Anda di halaman 1dari 18

EFEKTIVITAS SENAM ERGONOMIK DENGAN SENAM AEROBIC LOW

IMPACT TERHADAP LEVEL TEKANAN DARAH


PADA LANSIA HIPERTENSI

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

Revansia Missi Perdana


NIM : J210100064

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2014
EFEKTIVITAS SENAM ERGONOMIK DENGAN SENAM AEROBIC LOW
IMPACT TERHADAP LEVEL TEKANAN DARAH
PADA LANSIA HIPERTENSI

Revansia Missi Perdana1, Arina Maliya2, Dwi Handoyo3

ABSTRAK

Banyaknya perubahan yang terjadi pada lansia banyak pula masalah kesehatan
yang dihadapi sehingga untuk mempertahankan kesehatan maka perlu adanya upaya-
upaya baik yang bersifat perawatan, pengobatan, pola hidup sehat, dan juga upaya lain
seperti senam ergonomik dan aerobik low impact. Hasil survey awal di puskesmas
Gatak jumlah lansia yang hipertensi sebanyak 257 lansia, terbagi dalam 14 desa, Desa
Wironanggan merupakan urutan pertama kasus hipertensi pada lansia yaitu sebanyak 80
lansia, dan hipertensi merupakan penyakit terbanyak nomor 3 setelah ispa dan penyakit
otot. Tujuan penelitian untuk mengetahui efektifitas antara senam aerobik dan senam
ergonomik low impact terhadap level tekanan darah pada Lansia Hipertensi Di Desa
Wironanggan, Kecamatan Gatak Sukoharjo. Metode penelitiaan yang digunakan adalah
quasi eksperiment design dengan rancangan non equivalent control group desain.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita hipertensi yang ada di 7
posyandu lansia di wilayah Desa Wironanggan, Kecamatan gatak, Kabupaten Sukoharjo
sebanyak 80 lansia yang menderita hipertensi, diambil 44 responden yang dibagi
menjadi 2 kelompok eksperimen yaitu kelompok eksperimen 1 sebanyak 22 orang dan
kelompok eksperimen 2 sebanyak 22 orang dengan teknik purposive sampling. Variabel
variabel bebas dalam penelitian ini senam ergonomik dan senam aerobik low impact
serta variabel terikatnya adalah level tekanan darah dengan instrumen menggunakan
tensi elektrik. Teknik analisis data dengan paired simple t-test dan independent simple t-
test. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan pengaruh senam ergonomik dan
aerobic low impact terhadap level tekanan darah sistole dan diastole pada lansia
hipertensi, dan pengaruh paling efektif adalah senam ergonomik pada tekanan sistole
dan senam aerobic low impact pada tekanan diastole. Disarankan bagi lansia agar lebih
aktif untuk mengikuti senam ergonomik maupun aerobic low impact agar tekanan darah
dapat stabil.
Kata kunci: Senam ergonomik, aerobic low impact, tekanan darah.

1
2

EFFECTIVENESS GYMNASTICS ERGONOMICS WITH AEROBIC LOW


IMPACT BLOOD PRESSURE LEVEL OF HYPERTENSION
IN ELDERLY

Revansia Missi Perdana1, Arina Maliya2, Dwi Handoyo3

ABSTRACT

The many changes that occur in the elderly many health problems facing so it is
necessary to maintain the health of the attempts both treatments, medication, healthy
lifestyle, as well as other efforts such as gymnastics ergonomics and low impact
aerobics. The results of the initial survey in health centers Gatak number as many as
257 elderly hypertensive elderly, divided into 14 villages, village Wironanggan the first
order cases of hypertension in the elderly as many as 80 elderly, and hypertension is a
disease most number 3 after ISPA and muscle disease. The purpose of the study to
determine the effectiveness of aerobic exercise ergonomics and low impact on blood
pressure levels in the Elderly Hypertension In Wironanggan Village, District Gatak
Sukoharjo. Penelitiaan method used was a quasi experimental design with the design of
non-equivalent control group design. The population in this study were all patients with
hypertension in the elderly in the region of 7 posyandu Wironanggan Village, District
gatak, Sukoharjo many as 80 elderly who suffer from hypertension, taken 44
respondents were divided into two experimental groups namely experimental group 1
were 22 people and the experimental group 2 to 22 people with a purposive sampling
technique. Variable independent variable in this study gymnastics ergonomics and low
impact aerobics and the dependent variable is the level of blood pressure by using
tension electric instruments. Data analysis techniques with simple paired t-test and
independent t-test simple. The results showed there are differences in the effect of
exercise ergonomics and low impact aerobics to the pressure level blood systolic and
diastolic hypertension in the elderly, and the most effective influence on the ergonomics
exercise systolic pressure and low impact aerobic exercise on diastolic blood pressure.
It is recommended for the elderly to be more active to participate in gymnastics
ergonomics and low impact aerobics that blood pressure can be stabilized.
Keywords: Gymnastics ergonomics, low impact aerobics, blood pressure
3

