Anda di halaman 1dari 61

ANATOMI

Sistem Digesti

Instruksi: Identifikasi semua struktur yang disebut di manual berikut ini pada spesimen
kadaver di laboratorium anatomi

I. Bagian dari sistem digesti di kepala, leher, dan toraks


Mulut (kavitas oral) dan struktur terkait
 Vestibulum oris, pada lapisan luar dilapisi oleh bibir dan pipi dan pada bagian
dalam dilapisi oleh gusi dan gigi. Di bagian atas dan bawah, vestibulum dibatasi
oleh refleksi mukosa mulai dari bibi dan pipi ke gusi.
 Kavitas oral pada bagian depan dan lateral tepat dibatasi oleh arkus alveolar,
arkus dental, dan gusi. Gusi ini bersambungan dengan faring melalui fauces
(ismus orofaringeal). Atapnya dibentuk oleh palatum keras dan lembut; lantainya
pada regio anterior dari lidah dan mukosa berada di atas muskulus mylohyoid dan
geniohyoid
 Mulut dibatasi oleh mukosa oral. Mukosa oral berlanjut dengan kulit pada
margin labia dan dengan mukosa faringeal pada ismus orofaringeal. Struktur dan
fungsi mukosa oral bermacam-macam pada setiap regio kavitas oral.
Bibir dan Pipi
 Bibir merupakan dua lipatan muskulofibrosa yang secara eksternal dibatasi oleh
bibi dan secara internal oleh mukosa. Pada bagian lateral, mereka bertemu pada
sudut mulut. Bagian median dari bibir atas secara eksternal dibatasi oleh alur
dangkal, yaitu philtrum. Secara internal setiap bibir dihubungkan ke gusi melalui
frenulum dari bibir. Mukosa bibir mengandung kelenjar labial. Otot dari bibir
dibentuk oleh orbikularis oris.
 Pipi memiliki struktur yang sama dengan bibir. Pipi mengandung otot buccinator
dan kelenjar bukal. Secara eksternal, hubungan antara pipi dan bibir pada setiap
sisi ditandai oleh alur nasolabial.
Palatum
 Palatum merupakan atas dari mulut dan lantai dari kavitas nasalis. Palatum
meluas ke arah belakang membentuk bagian dari nasofaring dan orofaring.
Terdiri atas dua bagian; bagian 2/3 anterior, palatum durum, dan bagian 1/3
posterior, merupakan palatum mole
 Palatum durum terdiri terdiri oleh kerangka osseus, dibentuk oleh prosesus
palatina dari maksila dan piringan horizontal dari tulang palatina. Palatum mole
merupakan lapisan fibromuskular yang dapat bergerak, dan bergantung pada
ujung posterior dari palatum durum. Secara lateral berlanjut dengan arkus
palatoglosal dan palatofaringeal. Otot-otot dari palatum mole adalah palatoglosus,
palatofaringeus, uvulae, levator veli Palatine, dan tensor veli Palatine.
 Gambarkan perlekatan dan fungsi serta inervasi dari setiap otot palatum.
Lidah
Identifikasi:
1. Ujung dan margin
2. Dorsum: Dorsum dari tulang sebagian terletak pada kavitas oral dan sebagian
pada orofaring. Batasan antara kedua bagian ini adalah alur berbentuk V,
yaitu sulkus terminalis. Identifikasi pada bagian oral dari dorsum lidah: alur
median dan papila lingual. Pada bagian faringeal, identifikasi tonsil lingual.
3. Permukaan inferior:permukaan inferior dari lidah terhubung ke bagian lantai
dari lidah oleh lipatan median dari membran mukosa, frenulum dari lidah.
Vena profunda lingua dapat terlihat pada membran mukosa pada setiap sisi
dari frenulum. Kelenjar anterior lingua tertanam pada muskulatur dari lidah
pada setiap sisi, berdekatan dengan permukaan inferior dibelakang apex dari
lidah.
4. Akar: Tertempel pada otot mandibula dan tulang hyoid. Nervus, pembuluh
darah, dan otot ekstrinsik masuk atau meninggalkan tulang melalui akar.
Otot dari lidah
 Otot dari lidah bersifat bilateral. Diklasifikasikan menjadi otot ekstrinsik dan
intrinsik.
 Otot intrinsik terbagi menjadi longitudinal superior, longitudinal inferior,
transversus dan vertikal.
 Otot ekstrinsik adalah genioglossus, hyoglossus, styloglossus dan palatoglossus.
 Gambarkan penempelan, fungsi dan inervasi dari otot-otot lidah
 Gambarkan fungsi dari lidah
 Gambarkan vaskularisasi dari saluran limfatik dari lidah
 Gambarkan inervasi dari membran mukosa lidah
Gigi
 Tentukan set gigi primer atau desidual dan permanen
 Gambarkan
i. Struktur: Pulpa, denting, enamel, semen
ii. Bagian dari gigi: mahkota, leher, akar.
iii. Tipe: gigi seri, premolar, dan molar
Kelenjar Saliva
Diklasifikasikan menjadi
 Kelenjar saliva major: Terletak dekat dengan mukosa oral dengan duktusnya
terbuka pada kavitas oral. Meliputi kelenjar parotid, submandibular, dan
sublingual
 Kelenjar saliva minor: terletak pada mukosa atau submukosa dan terbuka
langsung pada mukosa atau secara tidak langsung melalui beberapa duktus yang
pendek. Kelompok ini terdiri atas kelenjar anterior lingual, labial, buccal, palatal,
dll
Kelenjar Parotid
 Berada pada lapisan subkutan, di bawah meatus akustikus eksternus, diantara
mandibula dan otot sternocleidomastoideus. Kapsul dari kelenjar ini berasal dari
fascia cervical profunda dan mengirim septa fibrosa ke dalam kelenjar. Kelenjar
parotid seperti piramid segitiga terbalik dengan apeksnya mengarah secara
inferior.
 Beberapa struktur melewati kelenjar. Diantaranya adalah: arteri carotis eksterna
dengan cabang akhir dari arteri maksilaris dan arteri temporal superficialis; vena
retromandibular, terbentuk oleh penyatuan dari vena maksilaris dan vena
temporal superfisialis; nervus fasialis dengan cabangnya.
 Kelenjar parotid berjalan ke arah depan secara superfisial ke otot masseter dan
kemudian di depan berputar ke arah medial, menembus otot buccinator dan
terbuka pada vestibulum diseberang gigi molar 2 atas.
Kelenjar Submandibular
 Terdiri atas bagian superfisial yang lebih besar, atau badan, dan prosesus yang
lebih kecil dan dalam. Kedua bagian berlanjut ke batasan posterior dan otot
mylohyoid. Badan dari kelenjar terletak di bawah dan dalam dari segitiga
digastrica. Prosesus dalamnya terletak pada mylohyoid secara lateral dan
hyoglossus secara medial. Pada bagian superior dari prosesus dalam, terdapat
nervus lingual, dan di bawahnya terdapat nervus hypoglossus
 Duktus submandibular muncul dari prosesu dalam dari kelenjar. Kemudian
berlanjut ke arah depan diantara mylohyoid dan hyoglossus. Terbuka ke kavitas
pada papila sublingual, pada sisi frenulum lidah.
Kelenjar sublingual
 Terletak di bawah membran mukosa dari lantai mulut, diatas otot mylohyoid dan
pada fossa sublingua dari mandibula. Duktus sublingualis, sekitar sebanyak 20 –
30 terbuka ke dalam kavitas oral sepanjang lipatan sublingual, namun beberapa
memasuki duktus submandibularis.
 Gambarkan inervasi dari kelenjar saliva
Faring
 Faring adalah bagian dari sistem digesti, namun nasofaring dan orofaring juga
merupakan jalan udara untuk sistem pernapasan. Faring, terletak pada kavitas
nasal, mulut dan laring, merupakan tabung muskulomembranosa, panjangnya 12
– 14 cm, memanjang dari basis cranii ke tingkat 6 dari vertebra cervical dan
batasan bawah dari kartilago cricoid dimana dia berlanjut menjadi esofagus.
Bagian superior paling besar dan inferior paling kecil bertemu dengan esofagus.
Bagian posterior dari badan sfenoid dan bagian basilar dari tulang occipital
membatasinya pada bagian atas. Pada bagian bawah berlanjut dengan esofagus.
Di bawah jaringan ikat longgar memisahkannya dari fasia prevertebra menutup
longus colli dan otot longus capitis. Di bagian depan terbuka pada kavitas nasal,
mulut dan laring, dinding anteriornya oleh karena itu, tidak lengkap. Mulai dari
atas, menempel pada setiap sisi: piringan pterygoid medial, raphe
pterygomandibular, mandibula, lidah, tulang hyoid, dan kartilago tiroid dan
cricoid. Secara lateral berhubungan dengan kavitas timpani melalui tuba auditor
dan terhubunga pada prosesus styloideus dan ototnya, yang paling sering, arteri
karotis interna dan eksterna.
Faring merbuka memiliki 3 bagian: nasal, oral, dan laringeal
Nasofaring terletak pada bagian atas palatum molle, dan di belakang choanae.
Diantara batasan posterior dari palatum molle, dan faringeal posterior nasofaring dan
orofaring berhubungan melalui ismus faringeal, yang kemudian tertitip ketika
menelan oleh elevasi dari palatum molle dan konstruksi dari sfingter palatofarineal.
Mukosa menutupi bagian posterior dari badan dari sfenioid dan bagian bsilar dari
tulang oksipital membatasi didingin atas. Atap kemudian berlanjut ke dinding
posterior, yang kemudian di batas oleh mukosa yang menutupi fasia faringobasilar
dan serta atas dari konstruktor superior dari faring. Sebuah massa limfoid, dan tonsil
nasofaringeal, berada pada mukosa bagian atas dari atap dan dinding posterior dari
alur tengah.
Pada setiap sisi dan dinding lateral dari nasofaring, masing-masing menerima bukaan
dari tuba eustaschia. Apertura tuba sekitar berbentuk triangular, pada bagian atas dan
bawah dibatasi oleh elevasi tubal.
Orofaring meluas dari palatum molle ke batas atas dari epiglotis. Terbuka ke mulut
melalui ismus faringeal, dibatasi oleh arkus palatoglosal, dan menghadap ke bagian
faringeal dari lidah. Dinding lateralnya terdiri dari arkus palatofaringeal dan tonsil
palatina. Pada bagian posterior, setingkat dengan tubuh dari cervical vertebra ke 2
dan 3. Tonsil palatina terletak pada fossa triangular tonsillar, yang dibentuk oleh
divergen arkus palatoglosal dan palatofaringeal.
Laringofaring, yang terletak di belakang laring murni merupakan bagian dari traktus
digesti.
Esofagus
Esofagus merupaka tabung muskular yang menghubungkan faring dengan lambung.
Esofagus terletak pada bagian leher, toraks dan abdomen. Panjang sekitar 25 – 30 cm
dan memanjang dari kartilago krikoid atau VC6, sebagai lanjutan dari faring, ke
tingkat Vth 11 dimana dia memasuki lambung pada cardia.
Esofagus merupakan struktur median. Pada leher dan mediastinum superior, terletak
di belakang trakea. Kemudian berjalan di belakang jantung di depan kolumna
vertebra. Menusuk diafragma pada hiatus esofageal bersamaan dengan nervus vagus.

