Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH AKHLAK

ALLAH ENCINTAI KELEMBUTAN

Tugas Ini Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Akhlak

Dosen Pengampu : Ahmad Muhajir, Lc. M.A, Lc. M.A

Oleh,

Febriyani Dyah Wulansari

1500005030

4A

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Ahmad Dahlan

Yogyakarta

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah tentang "Allah Mencintai Kelembutan" ini. Sholawat dan salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah
menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama Islam yang sempurna dan menjadi
anugerah serta rahmat bagi seluruh alam semesta.

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas pendidikan
agama dengan judul "Allah Mencintai Kekembutan". Disamping itu, kami mengucapkan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu kami selama pembuatan makalah ini
berlangsung sehingga terealisasikanlah makalah ini.

Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dan tidak lupa
ajukan kritik dan saran terhadap makalah ini agar kedepannya bisa diperbaiki.

Bantul, 15 Juni 2017

Febriyani Dyah W
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Bersikap lemah lembut dan saling memaafkan merupakan sikap yang sangat
dianjurkan dalam Al-Qur’an. Hal itu menunjukkan bahwa Islam mengajarkan tentang
sikap lemah lembut dan memaafkan bukan kekerasan seperti yang dituduhkan oleh umat
agama lain yang sangat sentiment terhadap Islam. Dengan melihat bebrapa bukti ajaran
tentang sikap lembut yang ada dalam al Quran (kitab suci Islam), maka tuduhan mereka
salah besar. Karena bagaimanapun di dalam al Quran sudah jelas-jelas Allah menganjurkan
bahkan mewajibkan semua manusia khususnya umat Islam untuk senantiasa bersikap
lembut dan bersedia memaafkan kesalahan orang lain, baik orang melakukan kesalahan
melalui ucapan ataupun perbuatan.Itulah anjuran Allah dalam al Qur’an.
Berbeda dengan realitas social yang ada pada masyarakat muslim sendiri, walaupun
Allah telah dengan jelas mengajurkan keutamaan sikap lemah lembut dan saling
memaafkan, tetapi meraka masih enggan mengaplikasikan isi al Qur’an tersebut.
Kebanyakan mereka masih tidak mau lepas dari tabiat dasar kemanusiaan yang sangat
keras ketika berada pada titik emosi yang tidak terkendali. Bahkan tidak jarang di antara
mereka berseteru dan menuai konflik yang berkepanjangan karena hal sepele yang
akhirnya mengakibatkan pecahnya persaudaraan dalam internal Islam sendiri.Hal itu sering
terjadi karena mereka tidak sadar bahwa al Quran telah menjelaskan tentang pentingnya
bersikap lemah lembut dan saling memaafkan.
Sikap lemah lembut sebenarnya tidak hanya dianjurkan kepada saudara seiman saja
tapi juga kepada semua orang termasuk juga pemeluk agama lain dan orang-orang yang
talah berbuat jelek kepada kita.Selain secara tekstual Islam mengajarkan tentang sikap
lemah lembut dan saling memaafkan, Islam juga memberikan contoh konkrit melaui sikap
dan perilaku nabi Muhammad s.a.w, ketika beliau disakiti dan mendapatkan berbagai
macam perlakuan jelek dari kaum kafir Quraish saat awal-awal beliau mensyiarkan Islam.
Untuk lebih memahami arti dan pentingya sikap lemah lembut dan saling memaafkan
tersebut, maka tidak berlebihan jika seorang Muslim melakukan kajian yang lebih
mendalam mengenai kedua sikap tersebut melalui beberapa kitab tafsir dan literature Islam
lainnya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian sifat lemah lembut ?
2. Apa faktor-faktor yang terpenting dalam sifat lemah lembut ?
3. Hadist-hadist tentang sifat guru dalam kelembutan

C. Tujuan
1. Untuk menegtahui pengertian sifat lemah lembut.
2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang terpenting dalam sifat lemah lembut.
3. Unutk dapat menerapkan sifat lemah lembut dalam mengajar.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian

Ar-Rifq adalah sifat lemah lembut di dalam berkata dan bertindak serta memilih
untuk melakukan cara yang paling mudah. (Fathul Bari syarh Shahih Al Bukhari)

Ar-Rifq (lemah lembut) merupakan sifat yang dicintai oleh Allah subhanahu wa ta’ala,
dan juga dengannya akan bisa meraih segala kebaikan dan keutamaan. Dengannya pula
akan melahirkan sikap hikmah, yang juga merupakan sikap yang dicintai oleh Allah
subhanahu wa ta’ala di dalam berkata dan bertindak.