LATAR BELAKANG pembuluh darah berkurang) dan kemam-


Pemerintah telah mewujudkan puan memompa dari jantung bekerja lebih
hasil yang positif diberbagai bidang dalam keras sehingga terjadi hipertensi
Pembangunan Nasional, yaitu adanya (Maryam, dkk., 2011).
kemajuan ekonomi, perbaikan lingkungan Penduduk lanjut usia beberapa
hidup, kemajuan ilmu pengetahuan dan tahun terakhir menglami peningkatan
teknologi, terutama di bidang medis dan yang signifikan. Tahun 2007, jumlah
ilmu kedokteran sehingga dapat mening- penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta
katkan kualitas kesehatan penduduk serta jiwa dan meningkat menjadi 20.547.541
meningkatkan umur harapan hidup pada tahun 2009. Jumlah lansia di
manusia. Akibatnya jumlah penduduk
Indonesia termasuk terbesar keempat
yang berusia lanjut meningkat dan
bertambah cenderung lebih cepat setelah China, India dan Jepang. Usia
(Bandiyah, 2009). Peningkatan jumlah harapan hidup perempuan lebih panjang
lansia juga dapat mempengaruhi aspek dibandingkan laki-laki, maka jumlah
kehidupan mereka, antara lain perubahan- penduduk lanjut usia perempuan lebih
perubahan fisik, biologis, psikologis, banyak dibandingkan laki-laki (11,29 juta
sosial, dan munculnya penyakit jiwa berbanding 9,26 juta jiwa).
degeneratif akibat proses penuaan tersebut Permasalahan lanjut usia secara umum di
(Azizah, 2011). Indonesia didominasi oleh perempuan
Depkes 2009 dalam Maryam dkk (Badan Pusat Statistik, 2010).
(2011) menyebutkan bahwa penuaan
Penyakit yang paling sering
adalah suatu proses alami yang tidak dapat
dihindari, berjalan secara terus menerus, dialami oleh lansia di Indonesia menurut
dan berkesinambungan yang selanjutnya Dept. of Health Houshold Survey on
akan menyebabkan perubahan anatomis, Health yang dikutip dalam Azizah (2011)
fisiologis dan biokimia pada tubuh, yaitu hipertensi dengan prosentase sebesar
sehingga akan mempengaruhi fungsi dan 15,7% diperingkat pertama dan penyakit
kemampuan tubuh secara keseluruhan. muskuloskeletal dengan prosentase
Secara umum, menjadi tua atau menua sebesar 14,5% diperingkat kedua dan
(ageing process) ditandai oleh diikuti oleh penyakit lainnya.
kemunduran-kemunduran biologis yang Struktur penduduk dunia termasuk
terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran
negara Indonesia saat ini menuju proses
fisik dan kemunduran kemampuan
kognitif yang seringkali menimbulkan penuaan yang ditandai dengan
masalah kesehatan. meningkatnya jumlah dan proporsi
Penyakit yang erat hubungannnya penduduk lanjut usia (lansia). Jumlah
dengan proses menua salah satunya yaitu lansia di Indonesia berjumlah 19,3 juta
gangguan sirkulasi darah atau kardiovas- (8,37% dari total keseluruhan penduduk
kuler (Azizah, 2011). Komponen- Indonesia) pada tahun 2009 (Komnas
komponen utama pada sistem kardio- Lansia, 2010). Di mana Jawa Tengah
vaskuler adalah jantung dan vaskulari- 11,16% menduduki peringkat ke 2, setelah
sasinya. Pada lansia terjadi perubahan- Yogyakarta sebesar 14,04% (BPS, 2010).
perubahan normal pada jantung (kekuatan
Menurut data dinas kesehatan
otot jantung berkurang), pembuluh darah
(arteriosklerosis; elastisitas dinding kabupaten Sukoharjo dilaporkan bahwa
4

jumlah penderita hipertensi pada tahun hipertensi yaitu senam aerobik low impact
2012 terdapat 37.865 kasus, untuk lansia dan senam ergonomik. Senam aerobik
dengan hipertensi sebanyak 15.250 lansia adalah olahraga yang mempunyai tujuan
di seluruh wilayah kabupaten Sukoharjo. untuk menyehatkan jantung. Senam
Berdasarkan survey pendahuluan aerobik low impact hanya mempunyai
pada tanggal 2 januari 2014 di puskesmas gerakan ringan seperti berjalan di tempat,
Gatak Sukoharjo diperoleh data bulan menekuk siku, dan menyerongkan badan,
Desember 2013 jumlah lansia yang diiringi alunan musik yang tidak
hipertensi sebanyak 257 lansia, terbagi terlampau keras tapi membuat
dalam 14 desa. Desa Wironanggan bersemangat. Senam aerobik low impact
merupakan urutan pertama kasus inilah yang tepat digunakan untuk lansia
hipertensi pada lansia yaitu sebanyak 80 (Tangkudung, 2004). Olahraga ini
lansia. Pada saat mengikuti posyandu pada berintikan olahraga aerobik low impact
bulan Januari 2014, setelah dilakukan ditambah dengan olahraga yang dapat
pemeriksaan tekanan darah dengan alat memberikan kelenturan, kekuatan dan
spigmomanometer terdapat 80 lansia yang peningkatan otot-otot secara mudah,
mengalami hipertensi dari jumlah 150 murah, meriah, masal dan manfaat serta
lansia yang terdaftar di posyandu. Di desa aman (Widianti & Proverawati, 2010).
Wironanggan jumlah posyandu lansia Sedangkan senam ergonomik adalah
sebanyak 7 posyandu lansia. Selain itu, senam fundamental yang gerakannya
berdasarkan data dari puskesmas Gatak di sesuai dengan susunan dan fisiologis
Desa Wironanggan hipertensi merupakan tubuh. Tubuh dengan sendirinya
penyakit terbanyak nomor 3 setelah ispa terpelihara homeostatisnya (keteraturan
dan penyakit otot. dan keseimbangannya) sehingga tetap
Banyaknya perubahan yang terjadi dalam keadaan bugar (Sagiran, 2013).
pada lansia banyak pula masalah Gerakan dalam senam ergonomis terdiri
kesehatan yang dihadapi sehingga untuk dari 5 gerakan dasar dan 1 gerakan
mempertahankan kesehatan maka perlu penutup. Gerakan dasar senam ergonomis
adanya upaya-upaya baik yang bersifat terdiri dari gerakan lapang dada, tunduk
perawatan, pengobatan, pola hidup sehat, syukur, duduk perkasa, duduk
dan juga upaya lain seperti senam. Senam pembakaran dan berbaring pasrah.
adalah latihan tubuh yang diciptakan Gerakan penutup senam ergonomis yaitu
dengan sengaja disusun secara sistematika gerakan mikro energi atau sering disebut
dan dilakukan secara sadar dengan tujuan gerakan putaran energi inti. Masing-
membentuk dan mengembangkan pribadi masing gerakan mengandung manfaat
secara harmonis. Semua jenis senam dan yang luar biasa dalam pencegahan
aktivitas dengan olahraga ringan sangat penyakit dan perawatan kesehatan
bermanfaat untuk menghambat proses (Wratsongko, 2006).
degeneratif atau proses penuaan. Senam Tujuan dari penelitian ini adalah
ini sangat dianjurkan untuk mereka yang membandingkan efektivitas senam
memasuki usia pralansia (45 tahun) dan Ergonomik dan senam Aerobic Low
usia lansia (65 tahun keatas) (Widianti & Inpact terhadap level tekanan darah pada
Proverawati 2010). lansia hipertensi.
Hasil penelitian yang sudah ada,
terdapat dua jenis senam yang dapat
menurunkan tekanan darah pada pasien
5