II. Bagian pelvis dan abdomen dari sistem digesti


Peritoneum, kavitas peritoneal, dan viscera abdominal
 Gambarkan struktur dasar dari peritoneum, kavitas peritoneal, termasuk
subdivisi, mesenterika, dan ligamen.
 Periksa kavitas abdominal dan lapisan peritoneum. Tentukan peritoneum
parietal dan visceral, mesenterika, struktur peritoneal dan retroperitoneal.
 Bedakan antara abdominal dan kavitas peritoneal
 Tentukan bursa omental. Bagaimana perkembangannya?
i. Dimana jalur masuknya?
ii. Apa batasannya?
 Periksa isi abdominal, identifikasi organ, mesenterika, dan hubungannya.
 Identifikasi hepar, lambung, omentum majus, dan usus besar dan kecil.
Temukan ligamentum falcifarum melewati peritoneum parietal dari dinding
abdominal ke kanan ke aras hepar.
 Pertimbangkan hubungan dari viscera abdominal bawah
 Periksa intestinum kecil (jejunum dan ileum), eksplorasi keseluruhan
panjangnya. Tentukan lokasi dari fleksura duodenojejual, pada L1 – L2 plana
kiri. Tentukan lokasi junction ileocecal.
 Bedakan antara jejunum dan ileum. Identifikasi mesenterika dari jejunum dan
ileum. Temukan perlekatannya pada dinding. Berapa panjang perlekatan ini?
Berapa panjang jejunum dan ileum?
 Dimana lokasi dari usus kecil pada kavitas peritoneal?
 Periksan usus besar; tentukan cecum, apendiks, kolon asendens, fleksura kolik
kanan, kolon transversum, fleksura kolik kiri, kolon descenden, kolon sigmoid.
 Identifikasi usus besar; taenia coli, haustra, dan epiploic appendages
 Bagian mana dari usus besar yang merupakan peritoneal, bagian mana yang
merupakan retroperitoneal?
 Identifikasi mesentarika dari apendiks, mesokolon transversus, mesokolon
sigmoid.
 Pertimbangkan derivasi dari peritoneum abdominal pada kavitas pelvik, dan
identifikasi kantung peritoneal pada lantai pelvis pada kedua jenis kelamin
 Gambarkan pola vaskularisasi dan traktus gastrointestinal
 Gambarkan pola inervasi autonomik dari traktus gastrointestinal
Lambung = gaster
 Identifikasi bagian dari lambung (kardia, fundus, badan, antrum pilorus,
antrum,) dan gambarkan hubungannya ke organ dan daerah sekitar.
 Identifikasi kurvatur majus dan minus dari penempelan mesenterika (omentum
majus dan minus)
 Gambarkan suplai darah dari lambung melalui cabang-cabang dari arteri
celialic, dan pola dasar dari pengeluaran limfatik pada area ini
 Identifikasi arteri celiac dan tentukan cabang-cabangnya ke lambung, hati, dan
limpa
 Gambarkan anatomi dari ligamen peritoneal lambung, bursa omentum dan
omenta, dan perkembangannya dari ventral embriologi dan mesogastrika
dorsal.
 Pelajar perkembangan dari peritoneum dari viscera abdominal bagian atas
 Identifikasi adult derivatif dari mesogastrium ventral, sebagai contoh
omentum minus, terdiri dari ligamen hepatogastrik dan ligamen
hepatoduodenal; kapsul hepar, ligamen triangular, koroner, dan falciform.
 Catat batas kanan dari ligamen hepatoduodenal yang bebas, dan tentukan
lokasi dari foramen epiploik di belakangnya
 Identifikasi adult derivative dari mesogastrium dorsal, sebagai contoh
omentum majus yang terdiri atas ligamen gastrospelin, ligamen gastrokolik,
dan ligamen splenorenal
 Periksa susunan dari tunika muskularis lambung dan sfingter pilorus
 Periksa mukosa lambung
 Identifikasi ligamen gastrosplenika. Pada ligamen ini menempel hilum dari
limpa. Tentukan lokasi dari arteri splenika dan cabang-cabangnya
 Tentukan distribusi dan fungsi dari nervus vagus
 Bagaimana cabang simpatis mendistribusi ke lambung dan viscera abdominal
Limpa
 Catat bentuk,ukuran, dan hubungannya dengan kosta dan diafragma
 Tinjau kembali ligamen gastrosplenik dan splenorenal. Bagaimana arteri
splenik mencapai limpa dan cabangnya mencapai ke lambung?
Hubungan antara duodenum, pankreas, hepar dan kantung empedu
 Identifikasi dan gambarkan bagian dan hubungan peritoneal dari duodenum
dan pankreas
 Pada ligamen hepatoduodenal, tentukan lokasi dari duktus biliaris Common,
vena portal, dan arteri hepatika proper
 Gambarkan pola dari vaskularisasi utama dari duodenum dan pankreas
 Gambarkan jalur masuk dari duktus biliaris dan duktus pankreatikus ke dalam
bagian descenden dari duodenum
 Identifikasi bagian dari hepar dan gambarkan hubungan dari vena portal, arteri
hepatika, sirkulasi vena hepatika
 Identifikasi struktur yang masuk dan keluar dari porta hepatis
 Gambarkan hubungan peritoneal dari hepar dan kantung empedu
 Jelaskan perbedaan antar lobulasi eksterna dari hepar dan segmentasi internal
dari hepar berdasarkan percabangan dari arteri intrahepatika, vena dan duktus
 Periksa duodenum dan pankreas dan tentukan bagiannya
 Tinjau kembali struktur yang retroperitoneal dan dilapisi oleh pankreas dan
duodenum.
Duodenum
 Observasi 4 subdivisi (superior, descenden, inferior, dan ascending) dari
duodenum dan tingkat vertebra, dan hubungan peritonela dan visceral dari
masing-masing tersebut
 Apa otot suspensorium dari duodenum (ligamentum Treitz)
 Periksa interior dari duodenum termasuk papila dan lipatan. Observasi sfinger
pilorus, dan bagian halus pertama, dan lipatan sirkuler kedua. Tentukan lokasi
dari papilar majus dan minus. Duktus apa yang terbuka pada bagian tersebut?
Pankreas
 Identifikasi prosesus uncinatus, kepala, leher, badan dan ekor dan tinjau
kembali posisi dan hubungan visceralnya.
Catat hubungan antar trunkus celiacus, arteri dan vena mesenterika superior,
arteri dan vena splenika, dan duktus biliaris komunis
 Identifikasi suplai arteri ke pankreas dan duodenum
 Tentukan lokasi dari arteri splenika setelah meninggalkan trunkus celiac.
Tandai sepanjang pankreas dan sadari cabangnya
 Tandai vena splenika ke percabangannya dengan vena mesenterika superior
dan pembentukan dari vena portal.
 Cari limfa nodi; pilorus, pankretikosplenika, celiac, hepatic, dan pembuangan
saluran limfa
 Periksa ujung dari duktus biliaris komunis dan duktus biliaris utama pada
papila duodenal majur. Kedua duktus ini menyatu pada dinding untuk
membentuk dilasi yang disebut ampula dari hepatopankretika (Vater) (diantara
papila)
 Buka duktus pankreatikus pada aspek posterior dari pankreas
 Pada bagian posterior kepala pankreas, ikuti duktus biliaris komunis ke
dinding duodenum. Catat bahwa letaknya lebih dekat ke dorsal dibandingkan
permukaan ventral dari pankreas
 Temukan duktus pankreatikus aksesorius
 Identifikasi vena cava inferior
Hepar, kantung empedu, dan sistem biliaris
 Periksa hepar, kantung empedu, dan sistem biliaris
 Tentukan hubungan peritoneal dan bagiannya
 Tinjau kembali perkembangan dari mesogastrium ventral dan tentukan
hubungannya dengan hepar diantaranya
 Tentukan ligamen falsiparum, ligamen koroner, dan ligamen triangular kanan
dan kiri
 Tinjau kembali hubungan antara omentum minus dan bagiannya dengan hepar
 Observasi permukaan proyeksi dari hepar, hubungannya dengan toraks,
margin costal, diafragma, paru,jantung, dan dinding posterior, dan viscera dari
kavitas abdominal
 Pertimbangkan badan dinding anteroior dari proyeksi fundis, badan dan leher,
dari kantung empedu dan hubungan peritonealnya dengan hepar. Catat bahwa
hubungannya dengan bagian pertama dari duodenum dan kolon transversus
 Tentukan lokasi... dan ikuti jalur porta hepatis
 Identifikasi duktus sistekus, hepatik komunis, duktus hepatik kanan dan kiri.
Ikuti jalur arteri proper ke arah porta. Identifikasi arteri hepatika kanan dan
kiri
 Periksa permukaan diafragmatika dari hepar, yang membatas perluasan dan
penempelan dari ligamentum koroner. Temukan area yang kosong
 Pada permukaan visceral, bedakan antara lobus dan fisura dan penempelan
dari omentum minus. Observasi omentum minus yang berlanjut bersama
dengan ligamen koroner dan falciform.
 Ikuti vena portal ke porta, ligamen bundar dari hepar (ligamentum teres
hepatika-sisa dari vena umbilicalis yang terobliterasi), dan ligamentum
venosum. Apa fungsi fetal dari kedua struktur tersebut? Identifikasi vena
hepatika; ada berapa?
 Tinjau kembali semua cabang dari vena portal dan susun dengan baik pola
pembuangannya. Organ apa yang menjadi pembuangannya?
 Pertimbangkan tempat mayor dari anastomosis antara sistem portal dan vena
sistemik, atau portocaval anastomosis, vena esofageal, vena rektal superior,
vena paraumbilical, vena badan dinding posterior (retroperitoneal). Hubungan
ini mungkin berukuran kecil jika tidak digunakan untuk memindahkan darah
dari portal ke vena caval. Namun mereka sering mengalami perbesaran akibat
hipertensi portal.
 Baca mengenai segmentasi dari hepar dan distribusi dari cabang intrahepatika
dari vena portal, duktus hepatika, dan arteri hepatika
Pembuluh darah
 Periksa tentang aorta dan vena cava inferior dan percabangannya
 Periksa hiatus aorta, hiatus esofageal, dan foramen vena cava inferior.
Struktur apa yang melewatinya? Dimana tingkatannya pada vertebra?
 Periksa abdomen aorta secara keseluruhan, tentukan lokasi tempat dan tingkat
dari masukannya ke abdomen, tunjuk dan tingkatan dari bifurkasio, jalur,
hubungan, dan tingkat vertebra dari struktur masing-masing
 Tandai vena cava inferior dari pembentukannya pada penyatuan vena iliaka
komunis dan mencatat jalur dan hubungannya ke aorta dan viscera pada
abdomen
 Tinjau kembali secara keseluruhan, termasuk gonadal kanan, renal, dan vena
suprarenalis kanan.
Pembuluh limfa
 Cari asal dari duktus torakika
 Catat limfonodi lumbal yang terletak sebelah kiri dari aorta abdominal dan di
sekeliling vena cava inferior. Apa sumber dari pembuangan aferen dari
trunkus limfa lumbal dan trunkus limfa intestinal?
 Periksa asal dari duktus torakika pada bagian kanan dari aorta di hiatus aorta.
Apa itu sisterna chyli?
 Susun pembuangan limfa parietal dan visceral dari abdomen
Nervus
 Periksa pleksus saraf abdomen preaortik dari abdomen
 Tentukan ganglion aorticorenal
 Ikuti nervus splankik torakika majus dan minus sampai ujungnya
 Tentukan dan ikuti pleksus hipogastrik superior
 Ikuti trunkus lumbal simpatik sampai menghilang di belakang arteri iliaka
komunis. Tentukan lokasi dan identifikasi ganglia lumbal dan nervus splankik
lumbal.
Pelvis
Periksa struktur internal dari rektum
Tentukan rektum. Observasi kontinuitas dari kolon sigmoid dan kanalis anal. Cata
hubungan organ pelvis lainnya pada pria dan wanita. Periksa karakteristik dari
rektum; muskulatura longitudinal, lipatan rektum transversal, dan ampulla. Ikuti
pembuluh darah rektal superior. Identifikasi pleksus hipogastrik inferior.
Identifikasi struktur dari kanalis anal
Tentukan dan catat fleksura antara rektum dan kanalis anal. Otot apa yang membantu
feksura ini? Pada mukosa, tentukan kolumna anal, linea pektinatum, dan sinus anal.
Pada permukaan yang terpotong dari potongan kanal anal, catat sfingter anal internal.
Ikuti serat dari otot longitudinal melalui sfingter anal eksterna sampai ujung, yaitu
kulit. Pertimbangkan beberapa sumber dari suplai darah, kolateral antara portal dan
pembuangan vena cava, dan perbedaan fungsi dari inervasi somatik dan otonomik.
Pertimbangkan pola dari pembuangan limfatik dan kelompok nodi yang menerima
pembuangan limfatik dari rektum dan kanal anal.

HISTOLOGI

Sistem Pencernaan I

Spesimen : Gland Palatine


Kode Spesimen : SD-25
Metode pewarnaan : Hematoxylin-Eosin

Perbesaran rendah dan tinggi


 Permukaan kelenjar palatine ditutupi oleh epitel stratificatum squamosum.
 Asinus terdiri dari satu jenis sel, mucocyte yang memiliki bentuk piramidal,
sitoplasma dan nukleus jelas diratakan di sel pusat.
 Myoepitheliocytus garis acinus dan memiliki kemampuan kontraksi.

Amati ductus excretorius yang dibatasi oleh epitel simpleks kolumnar rendah dan
myoepitheliocytus.

Spesimen : ventrikel (perut)


Kode spesimen : SD-9
Metode pewarnaan : Hematoxylin-Eosine

Perbesaran rendah
Perut terdiri dari 4 lapisan; mukosa, submukosa, lapisan otot dan serosa.

Perbesaran tinggi
 Lapisan mukosa: dibatasi oleh epitel kolumnar sederhana yang berlanjut menjadi
jarak sekitar sepertiga atau satu lubang lapisan ofthe ofthe sebagainya lambung. Di
bawah lubang lambung terdapat kelenjar fundic yang menyusun bagian major lapisan
mukosa.
Kelenjar fundic adalah terdiri dari:
a. Chief Cell (zymogenic cell), berwarna biru
b. Sel Parietal, berwarna merah
c. Mucous Neck Cell, terletak di bagian atas (leher) kelenjar fundic, yang terus-
menerus dengan
d. Columnar Mucous Neck Cell di bagian dalam permukaan lambung
 Lamina propria: jaringan ikat longgar
 Lapisan sub mukosa: jaringan ikat longgar
 Lapisan muscular: terdiri dari sel otot halus; dibagi menjadi 2 lapisan, cirkular bagian
dalam dan lapisan longitudinal yang bagian luar. Antara lapisan ini terletak pleksus
Auerbach
 Lapisan serosa: jaringan ikat longgar

Spesimen : Duodenum (pilorus-duodenum)


Kode spesimen : SD-l
Metode pewarnaan : Hematoxylin-Eosin

Pylorus
Perbesaran rendah dan tinggi
 Tunica mukosa: pilorus dibatasi oleh epitel simplex kolumnar
 Lamina propria: terdiri dari jaringan ikat longgar dengan
o Kelenjar pilorus
o Lymphonodulus
 Muskularis mukosa: terlihat dua lapisan otot
 Tela submukosa: jaringan ikat longgar
 Tunica muskularis: lapisan otot tebal yang membentuk musculus sphincter pyloricae

Duodenum
Perbesaran rendah:
Usus kecil terdiri dari tiga wilayah: duodenum, jejunum dan ileum. Lipatan mukosa usus
kecil, yang dikenal sebagai vili, yang mengubah morfologi dan penurunan ketinggian dari
duodenum ke ileum. Lipatan spiral menampilkan submukosa disebut plicae circularis (katup
Kerkringi).

Perbesaran tinggi:
a. Tunika mukosa: mukosa memperlihatkan vili, evaginations of the epithelially tertutup
lamina propria. Karakteristik mukosa duodenum bentuk vilous khas dari seluruh usus
kecil, dengan kelenjar short dikenal sebagai kriptus dari Lieberkuhn antara vili yang
meluas ke mukosa muskularis.
o Epitelium: Epitelium simplex columnar terdiri dari sel goblet, permukaan serap.
Jumlah sel goblet meningkat dari duodenum ke ileum.
o Lamina propria:Lamina propria terdiri dari jaringan ikat longgar, kelenjar, yang
dikenal sebagai kriptus dari Lieberkuhn, yang meluas ke mukosa muskularis.
o Mukosa muskularis: terdiri dari cirkular bagian dalam dan bagian luar otot polos
longitudinal. Saluran kelenjar Brunner ini lulus sampai yang mukosa untuk
membuka ke ciypts antara vili mukosa.
Di bawah massa kelenjar submukosa, dinding otot polos terdiri dari lapisan circular
bagian dalam dan lapisan luar membujur di usus kecil.
b. Tunica submukosa: tidak biasa kecuali dalam duodenum, di mana mengandung kelenjar
Brunner.
Fitur unik untuk duodenum adalah massa luas melingkar kelenjar tubular bercabang
ditemukan terutama di submukosa tersebut.
c. Tunica externa muskularis: terdiri dari lapisan circular bagian dalam lapisan
longitudinal otot polos bagian luar, dengan intervensi pleksus Auerbach myenteric.
d. Tunica adventitia terdiri oleh jaringan ikat longgar.
e. Tunica serosa:
Duodenum, jejunum, dan ileum yang mesothelium yang ditutupi oleh serosa.

