Anda di halaman 1dari 10

Laporan Pendahuluan Bronkitis

A. Pengertian
Bronkitis adalah suatu infeksi saluran pernapasan yang menyebabkan
inflamasi yang mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang
bermanifestasi sebagai batuk, dan biasanya akan membaik tanpa terapi dalam 2
minggu. (Rahajoe, 2012).
Secara harfiah bronkitis adalah suatu penyakit yang ditandai oleh
inflamasi bronkus. Secara klinis pada ahli mengartikan bronkitis sebagai suatu
penyakit atau gangguan respiratorik dengan batuk merupakan gejala yang
utama dan dominan. Ini berarti bahwa bronkitis bukan penyakit yang berdiri
sendiri melainkan bagian dari penyakit lain tetapi bronkitis ikut memegang
peran. (Ngastiyah, 1997 ).
Bronkhitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada bronkus.
Bronkhitis dapat bersifat akut maupun kronis ( manurung,2008 ).
Bronkhitis adalah suatu peradangan bronkioli, bronkhus, dan trakea oleh
berbagai sebab. Bronkhitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti
rhinovirus, respiratory syncitial virus (RSV), Virus influenza, virus
parainfluenza, dan coxsackie virus (Muttaqin,2008).
Bronkhitis merupakan inflamasi bronkus pada saluran napas bawah.
Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau pajanan iritan yang
terhirup (Chang, 2010).
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan, Bronkitis
adalah suatu penyakit yang terjadi karena adanya peradangan pada bronkus,
gejala yang biasanya timbul batuk yang utama dan dominan, dan biasanya
penyakit ini disebabkan oleh Bakteri, Virus maupun menghirup zat iritan.
Bronkitis dapat bersifat akut dan kronik.
B. Etiologi
faktor utama yang mempengaruhi timbulnya bronchitis yaitu rokok,
infeksi dan polusi. Selain itu terdapat pula hubungan dengan faktor keturunan
dan status sosial.
1. Rokok
Menurut buku Report of the WHO Expert Comite on Smoking
Control, rokok adalah penyebab utama timbulnya bronchitis. Terdapat
hubungan yang erat antara merokok dan penurunan VEP (volume ekspirasi
paksa) 1 detik. Secara patologis rokok berhubungan dengan hiperplasia
kelenjar mukus bronkus dan metaplasia skuamus epitel saluran pernafasan
juga dapat menyebabkan bronkostriksi akut.
2. Infeksi Eksaserbasi
bronchitis disangka paling sering diawali dengan infeksi virus yang
kemudian menyebabkan infeksi sekunder bakteri. Bakteri yang diisolasi
paling banyak adalah Hemophilus influenza dan streptococcus pneumonie.
3. Polusi
Polusi tidak begitu besar pengaruhnya sebagai faktor penyebab,
tetapi bila ditambah merokok resiko akan lebih tinggi. Zat – zat kimia
dapat juga menyebabkan bronchitis adalah zat – zat pereduksi seperti O2,
zat – zat pengoksida seperti N2O, hidrokarbon, aldehid, ozon.
4. Keturunan
Belum diketahui secara jelas apakah faktor keturunan berperan
atau tidak, kecuali pada penderita defisiensi alfa 1 antitripsin yang
merupakan suatu problem, dimana kelainan ini diturunkan secara autosom
resesif. Kerja enzim ini menetralisir enzim proteolitik yang sering
dikeluarkan pada peradangan dan merusak jaringan, termasuk jaringan
paru.
5. Faktor sosial ekonomi
Kematian pada bronchitis ternyata lebih banyak pada golongan
sosial ekonomi rendah, mungkin disebabkan faktor lingkungan dan
ekonomi yang lebih jelek. Bronkitis oleh virus seperti Rhinovirus, RVS,
virus influenza, virus parainfluenza, Adeno virus, virus rubeola, dan
paramyxovirus.
Menurut laporan penyebab lain dapat terjadi melalui zat iritan asam
lambung seperti asam lambung, atau polusi lingkungan dan dapat ditemukan
setelah perjalanan yang berat, seperti saat aspirasi setelah muntah, atau
perjalanan dalam jumlah besar yang disebabkan zat kimia dan menjadikan
bronkitis kronis.

Bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan mycoplasma


pneumonia yang dapat menyebabkan bronkitis akut dan biasanya terjadi pada
anak berusia diatas 5 tahun atau remaja, Bordetella pertussis dan
Corynebacterium diphtheriae biasa terjadi pada anak yang tidak diimunisasi
dan dihubungkan dengan kejadian trakeobronkitis, yang selama stadium kataral
pertusis, gejala-gejala infeksi respiratori lebih dominan. Gejala khas berupa
batuk kuat berturut-turut dalam satu ekspirasi yang diikuti usaha keras dan
mendadak untuk insipirasi, sehingga menimbulkan whoop. Batuk biasanya
menghasilkan mucus yang kental dan lengket (Rahajoe,2012).