METODE PENELITIAN Tabel 1. diperoleh distribusi umur


Jenis penelitian yang digunakan responden pada kelompok eksperimen 1
dengan Quasi Eksperiment Design, (senam ergonomic) lebih banyak pada
rancangan yang digunakan Non rentang usia antara 60-65 tahun yaitu
Equivalent Control Group Desain. 50,0% sedangkan pada kelompok
Populasi dalam penelitian ini adalah eksperimen 2 (senam aerobic low impact)
sebanyak 50,0%. Jenis kelamin pada
seluruh penderita hipertensi yang ada di 7
masing-masing kelompok mayoritas
posyandu lansia di wilayah Desa berjenis kelamin perempuan yaitu
Wironanggan, Kecamatan gatak, sebanyak 90,9% dan 100,0%. Lama
Kabupaten Sukoharjo sebanyak 80 lansia hipertensi responden dari kelompok
yang menderita hipertensi, diambil sampel eksperimen 1 maupun kelompok
sebanyak 44 orang dibagi menjadi 2 eksperimen 2 sebagian besar mempunyai
kelompok eksperimen yaitu kelompok lama hipertensi selama lebih dari 4 tahun
eksperimen 1 sebanyak 22 orang dan yaitu sebanyak 45,5%.
kelompok eksperimen 2 sebanyak 22
orang dengan teknik purposive sampling. Hasil Analisis Univariate
Teknik analisis data yang digunakan 1. Uji Beda rata-rata tekanan darah
dengan Paired Sample t-test dan sistolik pre test dan post test pada
Independen simple t-test. kelompok eksperimen 1 (Senam
Ergonomik)

HASIL PENELITIAN DAN Untuk mengetahui nilai rata-rata


PEMBAHASAN tekanan darah sistolik pre test dan post
test pada kelompok eksperimen 1
Karakteristik Responden (senam ergonomik) menggunakan uji
statistik paired sample t-test
Tabel 1. Karakteristik responden berda- ditampilkan dalam tabel 2.
sarkan umur, jenis kelamin, dan Tabel 2. Hasil beda rata-rata tekanan
lama hipertensi. sistolik pre test dan post test
Karakteristik Kelompok eksp. 1 Kelompok kelompok eksperimen 1 (senam
(Senam Ergon.) eksp. 2 ergonomic) Lansia
(Senam ALI) Tekanan Darah Mean p-
t-test Kep.
Σ (%) Σ (%) value
Umur Sistolik pre test- 151,38 Ho
< 60 thn 6 27.3 6 27.3 sistolik post test 4,482 0.0001
132,27 ditolak
60– 65 thn 11 50.0 11 50.0
> 65 thn 5 22.7 5 22.7 Tabel 2 diperoleh hasil uji paired
Jumlah 22 100,0 22 100,0
Jns Kelamin: simple t-test pada kelompok
Laki-laki 2 9,1 0 0,0 eksperimen nilai p-value = 0,0001 <
Perempuan 20 90,9 22 100,0 0,05, hal ini menunjukkan Ho ditolak,
Jumlah 22 100,0 22 100,0
Lama Hipert.
sehingga disimpulkan ada perbedaan
< 2 tahun 3 13,6 3 13,6 rata-rata tekanan sistolik pre test dan
2 – 4 tahun 7 31,8 7 31,8 post test kelompok eksperimen 1
> 4 tahun 12 54,5 12 54,5
(senam ergonomic) Lansia di desa
Jumlah 22 100,0 22 100,0
Wironanggan Kecamatan Gatak
6

Sukoharjo. Hasil uji paired simple t- 3. Uji Beda rata-rata tekanan darah
test pada kelompok lansia yang sistolik pre test dan post test pada
kelompok eksperimen 2 (senam aerobic
diberikan senam ergonomik diperoleh
low impact)
nilai p-value = 0,0001 < 0,05,
sehingga Ho ditolak, hal ini dapat Tabel 4. Hasil beda rata-rata tekanan
disimpulkan ada perbedaan rata-rata sistolik pre test dan post test
tekanan darah sistolik pre test dan post kelompok eksperimen 2 (senam
aerobic low impact) Lansia
test kelompok eksperimen 1 (senam Tekanan Mean
ergonomic) Lansia. t-test p-value Kep.
Darah
Sistolik pre 154,55
2. Uji Beda rata-rata tekanan darah Ho
test-sistolik 142,27 5,187 0.0001
ditolak
diastole pre test dan post test pada post test
kelompok eksperimen 1 (senam
ergonomik) Tabel 4 diperoleh hasil uji paired
simple t-test pada kelompok
Tabel 3. Hasil beda rata-rata tekanan eksperimen nilai p-value = 0,0001 <
diastole pre test dan post test 0,05, hal ini menunjukkan Ho ditolak,
kelompok eksperimen 1 (senam
sehingga disimpulkan ada perbedaan
ergonomic) Lansia
Tekanan Mean p- rata-rata tekanan sistolik pre test dan
t-test Kep. post test kelompok eksperimen 2
Darah value
Diastolik pre 96,82
Ho
(senam aerobic low impact) Lansia di
test-diastolik 86,36 4,909 0.0001 ditolak desa Wironanggan Kecamatan Gatak
post test
Sukoharjo. Hasil uji paired simple t-
Tabel 3 diperoleh hasil uji test pada kelompok lansia yang
paired simple t-test pada kelompok diberikan senam aerobic low impact
eksperimen nilai p-value = 0,0001 < diperoleh nilai p-value = 0,0001 <
0,05, hal ini menunjukkan Ho ditolak, 0,05, sehingga Ho ditolak, hal ini
sehingga disimpulkan ada perbedaan dapat disimpulkan ada perbedaan rata-
rata-rata tekanan diastolik pre test dan rata tekanan darah sistolik pre test dan
post test kelompok eksperimen 1 post test kelompok eksperimen 2
(senam ergonomic) Lansia di desa (senam aerobic low impact) Lansia.
Wironanggan Kecamatan Gatak 4. Uji Beda rata-rata tekanan darah
Sukoharjo. Hasil uji paired simple t- diastole pre test dan post test pada
test pada kelompok lansia yang kelompok eksperimen 2 (Senam aerobic
diberikan senam ergonomik diperoleh low impact)
nilai p-value = 0,0001 < 0,05,
sehingga Ho ditolak, hal ini dapat Tabel 5. Hasil beda rata-rata tekanan
disimpulkan ada perbedaan rata-rata diastole pre test dan post test
tekanan darah diastole pre test dan kelompok eksperimen 1
post test kelompok eksperimen 1 (senam aerobic low impact)
(senam ergonomic) Lansia. Lansia
Tekanan Mean
t-test p-value Kep.
Darah
Diastolik pre 90,45
Ho
test-diastolik 80,91 7,780 0.0001
ditolak
post test
7

Tabel 5. diperoleh hasil uji darah setelah dilakukan senam


paired simple t-test pada kelompok ergonomik lebih kecil dibandingkan
eksperimen nilai p-value = 0,0001 < kelompok lansia yang dilakukan
0,05, hal ini menunjukkan Ho ditolak, senam aerobic low impact.
sehingga disimpulkan ada perbedaan
rata-rata tekanan diastolik pre test dan 6. Efektivitas senam ergonomik dan
post test kelompok eksperimen 2 aerobic low impact terhadap level
(senam aerobic low impact) Lansia di tekanan darah diastole pada lansia
desa Wironanggan Kecamatan Gatak hipertensi
Sukoharjo. Hasil uji paired simple t-
test pada kelompok lansia yang Tabel 7. Efektivitas senam ergonomik
diberikan senam aerobic low impact dan aerobic low impact
diperoleh nilai p-value = 0,0001 < terhadap level tekanan darah
diastole pada lansia hipertensi
0,05, sehingga Ho ditolak, hal ini
dapat disimpulkan ada perbedaan rata- Post test Senam Mean t-test p-value Kep.
rata tekanan darah diastole pre test dan
post test kelompok eksperimen 2 Senam Ergonmk 86,36 Ho
(senam aerobic low impact) Lansia. Senam ALI 80,91 2,851 0.007 ditolak

