Anda di halaman 1dari 11

BAB I

KONSEP MEDIS
SINDROM NEFROTIK

A. KONSEP DASAR MEDIS


1. DEFINISI
Sindrom nefrotik adalah kumpulan gejala klinis yang timbul dari
kehilangan protein karena kerusakan glomerulus yang difus.
Sindrom nefrotik adalah penyakit dengan gejala edema, proteinuria,
hipoalbuminemia dan hiperkolesterolemia kadang-kadang terdapat
hematuria, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal.
Penyakit ini terjadi tiba-tiba, terutama pada anak-anak. Biasanya
berupa oliguria dengan urin berwarna gelap, atau urin yang kental akibat
proteinuria berat.
Nephrotic Syndrome merupakan kumpulan gejala yang disebabkan
oleh adanya injury glomerular yang terjadi pada anak dengan karakteristik
: proteinuria, hypoproteinuria, hypoalbuminemia, hyperlipidemia dan
edema
Sindroma nefrotik merupakan keadaan klinis yang meliputi
proteinuria massif, hipoalbuminemia, hiperlipemia, dan edema.

2. TIPE-TIPE SINDROM NEFROTIK (Whaley and Wong, 1998)


a. Sindroma Nefrotik lesi minimal (MCNS : Minimal Change Nefrotik
Sindroma)
Merupakan kondisi yang tersering yang menyebabkan sindroma
nefrotik pada anak usia sekolah.
b. Sindroma Nefrotik Sekunder
Terjadi selama perjalanan penyakit vaskuler kolagen, seperti lupus
eritematosus sistemik dan purpura anafilaktoid, glomerulonefritis,
infeksi sistem endokarditis, bakterialis dan neoplasma
limfoproliferatif.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar Untung Kusuma Putra., S.Kep


Profesi Ners 21707073
Angkt. VII
c. Sindroma Nefirotik Kongenital
Faktor herediter sindroma nefrotik disebabkan oleh gen resesif
autosomal. Bayi yang terkena sindroma nefrotik, usia gestasinya
pendek dan gejala awalnya adalah edema dan proteinuria. Penyakit ini
resisten terhadap semua pengobatan dan kematian dapat terjadi pada
tahun-tahun pertama kehidupan bayi jika tidak dilakukan dialisis.

3. ETIOLOGI
Sebab penyakit sindrom nefrotik yang pasti belum diketahui, akhir-
akhir ini dianggap sebagai suatu penyakit autoimun. Jadi merupakan suatu
reaksi antigen-antibodi. Umumnya para ahli membagi etiologinya
menjadi:
a. Sindrom nefrotik bawaan
Diturunkan sebagai resesif autosomal atau karena reaksi maternofetal.
Gejalanya adalah edema pada masa neonatus. Sindrom nefrotik jenis
ini resisten terhadap semua pengobatan. Salah satu cara yang bisa
dilakukan adalah pencangkokan ginjal pada masa neonatus namun
tidak berhasil. Prognosis buruk dan biasanya penderita meninggal
dalam bulan-bulan pertama kehidupannya.
b. Sindrom nefrotik sekunder
Disebabkan oleh:
1) Malaria kuartana atau parasit lain.

2) Penyakit kolagen seperti lupus eritematosus diseminata, purpura


anafilaktoid.
3) Glumeronefritis akut atau glumeronefritis kronis, trombisis vena
renalis.
4) Bahan kimia seperti trimetadion, paradion, penisilamin, garam
emas, sengatan lebah, racun oak, air raksa.
5) Amiloidosis, penyakit sel sabit, hiperprolinemia, nefritis
membranoproliferatif hipokomplementemik.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar Untung Kusuma Putra., S.Kep


Profesi Ners 21707073
Angkt. VII
c. Sindrom nefrotik idiopatik ( tidak diketahui sebabnya )
Berdasarkan histopatologis yang tampak pada biopsi ginjal dengan
pemeriksaan mikroskop biasa dan mikroskop elektron, Churg dkk
membagi dalam 4 golongan yaitu: kelainan minimal,nefropati
membranosa, glumerulonefritis proliferatif dan glomerulosklerosis
fokal segmental.

4. PATOFISIOLOGI
Meningkatnya permeabilitas dinding kapiler glomerular akan
berakibat pada hilangnya protein plasma dan kemudian akan terjadi
proteinuria. Lanjutan dari proteinuria menyebabkan hipoalbuminemia.
Dengan menurunnya albumin, tekanan osmotik plasma menurun sehingga
cairan intravaskuler berpindah ke dalam interstitial. Perpindahan cairan
tersebut menjadikan volume cairan intravaskuler berkurang, sehingga
menurunkan jumlah aliran darah ke renal karena hypovolemi.
Menurunnya aliran darah ke renal, ginjal akan melakukan kompensasi
dengan merangsang produksi renin – angiotensin dan peningkatan sekresi
anti diuretik hormon (ADH) dan sekresi aldosteron yang kemudian terjadi
retensi kalium dan air. Dengan retensi natrium dan air akan menyebabkan
edema.
Terjadi peningkatan kolesterol dan trigliserida serum akibat dari
peningkatan stimulasi produksi lipoprotein karena penurunan plasma
albumin dan penurunan onkotik plasma
Adanya hiper lipidemia juga akibat dari meningkatnya produksi
lipopprtein dalam hati yang timbul oleh karena kompensasi hilangnya
protein, dan lemak akan banyak dalam urin (lipiduria)
Menurunya respon imun karena sel imun tertekan, kemungkinan
disebabkan oleh karena hipoalbuminemia, hiperlipidemia, atau defesiensi
seng.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar Untung Kusuma Putra., S.Kep