Dikisahkan dalam sebuah hadits bahwa suatu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam sedang duduk-duduk bersama para shahabat radhiyallahu ‘anhum di dalam masjid.
Tiba-tiba muncul seorang ‘Arab badui (kampung) masuk ke dalam masjid, kemudian
kencing di dalamnya. Maka, dengan serta merta, bangkitlah para shahabat yang ada di
dalam masjid, menghampirinya seraya menghardiknya dengan ucapan yang keras. Namun
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang mereka untuk menghardiknya dan
memerintahkan untuk membiarkannya sampai orang tersebut menyelesaikan hajatnya.
Kemudian setelah selesai, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta untuk diambilkan
setimba air untuk dituangkan pada air kencing tersebut. (HR. Al Bukhari)

Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil ‘Arab badui tersebut dalam
keadaan tidak marah ataupun mencela. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun
menasehatinya dengan lemah lembut:

“Sesungguhnya masjid ini tidak pantas untuk membuang benda najis (seperti kencing, pen)
atau kotor. Hanya saja masjid itu dibangun sebagai tempat untuk dzikir kepada Allah,
shalat, dan membaca Al Qur’an.” (HR. Muslim)

Melihat sikap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang demikian lembut dan
halusnya dalam menasehati, timbullah rasa cinta dan simpati ‘Arab badui tersebut kepada
beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka ia pun berdoa: “Ya Allah, rahmatilah aku dan
Muhammad, dan janganlah Engkau merahmati seorangpun bersama kami berdua.”
Mendengar doa tersebut Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tertawa dan berkata
kepadanya:

“Kamu telah mempersempit sesuatu yang luas (rahmat Allah).” (HR. Al Bukhari dan yang
lainnya)

(Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa doa Arab badui tersebut diucapkan sebelum
ia buang air kecil. Wallahu a’lam)

B. Faktor-Faktor yang terpenting dalam sifat lemah lembut


1. Faktor pertama

Mengenal-Nya, bahwa tiadalah segala sesuatu di alam semesta ini melainkan hal itu
mengingatkannya kepada Rabbnya.

Pagi dan petang mengingatkannya akan Rabb yang Maha agung.


Nikmat dan bencana mengingatkannya kepada yang Maha Penyantun dan Mulia.
Kebaikan dan keburukan mengingatkannya terhadap Yang dapat mendatangkan kebaikan
dan menolak keburukan, yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Maka barangsiapa yang mengenal Allah, hatinya akan menjadi lembut karena takut akan
keagungan-Nya Tabaraka wa Ta’ala.

2. Faktor kedua

Yang dapat meluluhkan dan melembutkan hati, dan menolong seorang hamba atas
kelembutan hatinya dari rasa takut kepada Allah Azza wa Jalla, adalah memperhatikan
ayat-ayat al-Qur'an.
Perhatian dalam hal ini merupakan jalan yang dapat mengantarkan kepada hidayah taufik
dan kebenaran. Menaruh perhatian penuh terhadap al-Qur`an telah dideskripsikan Allah
dalam firman-Nya:
ٍ ‫َخ ِب‬
‫ير‬ ‫َح ِك ٍيم‬ ‫لَّد ُْن‬ ‫ِمن‬ ْ َ‫صل‬
‫ت‬ ِ ُ‫ف‬ ‫ث ُ َّم‬ ُ‫آيَاتُه‬ ْ ‫أُحْ ِك َم‬
‫ت‬ ٌ‫ِكتَاب‬
"Inilah) Suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara
terperinci yang diturunkan dari sisi (Allah) yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu." (Hud:
11)
3 Faktor Ketiga

Di antara faktor-faktor yang membantu melembutkan hati dan menumbuhkan kesadaran untuk
senantiasa kembali kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala, adalah seorang hamba sadar bahwa ia
akan kembali kepada Allah, senantiasa sadar bahwa setiap permulaan selalu ada akhirnya.
Bahwa tidaklah setelah kematian yang merupakan bagian perjalanan yang harus dilewati, dan
tidak pula setelah (menjalani) kehidupan dunia, melainkan (kesudahannya) surga atau neraka.