5. Efektivitas senam ergonomik dan


Berdasarkan tabel 7 diperoleh
aerobic low impact terhadap level
tekanan darah sistolik pada lansia nilai p-value = 0,007 < 0,05, hal ini
hipertensi menunjukkan bahwa Ho ditolak,
sehingga dapat disimpulkan bahwa
Tabel 6. Efektivitas senam ergonomik terdapat perbedaan efektifitas senam
dan aerobic low impact ergonomik dan aerobic low impact
terhadap level tekanan darah terhadap level tekanan darah diastole
sistolik pada lansia hipertensi pada lansia hipertensi di Desa
Post test Senam Mean p- Wironanggan, Kecamatan Gatak,
t-test Kep.
value Sukoharjo, dan pengaruh paling
Senam Ergonmk 132,27
efektif terhadap level tekanan darah
Ho
Senam ALI 142,27 2,152 0.037 diastole adalah senam aerobic low
ditolak
impact, karena dilihat dari nilai rata-
rata tekanan darah setelah dilakukan
Berdasarkan tabel 6 diperoleh senam aerobic low impact lebih kecil
nilai p-value = 0,037 < 0,05, hal ini dibandingkan kelompok lansia yang
menunjukkan bahwa Ho ditolak, dilakukan senam aerobic low impact.
sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan efektifitas senam PEMBAHASAN
ergonomik dan aerobic low impact
terhadap level tekanan darah sistolik A. Gambaran Tekanan Darah sistole
pada lansia hipertensi di Desa dan diastole pada Lansia Sebelum
Wironanggan, Kecamatan Gatak, dan Sesudah Dilakukan Senam
Sukoharjo, dan pengaruh paling Ergonomic
efektif terhadap level tekanan darah Berdasarkan pengumpulan data
adalah senam ergonomik, karena diketahui bahwa rata-rata nilai tekanan
dilihat dari nilai rata-rata tekanan darah sistole pre test lebih tinggi
8

(151,36) dibandingkan rata-rata penyebab hipertensi yang dapat


tekanan darah post test (132,27), dikontrol seperti 3 faktor seperti di
dengan nilai tertinggi tekanan darah atas yaitu, latihan aktivitas fisik,
sistole pre test (180) lebih tinggi merokok dan konsumsi garam
dibandingkan post test (160) dan nilai natrium.
terendah tekanan darah sistole pre test Pada responden dengan
(140) lebih tinggi dibandingkan post intervensi senam ergonomik setelah
test (110). Adapun rata-rata tekanan diberikan intervensi mengalami
darah diastole pada kelompok penurunan tekanan darah sistolik
responden yang akan diberi senam sebesar 8,73 mmHg dan penurunan
ergonomic pre test lebih tinggi (96,82) rata-rata tekanan darah diastolik
dibandingkan rata-rata tekanan darah sebesar 4,80 mmHg. Penurunan
diastole post test (86,36), nilai tekanan darah ini terjadi karena pada
tertinggi tekanan darah diastole pre saat melakukan senam ergonomik
test (180) lebih tinggi dibandingkan terdapat latihan olah nafas setiap
post test (160) dan nilai terendah gerakannya yang dapat memasok
tekanan darah sistole pre test (140) oksigen ke seluruh tubuh sehingga
lebih tinggi dibandingkan post test tubuh merasa segar dan adanya
(110). tambahan energi. Selain itu, dengan
Hipertensi yang dialami melakukan gerakan-gerakan senam
responden terjadi karena dipengaruhi ergonomik secara benar sampai tubuh
oleh berbagai macam faktor resiko merasa rileks sehingga terjadi puncak
baik yang bisa dikontrol seperti relaksasi tubuh dari seluruh
aktivitas olahraga, merokok, alkohol, ketegangan fisik dan mental (Sagiran
mengkonsumsi garam dapur, obesitas 2007).
dan stress serta faktor resiko yang
tidak dapat dikontrol seperti usia, jenis B. Gambaran Tekanan Darah Sistole
kelamin dan keturunan (genetik) dan Diastole pada Lansia Sebelum
(Harrison, Wilson dan Kasper, 2005). dan Sesudah Dilakukan Senam
Menurut hasil observasi Aerobic Low Impact
penelitian, paling banyak faktor
Berdasarkan hasil pengum-
pemicu lansia terkena hipertensi yaitu
pulan data diketahui bahwa rata-rata
mengkonsumsi garam natrium yang
nilai tekanan darah sistole pre test
berlebih dan kurangnya aktivitas
lebih tinggi (154,55) dibandingkan
olahraga serta dari faktor resiko yang
rata-rata tekanan darah post test
tidak dapat dikontrol karena
(142,27), dengan nilai tertinggi
bertambahnya usia mereka. Untuk
tekanan darah sistole pre test (190)
responden lansia laki-laki faktor resiko
lebih tinggi dibandingkan post test
utama karena seringnya mereka
(180) dan nilai terendah tekanan darah
merokok.
sistole pre test (140) lebih tinggi
Promosi kesehatan dan
dibandingkan post test (120). Adapun
penyuluhan kesehatan penting untuk
rata-rata tekanan darah diastole pada
diterapkan di wilayah wilayah Desa
kelompok responden yang akan diberi
Wironanggan Gatak Sukoharjo agar
senam aerobic low impact pre test
hipertensi dapat diminimalkan dengan
lebih tinggi (90,45) dibandingkan rata-
cara mengurangi faktor resiko
rata tekanan darah diastole post test
9