Sistem pencernaan II

Spesimen : hepar (Hati)


Kode spesimen : SD-l 7
Metode pewarnaan : Hematoxylin-Eosin

Perbesaran rendah dan tinggi


a. Lobulus hepatik: poligonal dengan Canalis portalis, segitiga jaringan ikat longgar
antara lobulus hati
o Vena sentral (Vena centralis), pembuluh darah terletak di bagian tengah
lobulus hati (lobulus hepar)
o Hepatosit (sel hati) yang terletak di sekitar vena sentral diatur radial. Hepatosit
poligonal dengan sitoplasma eosinofilik. Setiap hepatosit memiliki satu
nukleus bulat besar, sel binucleated kadang-kadang dapat ditemukan.
o Sinusoid vessel (Vasa sinusoideum) yang tidak teratur lebih besar kapiler,
ditemukan antara hepatosit dan dibatasi oleh epitel simplex skuamosa.
b. Porta kanal (Canalis portalis): segitiga jaringan ikat padat yang terletak di antara
lobulus hati
Dalam canalis portalis ditemukan:
o lnterlobular arteri dan vena
o Saluran interlobular bilifery
o Saluran limfatik

Spesimen : Vesica fellea (kandung empedu)


Kode spesimen : SD-20
Metode pewarnaan : Hematoxylin-Eosin

Perbesaran rendah dan tinggi


 Tunika mukosa (lapisan mukosa): melipat, membentuk plica
o Dibatasi oleh epitel simplex columnar dengan mikrovili
o Lamina propria, terdiri dari jaringan ikat longgar
 Tunica muskularis (lapisan otot): terdiri dari dua lapisan sel otot polos
o Stratum circulare
o Stratum longitudinal
 Tunika fibrosa (lapisan fibrosa): terdiri dari jaringan ikat longgar

Spesimen : Pankreas
Kode spesimen : SD-21
Metode pewarnaan : Hematoxylin-Eosin

Perbesaran rendah dan tinggi


 Lobulus pancreaticus, shetaed oleh jaringan ikat longgar
 Acinocytus garis lumen. Sel acinus memiliki bentuk piramidal dengan intinya terletak
di bagian sel basal
 Myoepitheliocytus garis acinus dan memiliki kemampuan kontraksi.
PARASITOLOGI

Beberapa macam preparat protozoa intestinal

Tujuan

1. Untuk memahami morfologi stadium dan karakteristik spesifik dari beberapa macam
protozoa intestinal (IP) pada manusia
2. Dapat mengidentifikasi karakteristik kista dan/atau trofozoit protozoa intestinal pada
spesimen klinis

Latar Belakang

Untuk diagnosis stadium kista dan tofozoit dari protozoa intestinal pada spesimen tinja
dengan preparat basah, gunakan salin normal dan larutan iodin. Ini merupakan prosedur yang
simpel dan efisien untuk pemeriksaan feses. Prosedur ini dapat digunakan untuk
mengidentifikasi morfologi dan karakteristik spesifik dari setiap IP

Guna dari prosedur konsentrasi untuk pemeriksaan feses secara virtual memastikan
bahwa deteksi sejumlah organisme paling kecil yang mungkin tidak terdeteksi jika
menggunakan smear langsung atau penggunaan permanent stained slides..

Preparasi yang baik dari permanent-stained fecal smear adalah prosedur paling penting
untuk pemeriksaan dan diagnosis untuk infeksi IP

Tugas Praktikum

 Entamoeba histolytica
 Entamoeba coli
 Iodamoeba buetschilii
 Cryptospridium sp
 Giardia lamblia
 Balantidium coli
Nematoda intestinal

Tujuan Umum

1. Untuk memahami aspek morfologi dari telur, larva dan bentuk dewasa dari intestinal
nematoda selain cacing tambang: Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura,
Enterobius vermicularis
2. Untuk mendiagnosa infeksi dari beberapa nematoda selain dari cacing tambang

Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mampu menjelaskan bentuk dan ukuran dari telur nematoda selain dari
cacing tambang: Ascaris lumbricoides, Trichuris trichiura, Enterobius vermicularis
2. Mahasiswa mampu menjelaskan karakteristik dari bentuk dewasa Ascaris
lumbricoides, Trichuris trichiura, Enterobius vermicularis
3. Mahasiswa mampu mendiagnosa infeksi nematoda intestinal
Tugas Praktikum
Mengerti : Ascaris lumbricoides: telur dan bentuk dewasa
Trichuris trichiura : telur dan bentuk dewasa
Enterobius vermicularis: telur dan bentuk dewasa

Pemeriksaan mikroskopiktinja(lihatpemeriksaanprotozoausus)
1. Pemeriksaan langsung(normal saline, Lugol, atau metodeEosinpemeriksaan)
2. Pemeriksaan tidak langsung (WiIly MalloryFloationMetode, Metode kualitatif)
Kuantitatifmetode pemeriksaanfeses(metodeKato-Katz)
Peralatandan bahan
1. kacaobjek
2. sellophanjenis40mmtebal,denganukuran7 x 2,5cm
3. logamfilter /layardengan diameterstandar,denganukuran3 x3cm
4. kartontebal, dilengkapidengan lubanguntuk jumlahpengukuranstandarfeses (± 30mg,
misalnya)
5. tongkatdan kertasminyak
6. Malachite-hijau-gIicerine solusi(100 ml+ 100mlglicerineaquadest+1mL3%
Malachitehijau)
Metode
1. Pertama-tama, jenissellophandirendam
dalamlarutanmaIachitehijausetidaknyaselama24jam.
2. Ditempatkanjumlahtinja±5mgataskertasminyak, danmenempatkan
layarlogampadatinjadan tekan ke bawah. Jadi, tinja akandisaringoleh layarlogam.
3. Letakkankartonbersembunyipada kacaobjek. Kemudian,
menempatkantinjadisaringsebanyaklubangkartonitu.
4. Beratcortinjadikenal, kemudian ditutup dengansellophan.
Spesimenfeseskemudiandiletakkanpada kacaobjek, danmenyebar
menggunakansegelasobjek.
5. Geserdibiarkanpada suhu kamarsetidaknya sampai30menit, biarkanslidemenjadi
transparan.
6. Pemeriksaanmikroskopisdengan menghitungsemua teluryang ditemukandalam slide.

Pemeriksaan dan deteksi protozoa intestinal pada feses segar

Tujuan

1. Untuk mengerti spesimen yang dikirim untuk mendiagnosa protozoa intestinal (IP)
2. Untuk memeriksa dan mendiagnosa penyakit parasitik oleh IP

Laboratorium diagnostik dalam bentuk feses segar untuk deteksi infeksi IP, digunakan
pemeriksaan makroskopik dan mikroskopik.

1. Pemeriksaan makroskopik
Beberapa hal harus hati-hati perhatian adalah:
1.1. Jumlah tinja
Fisiologis: Dalam kondisi normal, jumlah total kotoran pada anak adalah 100 g / hari, sedangkan
pada orang dewasa jumlahnya 80-170 g / hari.
Patologis: Para pasien disentri kotoranx berair dan berlimpah
1.2. Kualitas kotoran
1.2.1. Warna tinja
Fisiologis: Warna tinja normal adalah cahaya coklat, dipengaruhi oleh stercobilin dan
urobilin, dihasilkan oleh bakteri usus dari warna empedu. Selain itu, warna tinja juga
tergantung pada makanan atau obat yang dikonsumsi.
Sebagai contoh:
a. Diet susu, menyebabkan feses menjadi warna oranye
b. Diet sayuran, menyebabkan warna feses menjadi hijau
c. Obat yang mengandung penggunaan kalomel, menyebabkan warna feses menjadi
hijau
d. Obat dengan penggunaan besi, menyebabkan warna feses menjadi hitam
Patologis:
a. Kotoran kuning dan berbau busuk, sering menunjukkan malabsorpsi lemak, yang adalah
umum sekuel infeksi Iamblia Giardia.
b. Feses gelap, mengindikasikan perdarahan saluran pencernaan bagian atas.
c. Kotoran darah yang cerah, mengindikasikan perdarahan saluran pencernaan yang lebih
rendah atau rektum.
1.2.2. Konsistensi tinja
Menurut konsistensi, ada 5 jenis kotoran:
1. Tinja keras
Pada tinja yang keras, tongkat sulit untuk memasukkan bahan-bahan feses. Kondisi ini
dapat ditemukan pada pasien sembelit, tinja biasanya sangat keras, seperti batu dan
memiliki bentuk bulat kecil (coprolithiasis).
2. Tinja yang berbentuk
Tinja bisa berbentuk tongkat.
3. Soft tinja
Tinja bisa berbentuk tongkat, namun tongkat itu akan jatuh, sementara dilepaskan.
4. Tinja longgar / berair
Tinja tidak bisa berbentuk tongkat, tongkat akan jatuh dalam tinja.
5. Tinja Berair
Tinja seperti air, Pada pasien kolera, kotoran seperti lumpur.
1.2.3. Bau kotoran
Fisiologis:
a. Bau normal tinja disebabkan oleh skatol, indol, dan HZS.
b. Diet Susu, tinja tidak bau.
Patologis:
Bau kotoran:
a. Amoebiasis disentri, bau amis kotoran
b. Disentri basiler, bau kotoran adalah protein yang rusak karena membusuk.
1.2.4. Bentuk feses
Fisiologis: Dalam kasus sembelit, kotoran bulat, keras seperti batu (coprolitiasis).
Patologis:
a. Posterior kasus stenosis usus, kotoran terlihat seperti pensil.
b. Dispepsia kasus, bentuk feses terlihat seperti busa.
c. Kasus diare, bentuk feses seperti bubur.
d. Kasus kolera, bentuk feses encer.
1.2.5. Positif atau negatif darah atau lendir dalam tinja
Fisiologis: Dalam kondisi normal, tidak ada darah dan lendir dalam tinja
Patologis: Dalam amoebiasis akut atau Shigellosis, feses mengandung lendir dan darah. Yang
pasti diagnosis dilakukan jika Entamoeba histolytica atau Shigella yang ditemukan dalam
spesimen tinja. Dalam kondisi trophozoit E. histolytica biasanya positif.

2. Pemeriksaan mikroskopik
Ada 2 metode untuk pemeriksaan mikroskopis:
2.1. Pemeriksaan langsung gunung basah
Basah pemasangan adalah teknik sederhana dan termudah untuk pemeriksaan feses,
dan metode ini harus dilakukan pada semua laboratorium di tingkat perifer. Sebuah preparat
basah dapat dibuat langsung dari feces atau dari spesimen terkonsentrasi. Jenis dasar dari
preparat basah yang harus digunakan untuk fecalexamination masing-masing: garam, eosin
dan Iodine / solusi Lugol.
Bahan dan reagen
1. Normal saline 0,9%
2. 1 atau 2% larutan berair dari Eosin
3. Yodium solusi / solusi Lugol (lodine 5 g + 10 g + Kalium aquadest 100 ml)
4. Aplikator tongkat kayu
5. Gigi-tongkat
6. Pipet
7. Obyek kaca
8. Cover-slip
9. Jaringan kertas
Teknik langsung salin, eosin, dan gunung yodium
1. Tempatkan setetes air asin di tengah kiri setengah dari slide dan tempat setetes eosin atau
larutan iodin di tengah bagian kanan slide.
Catatan: Jika kehadiran trophozoites amuba diduga, garam hangat (37 ° C) harus
digunakan.
2. Dengan tongkat aplikator atau tusuk gigi, mengambil sebagian kecil dari spesimen
(ukuran kepala sesuai) dan campur dengan setetes garam.
Catatan: tinja Dibentuk: mengambil bagian dari tinja dari daerah untuk memasukkan
dalam dan di luar bagian dari spesimen. Feses dengan lendir: jika ada lendir, label geser
kedua dengan nama pasien atau nomor. Taruh setetes garam pada slide, mengambil
sebagian kecil dari lendir dan bercampur dengan garam tersebut. Trophozoites, jika ada,
kadang-kadang lebih mudah ditemukan di lendir daripada di bagian padat dari tinja.
3. Demikian pula, mengambil sejumlah kecil tinja dan campuran dengan setetes eosin atau
solusi yodium, untuk mempersiapkan Eosin atau mount yodium. Jika loop kawat yang
digunakan, api itu setelah melakukan mount. Jika tongkat aplikator digunakan,
membuang mereka.
4. Tutup setetes garam dan setetes eosin atau yodium dengan penutup slip. Pegang kaca
penutup pada sudut, menyentuh tepi drop, dan lebih rendah lembut ke slide.
Ini akan mengurangi kemungkinan termasuk gelembung udara di mount.
Pemeriksaan
1. Letakkan slide dengan gunung di panggung mikroskop dan fokus pada mount dengan
tujuan 10 X atau daya rendah.
2. Mengatur cahaya dalam bidang mikroskop dengan diafragma Sub. Terlalu harus dapat
melihat benda-benda di lapangan jelas. Cahaya terlalu banyak atau terlalu sedikit tidak
baik.
3. Periksa area penutup slip seluruh dengan tujuan 10 x, fokus tujuan di sudut kiri atas dan
bergerak mundur slide sistematis dan fonrvards, atau naik dan turun.
4. Ketika organisme atau bahan yang mencurigakan terlihat, beralih ke tujuan yang tinggi-
kering, dan meningkatkan cahaya dengan membuka diafragma Sub untuk mengamati
morfologi rinci.
Solusi yang berbeda digunakan untuk tujuan berikut:
1. Saline
Saline digunakan untuk tujuan yang sama sebagai solusi eosin, namun baik sebagai Latar
Belakang dan organisme tidak berwarna, protozoa lebih sulit untuk dideteksi. Persiapan
garam yang cocok untuk pengamatan, tahap aktif motil protozoa.
2. Eosin
Eosin memiliki sifat pewarnaan segala sesuatu di tinja, kecuali hidup protozoa, merah
muda, karena itu persiapan Eosin akan mengungkapkan adanya protozoa (dan kista
mereka) sebagai berwarna, pir-seperti tubuh dengan latar belakang merah muda. Eosin
tidak membunuh protozoa, oleh karena itu dalam tinja segar bentuk aktif mungkin motil.
Di sisi lain, jika protozoa yang sudah mati mereka akan noda merah muda. Di account ini,
solusi eosin juga berfungsi sebagai tes kelayakan (misalnya untuk menguji efek obat atau
desinfektan). Sebagai aturan, persiapan Eosin tidak mengungkap struktur banyak di
protozoa dan beberapa mungkin sulit untuk mengidentifikasi. Tujuan utama dari
persiapan Eosin hanyalah untuk menunjukkan apakah atau tidak protozoa yang hadir. Ini
juga memberikan gambaran tentang tingkat infeksi, dan terutama berguna untuk deteksi
kista amuba.
3. Yodium
Yodium akan membunuh protozoa yang mungkin hadir, dan noda mereka dan segala
sesuatu yang lain lebih atau kurang seragam kuning-coklat. Pada saat yang sama yodium
mengungkapkan dalam berbagai struktur protozoa yang tidak terlihat dalam persiapan
Eosin atau garam, namun yang memiliki nilai diagnostik, misalnya inti dalam kista
glikogen amoeba, coklat-pewarnaan dalam kista. Persiapan yodium sehingga
memungkinkan identifikasi dan diferensiasi protozoa, kehadiran yang telah terdeteksi
dalam eosin atau persiapan garam.
2.2. Tidak langsung / konsentrasi Teknik
Pemeriksaan tidak langsung sering diterapkan adalah:

