
penangkapan terbatas pada daerah pantai
(Zone I ). F ishing ground (area
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penangkapan ikan) terbatas sejauh 4-6 mil
produksi ikan hasil tangkapan dari 28
dari garis pantai dengan cakupan wilayah
perahu di Pantai Trisik pada tahun 2003
penangkapan dari perairan Pantai Congot
sebesar 87.336,30 kg dengan nilai
(bagian barat Kabupaten Kulon Progo)
produksi Rp 441.943.479,- atau rerata nilai
sampai Pantai Trisik yang berbatasan
produksi mencapai Rp 15.783.695,-/
dengan wilayah perairan laut Kabupaten
perahu/tahun dengan rerata jumlah trip
sebanyak 57 t rip/ perahu/tahun. Bantul.
Pendapat an perahu m erupakan
penerimaan tunai dari hasil penjualan ikan Biaya variabel atau biaya operasional
(Rp/perahu/tahun) dikurangi biaya tunai terdiri dari biaya bahan bakar dan
yang dikeluarkan (Rp/perahu/tahun). konsumsi, retribusi Tempat Pelelangan
Biaya total dihitung dari biaya tetap Ikan (TPI) 3 % dan upah tenaga pendorong
ditambah biaya variabel. Biaya tetap terdiri (5%) disajikan pada Tabel 3. Jangkauan
dari investasi perahu, biaya penyusutan wilayah penangkapan di dekat pantai
(Tabel 1) dan biaya perawatan. menyebabkan pengeluaran untuk biaya
operasional kecil. Penggunaan BBM hanya
Biaya perawatan yang dikeluarkan untuk mencapai 10 l/trip sedangkan pengeluaran
perawatan dan perbaikan perahu, mesin tunai lainnya berupa perbekalan (makanan,

Tabel 1. Biaya investasi dan rerata biaya penyusutan sarana penangkapan ikan di pantai
Trisik tahun 2003
No. Deskripsi Harga pembelian Umur teknis Nilai sisa Nilai penyusutan Proporsi investasi
(Rp) (Th) (Rp) (Rp/tahun) (%)
1. Perahu 7.000.000 7 1.000.000 857.142 27,90
2. Mesin 13.000.000 10 1.500.000 1.150.000 37,44
3. Jaring 5.000.000 5 0 1.000.000 32,55
4. Tempat Ikan 50.000 3 0 16.666 0,54
5. Baju Pelampung 240.000 5 0 48.000 1,56
Jumlah 25.290.000 2.500.000 3.364.666 100
Sumber : Analisis data primer (2004)

Copyright©2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


164 Rustijarno, 2007

Tabel 3. Rerata biaya variabel usaha penangkapan penangkapan ikan di pantai Trisik
tahun 2003
No. Jenis pembiayaan Biaya variabel/trip Biaya variabel/tahun
(Rp) (Rp)
1. Bensin +Oli 30.000 1.710.000
2. Makanan+Minuman+Rokok 20.000 1.140.000
3. Retribusi 3 % nilai Produksi 473.510
4. Upah Pendorong 5 % nilai produksi 789.184
  Jumlah 50.000,00 + 8 % Nilai Produksi 4.112.695
Sumber : Analisis data primer (2004)

minuman, rokok) untuk melaut selama usaha penangkapan tersebut cukup


satu hari. menguntungkan karena tingkat persentase
keuntungan dari i nv est asi yang
Berdasarkan data tersebut maka usaha ditanamkan pada usaha tersebut lebih
penangkapan ikan di Pantai Trisik dapat tinggi dari bunga bank (12%) yang berlaku.
dianalisis secara finansial (Tabel 4). Hasil
analisis disajikan secara ringkas pada Menurut Kamiso et al. (2000), jumlah trip
Tabel 5. penangkapan ikan yang menguntungkan
untuk dilakukan di Pantai Trisik sebanyak
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa 180 trip, dengan B/C rasio sebesar 2,049
usaha penangkapan ikan di Pantai Trisik dan nilai bersih sekarang (NPV) sebesar
layak secara finansial, ditunjukkan dari Rp 10.795.703,- Peningkatan penguasaan
nilai NPV (Rp 21.439.196,-), Net B/C rasio teknologi dan bertambahnya pengalaman
(1,85) dan IRR (16,43%). NPV yang dapat meningkatkan produktivitas dan
bernilai positif menunjukkan bahwa pendapat an usaha penangkapan.
investasi dengan teknologi penangkapan Permasalahan yang ada yaitu jumlah trip
ikan yang diterapkan oleh nelayan di yang rendah dan waktu trip (rata-rata
pantai Trisik layak untuk dikembangkan. hanya 5-7 jam di laut). Rendahnya jumlah
Berdasarkan asumsi umur ekonomis alat trip antara lain karena adanya gelombang
mencapai 10 tahun dan nilai inflasi tetap, besar pada saat musim tenggara (Juni-
maka investasi yang dilakukan akan September) sedangkan fasilitas prasarana
menghasilkan total keuntungan bersih masih terbatas dan sarana penangkapan
sebesar Rp 21.439.196,- menurut nilai masih bersifat tradisional.
sekarang.
Peningkatan produktiv it as usaha
Ditinjau dari analisis rasio Net B/C penangkapan melalui penggunaan tingkat
sebesar 1,85 pada tahun ke-10 teknologi maju pada masyarakat Pantai
menunjukkan bahwa usaha tersebut Trisik masih sangat lambat disebabkan
cukup menguntungkan dan mampu kurangnya permodalan. Permasalahan
mengembalikan modal awal (investasi) tersebut dapat diatasi dengan penyediaan
pada tahun kelima pengusahaan. Hasil fasilitas perkreditan untuk meningkatkan
penelitian ini berbeda dengan yang kemampuan nelayan dalam memperbaiki
dikemukakan oleh Ningrum (2001) yang teknologi usaha dan mengurangi biaya
menyatakan bahwa usaha penangkapan produksi , pem bangunan f asili tas
ikan di Pantai Trisik tidak layak dilakukan pendukung dan memotivasi nelayan untuk
karena nilai B/C rasio lebih kecil dari 1 menjadikan usaha penangkapan ikan
(0,73) dengan asumsi umur ekonomis sebagai sumber utama pendapatan
alat-alat penangkapan lima tahun. Nilai keluarga, sehingga jumlah trip dan waktu
IRR sebesar 16,43% menunjukkan bahwa penangkapan dapat meningkat.