(80,91), nilai tertinggi tekanan darah akan menciptakan dorongan atau


diastole pre test (180) lebih tinggi kekuatan yang akan mendorong ginjal
dibandingkan post test (160) dan nilai untuk membuang kelebihan sodium
terendah tekanan darah sistole pre test (Hopkinson, 2011).
(120) lebih tinggi dibandingkan post Penurunan tekanan darah ini
test (100). terjadi karena pembuluh darah
Responden yang mengalami mengalami pelebaran dan relaksasi,
penurunan tekanan darah yang dengan melakukan olah-raga secara
berjumlah hampir separuh responden terus menerus dapat melemaskan
dikarenakan mereka aktif mengikuti pembuluh-pembuluh darah sehingga
gerakan senam dan mengikuti tekanan darah mengalami penurunan.
prosedur senam aerobik low impact Penurunan tekanan darah juga dapat
yang benar secara berkontinuitas yaitu terjadi akibat aktivitas memompa
melakukan latihan pemanasan, latihan jantung tersebut berkontraksi lebih
inti serta latihan pendinginan atau sedikit daripada otot jantung individu
latihan penutup. Untuk responden yang jarang berolahraga, untuk
yang tekanan darahnya tetap dan memompakan volume darah yang
tekanan darahnya mengalami kenaikan sama. Oleh karena olahraga aerobik
karena responden memiliki berat dapat menyebabkan penurunan denyut
badan yang agak berlebih, gerakan jantung, maka olahraga ini akan
senamnya tidak secara berkontinuitas menurunkan cardiac output, yang
serta ada beberapa responden yang pada akhirnya menyebabkan
memang memiliki garis keturunan penurunan tekanan darah. Peningkatan
atau keadaan genetiknya memang efisiensi kerja jantung dicerminkan
hipertensi. dengan penurunan tekanan sistolik,
Kurangnya latihan aktivitas sedangkan penurunan tahanan perifer
fisik bisa mengakibatkan hipertensi dicerminkan dengan penurunan
dikarenakan terjadinya penurunan tekanan diastolik (Syatria, 2006).
cardiac output (curah jantung)
sehingga pemompaan ke jantung C. Uji Beda rata-rata tekanan darah
menjadi lebih berkurang. Kurangnya sistolik dan diastole pre test dan
latihan aktivitas fisik juga dapat post test pada kelompok eksperimen
menyebabkan terjadinya kekakuan 1 (Senam Ergonomik)
pembuluh darah, sehingga aliran darah Berdasarkan hasil penelitian
tersumbat dan dapat menyebabkan diketahui bahwa terdapat perbedaan
hipertensi (Giriwijoyo, 2007). rata-rata tekanan sistolik pre test dan
Konsumsi garam natrium bisa post test kelompok eksperimen 1
menyebabkan hipertensi karena dekat (senam ergonomic) Lansia di desa
ginjal adalah sistem pembuluh darah Wironanggan Kecamatan Gatak
yang berfungsi membuang sisa-sisa Sukoharjo. Hal ini ditunjukkan oleh
sampah yang ada di ginjal, natrium hasil uji paired simple t-test pada
akan masuk melalui aliran darah dan kelompok lansia yang diberikan senam
masuk ke pembuluh darah tersebut. ergonomik diperoleh nilai p-value =
Sistem vaskular akan menutup untuk 0,0001 < 0,05, sehingga Ho ditolak,
meningkatkan tekanan darah di dekat hal ini dapat disimpulkan ada
ginjal, peningkatan tekanan darah perbedaan rata-rata tekanan darah
10

sistolik pre test dan post test kelompok 3 kali seminggu dapat menurunkan
eksperimen 1 (senam ergonomic) tekanan darah pada lansia hipertensi
Lansia di desa Wironanggan serta senam jantung sehat dapat
Kecamatan Gatak Sukoharjo. Dilihat dijadikan sebagai terapi non
dari rata-rata ternyata nilai tekanan farmakologis dalam pengobatan
darah sebelum dilakukan senam hipertensi.
ergonomik sebesar 151,38 mmHg dan Penurunan tekanan darah
menurun setelah dilakukan senam tersebut disebabkan oleh aktivitas fisik
ergonomik yaitu menjadi sebesar dan olahraga yang teratur, hal ini akan
132,27 mmHg, terdapat selisih 19,11 berdampak pada peningkatan fungsi
mmHg. seluruh sistem tubuh seperti jantung
Berdasarkan hasil uji paired dan paru, kebugaran otot dan tulang
simple t-test pada kelompok (fleksibiliats dan integritas tulang),
eksperimen 1 juga diketahui bahwa pengaturan dan pemeliharaan berat
nilai p-value = 0,0001 < 0,05, hal ini badan serta kesejahteraan psikologis.
menunjukkan Ho ditolak, sehingga Program aktivitas fisik terbaik adalah
disimpulkan bahwa ada perbedaan kombinasi olahraga yang
rata-rata tekanan diastolik pre test dan menghasilkan manfaat fisiologis dan
post test kelompok eksperimen 1 psikologis misalnya berjalan,
(senam ergonomic) Lansia di desa berenang, jogging, senam serta
Wironanggan Kecamatan Gatak bersepeda (Burbank et all, 2002; dan
Sukoharjo. Hasil uji paired simple t- Gillespie, 2006).
test pada kelompok lansia yang Menurut Ismayadi (2004),
diberikan senam ergonomik diperoleh peningkatan tekanan darah pada lansia
nilai p-value = 0,0001 < 0,05, hal ini umumnya terjadi akibat penurunan
dapat disimpulkan ada perbedaan rata- fungsi organ pada sistem
rata tekanan darah diastole pre test dan kardiovaskuler. Katup jantung
post test kelompok eksperimen 1 menebal dan menjadi kaku, serta
(senam ergonomic) Lansia di desa terjadi penurunan elastisitas dari aorta
Wironanggan Kecamatan Gatak dan arteri-arteri besar lainnya. Selain
Sukoharjo. itu, terjadi peningkatan resistensi
Hasil penelitian ini didukung pembuluh darah perifer ketika
oleh penelitian yang dilakukan oleh ventrikel kiri memompa, sehingga
Dewi Ika Hartanti dan Tri Lisnawati tekanan sistolik dan afterlood
(2013) yaitu setelah dilakukan senam meningkat (Gunawan, 2009).
jantung sehat maupun senam Faktor lain yang memicu
ergonomik dan nilai rata-rata timbulnya hipertensi pada lansia
penurunan tekanan darah sistolik adalah mengkonsumsi lemak jenuh.
dengan senam ergonomik sebesar 8,73 Hal ini juga diperkuat oleh penelitian
mmHg dan senam jantung sehat yang dilakukan oleh Sugihartono
sebesar 23,60 mmHg serta nilai rata- (2007) diketahui bahwa sering
rata penurunan tekanan darah diastolik mengkonsumsi lemak jenuh
dengan senam ergonomik sebesar 4,80 mempunyai resiko untuk terserang
mmHg dan senam jantung sehat hipertensi sebesar 7,72 kali
sebesar 13,66 mmHg. Berolahraga dibandingkan dengan orang yang tidak
secara teratur dengan frekuensi latihan mengkonsumsi lemak jenuh. Secara
11