2.2.1. The Zinc sulfat. Metode flotasi (Faust, et al, 1938)


Metode ini keberhasilannya tergantung pada konsentrasi dan flotasi dari kista dari
amebae usus dan flagelata dan hanya berlaku untuk pemeriksaan tinja dibentuk, untuk
trophozoites motil organisme ini akan hancur selama proses dan ini, sebagaimana telah
dicatat terjadi pada tinja cairan atau semi-fluida.
Bahan dan reagen:
a. Zn SO4 33% (gravitasi spesifik 1,180): 331 g + ZnSO4 1000 ml aquadest.
b. Yodium solusi
c. Aplikator tongkat
d. Kaca becker
e. Pemusing
f. Centrifuge tabung
g. Kaca tabung.
h. Cover-slip
i. Mikroskop slide
j. Pipet
k. Lapisan kain basah
l. Rack atau dukungan untuk tabung
Teknik
1. Seksama campuran satu bagian dari tinja terbentuk, tentang ukuran pea.with sekitar 10
bagian air dalam wadah kaca atas bersih.
2. Saring 10 cc campuran ini melalui pada lapisan kain basah, yang sebelumnya
ditempatkan di corong kecil, ke dalam tabung centrifuge.
3. Para filtrat dalam tabung kemudian centrifugalized untuk 45-60 detik dengan kecepatan
puncak sebuah centrifuge klinis internasional. Cairan supernatan dituangkan off, 2 atau 3
cc, air suling ditambahkan, tabung terguncang secara menyeluruh untuk
mendistribusikan sedimen, dan air tambahan ditambahkan ke sampai tabung. Tabung
tersebut kemudian centrfugalized seperti sebelumnya dan proses ini diulang sampai
cairan supernatan jelas.
4. Setelah centrifugalization terakhir, cairan supernatan yang jelas dituangkan off, dan 3
sampai 4 cc 33 persen solusi seng sulfat, yang seharusnya memiliki berat jenis 1,180
ditambahkan. Sedimen ini dicampur dengan solusi ini dan cukup dari solusi seng sulfat
ditambahkan untuk mengisi tabung ke dalam satu setengah inci dari RIM.
5. Tabung kemudian centrifugalized setidaknya sembilan puluh seconts dengan kecepatan
tinggi.
6. Tabung kemudian centrifugalized setidaknya sembilan puluh detik di atas kecepatan
platinum loopfuls beberapa bahan yang akan dicatat mengambang pada permukaan
larutan dalam tabung akan dihapus dan ditempatkan di atas slide mikroskopis, satu tetes
D "Antoni" s yodium noda ditambahkan dan dicampur.
7. Persiapan ditutupi dengan kaca penutup dan diperiksa.

2.2.2. Formalin Etil Asetat-atau Formalin-Eter metode (Ritchie, 1948)


Bahan dan reagen
a. 10% Fonnalin.
b. 0,85% Saline solusi
c. Etil eter atau asetat
d. Yodium / solusi Lugol
e. Pipet
f. Kaca becker
g. Tongkat aplikator, kayu
h. Tabung gelas
i. Centrifuge tabung
j. Pemusing
k. Mikroskop geser
I. Cover-slip
m. Rack atau dukungan untuk tabung
n. Kapas penyeka
Teknik
1. Seksama menumbuk sekitar 1,0-1,5 g feses segar di 10 10% ml formalin dalam botol
atau gelas becker cocok. Diamkan selama 30 menit atau lebih untuk mencapai fiksasi
yang memadai. Jika sampel tinja sangat longgar atau berair, menggunakan 5 sampai 6 ml
bahan.
2. Saring suspensi melalui dua lapisan kasa basah langsung ke dalam tabung centrifuge 15
ml kerucut. Hal ini biasanya lebih mudah untuk Hlter ke cangkir kertas tanpa lilin dan
tuangkan filtrat ke dalam tabung.
3. Isi tabung hampir RIM dengan larutan garam 0,85%.
4. Centrifuge solusi pada 400 sampai 500 X g untuk 1 sampai 2 menit. Jika supernatan
masih berawan, harus dibuang dan endapan disuspensikan dan disentrifugasi lagi dengan
menggunakan larutan garam. Jika supernatan berikut cuci pertama adalah relatif jelas,
lanjutkan ke langkah 5.
5. Resuspend sedimen dalam beberapa mililiter formalin 10% dengan tajam menjentikkan
bagian bawah tabung; menambahkan lebih formalin untuk membawa volume total
suspensi sampai 10 ml.
6. Tambahkan 3 mL eter! etil asetat, sumbat tabung, dan kocok kuat-kuat selama 30 detik.
Catatan: Jika 3 ml eter digunakan sebagai pengganti dari etil asetat, pastikan untuk
menahan tabung dengan sumbat diarahkan menjauh dari wajah karena tekanan dari
campuran formalin gemetar-eter dapat menyebabkan sumbat untuk pop keluar dari
tabung. Untuk melepaskan tekanan dari tabung setelah gemetar, menghapus tutupnya
perlahan-lahan
7. Centrifuge di 400-5000 X g selama 2 sampai 3 menit. Ketika tabung dihapus dari
sentrifus, akan terlihat terdiri dari empat lapisan: (a) lapisan atas etil asetat (atau eter), (b)
plug puing yang melekat pada dinding tabung; ( c) lapisan formalin, dan (d) sedimen.
8. Masukkan sebuah tongkat aplikator ke dalam tabung berdering dan melonggarkan steker
dari puing-puing; tuang tabung dan membuang tiga lapisan atas. Setelah tepat dekantisasi,
jumlah kecil cairan yang tertinggal di sisi tabung akan mengalir kembali ke sedimen.
9. Campur cairan dengan sedimen (kadang-kadang perlu untuk menambahkan setetes saline)
menggunakan pipet kaca pakai.
10. Siapkan yodium dan gunung basah dicemarkan untuk pemeriksaan.

Pemeriksaan mikroskopis dan rekognisi dari beberapa substansi pada feses

Blastocystis hominis
Kadang-kadang selama pemeriksaan feses, organisme ragi seperti. Blastocystis
simulasi kista amuba, tapi kurang refractile, ditemui. Setiap sel mengandung vakuola sentral
yang besar, sedangkan sitoplasma berkurang untuk lapisan tipis yang terletak di satu atau dua
inti iodophilic kecil di setiap kutub. Sitoplasma mengandung tetesan refractile dari volutin
yang tidak boleh keliru untuk inti.

Makrofag sel (histiosit)


Ini, kadang-kadang 20-30 m dengan diameter, berasal dari endotelium pembuluh
kapiler. Mereka mungkin bulat, oval atau bilobed.They yang hialin, dan mengandung dalam
vakuola substansi mereka, butiran lemak, tertelan darah merah-sel darah, bahkan, kadang-
kadang, Ieucocytes. Mereka adalah non-motil, tetapi karena aktivitas fagositosis mereka,
cenderung menjadi keliru untuk Entamoeba histolytica.

Leukosit
Ukuran 12 dengan diameter, butiran cytoplast dan mengandung banyak bakteri. Inti
memiliki lobus banyak dan inti tunggal (monokuler) eksentris position.They adalah gerakan
perlahan dan cepat.

Epitel usus
Ukuran 30 - 40 m, non-motil. Bentuk collumner, jelas protoplastm. Inti memiliki
butiran chromatine dan posisi diatur. Jika ada sel cluster yang banyak, dinding ini terhubung.

Otot serat
Hal ini berasal dari daging, praktis selalu terjadi pada tinja, dan diakui oleh
pergoresan-lintas mereka. Ketika hadir dalam jumlah besar mereka menunjukkan cacat
pencernaan usus.

Jaringan ikat
ltu berasal dari daging, agak menyerupai lendir, itu dibedakan oleh pergoresan, yang
menghilang pada penambahan asam asetat. Ketika hadir dalam massa besar, cacat pencernaan
lambung dapat disimpulkan. Serat elastis tidak memiliki signifikansi.

Pati butiran
Hal ini berasal dari buah dan kentang, yang diwarnai biru dengan larutan iodine.
Mereka berbeda dalam ukuran dan bentuk, sesuai dengan makanan dari mana mereka berasal.
Butiran terawat dengan tanda konsentris yang jarang terlihat. Mereka sering tertutup dalam
meliputi selulosa, dan mudah dapat dikenali, kecuali yang dari kacang polong dan kacang-
kacangan, yang secara kasar menyerupai cacing pita telur. Detritus lt berasal dari buah-
buahan dan sayuran mudah diakui oleh saluran spiral, jaringan areolar, bundel vaskuler, dan
sel-sel pigmen.

Netral lemak
ltu berasal dari lemak, diakui sebagai berwarna, dropelets sangat refractile, atau
kadang-kadang sebagai tidak teratur diwarnai empedu massa yang diwarnai oleh Sudan III
dan larut.

Asam lemak
Jumlah abnormal asam lemak biasanya terlihat pada tinja pucat dan dapat dikenali
oleh kemilau terlalu talclike dilihat pada permukaan halus dari kotoran atau tempat kotoran
dioleskan di sisi stoples kaca spesimen. Mikroskopis, asam lemak kristal jarum • Iike atau yg
tdk layak dipakai dan tidak berwarna. Asam lemak yang melimpah membuat tinja tidak
cocok untuk pemeriksaan dengan cara pengapungan sulfat seng.

Netral lemak dan minyak mineral


Terlalu, tinja mungkin memiliki penampilan jelas berminyak. Dalam persiapan
mikroskopis dari kotoran seperti itu, lemak dan minyak baik ditampilkan sebagai bulatan
berbagai ukuran agak menyerupai kista protozoa. Biasanya terjadi dimana lemak dalam
jumlah berlebihan, biIa tetesan saponitied patri lemak juga dapat diakui sebagai memiliki
sangat banyak penampilan yodium bernoda kista amuba.

Sabun

Sabun biasanya terlihat pada feses yang normal. Mereka diwarnai empedu, tubuh
tidak teratur sudut, biasanya dengan sudut dibulatkan.
Lendir
Lendir terjadi cabik sebagai transparan, kadang-kadang diwarnai empedu. Itu selalu
makna patologis dan ketika mengandung Ieucocytes dan sel epitel, ulserasi usus
menunjukkan.

Charcot-Leiden kristal
Ada sering ditemukan dalam tinja yang mengandung Entamoeba histolytica. Kristal
ini memiliki hubungan kimia dengan sel eosinofil, mereka karena itu paling jelas terlihat
dalam penyakit dengan eosinofilia. Awalnya dianggap dalam darah leukaemie, mereka
dicatat dalam persiapan Pap dari periarteritis nodosa, trichiniasis, infeksi usus, dan di koleksi
lokal eosinofil dalam hidung polypi dan blebs kulit.
Charcot-Leiden kristal berbagai ukuran, biasanya 10 - 30 p panjang (ekstrem 2 sampai
90u) dan bentuk mereka adalah bahwa dua tinggi 6-sisi piramida dasar untuk menetapkan
dasar, masing-masing wajah dari piramida segitiga isoscells menjadi tinggi dan dengan slide
membentuk sudut 20 ° pada apeks. Kristal seluruh sedikit lebih dari 5 kali selama itu adalah
luas. Jarum-seperti kristal asam lemak yang ditemukan dalam penampang dan lancip di ujung
bukan dari tengah.

Sayuran sel dan serat


Struktur ini merupakan sebagian besar dari unsur-unsur mikroskopis tinja rata-rata.
Sel-sel sayuran lebih hampir menyerupai kista protozoa dan telur cacing, sementara tanaman
rambut dan serat kadang-kadang sulit untuk membedakan dari sel-sel tumbuhan larva
nematoda cenderung sudut, dengan refractile, relatif tebal sel-meraung, dan mereka biasanya
mengandung berbagai ukuran tubuh kecil tidak teratur bukan butiran kecil seragam. Tanaman
Hbres berbeda dari cacing dalam bahwa mereka tidak memiliki organisasi, yaitu mereka yang
tanpa sel, jaringan dan organ. Tanaman rambut secara teratur berisi kanal sentral yang dapat
sugestif dari usus, tetapi tidak dibedakan menjadi organ.

Praktis assigment
Diperiksa kotoran oleh:
1. Pemeriksaan Langsung
2. Pemeriksaan tidak langsung
a. Feses segar dengan metode Faust

Pelestarian kotoran dalam formalin 5% dengan metode Ritchie


Pemeriksaan fecal untuk helminthes intestinal

Praktis tugas:
Pemeriksaan mikroskopik tinja (lihat pemeriksaan protozoa usus)
1. Pemeriksaan langsung (normal saline, lodine, atau metode Eosin pemeriksaan)
2. Pemeriksaan tidak langsung: WiIIis Mallory Flotasi Metode (metode kualitatif) &
metode Kato-Katz (metode kuantitatif).