C. Hadist-hadist tentang sifat guru

Hadits I
1. Mengembalikan Ilmu kepada Allah
Seorang pendidik harus memiliki sifat tawaduk, tidak merasa paling tahu atau serba
tahu. Bila ada hal-hal yang tidak diketahui dengan jelas, ia sebaiknya mengembalikan
persoalan itu kepada Allah. Sehubungan dengan hal ini terdapat hadis:
َّ « ‫ ع َْن أ َ ْوالَ ِد ا ْل ُمش ِْر ِكينَ فَ َقا َل‬- ‫ صلى هللا عليه وسلم‬- ِ‫ّللا‬
‫ّللاُ إِ ْذ َخلَ َق ُه ْم‬ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ قَا َل‬- ‫ رضى هللا عنهم‬- ‫اس‬
ُ ‫سئِ َل َر‬ ٍ َّ‫عب‬
َ ‫ع َِن اب ِْن‬
(‫ ) رواه البخارى ومسلم‬.[2]1 َ‫َام ِلين‬ ِ ‫أ َ ْع َل ُم ِب َما كَانُوا ع‬
Artinya: Ibnu Abbas r.a. meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. ditanya tentang anak-anak
orang yang musyrik. Lalu beliau menjawab: “Allah Maha Mengetahui apa yang akan mereka
kerjakan pada saat ia diciptakan”.(HR. Bukhari Muslim)
Takhrij Hadist
Hadist ini dari sanad Ibnu ‘Abas dan diriwayatkan oleh Bukhori dan Muslim dalam
Kitab Shahih Bukhari wa Muslim, juz: 1, halaman: 532.
Butir-butir kandungan hadist
1. Rasulullah tidak selalu menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya.
2. Bila ternyata ada hal yang diragukan atau belum diketahui sama sekali, jangan segan
mengatakan Allah yang Mahatahu.
Hadits II
2. Sifat Lemah Lembut dan Kasih Sayang
‫ع َّم ْن ت َ َر ْك َنا فِي أ َ ْه ِلنَا فَأ َ ْخ َب ْرنَا ُه َوكَانَ َرفِيقًا َر ِحي ًما َفقَا َل‬ َ ‫سأَلَنَا‬ ْ ‫شبَبَةٌ ُمتَقَ ِاربُونَ فَأَقَ ْمنَا ِع ْن َدهُ ِعش ِْرينَ لَ ْيلَةً َف َظنَّ أَنَّا ا‬
َ ‫شت َ ْقنَا أ َ ْهلَ َنا َو‬ َ
([3]2‫صالَةُ فَ ْليُؤَذ ِْن لَ ُك ْم أَ َح ُد ُك ْم ث ُ َّم ِليَ ُؤ َّم ُك ْم أَ ْكبَ ُر ُك ْم‬
َّ ‫صلُّوا َك َما َرأ َ ْيت ُ ُمونِي أُص َِلي َوإِذَا َحض ََرتْ ال‬ َ ‫ار ِجعُوا إِلَى أ َ ْه ِلي ُك ْم فَعَ ِل ُمو ُه ْم َو ُم ُرو ُه ْم َو‬ْ
)‫رواه البخارى‬

menduga bahwa kami telah merindukan keluarga dan menanyakan apa yang kami tinggalkan
pada keluarga. Lalu, kami memberitahukannya kepada Nabi. Beliau adalah seorang yang
halus perasaannya dan penyayang lalu berkata: “Kembalilah kepada keluargamu! Ajarlah
mereka, suruhlah mereka dan salatlah kamu sebagaimana kamu melihat saya mengerjakan
salat. Apabila waktu salat telah masuk, hendaklah salah seorang kamu mengumandangkan
azan dan yang lebih senior hendaklah menjadi imam”. (HR. Bukhari)

Takhrij al-hadits:
Hadits tersebut diatas dari sanad Abi Sulaiman Malik bin Huawairits dan
diriwayatkan oleh Al- Bukhori dalam Kitab Shahih Al-Bukhariy, juz 4, halaman: 2436.

Butir-butir kandungan hadits:


1.Rasulullah SAW. Telah memperlakukan mereka dengan santun.
2.Rasulullah SAW dalam menasehati seseorang menunjukkan sikap berperasaan halus dan
penyayang.

Hadits III
3. Memperhatikan Keadaan Peserta Didik
Agar pendidikan dan pembelajaran dapat terlaksana dengan efektif, pendidik perlu
memperhatikan keadaan peserta didiknya. Hal-hal yang perlu diperhatikan adalah minat,
perhatian, kemampuan dan kondisi jasmani peserta didik. Pendidik jangan sampai memberikan
beban belajar yang sangat memberatkan peserta didik. Sehubungan dengan ini terdapat hadis:

(‫ )رواه البخارى‬.[4]2‫علَ ْينَا‬ َّ ‫سلَّ َم يَت َ َخ َّولُ َنا ِبا ْل َم ْو ِع َظ ِة فِي ْاْلَيَّ ِام ك ََرا َهةَ ال‬
َ ‫سآ َم ِة‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ‫سعُو ٍد قَا َل كَانَ النَّ ِب ُّي‬
َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫ّللا‬ ْ ‫ع َْن اب ِْن َم‬
Artinya: Dari Ibnu Mas'ud, Nabi SAW. selalu menyelingi hari-hari belajar untuk kami untuk
menghindari kebosanan kami. (HR. Bukhari)
Takhrij Hadits:
Hadist ini dari sanad Ibnu Mas’ud dan diriwayatkan oleh Al-Bukhari dalam kitab Shahih
Bukhari, juz: 1, halaman: 42.
Butir-butir kandungan hadist
1. Rasulullah memperhatikan kondisi peserta didik dalam mengajar
2. Peserta didik membutuhkan selingan waktu untuk beristirahat guna menghindari kebosanan dalam
pelajaran.