umum asam lemak jenuh cenderung eksperimen 2 (senam aerobic low


meningkatkan kadar kolesterol dalam impact) Lansia di desa Wironanggan
darah. Lemak jenuh terutama berasal Kecamatan Gatak Sukoharjo. Dilihat
dari minyak kelapa dan santan yang dari rata-rata tekanan darah sistolik
mendapat pemanasan tinggi atau sebelum dilakukan senam aerobic low
dipanaskan berulang-ulang (Almatsier, impact sebesar 154,55 mmHg dan
2006). setelah dilakukan senam aerobic low
Hasil penelitian ini impact tekanan menurun menjadi
menyatakan bahwa senam ergonomik sebesar 142,27 mmHg.
pada lansia dapat menurunkan tekanan Adapun perbedaan nilai rata-
darah, maka para lansia yang rata tekanan darah diastole pre test dan
cenderung memiliki tekanan darah post test pada kelompok eksperimen 2
tinggi diharapkan dapat (senam aerobic low impact)
mengaplikasikan senam ergonomik menggunakan uji statistik paired
tersebut, dan melakukan senam lansia sample t-test diketahui p-value =
yang dapat dilakukan dua sampai tiga 0,0001 < 0,05, sehingga Ho ditolak,
kali dalam seminggu. Pada senam berarti ada perbedaan rata-rata tekanan
ergonomis gerakannya terdapat latihan diastolik pre test dan post test
olah nafas yang dapat memasok kelompok eksperimen 2 (senam
oksigen ke seluruh tubuh sehingga aerobic low impact) Lansia di desa
tubuh akan terasa segar dan adanya Wironanggan Kecamatan Gatak
tambahan energi. Gerakan senam Sukoharjo. Apabila dilihat dari
ergonomis dilakukan sampai tubuh tekanan darah diastolik sebelum
benar-benar rileks sehingga terjadi dilakukan senam aerobioc low impact
puncak relaksasi dari seluruh sebesar 90,45 mmHg maka setelah
ketegangan fisik dan mental. Menurut dilakukan senam aerobic low impact
Wratsongko (2006) senam ergonomis menurun menjadi 80,91 mmHg.
mampu mengembalikan posisi dan Menurut Triyanto (2014),
kelenturan sistem saraf dan aliran Senam aerobik low impacts, hanya
darah serta mampu memaksimalkan mempunyai gerakan ringan seperti
supply oksigen ke otak, menjaga berjalan di tempat, menekuk siku, dan
sistem kesegaran tubuh serta sistem menyerongkan badan. Diiringi alunan
pembuangan energi negatif dari dalam musik yang tidak terlampau keras tapi
tubuh. membuat bersemangat. Senam aerobik
low impact ini bertujuan
D. Uji Beda rata-rata tekanan darah meningkatkan kesegaran jasmani atau
sistolik dan diastolik pre test dan nilai aerobik yang optimal untuk
post test pada kelompok eksperimen penderita hipertensi. Hal ini sesuai
2 (Senam Aerobic Low Impact) dengan pernyataan Harber (2009)
yaitu senam aerobik low impact
Hasil penelitian dengan uji merupakan suatu aktivitas fisik
paired simple t-test pada kelompok aerobik yang terutama bermanfaat
eksperimen nilai p-value = 0,0001 < untuk meningkatkan dan
0,05, hal ini menunjukkan Ho ditolak, mempertahankan kesehatan dan daya
sehingga dapat dikatakan ada tahan jantung, paru, peredaran darah,
perbedaan rata-rata tekanan sistolik otot dan sendi. Latihan aktivitas fisik
pre test dan post test kelompok
12

akan memberikan pengaruh yang baik senam aerobik low impact dapat
terhadap berbagai macam sistem yang menyebabkan penurunan denyut
bekerja di dalam tubuh, salah satunya jantung maka akan menurunkan
adalah sistem kardiovaskuler. Saat cardiac output, yang pada akhirnya
melakukan aktivitas fisik aerobik, menyebabkan penurunan tekanan
tekanan darah akan naik cukup darah. Peningkatan efisiensi kerja
banyak. Tekanan darah sistolik yang jantung dicerminkan dengan
misalnya semula 110 mmHg sewaktu penurunan tekanan sistolik, sedangkan
istirahat akan naik menjadi 150 penurunan tahanan perifer
mmHg. Sebaliknya, segera setelah dicerminkan dengan penurunan
latihan aerobik selesai, tekanan darah tekanan diastolik (Harber, 2009).
akan turun sampai di bawah normal Hasil penelitian yang telah
dan berlangsung 30-120 menit. Kalau dilakukan, menunjukkan bahwa
olahraga aerobik dilakukan berulang- tekanan darah pada responden
ulang, lama-kelamaan penurunan mengalami penurunan tekanan sistolik
tekanan darah akan berlangsung lama. dan penurunan tekanan diastolik.
Itulah sebabnya latihan aktivitas fisik Pembandingan penelitian dengan
senam aerobik yang dilakukan secara Saputri (2009) tentang pengaruh
teratur bisa menurunkan tekanan keaktifan olahraga senam jantung
darah. Jenis olahraga yang efektif sehat terhadap tekanan darah pada
menurunkan tekanan darah adalah lanjut usia hipertensi di klub senam
olahraga aerobik dengan intensitas jantung sehat Martoyudan Magelang
sedang. Frekuensi latihannya 3-5 kali menyatakan hal yang sama bahwa
seminggu dengan lama latihan 20-60 terjadi penurunan tekanan sistolik dan
menit sekali latihan. tekanan diastolik.
Penurunan tekanan darah ini
antara lain terjadi karena pembuluh E. Efektivitas senam ergonomik dan
darah mengalami pelebaran dan aerobic low impact terhadap level
relaksasi. Lama kelamaan, latihan tekanan darah sistolik dan diastole
olahraga dapat melemaskan pada lansia hipertensi
pembuluh-pembuluh darah, sehingga
Hasil uji beda efektivitas senam
tekanan darah menurun sama halnya
ergonomik dan aerobic low impact
dengan melebarnya pipa air akan
terhadap level tekanan darah sistolik
menurunkan tekanan air. Dalam hal
pada lansia hipertensi di Desa
ini, senam aerobik low impact dapat
Wironanggan Kecamatan Gatak
mengurangi tahanan perifer.
Sukoharjo dengan uji independent
Penurunan tekanan darah juga dapat
samples test diketahui bahwa p-value
terjadi akibat aktivitas memompa
= 0,037 < 0,05, hal ini menunjukkan
jantung berkurang. Otot jantung pada
bahwa Ho ditolak, sehigga dapat
orang yang rutin berolahraga sangat
disimpulkan terdapat perbedaan
kuat, maka otot jantung dari individu
pengaruh senam ergonomik dan
yang rajin berolahraga berkontraksi
aerobic low impact terhadap level
lebih sedikit daripada otot jantung
tekanan darah sistolik pada lansia
orang yang jarang berolahraga untuk
hipertensi di Desa Wironanggan,
memompakan volume darah yang
Kecamatan Gatak, Sukoharjo, dan
sama. Karena latihan aktivitas fisik
pengaruh paling efektif adalah senam
13