1. Kuantitatif metode pemeriksaan feses (metode Kato-Katz)


Peralatan dan bahan
1. kaca objek
2. sellophan rekaman 40 mm tebal, dengan pengukuran 7 x 2,5 cm
3. logam filter / layar dengan diameter standar, dengan pengukuran 3 x 3 cm
4. karton tebal, dilengkapi dengan lubang untuk jumlah pengukuran standar feses (1:30 mg)
5. tongkat dan kertas minyak
6. Malachite-hijau-glicerine solusi (100 ml + 100 ml glicerine aquadest + 1 mL Malachite 3%
hijau)
Metode
1. Pertama-tama, kaset sellophan yang direndam dalam larutan malachite-hijau setidaknya
24 jam sebelum digunakan.
2. Ditempatkan jumlah tinja dari 1 - 5 mg pada kertas minyak, dan menempatkan layar
logam di atas bangku dan tekan ke bawah. Jadi, tinja akan disaring oleh layar logam.
3. Letakkan karton bersembunyi pada kaca objek. Kemudian, mengisi lubang karton
dengan tinja disaring.
4. Hapus karton, tinja disaring ditutupi dengan selotip sellophan. dan menyebar
menggunakan segelas objek.
5. Geser dibiarkan pada suhu kamar setidaknya 30 menit, biarkan slide menjadi transparan.
6. Pemeriksaan mikroskopis dengan menghitung semua telur yang ditemukan dalam slide.
7. Mallory Metode pengapungan WiIIi itu (metode kualitatif)
Alat dan bahan:
1. 10 ml tabung
2. kayu aplikator
3. kaca objek
4. penutup slip
5. Willis solusi (jenuh NaCl)

Metode:
1. Tempatkan bagian dari tinja dalam 10 ml tabung. Triwulan-sampai tabung dengan solusi
Willis.
2. Menggunakan aplikator, menghancurkan bagian feses dan mencampurnya dengan baik
dengan solusi.
3. Isi tabung ke atas dengan solusi Willis. Suspensi harus benar-benar seragam.
4. Pasang penutup slip hati-hati atas mulut tabung. Periksa coverslip tersebut tertutup untuk
cairan, tanpa gelembung udara. Diamkan selama ± 30 menit.
5. Hapus coverslip dengan perawatan setetes cairan harus tetap di atasnya.
6. Tempatkan coverslip tersebut pada kaca objek, meneliti di bawah mikroskop.

Dalam rangka melaksanakan laboratorium diagnostik dapat dilakukan dengan pemeriksaan


rutin biopsi tinja dan atau jaringan dari orang tersangka.

PEMERIKSAAN FESES CESTODE USUS


Rutin fitur pemeriksaan tinja utama untuk infeksi Cestode adalah prosedur yang sama
dengan pemeriksaan tinja rutin untuk usus Protozoa dan Nematoda usus, pemeriksaan
makroskopik dan mikroskopik.
1. Pemeriksaan makroskopik
Bentuk dewasa dari Cestode sering terdeteksi oleh Mengakhiri:
a. Proglottids, sering dilewatkan dalam tinja (misalnya: Taenia atau Dipylidium), atau
setelah treament dengan anthelminthlc. Identifikasi spesies dapat dilakukan dengan
mudah, jika proolottids segar merata antara dua slide kaca.
b. Scolex, spontan lulus dalam tinja. Scolex deteksi dapat dilakukan dengan mudah jika
kotoran disaring dan memeriksa dengan Ioupe. Identifikasi spesies dapat dilakukan
paling mudah dengan pemeriksaan mikroskopis
2. Pemeriksaan mikroskopik
Umumnya ada dua metode untuk pemeriksaan mikroskopis, (1) Pemeriksaan
langsung dan (2) pemeriksaan tidak langsung. Untuk spesies Cestode deteksi tertentu (Taenia
sehingga / fum), dapat menggunakan metode usap dubur. Metode ini juga dapat digunakan
untuk mendiagnosa cacing kremi (Enterobius vermicularis) dan infeksi Schistosoma mansoni
a. Pemeriksaan Langsung
Pemeriksaan tinja langsung sudah dipelajari dalam pemeriksaan rutin feses untuk
Nematoda Protozoa dan usus usus.

b. Pemeriksaan tidak langsung


Beberapa teknik pemeriksaan tinja misalnya flotasi-sentrifugasi metode atau metode
flotasi seng sulfat (Faust, et al., 1938) efective untuk mendeteksi telur cacing pita.
c. Metode usap dubur
Metode juga akrab untuk cacing pin (Enterobius vermicularis) deteksi
Prosedur usap dubur:
1. Tempatkan strip dari pita selulosa pada slide mikroskop, mulai 1,2 cm dari ujung satu;
dan berjalan menuju akhir yang sama, membungkus rekaman di atas tepi slide. Merobek
strip bahkan dengan ujung. Ditempatkan label antara slide dan pita di ujung di mana
rekaman itu robek menyiram.
2. Untuk mendapatkan sampel dari daerah perianal, mengupas tape dengan
mengelompokkan label, dan, dengan pita melingkar (sisi perekat luar) melalui lidah
depressor kayu yang dipegang teguh againts slide dan memanjang sekitar 2,5 cm di luar
itu , tekan rekaman Hrmly terhadap lipatan perianal kanan dan kiri.
3. Menyebarkan rekaman itu kembali sisi, geser perekat bawah.
Tempatkan nama pasien dan tanggal pada label

Cestoda (Cacing Pita)

Subjek
1. Taenia saginata `'
2. Taenia solium
3. Echinococcus granulosus
4. Hymenolepis nana
5. Hymenolepis diminuta 7
6. Diphylidium caninum
7. Diphyllobothrium latum

Tujuan
1. Memahami metode pengiriman spesimen untuk diagnosis infeksi Cestode dalam manusia
2. Memahami morfologi telur, larva, scolex dan proglottids dari semua spesies Cestode
dalam manusia.

Pengenalan
Para Cestodes atau worm tape (pita datar dan sejenisnya), merupakan Filum
Platyhelminthes dari, dan yang dapat dicirikan sebagai:

1. Metazoa
2. bilateral simetris
3. biasanya dikompresi dorso-ventrally A
4. Memiliki sistem ekskretoris bilateral simetris, dengan mengumpulkan tubulus dan
kapiler
yang berhenti dalam "sel fIame" (solenocyte)

Karakterisasi kelas Cestoidea adalah:


1. bersifat parasit
2. hermafrodit
3. bertelur
4. Epitel bersilia, saat ini, terbatas pada embrio (oncosphere)
5. Scolex disediakan dengan pengisap, dan sering kait untuk lampiran ke host jaringan
6. tidak ada saluran pencernaan
7. tubuh (strobila) di sebagian besar spesies dibagi transverselly menjadi terpisah, unit
seksual yang lengkap, disebut proglottids

Dua perintah dari kelas Cestoidea telah parasit perwakilan di manusia. Semua parasit
ini dengan pengecualian satu spesies yang ditemukan dalam satu pesanan, Cyclophyllidea.
Parasit yang tersisa dalam rangka Pseudophyllidea.

Karakterisasi order Cyclophyllidea adalah:


1. scolex dengan empat cangkir tertekan atau berbentuk piring pengisap, dan biasanya
ditempatkan di tengah
2. apikal rostellum
3. rostellum sering dipersenjatai dengan kait.
4. pori seks, saat ini, membuka lateral

Karakterisasi order Pseudophyilidea adalah:


1. scolex berbentuk sendok
2. dua alur memanjang suking (bothria)
3. seks pori-pori pada pusat proglottids

Dalam rangka melaksanakan laboratorium diagnostik dapat dilakukan dengan


pemeriksaan rutin biopsi tinja dan atau jaringan dari orang tersangka.

Pemeriksaan tinja
Rutin fitur utama pemeriksaan tinja Cestode infeksi pada manusia, prosedur yang
sama dengan pemeriksaan rutin feses untuk usus Protozoa dan Nematoda usus, pemeriksaan
makroskopik dan mikroskopik.

1. Pemeriksaan makroskopik
Dewasa infeksi Cestode sering terdeteksi dengan mencari:
a. proglottids, sering dilewatkan dalam tinja (forexample: Taenia atau Dipylidium), atau
setelah treament dengan anthelminthic. Identifikasi spesies dapat dilakukan dengan
mudah, jika proglotitids segar merata antara dua slide kaca.
b. scolex, spontan lulus dalam tinja. Scolex deteksi dapat dilakukan dengan mudah jika
kotoran disaring dan memeriksa dengan Ioupe. Identifikasi spesies dapat dilakukan
pemeriksaan mikroskopis termudah

2. Pemeriksaan mikroskopik
Umumnya ada dua metode untuk pemeriksaan mikroskopis, (1) Pemeriksaan
langsung dan (2) pemeriksaan tidak langsung. Untuk spesies Cestode deteksi tertentu (Taenia
solium), dapat menggunakan metode usap dubur. Metode ini juga dapat digunakan untuk
mendiagnosa cacing kremi (Enterobius vermicularis) dan infeksi Schistosoma mansoni.
a. Pemeriksaan langsung
Pemeriksaan tinja langsung sudah dipelajari dalam pemeriksaan rutin feses untuk
Nematoda Protozoa dan usus usus.
b. Pemeriksaan tidak langsung
Pemeriksaan tinja Beberapa teknik flotasi • sentrifugasi forexample metode atau
metode flotasi seng sulfat (Faust, et al., 1938) efective untuk mendeteksi telur cacing
pita.
c. usap dubur metode
Metode juga akrab untuk cacing pin (Enterobius vermicularis) deteksi.

Prosedur
1. Tempatkan strip dari pita selulosa pada slide mikroskop, mulai 1,2 cm dari satu ujung,
dan runing menuju akhir yang sama, membungkus rekaman di atas tepi slide. Merobek
strip bahkan dengan ujung. Ditempatkan label antara slide dan pita di ujung di mana
rekaman itu tom menyiram.
2. Untuk mendapatkan sampel dari perianal adalah, mengupas tape dengan
mengelompokkan label, dan, dengan pita melingkar (sisi perekat luar) melalui lidah
depressor kayu yang dipegang teguh againts slide dan memanjang sekitar 2,5 cm di luar
itu , tekan rekaman tegas terhadap lipatan perianal kanan dan kiri
3. Menyebarkan rekaman itu kembali slide, sisi perekat bawah
4. Tempatkan nama pasien dan tanggal pada label
5. Slide dapat diperiksa langsung di bawah daya rendah mikroskop. Untuk membuat telur
lebih terlihat, angkat pita dari slide, tambahkan arop toluena atau xyloe, dan tekan
rekaman itu di slide lagi. Para toluena atau xyloe berfungsi untuk membersihkan
persiapan, dan di bawah intensitas cahaya rendah, telur menonjol jelas.

PRAKTIS TUGAS
1. Belajar dan belajar identitas morfologi karakteristik dari slide ini:
a. Dewasa cacing Taenia saginata
b. Taenia solium Scolex
c. Taenia saginata Proglottids
d. Taenia solium Proglottids
e. Telur Taenia spp
f. Cysticercus Cysticercus selulosa
g. Dewasa cacing Echinococcus granulosus
h. Hidatid kista Echinococcus granulosus
i. Telur Diphyllobothrium Iatum
j. Scolex Diphyllobothrium latum
k. Gravid proglottids Diphyllobothrium Iatum
2. Dengan bantuan diagram shcematic mencoba untuk mengidentifikasi dan menarik slide
3. Apakah pemeriksaan tinja dengan metode langsung dan tidak langsung

Trematoda

Subjek
Manusia parasit trematoda (cacing)
A. Hati kebetulan: Fasciola hepatica Fasciola gigantica
B. usus kebetulan: Fasciolopsis buski
C. Darah kebetulan: Schistosoma japonicum

Tujuan
1. Memahami morfologi cacing dewasa: bentuk, ukuran dan karakteristik masing-masing
spesies.
2. Memahami morfologi telur: bentuk dan ukuran masing-masing spesies.
3. Memahami metode diagnostik.

Pengenalan
Parasit trematoda Manusia (cacing) yang termasuk dalam sub-kelas Digenea memiliki
karakteristik umum: (1) endoparasitic; (2) organ-organ lampiran yang terdiri dari satu atau
lebih pengisap, yang satu adalah circumoral; (3) ekskretoris posteriad pori-pori terbuka; ( 4)
pengembangan rumit, dengan silih bergantinya generasi tiga atau lebih dan perubahan host,
yang menyembunyikan bahwa tahap menengah moluska; (5) Ianra menetas dari telur telah
bersilia epitel; (6) biasanya (kecuali Schistosomatodae) adalah hermaproditic.
Dalam evolusi, ini lebih memilih habitat yang spesifik trematoda, yaitu intestinum
tenue (E buskn, hepar (E hepatica, E gigantica), pulmo (R westemani) dan darah (S.
japonicum, S. mansoni, S. haematobium). diagnosis Tertentu adalah berdasarkan temuan dari
telur karakteristik, yaitu feses, urin, atau dahak. Dalam trematoda siklus hidup mereka
membutuhkan 1 hospes perantara (Schistosoma) atau dua host intermediate (trematoda
lainnya). Ada lebih banyak variasi dalam hospes perantara kedua, dapat tanaman , kepiting,
ikan, atau mungkin semut.
Praktis Tugas
1. Belajar dan belajar identitas morfologi karakteristik dari slide, pemeriksaan makroskopik
dan mikroskopik.
2. Menggambar bagian dari parasit dan menempatkan catatan.

Diagnosa
Diagnosbis penyakit ini didasarkan pada habitat cacing dewasa, feses dan pemeriksaan urin
adalah prosedur penting, meskipun dalam F? westermani infeksi telur bisa ditemukan dalam
pemeriksaan dahak. Umumnya kesulitan dalam metode ini karena konsentrasi rendah telur.
Tinja dan pemeriksaan urin dapat dilakukan dengan metode konsentrasi flotasi forexample
teknik-sentrifugasi. Sampel feses bercampur dengan gliserin 5% dalam air, setelah
sidementation campuran disentrifugasi dan supernatan dibuang.
MIKROBIOLOGI

Isolasi dan identifikasi dari bakteri yang menyebabkan gastroenteritis

Tujuan
Untuk menentukan agen penyebab gastroenteritis

Latar belakang
Penyakit gastroenteritis atau diare masih merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas pada bayi dan anak-anak terutama di negara-negara berkembang. Para agen
penyebab bertanggung jawab untuk penyakit bisa bakteri, virus dan parasit. Yogurt juga
mungkin bahwa faktor lain selain mikroorganisme dapat menyebabkan diare seperti
malabsorbtion dan kekurangan gizi.