Profesi Ners 21707073
Angkt. VII
5. MANIFESTASI KLINIS
a. Retensi cairan dan edema yang menambah berat badan, edema
periorbital, edema dependen, pembengkakan genitelia eksterna, edema
fasial, asites dan distensi abdomen.
b. Anorexia
c. Penambahan berat badan
d. Kulit puca
e. Malese
f. Keletihan

6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
1) Urine
Volume biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (fase oliguria). Warna
urine kotor, sediment kecoklatan menunjukkan adanya darah,
hemoglobin, mioglobin, porfirin.
2) Darah
Hemoglobin menurun karena adanya anemia. Hematokrit menurun.
Natrium biasanya meningkat, tetapi dapat bervariasi. Kalium
meningkat sehubungan dengan retensi seiring dengan perpindahan
seluler (asidosis) atau pengeluaran jaringan (hemolisis sel darah
merah). Klorida, fsfat dan magnesium meningkat. Albumin <>

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar Untung Kusuma Putra., S.Kep


Profesi Ners 21707073
Angkt. VII
7. PENYIMPANGAN KDM

8. PENATALAKSANAAN
a. Diet tinggi protein, diet rendah natrium jika edema berat
b. Pembatasan sodium jika anak hipertensi
c. Antibiotik untuk mencegah infeksi
d. Terapi diuretik sesuai program
e. Terapi albumin jika intake anak dan output urin kurang
f. Terapi prednison dengan dosis 2 mg/kg/hari sesuai program

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar Untung Kusuma Putra., S.Kep


Profesi Ners 21707073
Angkt. VII
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

A. KONSEP DASAR KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
a. Identitas :
Umumnya 90 % dijumpai pada kasus anak. Enam kasus pertahun
setiap 100.000 anak terjadi pada usia kurang dari 14 tahun. Rasio laki-
laki dan perempuan yaitu 2 : 1.
b. Keluhan Utama :
Keluhan utama yang sering dikeluhkan adalah adanya bengkak pada
wajah atau kaki.
c. Riwayat Penyakit Sekarang ( RPS ) :
Pada pengkajian riwayat kesehatan sekarang, perawat menanyakan hal
berikut: Kaji berapa lama keluhan adanya perubahan urine output, kaji
onset keluhan bengkak pada wajah dan kaki apakah disertai dengan
adanya keluhan pusing dan cepat lelah, kaji adanya anoreksia pada
klien, kaji adanya keluhan sakit kepala dan malaise
d. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD) :
Pada pengkajian riwayat kesehatan dahulu, perawat perlu mengkaji
apakah klien pernah menderita penyakit edema, apakah ada riwayat
dirawat dengan penyakit diabetes melitus dan penyakit hipertensi pada
masa sebelumnya. Penting dikaji tentang riwayat pemakaian obat-
obatan masa lalu adanya riwayat alergi terhadap jenis obat dan
dokumentasikan
e. Riwayat Pada pengkajian psikososiokultural :
Adanya kelemahan fisik, wajah, dan kaki yang bengkak akan
memberikan dampak rasa cemas dan koping yang maladaptif pada
klien

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar Untung Kusuma Putra., S.Kep


Profesi Ners 21707073
Angkt. VII
f. Pemeriksaan fisik :
Keadaan umum klien lemah dan terlihat sakit berat dengan tingkat
kesadaran biasanya compos mentis. Pada TTV sering tidak didapatkan
adanya perubahan.
1) Sistem pernapasan.
Frekuensi pernapasan 15 – 32 X/menit, rata-rata 18 X/menit, efusi
pleura karena distensi abdomen
2) Sistem kardiovaskuler.
Nadi 70 – 110 X/mnt, tekanan darah 95/65 – 100/60 mmHg,
hipertensi ringan bisa dijumpai.
3) Sistem persarafan : Dalam batas normal.
4) Sistem perkemihan : Urine/24 jam 600-700 ml, hematuri,
proteinuria, oliguri.
5) Sistem pencernaan : Diare, napsu makan menurun, anoreksia,
hepatomegali, nyeri daerah perut, malnutrisi berat, hernia
umbilikalis, prolaps anii.
6) Sistem musculoskeletal : Dalam batas normal.
7) Sistem integument : Edema periorbital, ascites.
8) Sistem endokrin : Dalam batas normal
9) Sistem reproduksi : Dalam batas normal.
a) B1 (breathing)
Biasanya tidak didapatkan adanya gangguan pola napas dan
jalan napas walau secara frekuensi mengalami peningkatan
terutama pada fase akut. Pada fase lanjut sering didapatkan
adanya gangguan pola napas dan jalan napas yang merupakan
respons terhadap edema pulmoner dan efusi pleura
b) B2 (Blood)
Sering ditemukan penurunan curah jantung respon sekunder
dari peningkatan beban volume