ergonomik, karena dilihat dari nilai menurunkan kemampuan distensi dan


rata-rata tekanan darah setelah daya regang pembuluh darah.
dilakukan senam ergonomik (132,27) Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
lebih kecil dibandingkan kelompok berkurang kemampuannya dalam
lansia yang dilakukan senam aerobic mengakomodasi volume darah yang
low impact (142,27). dipompa oleh jantung (volume
Secara teoritis, lansia memang sekuncup), mengakibatkan penurunan
cenderung mengalami peningkatan curah jantung dan peningkatan
tekanan darah seiring dengan tahanan perifer (Smeltzer & Bare,
bertambahnya usia. Peningkatan 2005).
tekanan darah pada lansia umumnya Hal ini dikarenakan senam
terjadi akibat penurunan fungsi organ aerobic low impact berintikan olah
pada sistem kardiovaskular. Katup raga aerobik yang melibatkan otot-otot
jantung menebal dan menjadi kaku, besar (lengan dan tungkai) sehingga
serta terjadi penurunan elastisitas dari olahraga ini membutuhkan banyak
aorta dan arteri-arteri besar lainnya energi dan lebih cepat untuk
(Ismayadi, 2004). Namun demikian, membakar kalori yang ada didalam
kalau dilihat dari uji beda efektivitas tubuh. Latihan aerobik secara benar
senam ergonomik dan aerobic low dan teratur akan terjadi efisiensi kerja
impact terhadap level tekanan darah jantung atau kemampuan jantung akan
diastole pada lansia hipertensi di Desa meningkat sesuai dengan perubahan-
Wironanggan Kecamatan Gatak perubahan yang terjadi yaitu
Sukoharjo dapat nilai p-value = 0,007 perubahan pada frekuensi jantung, isi
< 0,05, hal ini menunjukkan bahwa Ho sekuncup dan curah jantung. Pada saat
ditolak, sehingga dapat disimpulkan melakukan latihan aerobik, tekanan
terdapat perbedaan pengaruh senam darah akan naik cukup banyak dari
ergonomik dan aerobic low impact tekanan darah ketika istirahat dan
terhadap level tekanan darah sistolik setelah latihan aerobik sekitar 0-30
pada lansia hipertensi di Desa menit maka tekanan darah akan turun.
Wironanggan, Kecamatan Gatak, Latihan aerobik yang dilakukan
Sukoharjo, dan pengaruh paling efektif berulang-ulang dan secara teratur akan
adalah senam aerobic low impact, dapat menurunkan tekanan darah.
karena dilihat dari nilai rata-rata Tekanan darah sistolik maupun
tekanan darah setelah dilakukan senam tekanan darah diastolik meningkat
aerobic low impact (80,91) lebih kecil sesuai dengan meningkatnya umur.
dibandingkan kelompok lansia yang Tekanan darah sistolik meningkat
dilakukan senam ergonomik (86,36). secara progresif sampai umur 70-80
Perubahan struktural dan tahun, sedangkan tekanan darah
fungsional pada sistem pembuluh diastolik meningkat sampai umur 50-
perifer bertanggung jawab pada 60 tahun, dan kemudian cenderung
perubahan tekanan darah yang terjadi menetap atau sedikit menurun.
pada usia lanjut. Perubahan tersebut Kombinasi perubahan ini sangat
meliputi aterosklerosis, hilangnya mungkin mencerminkan adanya
elastisitas jaringan ikat, dan penurunan kekakuan pembuluh darah dan
dalam relaksasi otot polos pembuluh penurunan kelenturan (compliance)
darah, yang pada gilirannya arteri, dan ini mengakibatkan
14

peningkatan tekanan nadi sesuai darah sistole terendah pre test (140
dengan umur (Rigaud, 2001). Menurut mmHg) dan post test (110 mmHg).
penelitian yang dilakukan oleh Singh 2. Rata-rata tekanan darah sistole
dkk (2012), ditemukan bahwa tekanan pada kelompok senam aerobic low
darah sistolik meningkat sekitar 1,7 impact nilai tertinggi pre test (190
hingga 11,6 mmHg dalam kurun mmHg) dan post test (180 mmHg),
waktu sepuluh tahun. nilai terendah pre test (140 mmHg)
Hasil penelitian ini didukung dan post test (120 mmHg). Rata-
oleh penelitian yang dilakukan oleh rata tekanan darah diastole
Astari, dkk (2012), dengan hasil tertinggi pre test (180 mmHg) dan
penelitiannya mengidentifikasi post test (160 mmHg) serta
tekanan darah lansia sebelum terendah pre test (120 mmHg),
dilakukan senam lansia di dapatkan pada post test (100 mmHg).
rata-rata tekanan darah sistole 149,17 3. Terdapat perbedaan pengaruh
mmHg dan rata-rata tekanan darah senam ergonomik dan aerobic low
diastole 91,25 mmHg. Hasil impact terhadap level tekanan
identifikasi tekanan darah setelah darah sistole dan diastole pada
dilakukan senam lansia di dapatkan lansia hipertensi, dan pengaruh
rata-rata tekanan darah sistole 127,50 paling efektif adalah senam
mmHg dan rata-rata tekanan darah ergonomik pada tekanan sistole
diastole 78,75 mmHg. Didapatkan dan senam aerobic low impact
penurunan rata-rata tekanan darah pada tekanan diastole.
sistolik 21,67 mmHg dan penurunan
tekanan darah diastolik 12,50 mmHg. B. Saran
Pemberian senam lansia berpengaruh Berdasarkan simpulan yang
secara signifikan terhadap tekanan diambil, peneliti memberikan saran
darah sistolik pada lansia dengan 1. Bagi Lansia. Diharapkan dapat
hipertensi yaitu nilai p (0,000) < 0,05 mengikuti senam ergonomik
dan tekanan darah diastolik pada maupun aerobic low impact secara
lansia dengan hipertensi yaitu p teratur agar tekanan darah bisa
(0,000) < 0,05. menurun dan stabil.
2. Bagi Institusi pendidikan.
Diharapkan dapat dijadikan
SIMPULAN DAN SARAN tambahan informasi dalam
A. Simpulan mengatasi masalah hipertensi
1. Rata-rata tekanan darah sistole khususnya pada lansia.
pada kelompok senam ergonomik 3. Bagi profesi keperawatan.
nilai tertinggi tekanan darah sistole Diharapkan dapat memberikan
pre test (180 mmHg) dan post test penyuluhan atau pendidikan
(160 mmHg), nilai terendah kesehatan kepada masyarakat
tekanan darah sistole pre test (140 tentang tindakan non farmakologis
mmHg) dan post test (110 mmHg). yang dapat dilakukan dalam
Rata-rata tekanan darah diastole menurunkan tekanan darah.
tertinggi tekanan darah diastole pre 4. Bagi penelitian yang akan datang.
test (180 mmHg) dan pada post Diharapkan dapat menambah
test (160 mmHg) serta tekanan beberapa variabel yang dapat
15