Bakteri dapat menghasilkan diare dengan mekanisme yang berbeda. Mereka menjajah
dan menyerang selaput lendir saluran usus. Selama pertumbuhan dan multiplikasi mereka
juga dapat menghasilkan exotoxins yang bekerja pada sel epitel usus (enterotoksin) dan
mengakibatkan penyakit diare.

Bakteri invasif dengan properti dan kemampuan untuk memproduksi racun termasuk
coli enterotoksigenik E. (ETEC), E. coli enterohemorrhagic (EHEC), dan S. dysenteriae tipe
1. infeksi dengan hasil Vibrio cholerae pada diare berlimpah karena enterotoksin mereka
sangat manjur bukan invasi selaput lendir.

Sebaliknya, konsumsi enterotoksin saja tanpa infeksi dan invasi pada saluran usus
dapat menyebabkan diare seperti dalam kasus botulisme dan keracunan makanan karena
enterotoksin stafilokokus.

Saluran usus dihuni oleh flora mikroba normal dengan spesies yang berbeda,
termasuk E.coli, Proteus sp, Klebsiella sp., Serratia sp., Dan Enterobacter sp. Bersama
dengan Salmonella sp. Dan Shigella sp. yang secara teratur patogenik terhadap manusia,
mereka adalah anggota dari kelompok Enterobacteriaceae.

Mikroskopis, Enterobacteriaceae pendek batang Gram negatif yang dapat membentuk


rantai. E.coli dan sebagian besar bakteri enterik lainnya membentuk lingkaran, cembung,
koloni halus dengan tepi yang berbeda. Klebsiella koloni yang besar dan sangat berlendir.
Diferensiasi Enterobacteriaceae didasarkan pada pola fermentasi karbohidrat dan aktivitas
decarboxylases asam amino dan enzim lainnya. Produksi indole dari tryptophan umumnya
digunakan dalam identifikasi.

Isolasi Enterobacteriaceae biasanya dilakukan dengan media diferensial seperti agar


Conkey Mc. Pada agar-agar ini, bakteri dapat dibedakan menjadi 2 kelompok besar: bakteri
fermentasi laktosa-yang memberikan warna pink-koloni berpigmen dan non-bakteri
fermentasi laktosa yang memberikan non-pigmented (transparan putih) koloni. E. coli,
Klebsiella sp, Enterobacter sp. dan Serratia sp. bakteri fermentasi laktosa adalah bahwa
Shigella sp, Salmonella sp.., Proteus sp., dan Pseudomonas sp. tidak. Ketika Salmonella sp.
atau Shigella sp. diduga menjadi agen penyebab penggunaan Salmonella Shigella agar-,
diferensial dan menengah selektif, lebih disukai karena akan menunjukkan penampilan
kolonial tertentu dari bakteri (Tabel 1). Garam empedu tiosulfat Sukrosa (TCBS) agar-agar
digunakan secara eksklusif untuk isolasi Vibrio sp .. V. cholerae menunjukkan koloni kuning,
sementara akan parahemolytica membentuk koloni hijau.

Identifikasi Enterobacteriaceae dilakukan dengan karakterisasi biokimia


menggunakan Kliger Agar Besi (KIA), Semi agar Sukrosa (SSS) padat, Agar Besi Lysine
(LIA) dan Motilitas lndol Ornithin (MIO) menengah.

Spesimen untuk isolasi dan identihcation bakteri dapat tinja segar, usap rektal, darah
dan sumsum tulang. Spesimen yang tidak dapat dibudidayakan segera setelah pengumpulan
harus ditempatkan dalam media transportasi seperti gliserol garam buffered (BGS) atau Carry
dan menengah Blair, atau air pepton alkali (untuk vibrio).

Tabel 1
Karakteristik kolonial Enterobacteriaceae grup Salmonella-Shigella agar

Non-laktosa fermentasi organisme


Salmonella sp. Transparan koloni biasanya dengan pusat hitam
Shigella sp. Transparan koloni
Proteus sp. dan C itro bacter sp. Transparan koloni abu-abu-hitam pusat
Organisme laktosa-fermentasi Koloni pink-merah

Bahan dan Peralatan


 cotton buds steril
 Mc Conkey agar
 Salmonella-Shigella agar
 TCBS agar
 Kliger Iron Agar
 Semi Padat agar Sukrosa
 Lysine Iron Agar
 Motilitas lndol Ornithin medium
 Transport medium
 Kovacs reagen
 Selenite sistein (SC)
 Alkali pepton air

Prosedur
1. Streak spesimen dengan kapas di Mc Conkey, SS atau agar TCBS
2. Masukkan cotton bud ke dalam medium pengayaan (SC, Kaufmann atau pepton alkali
masing-masing untuk Salmonella, Shigella dan Vibrio)
3. Inkubasi pada 37 ° C selama 18 - 24 jam
4. Periksa koloni pada agar-agar. Perhatikan karakteristik.
5. Ambil koloni yang dicurigai dan tumbuh mereka dalam KIA, SSS, LIA dan MIO.
6. Streak agar sesuai dengan cotton bud dari media pengayaan (ini dilakukan jika tidak
ada koloni yang dicurigai dari budaya pertama).
7. Inkubasi pada 37 ° C selama 18 - 24 jam.
8. Periksa pertumbuhan bakteri di KIA, SSS, LIA dan MIO. Perhatikan perubahan di
daerah miring dan pantat media ini.
9. Tambahkan satu tetes pereaksi Kovacs ke MIO untuk mendeteksi produksi indol.
Hasil positif akan menunjukkan cincin merah pada permukaan medium.
10. Sesuai hasil tes biokimia dengan grafik yang tersedia untuk penentuan spesies dari
bakteri yang diisolasi (lihat Tabel 2).

Lanjutkan langkah 6 sampai 10 jika perlu.


FARMAKOLOGI

Absorbsi, distribusi, dan ekskresi obat

Latar Belakang

Kebanyakan obat diberikan secara oral dan mereka harus melewati dinding usus untuk
memasuki aliran darah. Proses absorpsi ini dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti

1. Formulasi
2. Stabilitas enzim dan asam
3. Motilitas usus
4. Makanan di dalam lambung
5. Derajat pertama metabolisme
6. Solubilitas lipid (sangat bergantung pada pK obat dan pH lingkungan)

Namun biasanya cukup proporsional untuk kelarutan lipid dari obat. Sehingga,
absorpsi molekul yang tidak terionisasi lebih digemari karena mereka jauh lebih larut lipid
dibandingkan mereka terionisasi dan dilapisi oleh molekul air. Obat terutama di absorpsi dari
usus kecil karena permukaannya besar. Ini benar, bahkan untuk asam lemah (e.g aspirin),
yang tidak terionisasi dalam asam dari lambung. Obat yang diserap dari traktus
gastrointestinal memasuki sirkulasi portal dan beberapa secara luasa di metabolisasi begitu
melewati hepar (metabolisme first-pass).

Obat-obat yang secara sufisien larut lemak yang diserap secara oral, langsung
didistribusikan ke seluruh kompartemen air di dalam tubuh. Banyak obat yang terikat
longgar pada plasma albumin, dan sebuah ekuilibrium terbentuk diantara obat terikat dan
obat bebas di dalam plasma. Obat yang terikat pada protein plasma terikat ke sistem vaskular
dan tidak dapat mengeluarkan aksi farmakologisnya.

Jika obat diberikan secara intravena, dia memasuki aliran darah dan langsung
didistribusikan ke jaringan. Dengan mengambil sampel darah yang berulang, jatuhnya
konsentrasi obat dalam plasma berdasarkan waktu dapat diukur. Terkadang konsentrasi jatuh
drastis pada awalnya, namun jumlah penurunan tiba-tiba berkurang. Kurva seperti ini disebut
dengan kurva exponential, dan ini berarti bahwa obat yang diberikan pada fraksi konstanakan
dieliminasi dalam waktu yang dinyatakan dalam unit. Banyak obat yang menunjukkan
exponential yang jatuh dalam konsentrasi plasma karena jumlahnya dimana kerja proses
eliminasi sendiri proporsional dengan konsentrasi plasma dari obat. Proses berikut terlibat:

1. Eliminasi dari urin oleh filtrasi glomerular


2. Metabolisme, biasanya oleh hepar
3. Uptake oleh hepar, dan eliminasi subsekuen oleh empedu.

Sebuah proses yang bergantung pada konsentrasi yang diberikan pada waktu kapan saja,
disebut dengan first order dan banyak obat tidak melalui eliminasi kinetik first order. Jika
sebuah sistem enzim yang bertanggung jawab pada metabolisme obat menjadi tersaturasi,
maka kinetik eliminasi berubah menjadi zero order, sebagai contoh laju eliminasi akan
menjadi cepat pada laju konstan dan tidak terpengaruh jika konsentrasi obat meningkat.

Ekskresi obat

Ekskresi bersamaan dengan metabolisme dan terdistribusi ke jaringan, merupakan hal


penting untuk menentukan durasi dari aksi obat dan laju dari eliminasi obat. Ekskresi adalah
proses dimana obat ditransferkan dari jaringan internal ke lingkungan eksternal, dan organ
utama yang terlibat dalam aktivitas ini adalah ginjal, paru, sistem biliaris, dan usus.

Meskipun beberapa obat diekskresikan melalui jalur ekstrarenal, ginjal merupakan


organ utama untuk eliminasi kebanyakan obat, khususnya untuk obat yang larut air dan
volatil. Tiga proses prinsipal yang menentukan ekskresi melalui urin dari sebuah obat adalah
filtrasi glomerular, sekresi tubular, dan reabsorpsi tubular (kebanyaan pasive back-diffusion)

Ekskresi dari obat menjadi keringat dan saliva juga terjadi, namun tidak begitu
penting untuk kebanyakan obat. Mekanisme yang terlibat dalam ekskresi obat sama untuk
keringat dan saliva. Ekskresi pada umumnya bergantung pada difusi dari bentuk obat yang
tidak terionisasi dan larut lemak pada sel epitel dari kelenjar. Oleh karena itu, pKa dari obat
dan pH dari sekresi individual yang terbentuk di dalam kelenjar merupakan faktor penting
dari kuantitas dari obat yang muncul di cairan tubuh. Tidak sepenuhnya diketahui apakah
transportasi obat aktif terjadi di sepanjang duktus kelenjar.

Komponen tidak larut lemak, seperi urea dan gliserol, masuk ke saliva dan keringat
pada laju yang proporsional dengan berat molekulnya, mungkin dikarenakan filtrasi melalui
kanal aqueous di membran sel sekretori. Obat atau metabolitnya yang diekskresikan ke
dalam keringat mungkin sebagian berperan untuk dermatitis atau reaksi kulit lainnya yang
disebabkan oleh agen terapeutik. Substansi yang diekskresi ke dalam saliva biasanya tertelan,
dan oleh karena itu, perjalanannya sama dengan obat yang dikonsumsi secara oral (kecuali
proses meludah menjadi kebiasaan seseorang). Ekskresi dari obat ke dalam saliva terlihat
untuk obat yang terkadang pasien rasakan setelah menerima obat yang diberikan secara
intravena.

Rute administrasi

Obat dapat diadministrasi melalui:

 Oral
 Injeksi intravena
 Injeksi intramuskular
 Injeksi subkutan
 Inhalasi
 Topikal
 Sublingual
 Rektal

Distribusi

Distribusi ke seluruh bagian tubuh terjadi ketika obat mencapai sirkulasi. Obat harus
melakukan penetrasi untuk melakukan aksinya

Ekskresi

Ekskresi renal terutama berperan untuk eliminasi kebanyakan obat. Obat masuk ke
dalam filtrasi glomerulus, namun jika larut lemak, maka akan siap untuk direabsobsi pada
tubulus renalis oleh difusi pasif. Metabolisme dari obat sering menghasilkan komponen yang
kurang larut dalam lemak, sehingga membantu ekskresi renal

Ionisasi dari asam dan basa lemah bergantung pada pH dari cairan tubular.
Manipulasi dari pH urin terkadang bermanfaat dalam meningkatkan ekskresi renal.

Terkadang obat yang terkonsentrasi di dalam biliaris di ekskresikan ke dalam usus,


dimana dapat direabsorbsi kembali. Sirkulasi enterohepatik ini meningkatkan persisten dari
obat di dalam tubuh
Eksperimen

Tujuan dari eksperimen

Tujuan dari eksperimen adalah untuk memahami apa yang terjadi dengan obat setelah masuk
ke dalam tubuh

Subjek

Enam probandus sehat, pria dan wanita, usia antara 20 – 40 tahun yang telah diberikan
informed consent untuk berpartisipasi dalam eksperimen ini. Semua subjek dalam kondisi
sehat dan akan dinilai dengan riwayat medis dan pemeriksaan fisik, dan tanpa riwayat
penyakit hepar, ginjal atau lambung dan tidak ada riwayat alergi obat.