Hadits IV
4. Berlaku dan Berkata Jujur
Seorang pendidik harus bersifat jujur kepada peserta didiknya sebagaimana yang
dipertunjukkan oleh Nabi SAW. dalam hadis berikut:

َّ ‫ع ْنهَا ِبأ َ ْعلَ َم ِمنَ ال‬


‫[ (رواه البخارى‬5]2....‫ساِئ ِل‬ َ ‫ع ِة قا َ َل ما َ ال ْم‬
َ ‫سؤْ ُُ ْو ُل‬ َّ ‫ قا َ َل َفأ َ ْخبِ ْرنِي ع َِن ال‬... ‫عن عمر بن الخطاب‬
َ ‫سا‬
).‫ومسلم‬
Artinya: Umar bin Khatab meriwayatkan: … Jibril berkata lagi, “Beritahukan kepadaku tentang
hari kiamat!”, Rasulullah SAW. menjawab: “tentang masalah ini, saya tidak lebih tahu dari
Anda. ...” (HR. Bukhari Muslim)

Takhrij Hadits
Hadist tersebut dari sanad Umar bin Khatab dan diriwayatkan oleh Bukhari Muslim dalam
kitab Shahih Bukhari wa Muslim, Juz: 1, halaman: 36.

Butir-butir Kandungan Hadits


1. Dalam hadis di atas dikatakan bahwa ketika Nabi SAW. ditanya oleh malaikat Jibril tentang hari
kiamat, belia menjawab, saya tidak lebih tahu daripada Anda, saya sama-sama tidak tahu
dengan Anda. Beliau tidak mentang-mentang Rasulullah, lalu menjawab semua yang
ditanyakan kepadanya. Beliau tidak segan-segan mengatakan tidak tahu bila yang ditanyakan
orang itu tidak diketahuinya. Inilah sifat yang harus dimiliki oleh setiap pendidik.
2. Seorang ilmuan, guru, dan pendidik harus bersifat jujur dan terbuka. Bila ditanya orang tentang
suatu hal yang tidak diketahuinya, dia harus berani mengatakan tidak tahu. Jangan bergaya
serba tahu. Jangan mengada-ada untuk menjaga gengsi keilmuan.

Hadits V
5. Menjawab Lebih Dari Pada Yang Ditanyakan

َ‫س ا ْلقَ ِميص‬ ُ َ‫ ( َال يَ ْلب‬:‫س ْال ُمحْ ِر ُم ؟ فقال‬ ُ َ‫ أن رجال سأل النبي صلى هللا عليه وسلم ما يَ ْلب‬,‫عن عبدهللا بن عمر رضي هللا عنه‬
ْ َ‫س أ َ ْو ال َّز ْعفَ َرانُ فَ ِإ ْن لَ ْم يَ ِج ْد النَّ ْعلَي ِْن فَ ْل َي ْلب‬
‫س ا ْل ُخفَّي ِْن َو ْليَ ْق َط ْع ُه َما‬ َّ ‫س َو َال ث َ ْوبًا َم‬
ُ ‫سهُ ا ْل َو ْر‬ َّ ‫َو َال ا ْل ِع َما َمةَ َو َال ال‬
َ ُ‫س َرا ِوي َل َو َال ا ْلبُ ْرن‬
) ۱۳٤ ‫(رواه البخاري‬ 2[6].)‫ا ْل َكعبيْن‬ َ‫َحتَّى يَكُو َنا تَحْ ت‬
ِ َْ

Artinya: diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA. Bahwa adaseorang laki-laki
bertanya kepada Nabi SAW: “pakaian apa yang dikenakan oleh orang yang berihram?”
Rasulullah SAW menjawab: “orang yang berihram tidak boleh mengenakan baju, serban ,
celana panjang, penutup kepala, pakaian yang dicelup wars (jenis Tumbuhan) atau za’faran
(jenis wewangian). Jika dia tidak mendapat sepasang sandal, maka dia boleh memakai
sepasang khuff (kaos kaki dari kulit) tetapi harus di potong bagian atasnya sehingga tampak
mata kakinya.

Takhrij Hadits
Hadits ini dari sanad Abdullah bin Umar dan diriwayatkan oleh Al-bukhari dalam buku
Ringkasan Hadits Al-Bukhari yang telah disusun oleh Imam Az-Zabidi, nomor hadits:
134.
Butir-butir kandungan hadits :
1. Rasulullah dalam menjawab pertanyaan lebih dari pada yang ditanyakan
2. Sebaiknya dalam menjawab suatu pertanyaan kita mampu memberikan penjelasan yang
lebih luas dari apa yang ditanyakan.

Anda mungkin juga menyukai