C. Patofisiologi
Penemuan patologis dari bronchitis adalah hipertropi dari kelenjar
mukosa bronchus dan peningkatan sejumlah sel goblet disertai dengan infiltrasi
sel radang dan ini mengakibatkan gejala khas yaitu batuk produktif. Batuk
kronik yang disertai peningkatan sekresi bronkus tampaknya mempengaruhi
bronchiolus yang kecil – kecil sedemikian rupa sampai bronchiolus tersebut
rusak dan dindingnya melebar.
Faktor etiologi utama adalah merokok dan polusi udara lain yang biasa
terdapat pada daerah industri. Polusi tersebut dapat memperlambat aktifitas
silia dan pagositosis, sehingga timbunan mukus meningkat sedangkan
mekanisme pertahanannya sendiri melemah. Mukus yang berlebihan terjadi
akibat displasia. Sel – sel penghasil mukus di bronkhus. Selain itu, silia yang
melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia.
Perubahan – perubahan pada sel – sel penghasil mukus dan sel – sel silia ini
mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan
mukus dalam jumlah besar yang sulit dikeluarkan dari saluran nafas
D. Manifestasi klinis
Tanda Dan Gejala
1. Batuk
Batuk pada bronchitis mempunyai ciri antara lain batuk produktif
berlangsung kronik dan frekuensi mirip seperti pada bronchitis kronis,
jumlah seputum bervariasi, umumnya jumlahnya banyak terutama pada
pagi hari sesudah ada perubahan posisi tidur atau bangun dari tidur.
Kalau tidak ada infeksi skunder sputumnya mukoid, sedang apabila
terjadi infeksi sekunder sputumnya purulen, dapat memberikan bau yang
tidak sedap. Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan
menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat,
misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali,
puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3
bagian:
a. Lapisan teratas agak keruh.
b. Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva ( ludah ).
c. Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari
bronkus yang rusak ( celluler debris ).
2. Haemaptoe
Haemaptoe terjadi pada 50 % kasus bronchitis, kelainan ini terjadi
akibat nekrosis atau destruksi mukosa bronkus mengenai pembuluh darah
(pecah) dan timbul perdarahan. Perdarahan yang timbul bervariasi mulai
dari yang paling ringan ( streaks of blood ) sampai perdarahan yang cukup
banyak ( massif ) yaitu apabila nekrosis yang mengenai mukosa amat hebat
atau terjadi nekrosis yang mengenai cabang arteri broncialis ( daerah
berasal dari peredaran darah sistemik ).
Pada dry bronchitis ( bronchitis kering ), haemaptoe justru gejala
satu- satunya karena bronchitis jenis ini letaknya dilobus atas paru,
drainasenya baik, sputum tidak pernah menumpuk dan kurang
menimbulkan reflek batuk. pasien tanpa batuk atau batukya minimal. Pada
tuberculosis paru,
3. Sesak nafas ( dispnue )
Pada sebagian besar pasien ( 50 % kasus ) ditemukan keluhan sesak
nafas. Timbul dan beratnya sesak nafas tergantung pada seberapa luasnya
bronchitis kronik yang terjadi dan seberapa jauh timbulnya kolap paru dan
destruksi jaringan paru yang terjadi sebagai akibat infeksi berulang (ISPA),
yang biasanya menimbulkan fibrosis paru dan emfisema yang
menimbulkan sesak nafas. Kadang ditemukan juga suara mengi
(wheezing), akibat adanya obstruksi bronkus. Wheezing dapat local atau
tersebar tergantung pada distribusi kelainannya.
4. Demam berulang
Bronchitis merupakan penyakit yang berjalan kronik, sering
mengalami infeksi berulang pada bronkus maupun pada paru, sehingga
sering timbul demam (demam berulang)
5. Kelainan fisis
Tanda-tanda umum yang ditemukan meliputi sianosis, jari tubuh,
manifestasi klinis komplikasi bronchitis. Pada kasus yang berat dan lebih
lanjut dapat ditemukan tanda-tanda korpulmonal kronik maupun payah
jantung kanan. Ditemukan ronchi basah yang jelas pada lobus bawah paru
yang terkena dan keadaannya menetap dari waktu kewaktu atau ronchi
basah ini hilang sesudah pasien mengalami drainase postural atau timbul
lagi diwaktu yang lain.
Apabila bagian paru yang diserang amat luas serta kerusakannya
hebat, dapat menimbulkan kelainan berikut: terjadi retraksi dinding dada
dan berkurangnya gerakan dada daerah yang terkena serta dapat terjadi
penggeseran medistenum kedaerah paru yang terkena. Bila terjadi
komplikasi pneumonia akan ditemukan kelainan fisis sesuai dengan
pneumonia. Wheezing sering ditemukan apa bila terjadi obstruksi bronkus.
E. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada pasien,
antara lain :
1. Bronchitis ringan berkembang menjadi bronkitis akut dan kronik.
Bronkitis kronik didefinisikan sebagai suatu gangguan paru
obstruktif yang ditandai oleh produksi mukus berlebihan di saluran napas
bawah selama paling kurang 3 bulan berturut-turut dalam setahun untuk 2
tahun berturut-turut.
2. Pneumonia dengan atau tanpa atelektaksis
Bronchitis sering mengalami infeksi berulang biasanya sekunder