Setiap subjek menerima dosis oral KJ (0.3g) dengan 200 ml air

Peralatan

 Tabung tes dan rak untuk tabung tes


 Pipet pasteur
 Pipet pengukur
 Gelas beaker

Bahan dan Obat

 0.3 g KJ (dalam kapsul)


 Larutan 1% KI
 Larutan 10% NaNO2
 Larutan H2SO4 encer
 Larutan 1% amilum

Prosedur eksperimen

1. Setiap kelompok mahasiswa memilih satu probandus


2. Anamnesis singkat dilakukan untuk probandus sebelum melakukan eksperimen untuk
memastikan bahwa probandus sehat (tanda-tanda vital normal) dan tidak memiliki
riwayat alergi terhadap obat yang akan dipelajari
3. Informed consent tertulis harus ditandatangani oleh probandus menunjukkan bahwa
mereka menunjukkan persetujuan terhadap eksperimen
4. Semua probandus mengosongkan kandung kemih sebelum mengkonsumsi obat (KI).
Ambil 5 ml sampel urin dan 2 ml saliva untuk kontrol
5. Setiap subjek menerima 0.3 g KI secara oral dengan 200 mL air. Sampel saliva
dikumpulkan 5 menit setelah pemberian obat. Sampel urin dikumpulkan 15 menit
setelah pemberian obat. Sampel saliva dan urin secara periodik dikumpulkan sampai
90 menit setelah pemberian obat (interval 15 menit untuk urin dan 5 menit untuk
saliva)
6. Ukur konsentrasi iod dalam urin dan saliva dengan menggunakan kolorimetri semi
kuantitatif
7. Lakukan reaksi berikut
a. 1 mL 1% KI + 1 ml 1% amilum, lihat perubahan warna
b. 1 mL 1% KI + 2 tetes 10% NaNO2 + 2 tetes H2SO4 encer + 1 tetes 1 %
amilum, lihat perubahan warna
c. 1 ml urin + 2 tetes 10% NaNO2 + 2 tetes H2SO4 encer + 1 tetes 1 % amilum,
lihat perubahan warna
d. 1 ml saliva + 2 tetes 10% NaNO2 + 2 tetes H2SO4 encer + 1 tetes 1 % amilum,
lihat perubahan warna
8. Hasil data semi kuantitatif dinyatakan sebagai berikut
a. Negatif (-)
b. Positif satu (+)
c. Positif dua (++)
d. Positif tiga (+++)
9. Data semi kuantitatif kemudian ditabulasikan dan buat kurva waktu vs konsentrasi
iodin dalam urin dan saliva
Spasmolitik

Latar Belakang

Obat penghambat kolinergik memiliki efek pada sistem nervus otonomik. Obat ini
menghambat aksi dari neurotransmitter asetilkolin pada sistem nervus parasimpatis. Karena
nervus parasimpatis mempengaruhi banyak area dari tubuh, efek dari obat kolinergik tersebut
beragam. Obat penghambat kolinergik disebut juga antikolinergik atau obat penghambat
parasimpatomimetik. Contoh dari obat penghambat kolinergik, termasuk atropin, scopolamin,
dan propanthelin.

Obat antikolinergik menghambat aktivitas dari asetilkolin di serabut saraf parasimpatis.


Ketika aktivitas asetilkolin terhambat, impuls saraf yang berjalan sepanjang serabut saraf
parasimpatis tidak dapat lewat dari serabut saraf ke organ efektor atau struktur. Karena
distribusi yang luas dari saraf parasimpatis, obat ini dapat mempengaruhi banyak obat dan
struktur dari tubuh, termasuk mata, traktus respiratorius, jantung, kandung kemih, dan traktus
gastrointestinal

Efek Obat Penghambat Kolinergik

Obat antikolinergik menghasilkan respon berikut

 Sistem saraf pusat – tidur nyenyak, kantuk; atropin dapat menghasilkan stimulasi
ringan pada beberapa pasien
 Mata – midriasis (dilatasi dari pupil), sikloplegia (paralisis akomodasi atau
ketikdakmampuan mata untuk fokus)
 Traktus respiratorius –kurangnya sekresi dari mulut, hidung, tenggorokan, bronkus,
relaksasi dari otot halus pada bronkus menghasilkan sedikit bronkodilatasi
 Traktus gastrointestinal – mengurangi sekresi dari lambung, mengurangi pergerakan
dalam lambung dan usus (motilitas)
 Sistem kardiovaskular – meningkatkan denyut nadi (paling sering terjadi pada
administrasi atropin)
 Traktus urinaria – dilatasi dari otot halus pada ureter dan pelvis ginjal, kontraksi dari
otot detrusor dari kandung kemih.

Dinding gastrointestinal terdiri atas lapisan mukosa, submukosa, otot sirkuler, dan otot
longitudinal. Tonus dan peristaltik usus di kontrol oleh sistem saraf otonomik. Serabut
parasimpatis memiliki sinaps pada dua ganglion, ganglion Aurbach dan Meissner. Ganglion
Aurbach terletak diantara dua macam otot dan ganglion Meissner terletak pada lapisan
submukosa.

Serabut sarah sistem simpatis menginervasi otot halus, otot jantung, dan jaringan
glandula. Secara umum, stimulasi melalui serabut simpatis meningkatkan aktivitas dan laju
metabolisme. Stimulasi sistem simpatis akan meningkatkan tonus otot dan peristaltik usus.
Stimulasi yang berlebihan menyebabkan spasme.

Obat yang memiliki efek relaksasi otot disebut anti spasmodik atau spasmolitik.
Ada dua macam spasmolisitk, sebagai kelompok pertama adalah yang bekerja langsung pada
otot usus (sebagai contoh alverin, meberverin) dan kelompok lain adalah obat yang bekerja
pada reseptor muskarinik (sebagai contoh atropin sulfat, atropin, skopolamin, propanthelin,
dan disiklomin sebagai antagonis muskarinik)

Atropin Sulfat

Atropin adalah obat antikolinergik yang diperoleh dari tumbuhan atropa belladona.
Sering digunakan sebagai antidotum untuk keracunan organofosfatase namun juga digunakan
untuk antispasmodik, midriasis, antikolinergik dan penghambat dari bradikardia dan
bronkospasme yang diinduksi oleh vagal. Petani melakukan petisi terhadpaa penggunaannya
sebagai antidotum untuk keracunan organofosfatase seing disebabkan oleh rekasi pestisida.

Atropin adalah sampel klasik dari penghambat kolinergik. Dapat ditemukan secara
tunggal maupun kombinasi dari beragam obat. Sebagai preparasi oftalmik, digunakan
sebagai sikloplegia dan sebagai midriasis. Efek sampingnya terkait dengan kegunaan atropin
adalah kegoyangan, halusinasi, kekeringan mulut yang tidak biasa, dan peningkatan
sensitivitas mata terhadap cahaya. Pasien yang memiliki glaukoma harus berhati-hati dalam
menggunakan preparat ini.

Atropin adalah obat paling esensial dalam penanganan keracunan agen saraf. Bertindak
melawan agen saraf di saluran pernapasan. Atropin mengurangi sekresi dan penyempitan
dari jalan napas yang dapat menyebabkan kematian karena apneu. Atropin masih digunakan
sebagai obat premedikasi untuk anestesi. Efeknya dalam menghambat saliva dan sekresi
bronkial membuatnya sangat berguna selama operasi, dengan risiko sekresi penyebab
penghambat jalan napas berkurang. Hampir sama, efek relaksasi dari otot polos bronkial juga
mengurangi risiko obstruksi jalan napas. Atropin juga mencegah bradikardi yang dapat
disebabkan oleh beberapa agen anestesi. Pada oftalmologi, atropin masih digunakan.
Kemampuannya untuk mendilatasi pupil dan juga paralisis mata membuatnya komponen
yang berguna untuk pengobatan kondisi peradangan mata.

Impuls saraf yang ditransmisikan ke otot dan kelenjar ke seluruh badan oleh aksi
komponen khusus dan alami yang disebut neurotransmitter. Atropin menghambat
kemampuan dari neurotransmitter asetilkolin untuk menstimulasi beberapa otot dan kelenjar.
Ini menghasilkan efek beragam mulai dari kekeringan sekresi (saliva, perspirasi) sampai ke
perubahan ukuran pupil dan berkurangnya spasme usus. Tetes mata atropin bekerja secara
temporer untuk mengaburkan pandangan mata pada mata yang tidak terkena efek, sehingga
memaksa mata dengan amblyopik untuk bekerja. Ini menguatkan mata dan meningkatkan
kerja mata. Atropin bekerja dengan menghambat satu tipe dari atropin reseptor sehingga
asetilkolin yang ada di sinaps tidak dapat bekerja.

Pada eksperimen ini, efek dari atropin sulfat sebagai antispasmodik ditunjukkan dengan
peningkatan dosis asetilkolin yang diperlukan untuk mencapai 50% kontraksi maksimum

Eksperimen

1. Tujuan eksperimen
Memahami efek dari spasmolitik
2. Probandus
Kelinci atau tikus
3. Peralatan
a. Organ bath
b. Kymograph
4. Bahan dan obat
a. Larutan thyrose
b. Asetilkolin: 10-4 M, 10-5 M, 10-6M
c. Atropin sulfat: 10-5M, 10-7M
5. Prosedur
a. Sebelum melakukan eksperimen, binatang dipuasakan dan diberi air ad libitum
selama 12 jam
b. Binatang kemudian disembelih, dibuka perutnya dan diambil ileum dan
diletakkan ke dalam beaker yang mengandung larutan tyrode
c. Ileum dilepaskan dan dimasukkan ke cawan petri, dipotong menjadi strip
dengan panjang 2 cm dan dibersihkan lemaknya
d. Kedua ujung ileum difiksasi dan disuspensi ke dalam organ bath yang
mengandung larutan tyrode
e. Dihubungkan ke kymograph
f. Direkam kontraksi normal
g. Ditambahkan asetilkolin dengan dosis yang meningkat dan dibuat kurva log
dosis vs. % konsentrasi.
h. Kemudian, ileum dicuci dalam larutan tyrode sampai kontraksi normal
kembali terjadi
i. Tambahkan atropin sulfat 10-7M dan biarkan selama 30 detik
j. Tambahkan asetil kolin dengan dosis meningkat dan dibuat kurva log dosis
vs. % konsentrasi
k. Ulangi langkah i dan j dengan atropin sulfat 10-5M
l. Efek spasmolitik dari atropin sulfat dibandingkan
i. Dosis asetilkolin dibutuhkan untuk mencapai 50% konsentrasi, kurva
antara sebelum dan sesudah ditambahkan atropin sulfat
ii. Kontraksi dihasilkan dengan menambahkan asetilkolin, kurva sebelum
dan sesudah ditambahkan atropin sulfat
PATOLOGI KLINIK

Bilirubin dalam serum

Pendahuluan
Bilirubin dibentuk dari fragmen heme dari pelepasan hemoglobin oleh sel-sel darah
merah yang sudah tua atau rusak. Hati, limpa dan sumsum tulang adalah situs produksi
bilirubin. Bilirubin terbentuk dalam limpa dan sumsum tulang kemudian diangkut ke hati. Di
dalam hati bilirubin diubah menjadi bilirubin konjugasi - bilirubin monoglucoronides dan
diglucuronides. Setiap penyakit hati mempengaruhi sistem di atas, dan karenanya bilirubin
terakumulasi dalam serum menyebabkan penyakit kuning.

Prinsip Metode
Bilirubin bereaksi dengan asam sulfanilic diazotized untuk membentuk suatu zat
warna azo yang merah dalam larutan netral dan biru dalam larutan alkali. Sedangkan bilirubin
glucuronides larut dalam air bereaksi "langsung", bebas "tidak langsung" bilirubin bereaksi
jika terdapat akselerator.
Larutan kafein benzoat digunakan untuk membagi kompleks bilirubin tak
terkonjugasi pelepasan protein kompleks bilirubin sehingga dapat bereaksi dengan asam
sulphanilic diazotised.
Bilirubin total dalam serum atau plasma ditentukan dengan menggunakan metode
Jendrassik dan Grof dimana menggabungkan dengan asam sulfanilic diazotized setelah
penambahan kafein, natrium benzoat dan natrium asetat. Sebuah azobilirubin biru terbentuk
dalam larutan Fehling alkali II. Senyawa biru ini juga dapat ditentukan secara selektif pada
presence of yellow oleh produk (pewarnaan campuran hijau) oleh fotometri pada 578 nm.
Bilirubin direct diukur sebagai pewarna azo merah pada 546 nm menggunakan
metode Schellong dan Wende tanpa additin alkali.
Bilirubin indirect dihitung dari perbedaan antara bilirubin total dan direct.

Jenis Spesimen, Pengumpulan Dan Penyimpanan


Gunakan hanya yang jelas, non-haemolysed sampel serum. Bilirubin tidak stabil dan
sensitif terhadap cahaya dan karena itu uji harus dilakukan dalam waktu 2 jam dari koleksi
sampel. Jika penundaan tidak dapat lagi dihindari, mendinginkan sampel. Sampel dapat
dibekukan pada -20°C, untuk menjaga bilirubin stabil selama 2 bulan.

Peralatan Yang Diperlukan


Spektrofotometer atau fotometer filter.

Reagen
1. Asam Sulfanilic (29 mmol/I C6H7NO3S, 170 mmol /I HCL)
2. Natrium nitrit (29 mmol/l NaNO2)
3. Accelerator (130 mmol/I kafein, 156 mmol/I natrium benzoat, 460 mmol/l natrium
asetat)
4. Larutan Fehling II (930 mmol/l kalium natrium tartrat, 1,9 mol/l natrium hidroksida)

Bilirubin Total
Prosedur
Pipet ke dalam tabung reaksi
Sample Blanko
Natrium Nitrit I tetes -
Asam Sulfanilic 0.2 mL 0.2 mL
Accelerator I.0 mL I.0 mL
Serum 0.2 mL 0.2 mL
Mencampur dan diamkan selama I0 sampai 60 menit pada suhu kamar (I5 to 25 °)
Larutan Fehling ll I.0 mL I.0 mL
mencampur dan setelah 5 sampai 30 menit mengukur absorbansi sampel terhadap blanko.

Filter:Hg578nm.
Denganabsorbansidi atas1, 0serum encer1+ 5dengan garamisotonikdan kalikanhasilnya
dengan6.

Perhitungan

Konsentrasi bilirubin total = A X l0,5 mg/dL


= A X l80 umol/L
Rentangnormal
Sampai 1mg/dL
Sampai 17mmol/L

Bilirubin Direct
Metode ini didasarkanpada definisibilirubindirect sebagaijumlahbilirubinyang,
tanpapenambahanakselerator, dapat ditentukansetelahwaktu reaksidari 5menit.
Bilirubininiterutama terdiri dari bilirubin glucoronides larut air. Dalam kondisiyang
digunakan di sini, bilirubin bebashanyabereaksilambat.

Prosedur
Pipetke dalamtabung reaksi

Sample Blanko
Natrium Nitrit I tetes -
Asam Sulfanilic 0.2 mL 0.2 mL
lsotonic saline 2.0 mL 2.0 mL
Serum
Campurdan diamkan pada suhu kamar(+l5sampai +25° C). Tepat5menit setelahpenambahan
serummengukurabsorbansisampelterhadap blanko.

Filter: Hg 546 nm.