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar Untung Kusuma Putra., S.Kep


Profesi Ners 21707073
Angkt. VII
c) B3 (Brain)
Didapatkan edema wajah terutama periorbital, sklera tidak
ikterik. Status neurologis mengalami perubahan sesuai tingkat
parahnya azotemia pada sistem saraf pusat.
d) B4 (Bladder)
Perubahan warna urine output seperti warna urine berwarna
kola.
e) B5 (Bowel)
Didapatkan adanya mual dan muntah, anoreksia sehingga
sering didapatkan penurunan intake nutrisi dari kebutuhan.
Didapatkan asites pada abdomen
f) B6 (Bone)
Didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum, efek
sekunder dari edema tungkai dari keletihan fisik secara umum
g. Pemeriksaan diagnostic
Urinalisis didapatkan hematuria secara mikroskopik, proteinuria,
terutama albumin. Keadaan ini juga terjadi akibat meningkatnya
permeabilitas membran glomerulus
h. Pengkajian penatalaksanaan medis
Tujuan terapi adalah mencegah terjadinya kerusakan ginjal lebih lanjut
dan menurunkan resiko komplikasi.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kehilangan protein
sekunder terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus.
b. Perubahan nutrisi kuruang dari kebutuhan berhubungan dengan
malnutrisi sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu
makan.
c. Gangguan body image b.d. perubahan penampilan.
d. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan imunitas tubuh yang
menurun

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar Untung Kusuma Putra., S.Kep


Profesi Ners 21707073
Angkt. VII
3. INERVENSI KEPERAWATAN
a. Kelebihan volume cairan b. d. dengan kehilangan protein sekunder
terhadap peningkatan permiabilitas glomerulus.
Tujuan : tidak terjadi akumulasi cairan dan dapat
mempertahankan keseimbangan intake dan output.
Kriteria Hasil : menunjukkan keseimbangan dan haluaran, tidak
terjadi peningkatan berat badan, tidak terjadi
edema.
Intervensi:
1) Pantau, ukur dan catat intake dan output cairan
2) Observasi perubahan edema
3) Batasi intake garam
4) Ukur lingkar perut
5) timbang berat badan setiap hari

b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d. malnutrisi


sekunder terhadap kehilangan protein dan penurunan napsu makan.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil : tidak terjadi mual dan muntah, menunjukkan
masukan yang adekuat, mempertahankan berat
badan
Intervensi:
1) tanyakan makanan kesukaan pasien
2) anjurkan keluarga untuk mrndampingi anak pada saat makan
3) pantau adanya mual dan muntah
4) bantu pasien untuk makan
5) berikan makanan sedikit tapi sering
6) berikan informasi pada keluarga tentang diet klien

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar Untung Kusuma Putra., S.Kep


Profesi Ners 21707073
Angkt. VII
c. Gangguan body image b.d. perubahan penampilan.
Tujuan : tidak terjadi gangguan boby image
Kriteria Hasil : menytakan penerimaan situasi diri, memasukkan
perubahan konsep diri tanpa harga diri negatif
Intervensi:
1) gali perasaan dan perhatian anak terhadap penampilannya
2) dukung sosialisasi dengan orang-orang yang tidak terkena infeksi
3) berikan umpan balik posotif terhadap perasaan anak

d. Resti infeksi b.d. imunitas tubuh yang menurun


Tujuan : tidak terjadi infeksi
Kriteria Hasil : tidak terdapat tanda-tanda infeksi, tanda-tanda vitl
dalam batas normal, leukosit dalam batas normal.
Intervensi:
1) cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan
2) pantau adanya tanda-tanda infeksi
3) lakukan perawatan pada daerah yang dilakukan prosedur invasif
4) anjurkan keluarga untuk mrnjaga kebersihan pasien
5) kolaborasi pemberian antibiotic

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar Untung Kusuma Putra., S.Kep


Profesi Ners 21707073
Angkt. VII
DAFTAR PUSTAKA

M. Wilkinson Judith. 2017. Diagnosis Keperawatan, Diagnisis NANDA I,


Intervensi NIC, Hasil NOC. Edisi 10. EGC. Jakarta.

NANDA. 2015-2017. Diagnosis Keperawatan, Definisi dan Klasifikasi. Edisi 10.


EGC. Jakarta.

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar Untung Kusuma Putra., S.Kep


Profesi Ners 21707073
Angkt. VII

Anda mungkin juga menyukai