mempengaruhi perubahan dan &menu=news&option=detail&nid=


penurunan tekanan darah selain 122, diakses 15 Juli 2014).
faktor non farmakologi (senam
ergonomik dan senam aerobic low Harber, P.M., & Scoot, T. (2009). Aerobic
exercise training improves whole
impact) misalnya faktor pola
muscle and single Myofiber size and
makan, stres, aktivitas fisik,
function in older woman. Journal
genetik serta pengobatan Physical Regular Integral Company
farmakologis. Physical, 10, 11-42.
DAFTAR PUSTAKA
Hardywinoto. 2005. Panduan
Almatsier, S. 2006. Penuntun Diet Edisi Gerontologi: Tinjauan Dari
Baru. PT Gramedia Pustaka Utama. Berbagai Aspek. PT. Cetakan kedua.
Jakarta. Gramedia Puataka Utama. Jakarta.
Astari, dkk. 2012. Pengaruh Senam Lansia Hutapea. R. 2005. Sehat dan Ceria di
terhadap Tekanan Darah Lansia Usia Senja. Jakarta: Rineka Cipta.
dengan Hipertensi pada Kelompok
Senam Lansia di Banjar Kaja Ismayadi. 2004. Proses Menua (Aging
Disetan Denpasar Selatan. Jurnal Proses). [Skripsi]. Program Studi
Kesehatan. Denpasar: UUD. Ilmu Keperawatan. Fakultas
Kedokteran. Universitas Sumatera
Babatsikou, F., dan Assimina, Z. 2010. Utara.
Epidemiology of Hypertension in
the Elderly. Journal Health Science, Isnuur, A, Handoyo, dan Setiono T. 2011.
Greece, 4(13), 24-26. Pengaruh Terapi Senam Aerobic
Low Impact terhadap Skor
Badan Pusat Statistik, 2010. Statistik Agression Self-Control pada Pasien
Indonesia. Statistical Yearbook of Dengan Resiko Perilaku kekerasan
Indonesia. Jakarta: BPS. di Ruang Sakura RSUD Banyumas.
Jurnal Ilmiah Kesehatan
Bandiyah, S, 2009, Lanjut Usia dan Keperawatan, Volume 7, No. 3,
Keperawatan Gerontik, Yogyakarta: Oktober 2011.
Nuha Medika.
I Wayan Surasta, Ketut Tirtayasa, I Putu
Dewi Ika Hartanti dan Tri Lisnawati.
Gede Adiatmika. 2013. Senam
2013. Efektivitas Senam Jantung
Sehat dan Senam Ergonomik Aerobic Exerciser Chi Machine
lebih Efektif Daripada Bersepeda
Terhadap Penurunan Tekanan Darah
Statis Menurunkan Kadar Gula
Pada Lansia Hipertensi Di Desa
Darah pada Pasien Diabetes
Tangkil Kulon Kecamatan
Mellitus Tipe II di Puskesmas
Kedungwuni Kabupaten
Mengwi III. Sport and Fitness
Pekalongan. Jurnal Keperawatan.
Journal. Volume 1, No. 2 : 10 – 18,
Stikes Pekajangan Pekalongan.
Nopember 2013.
Gunawan, D. 2009. Perubahan Anatomik
Organ Tubuh Pada Penuaan, Jennings. GL. 2005. Exercise and
(online), Hypertension. In: Oparil S, Weber
(http://pustaka.uns.ac.id/?opt=1001 MA. Hypertension, 2nd eds.
Phildelphia: Elsevier Saunders. P.
496-504.
16

Kuswardhani, R. 2006. Penatalaksanaan Tangkudung, James. 2004. Cerdas dan


Hipertensi pada Lanjut Usia. Topics Bugar dengan Senam. Jakarta:
in Hypertension elderly, 51, 40-49. Gramedia.

Lewa., Abdul, F., Dewa, P.P., & Bening, Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan
R. 2010. Faktor-faktor risiko Keperawatan bagi Penderita
hipertensi sistolik terisolasi pada Hipertensi secara Terpadu.
lanjut usia. Jurnal Berita Yogyakarta: Graha Ilmu.
Kedokteran Masyarakat, 26 (4), 12-
17. Widianti, AT dan Proverawati, A, 2010,
Senam Kesehatan, Yogyakarta: Nuha
Maryam, RS, Fatma Ekasari, Rosidawati, Medika.
Junaidi A, dan Batubara. 2011,
Mengenal Lanjut Usia dan Wicaksono, Ferri. 2011. Pendidikan Jasmani
Olahraga dan Kesehatan. Jakarta:
Perawatannya, Jakarta: Salemba Ghalia Indonesia Printing.
Medika.
Wratsongko, 2006. Pedoman Sehat Tanpa
Nugroho, Andri. 2008. Hidup Sehat di Obat. Senam Ergonomi. Jakarta:
Usia Senja. Jakarta: Gramedia Gramedia.
Pustaka.
Rigaud, F.B. 2001. Hypertension in Older __________________________________
1
Mahasiswa S1 Prodi Keperawatan Fakultas
Adults. J Gerontol 2001; 56A:M217-
Ilmu Kesehatan UMS
5. Jl. Ahmad Yani No. 1 Surakarta
2
Sagiran, 2013. Mukjizat Gerakan Sholat, Dosen Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu
Jakarta: Qultum Media. Kesehatan UMS
Jl. Ahmad Yani No. 1 Surakarta
Saputri, D.E. 2009. Pengaruh keaktifan 3
Dosen Prodi Keperawatan Fakultas Ilmu
olahraga senam jantung sehat Kesehatan UMS
terhadap tekanan darah pada lanjut Jl. Ahmad Yani No. 1 Surakarta
usia hipertensi di klub senam
jantung sehat Martoyudan
Magelang. Skripsi. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Sugihartono, Aris. 2007. Faktor-Faktor
Risiko Hipertensi Grade II pada
Masyarakat. (TESIS). UNDIP.
Semarang.
Suharno. 2009. Latihan Jasmani dalam
Pencegahan Penyakit Jantung
Koroner. Jakarta: Salemba Empat.
Smeltzer and Bare. 2005. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah, Edisi
8, Volume 2, Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai