Anda di halaman 1dari 5

Nama : Sri Hidayati

Nim :1167020075
Kelas : Biologi 4B
Mata Kuliah : Mikrobiologi Lanjut
1. Bagaimana mikroba dapat bertahan hidup dalam kondisi hyperonik atau hypotonis
Tekanan osmose sebenarnya sangat erat hubungannya dengan kandungan air.
Apabila mikroba diletakkan pada larutan hipertonis, maka selnya akan mengalami
plasmolisis, yaitu terkelupasnya membran sitoplasma dari dinding sel akibat
mengkerutnya sitoplasma. Apabila diletakkan pada larutan hipotonis, maka sel
mikroba akan mengalami plasmoptisa, yaitu pecahnya sel karena cairan masuk ke
dalam sel, sel membengkak dan akhirnya pecah.
Berdasarkan tekanan osmose yang diperlukan dapat dikelompokkan menjadi (1)
mikroba osmofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar gula tinggi, (2)
mikroba halofil, adalah mikroba yang dapat tumbuh pada kadar garam halogen yang
tinggi, (3) mikroba halodurik, adalah kelompok mikroba yang dapat tahan (tidak mati)
tetapi tidak dapat tumbuh pada kadar garam tinggi, kadar garamnya dapat mencapai 30
%.
Contoh mikroba osmofil adalah beberapa jenis khamir. Khamir osmofil mampu
tumbuh pada larutan gula dengan konsentrasi lebih dari 65 % wt/wt (aw = 0,94).
Contoh mikroba halofil adalah bakteri yang termasuk Archaebacterium,
misalnya Halobacterium. Bakteri yang tahan pada kadar garam tinggi, umumnya
mempunyai kandungan KCl yang tinggi dalam selnya. Selain itu bakteri ini
memerlukan konsentrasi Kalium yang tinggi untuk stabilitas ribosomnya. Bakteri
halofil ada yang mempunyai membran purple bilayer, dinding selnya terdiri dari
murein, sehingga tahan terhadap ion Natrium.

2. Bagaimana mikroba bertahan hidup pada kondisi tekanan tinggi, garam tinggi, PH
tinggi, dan suhu tinggi
a) Suhu tinggi
Terbentuknya Hapanoid
Selama beberapa waktu, diketahui bahwa membran plasma bakteri (prokariot)
terdiri dari campuran protein dan lipid. Adapun lipid yang membentuk membran sel
terdiri dari 65 % fosfolipid, 25% kolesterol dan 10% lipid lain. Membran plasma
bakteri diketahui tidak mengandung sterol, yaitu kelas lipid yang biasanya
ditemukan pada semua membran plasma mikroorganisme eukariot yang berperan
sebagai stabilisator membran.
Posisi sterol diduga digantikan oleh kelompok lipid lain yang dikenal sebagai
hopanoid. Hal ini diperkuat oleh Mycoplasma mycoides adalah prokariotik yang
menggunakan kholesterol dalam membrannya. Peran sterol ini dapat diganti dengan
diplopterol. Fakta ini didasarkan pada hasil percobaan yang menunjukkan kesamaan
pola pertumbuhan sel antara biakan yang mengandung cholesterol dan diplopterol.
Dalam Bacillus acidocaldarius, konsentrasi hopanoid meningkat dengan kenaikan
temperatur dan penurunan pH hopanoid disini berperan dalam menetralkan efek
destabilisasi membran pada temperatur yang tinggi atau pH yang sangat asam.
Dalam Zymomonas mobilis, konsentrasi yang tinggi dari hopanoid memberikan
karakter toleransi terhadap kadar alkohol seluler yang tinggi. Dengan demikian
hopanoid terlibat dalam mekanisme adaptasi membran akibat pengaruh lingkungan.
Hopanoid merupakan turunan triterpen pentasiklik yang banyak ditemukan dalam
eubakteria. Hopanoid berfungsi sebagai penstabil membran sel bakteri yang
memiliki ciri struktural yang mirip dengan sterol yang terdapat pada membran sel
eukariotik (Sahm dkk., 1992). Kemiripan pola struktur utama pembentuk sterol dan
hopan adalah sama-sama memiliki sisi polar dan sisi non polar. Sisi polar pada sterol
adalah gugus hidroksinya sedangkan pada hopan adalah gugus asam atau juga
hidroksi disepanjang rantai alkilnya.Sisi non polar pada kedua macam senyawa
tersebut juga memiliki kemiripan yakni terbentuk oleh beberapa cincin siklik yang
kaku (rigid) sehingga merupakan komponen yang kokoh dalam pembentukan
membrane sel. Distribusi senyawa hopanoid banyak ditemukan pada kelompok
bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Bacillus Acidocaldarius adalah bakteri
Gram positif yang dapat hidup pada kondisi asam menghasilkan senyawa hopanoid
diantaranya hopan, hop-22(29)ene, hop-17(21)ene dan glikosil homohopanoid
(Taylor dan Richard, 1984). Sedangkan kelompok senyawa hopanoid yang dari
bakteri Gram negative diantarnya Acetobacter
rancens (A.pasteurianum) menghasilkan hopan-22-ol,hop-22(29)ene,
homohopanoid. Pseudomonas sp. yang merupakan kelompok bakteri Gram negatif
mempunyai kandungan hopanoid, yaitu hopan-22-ol dan hop-22(29)ene. Kelompok
bakteri Gram negatif lain yang juga merupakan penghasil hopanoid
adalah Metylococcus capculatus, Rhodomicrobium
vannielli, Methanotropicbacteria, Acetobacter sp, Zymomonas
mobilis,Bradyrhizobium japonicum, Azetobacter vinelandi, Beijerincki
sp, Zymomonas mobilis merupakan bakteri Gram negatif yang mampu beradaptasi
pada medium alkoholik. Kemampuan adaptasi ini dikarenakan adanya senyawa
hopanoid yang terdapat dalam membran plasma yang berperan dalam memelihara
kestabilan membran dengan meningkatkan kekakuan (rigidity) dalam matriks lipid.
Kompleks hopanoid merupakan komponen utama dari membran lipid yang dimiliki
oleh Zymomonas mobilis. Diduga, produksi hopanoid bakteri disebabkan karena
perannya dalam mereduksi tekanan-tekanan dari luar. Produksi hopanoid oleh
bakteri sesungguhnya digunakan untuk mencegah mencairnya lipid terhadap suhu
yang tinggi dari lingkungan yang artinya permeabilitas membran untuk
melangsungkan proses transport tetap terjaga. Hasil penelitian sebelumnya dengan
menggunakan bakteri Zymomonas mobilis yang merupakan bakteri asam didapatkan
bahwa kandungan hopanoid mencapai 30 mg/g berat sel kering atau 40-50 % dari
total kandungan lipid apabila pada medium pertumbuhan Zymomonas
mobilis ditambahkan etanol. Angka tersebut merupakan angka tertinggi yang
dimiliki oleh bakteri. Selain itu pada membran sel
bakteri Zymomonas mobilis terdapat komponen asam lemak unsaturated (seperti
asam palmitoleat, asam oleat, asam vassenic) yang mampu menetralkan efek negatif
dari etanol. Penetralan ini dilakukan dengan cara meningkatkan fluiditas membran
plasma, untuk menggantikan efek penurunan fluiditas yang disebabkan oleh etanol.
Hopanoid yang dihasilkan oleh bakteri Zymomonas mobilis seperti terlihat pada
gambar:

Terbentuknya spora
Mikroorganisme penghasil lipase tersebar luas di alam, termasuk sumber air
panas, karena telah ditemukan beberapa bakteri yang memiliki sifat termostabil.
Ketahanan beberapa jenis bakteri pada suhu tinggi karena mampu membentuk spora
(endospora). Endospora genus Bacillus memunculkan dugaan
bahwa Bacillus termasuk salah satu kelompok mikroorganisme sel purba, karena
sebarannya amat luas di muka bumi dan ada beberapa jenis Bacillus yang dapat
tumbuh baik pada suhu tinggi.Habitatnya yang luas kemungkinkan genus ini mudah
ditemukan baik di udara, air maupun ditanah
Terbentuknya Heat-shock Protein (Hsp)
Salah satu mekanisme bakteri dapat bertahan pada suhu tinggi maupun suhu
ekstrim adalah dengan menghasilkan gen yang mengkode chaperone GroE dan
DnaK (homolog bakteri, Hsp60 dan Hsp70) yang terletak di bagian operon. Hsp
merupakan jenis promotor yang tahan terhadap perubahan suhu lingkungan yang
ekstrim (Heat-shock protein). Respon bakteri terhadap perubahan suhu tinggi, tidak
terbatas pada responnya terhadap temperatur saja dan respon stress yang umum,
seperti penambahan etanol, kandungan logan berat, tekanan osmotik tinggi,
keberadaan polutan, dan interaksi dengan inang eukariotik. Heat-
shock protein, termasuk chaperon dan enzim protease, dapat mencegah denaturasi
protein. Efek dari respon ini meningkatkan sifat thermotoleran, salt-tholerance dan
ketahanan terhadap keberadaan logam berat.
b) Pada PH tinggi
Hopanoid terlibat dalam mekanisme adaptasi membran akibat pengaruh
lingkungan. Hopanoid merupakan turunan triterpen pentasiklik yang banyak
ditemukan dalam eubakteria. Hopanoid berfungsi sebagai penstabil membran sel
bakteri yang memiliki ciri struktural yang mirip dengan sterol yang terdapat pada
membran sel eukariotik (Sahm dkk., 1992). Kemiripan pola struktur utama
pembentuk sterol dan hopan adalah sama-sama memiliki sisi polar dan sisi non
polar. Sisi polar pada sterol adalah gugus hidroksinya sedangkan pada hopan adalah
gugus asam atau juga hidroksi disepanjang rantai alkilnya.Sisi non polar pada kedua
macam senyawa tersebut juga memiliki kemiripan yakni terbentuk oleh beberapa
cincin siklik yang kaku (rigid) sehingga merupakan komponen yang kokoh dalam
pembentukan membrane sel. Distribusi senyawa hopanoid banyak ditemukan pada
kelompok bakteri Gram positif maupun Gram negatif. Bacillus
Acidocaldarius adalah bakteri Gram positif yang dapat hidup pada kondisi asam
menghasilkan senyawa hopanoid diantaranya hopan, hop-22(29)ene, hop-17(21)ene
dan glikosil homohopanoid (Taylor dan Richard, 1984).
c) Garam tinggi
Bakteri yang tahan pada kadar garam tinggi, umumnya mempunyai
kandungan KCl yang tinggi dalam selnya. Selain itu bakteri ini memerlukan
konsentrasi Kalium yang tinggi untuk stabilitas ribosomnya. Bakteri halofil ada
yang mempunyai membran purple bilayer, dinding selnya terdiri dari murein,
sehingga tahan terhadap ion Natrium.
d) Tekanan tinggi
Diduga, produksi hopanoid bakteri disebabkan karena perannya dalam
mereduksi tekanan-tekanan dari luar. Produksi hopanoid oleh bakteri
sesungguhnya digunakan untuk mencegah mencairnya lipid terhadap suhu yang
tinggi dari lingkungan yang artinya permeabilitas membran untuk melangsungkan
proses transport tetap terjaga.

Anda mungkin juga menyukai