Copyright©2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) IX (1): 161-166 ISSN: 0853-6384 165

Tabel 4. Analisis finansial arus tunai usaha penangkapan ikan di Pantai Trisik, Galur, Kulon Progo

Copyright©2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved


166 Rustijarno, 2007

Tabel 5. Analisis finansial usaha penangkapan ikan di Pantai Trisik tahun 2003
Nama Indikator
Lokasi Kriteria
Kelompok NPV Net B/C IRR
21.439.196,-
P. Trisik Tani Maju 1,85 16,43% Layak
(Positif)

Kesimpulan otonomi daerah. Rakorda Dinas Ter-


kait, Prov insi Daerah Istimewa
Usaha penangkapan ikan di Pantai Trisik Yogyakarta. 8 p.
Kecamatan Galur Kabupaten Kulon Progo
layak secara finansial, terlihat dari nilai Kamiso, H.N., Triyanto, Nizam, B.
NPV (Rp 21.439.196,-), Net B/C rasio Triatmojo, Suadi, Supardjo S.D., P.
(1, 85) dan I RR (16,77%) yang Suharsono. 2000. Studi rencana
menunjukkan bahwa investasi dengan pembangunan pelabuhan perikanan
teknol ogi penangkapan ikan yang di Provinsi DIY. Kerjasama Pusat Studi
diterapkan oleh nelayan di pantai Trisik Pengembangan Sumberdaya dan
layak untuk dikembangkan. Peningkatan Teknologi Kelautan Universitas Gadjah
produktivitas usaha dapat difasilitasi Mada dengan Di nas Perikanan
dengan penyediaan perkreditan untuk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
meningkatkan kemampuan nelayan dan Yogyakarta : 318 p.
pembangunan fasilitas penunjang.
Murdjijo, F.X. 1998. Keragaan dan
Daftar Pustaka kebijaksanaan pem bangunan
perikanan Pelita VI dan tinjauan
Anonim. 2001. Laporan Tahunan Dinas menghadapi era globalisasi. Makalah
Perikanan Provinsi D. I. Yogyakarta: Prosiding Simposium Perikanan II.
59-60. Puslitbang Perikanan. Uj ung
Pandang: 19-24.
Gray, C., P. Simanjuntak, L.K. Sabur,
P.F.L. Maspaitella, dan R.C.G. Varley. Ningrum, T.G. 2001. Profil nelayan pantai
1992. Pengantar evaluasi proyek. Trisik Kabupaten Kulon Progo.
Gramedia. Jakarta. 314 p. Skripsi. Fakul tas Pertanian
Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Husein, S.M dan B. Sumino. 1986. 46 p.
Pembangunan desa pantai menuju
peningkatan taraf hidup nelayan Soekartawi. 1995. Agribisnis : teori dan
tradisional, kasus pantai utara jawa. apl ikasi nya. PT Raja G raf i ndo
Prosiding Hari Pangan Sedunia ke- Persada. Jakarta: 9-89
VI. Puslitbang Perikanan. Jakarta: 15-
19. Supardjo. S.D. 2001. Komposisi dan
distribusi ikan hasil tangkapan di
Kamiso, H.N. 2000. Pemberdayaan Pantai Trisik Kabupaten Kulon Progo.
perikanan pantai selatan DIY dan Laporan Peneli tian. Jurusan
kelautan dalam rangka menyongsong Perikanan. Fakultas Pertanian. UGM.
Yogyakarta: 17 p.

Copyright©2007, Jurnal Perikanan (Journal of Fisheries Sciences) All Rights Reserved

Anda mungkin juga menyukai