terhadap infeksi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini sering terjadi pada
mereka drainase sputumnya kurang baik.
3. Pleuritis.
Komplikasi ini dapat timbul bersama dengan timbulnya pneumonia.
Umumnya pleuritis sicca pada daerah yang terkena.
4. Abses metastasis diotak, akibat septikemi oleh kuman penyebab infeksi
supuratif pada bronkus. Sering menjadi penyebab kematian.
5. Haemaptoe
Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena (
arteri pulmonalis ) , cabang arteri ( arteri bronchialis ) atau anastomisis
pembuluh darah. Komplikasi haemaptoe hebat dan tidak terkendali
merupakan tindakan beah gawat darurat.
6. Sinusitis yang merupakan komplikasi yang sering terjadi dari penyakit
bronkitis yang sering ditemui dan pada penyakit gangguan saluran nafas
lainnya.
7. Kor pulmonal kronik
Pada kasus ini bila terjadi anastomisis cabang-cabang arteri dan vena
pulmonalis pada dinding bronkus akan terjadi arterio-venous shunt, terjadi
gangguan oksigenasi darah, timbul sianosis sentral, selanjutnya terjadi
hipoksemia. Pada keadaan lanjut akan terjadi hipertensi pulmonal, kor
pulmoner kronik, Selanjutnya akan terjadi gagal jantung kanan.
8. Kegagalan pernafasan merupakan komlikasi paling akhir pada bronchitis
yang berat dan luas.
9. Amiloidosis
Keadaan ini merupakan perubahan degeneratif, sebagai komplikasi
klasik dan jarang terjadi. Pada pasien yang mengalami komplikasi ini dapat
ditemukan pembesaran hati dan limpa serta proteinurea.
F. Penatalaksanaan
Tindakan Medis.
1. Jangan beri obat antihistamin berlebih.
2. Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bacterial.
3. Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari.
4. Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif
5. Terapi khusus (pengobatan) :
a. Bronchodilator
b. Antimikroba
c. Kortikosteroid
d. Terapi pernafasan
e. Terapi aerosol
f. Terapi oksigen
g. Penyesuaian fisik
h. Latihan relaksasi
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Kesehatan Pasien
1) Keluhan Utama
a) Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan).
b) Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan.
c) Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu).
d) Bengek.
e) Sedikit demam.
f) Dada merasa tidak nyaman.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Batuk-batuk diserta dengan riak dan rasa sesak. Sesak bertambah
berat saat melakukan kegiatan yang ringan.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
a) Asma.
b) Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya
sinobronkitis).
c) Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi
mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.
d) Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis.
4) Riwayat Penyakit Keluarga Apakah keluarga pasien pernah
mengalami penyakit yang sama.
b. Observasi dan Pemeriksaan Fisik, Meliputi :
1) Keadaan Umum Kaji keadaan umum pasien meliputi, tingkat
kesadaran, ekspresi wajah, dan posisi klien saat datang
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital Suhu meningkat, tekanan darah
meningkat, Respirasi meningkat
3) Sistem Kardiovaskuler peningkatan frekuensi jantung/takikardia
berat
4) Pemeriksaan Dada
a) Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal
b) terdengar Bunyi nafas ronchi
c) Perkusi hyperresonan pada area paru.
d) Warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu – abu
keseluruhan.
e) pada Auskultasi terdengar Ronchi +/+, kedua lapang paru,
Wizing kadang (+), kadang samar
5) Pola aktifitas sehari-hari dengan: Aspek biologi:
a) Mual/muntah
b) Nafsu makan buruk/anoreksia
c) Ketidakmampuan untuk makan
d) Penurunan berat badan
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium
a) LED meningkat
b) HB cenderung tetap atau sedang menurun
c) Analisa Gas Darah : asidosis metabolik dengan atau tanpa
retensi CO2
2) Radiologi
Tampak gambaran konsolidasi radang yang bersifat difus atau
berupa bercak yang mengikut sertakan alveoli secara tersebar.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
bronchospasme, edema mukosa, akumulasi mukus.
b. Pola nafas tak efektif berhubungan dengan obstruksi bronkus atau
bronkiolus.
c. Hipertermi berhubungan dengan Infeksi Virus
d. Intoleransi aktivitas
e. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
f. Gangguan fentilasi spontan
DAFTAR PUSTAKA

Wikipedia, 2009. Bronkitis, http://id.wikipedia.org/wiki/Bronkitis. di akses


tanggal 12 januari 2018

Xamthone, 2010. Bronkitis. http://xamthone-plus.com/bronkitis. di akses tanggal


12 januari 2018.

Ginageh,2011.PenyakitBronkitis. http://ginageh.wordpress.com/2011/09/30/penya
kit-bronkitis/. di akses tanggal 12 januari 2018.

http://bronkitis-bronkiolitis.blogspot.com/2011/11/makalah-bronkitis-dan-
bronkiolitis.html

Anda mungkin juga menyukai