Perhitungan
Konsentrasi bilirubin direct = A X 14.0 mg/dL
= A X 240 mol/L

Rentang normal
Sampai 0,25 mg / dl
Sampai 4,3 mmol / l

Batasan
Sampel dengan konsentrasi bilirubin lebih tinggi dari 20 mg/dl harus diencerkan
dengan volume air yang setara dengan air suling dan hasil yang diperoleh harus dikalikan
dengan 2. Tidak ada gangguan dalam pengujian dengan hemoglobin hingga konsentrasi 1,0
g/dl; hemolisis namun kuat akan menginterfensi negatif dengan pengukuran. Jangan
melaporkan hasil spesimen yang gangguan suspect. Menginformasikan pada dokter terhadap
masalah yang ditemukan.
Bilirubin Bilirubin Bilirubin
Usia
Total Konjugasi Tak Terkonjugasi
Bayi baru lahir I–3 -
1-2 hari 3.4-Il.5 -
3-5 hari I.5-I2 -
Dewasa 0.3 - I 0.2 - 0.7

Bilirubin dalam urin

Pendahuluan
Ekskresi bilirubin dalam urin akan mencapai tingkat yang signifikan dalam setiap
proses penyakit yang meningkatkan jumlah bilirubin terkonjugasi dalam aliran darah. Pada
beberapa penyakit hati akibat infeksi atau hepatotoxicagents, sel-sel hati tidak dapat
mengeluarkan semua bilirubin terkonjugasi dalam empedu, sehingga jumlah yang cukup
dikembalikan ke darah untuk meningkatkan kadar darah dan menyebabkan bilirubinuria
signifikan.
Pada penyakit saluran empedu obstruktif, mengganggu stasis bilier dengan ekskresi
normal bilirubin terkonjugasi melalui saluran pencernaan, sehingga menyebabkan build-up
dalam aliran darah dengan menghasilkan bilirubinuria. Karena bilirubin mungkin sering
muncul dalam urin sebelum tanda-tanda disfungsi hati (penyakit kuning, penyakit klinis)
terlihat jelas, bilirubinuria adalah tanda diagnostik yang penting dari penyakit hati dan tes
bilirubin harus menjadi bagian dari setiap urinalisis rutin.

Harrison Spot Tes (Uji Fouchet¢s)


Prosedur
1. Tempatkan 10 ml urin asam dalam tabung reaksi
2. Tambahkan 5 ml larutan barium klorida 10%
3. Kocok dan filter
4. Untuk endapan sisa pada kertas saring, tambahkan 1 tetes pereaksi dibuat berikut:
Asam trikloroasetat 25 gm
10% larutan ferric klorida 10 ml
Air suling 100 mL
5. Ketika terdapat bilirubin, akan terlihat warna hijau atau biru-hijau
Bilirubin merupakan senyawa tidak stabil dan menghilang dari urin jika didiamkan, terutama
jika terkena cahaya. Hal ini sangat penting bahwa uji urin untuk bilirubin segera setelah
ekskresi.
Referensi nilai
Bilirubin yang terdapat dalam urin adalah sekitar 0,02 mg/dL, mencerminkan level
darah normal yang rendah bilirubin terkonjugasi. Jumlah ini tidak terdeteksi oleh teknik
semikuantitatif rutin, dan ditafsirkan sebagai hasil negatif.

Transaminase dalam serum

Pendahuluan
Terdapat dua transaminasee yang penting untuk diagnostik:
1) serum glutamat oksaloasetat transaminase (SGOT) atau aspartate transferase (AST),
dan
2) serum glutamat piruvat transaminase (SGPT) atau alanin amino transferase (ALT).
Sementara AST ditemukan dalam setiap jaringan tubuh, termasuk sel darah merah, dan
sangat tinggi dalam otot jantung, ALT ditemukan dalam konsentrasi cukup tinggi dalam hati
dan rendah di jantung, otot rangka dan jaringan lain. Kedua pengukuran AST dan ALT
berguna dalam diagnosis dan pemantauan pasien dengan penyakit hepatocelluler.
Rasio ASAT / ALAT digunakan untuk diagnosis diferensial dalam penyakit hati.
Sementara rasio <1 berhubungan dengan kerusakan hati ringan, rasio> 1 adalah berhubungan
dengan gejala berat, sering penyakit hati kronis.

Prinsip Metode
Transaminasi adalah proses di mana kelompok amino ditransfer dari asam amino
untuk asam a-keto. Para enzym yang bertanggung jawab untuk transaminasi disebut
transaminase. Para substrat dalam reaksi adalah asam a-ketoglutarat (KG) ditambah L-
aspartat untuk AST, dan KG ditambah L-alanin untuk ALT. Produk dibentuk oleh tindakan
enzim glutamat dan oksaloasetat untuk AST dan glutamat dan piruvat untuk ALT.
Penambahan 2,4 dinitrophenyl hidrazin hasil dalam pembentukan kompleks hydrazone
dengan ketoacids. Sebuah warna merah yang dihasilkan pada penambahan natrium
hidroksida. Intensitas warna yang terkait dengan aktivitas enzim.
Alanine Transaminase/ALAT (GPT) FS
ALAT
L-Alanin + 2-Oxoglutarat  L-Glutamat + Pyruvate

LDH
Pyruvate + NADH + H+ D-Lactate + NAD+

Penambahan piridoksal-5-fosfat (P-5-P) stabilizsed transaminase dan menghindari nilai-nilai


palsu yang rendah dalam sampel yang mengandung P-5-P endogen tidak cukup, misalnya
dari pasien dengan penyakit hati, pasien perawatan intensif.

Aspartate Transaminase/ASAT (GOT) FS


ASAT
L-Alanin + 2-Oxoglutarat  L-Glutamat + Pyruvate

MDH
Oxalacetate + NADH + H+ L-malate + NAD+

Jenis spesimen, pengumpulan dan penyimpanan


Serum atau plasma EDTA/heparinized dapat digunakan dalam pengujian ini.
Transaminase stabil dalam serum selama 6 jam pada 25 - 35°C, 7 hari pada 2 - 8°C dan
selama satu bulan bila disimpan pada -20°C

Peralatan yang diperlukan


Spektrofotometer atau fotometer filter.

Reagen
Komponen dan Konsentrasi SGPT:
R1: TRIS pH 7.15 100 mmol/l
L-Alanin 500 mmol/l
LDH (lactat dehydrogenase) ≥ 1700 U/l
R2: 2-Oxoglutatrate 15 mmol/l
NADH 0.18 mmol/l
Pyridoxal-5-+hosphate FS
Goodcs buffer pH 9.6 0.7 mmol/l
Pyridoxal-5-Phosphate 0.09 mmol/l
Komponen dan konsentrasi SGOT:
R1: TRIS pH 7.15 80 mmol/l
L-Asparte 240 mmol/l
MDH ≥ 600 U/l
LDH (lactat dehydrogenase) ≥ 600 U/l
R2: 2-Oxoglutatrate 12 mmol/l
NADH 0.18 mmol/l
Pyridoxal-5-+hosphate FS
Goodcs buffer pH 9.6 0.1 mmol/l
Pyridoxal-5-Phosphate 13.8 mmol/l

Prosedur
Sample 100 L
Reagent l I000 L
Campur, inkubasi selama 5 menit, kemudian menambahkan:
Reagent 2 250 L
Campur, membaca absorbansi setelah I menit, dan mulai stopwatch. Membaca
kembali absorbansi, 2 and 3 menit kemudian.

WaveIength: 340 nm, 365 nm, Hg 334 nm.


Temprature: 37°C

Perhitungan
Dari pembacaan absorbansi menghitung delta A/min dan kalikan dengan faktor yang sesuai
dari tabel di bawah ini:
Substrate start 37oC; Sample start 37oC
340 nm 2143 1745
334 nm 2184 1780
365 nm 3971 3235

Rentang Normal SGPT


Wanita < 34 U/I
Pria < 45 U/l
Anak-anak 1 - 30 hari < 25 U/l
2 - 12 bulan < 35 U/l
1 - 3 tahun < 30 U/l
4 - 6 tahun < 25 U/I
7 - 9 tahun < 25 Ull
10 - 18 tahun < 30 U/I

Rentang Normal SGOT


Wanita 10 - 35 U/l
Pria 10 - 50 U/l

Batasan
Untuk sampel dengan aktivitas enzim yang lebih besar dari 150 U/l untuk ALT,
mengencerkan spesimen 1 in 10 dengan saline. Beberapa spesimen mungkin memerlukan 1
in 10 pengenceran lebih lanjut untuk memberikan pengenceran akhir dari 1 in 100. Kalikan
hasil akhir oleh faktor pengenceran.
Hindari menggunakan sampel haemolysed karena hal ini akan menyebabkan nilai-
nilai palsu meningkat. Dalam hal ini menginformasikan dokter dan meminta spesimen lain.

Permukaan antigen hepatitis B

Pendahuluan
Antigen kompleks yang ditemukan pada permukaan HBV disebut HBs Ag. Kehadiran
HBs Ag dalam serum atau plasma adalah indikasi dari infeksi Hepatitis B aktif, baik akut
atau kronis. Dalam infeksi Hepatitis B yang khas, HBs Ag akan terdeteksi 2 - 4 minggu
sebelum tingkat ALT menjadi abnormal dan 3 sampai 5 minggu sebelum gejala atau ikterus
berkembang. HBs Ag memiliki empat subtipe utama: adw, ayw, adr dan ayr. Karena
antigenik heterogeneneity determinan, ada 10 serotipe utama virus Hepatitis B.

Prinsip metode
Salah satu langkah Antigen permukaan hepatitis B tes perangkat (serum/plasma)
adalah kualitatif, aliran immunoassay lateral untuk deteksi HBs Ag dalam serum atau plasma.
Membran pra-dilapisi dengan antibodi anti-HBsAg pada tes daerah garis strip. Selama
pengujian, spesimen serum atau plasma bereaksi dengan partikel dilapisi dengan antibodi
anti-HBsAg. Campuran bermigrasi ke atas pada membran chromatographically oleh tindakan
kapiler untuk bereaksi dengan antibodi anti-HBs Ag pada membran dan menghasilkan garis
berwarna. Kehadiran garis berwarna di wilayah pengujian menunjukkan hasil positif,
sementara ketiadaan menunjukkan hasil negatif. Untuk melayani sebagai kontrol prosedural,
garis berwarna akan selalu muncul di wilayah garis kontrol menunjukkan bahwa volume
tepat dari spesimen telah ditambahkan dan wicking membran telah terjadi.

Jenis spesimen, pengumpulan dan penyimpanan


Tes dapat dilakukan menggunakan serum atau plasma manusia. Jika spesimen tidak
segera diuji mereka harus refrigrated pada 2-8oC. Untuk periode penyimpanan yang lebih
besar dari tiga hari, pembekuan dianjurkan. Spesimen dapat menghasilkan endapan yang
mengandung hasil tes yang tidak konsisten. Spesimen tersebut harus diklarifikasi sebelum
pengujian.
Peralatan yang diperlukan
Spesimen koleksi container, centrifuge, timer.

Reagen
Materi yang disediakan
Perangkat tes Delta HbsAg

Prosedur
Biarkan test strip, spesimen serum atau plasma, dan / atau kontrol untuk menyeimbangkan
untuk temprature ruangan (15-30°C) sebelum pengujian.
1. Bawa kantong untuk temprature kamar sebelum membukanya. Lepaskan strip tes dari
kantong yang disegel dan menggunakannya sesegera mungkin. Hasil terbaik akan
didapat jika pengujian dilakukan dalam waktu satu jam.
2. Dengan tanda panah menunjuk ke arah spesimen serum atau plasma, membenamkan
test strip secara vertikal dalam serum atau plasma selama 10-15 detik.
3. Tempatkan strip tes non-penyerap permukaan datar, menginterpretasikan hasil tes pada
20 - 30 menit.

Interpretasi
1. Sebuah pita warna akan muncul di bagian atas Result Window untuk menunjukkan
bahwa tes tersebut bekerja dengan benar. Pita ini adalah Pita Kontrol.
2. Bagian bawah Result Window menunjukkan hasil. Jika Pita warna lain muncul di
bagian bawah Result Window, pita ini Pita Test.

Hasil positif
Kehadiran dua pita warna (pita "?" dan pita "C") di dalam Result Window tidak
peduli pita mana yang muncul pertamakali menunjukkan hasil positif (Gambar 2) Catatan:
Umumnya, semakin tinggi tingkat analit dalam spesimen, semakin kuat pita warna. Ketika
tingkat analit spesimen is close tapi masih dalam batas sensitivitas tes, warna "?" akan sangat
samar.
Hasil negatif
Kehadiran hanya satu pita warna ungu dalam Result Window menunjukkan hasil
negatif (gambar 2).

Hasil tidak valid


Jika setelah melakukan tes tidak ada pita yang terlihat dalam Result Window, hasilnya
dianggap tidak valid (Gambar 2). Arah mungkin belum diikuti dengan benar atau tes
mungkin deterioated. Disarankan bahwa spesimen kembali diuji.

Batasan tes
Sebuah hasil negatif tidak menghalangi kemungkinan infeksi dengan HBV. Tes klinis
lain yang tersedia diperlukan jika hasil yang diperoleh dipertanyakan. Seperti dengan semua
tes diagnostik, diagnosis klinis yang pasti tidak harus didasarkan pada hasil tes tunggal, tetapi
hanya harus dilakukan oleh dokter setelah semua temuan laboratorium klinis dan telah
dievaluasi.
PATOLOGI ANATOMI

1. Signet Ring Cell Carcinoma


Informasi klinis
Seorang wanita berusia 60 tahun menderita sakit lambung parah, mual, muntah,
kehilangan nafsu makan, dan anemia sejak 3 bulan yang lalu. Pemeriksaan endoskopi
menunjukkan difus, flatted, massa infiltratif sepanjang kurva utama perut, dengan beberapa
daerah nekrotik, colitis dan perdarahan. Pasien dirawat di rumah sakit, dan operasi dilakukan.
Spesimen dikirim ke Departemen Patologi.

Gambar mikroskopis
Spesimen terdiri dari jaringan epitel lambung dengan difus epitelial tumor, invasi ke
dalam lapisan serosa. Sel atypi, polimorfik dengan inti hyperchromatism. Sitoplasma
berlimpah diisi dengan bahan mucinous. Ada banyak sel yang berisi materi mucinous yang
berlimpah, dan meluas ke sisi yang lain dari nukleus, membentuk yang disebut signet-ring sel.
Banyak sel mitosis yang abnormal dapat ditemukan.

2. Adenokarsinoma Pada Usus Besar


Informasi klinis
Seorang pria berusia 70 tahun, menderita melena, anemia dan nyeri perut sejak 2
bulan yang lalu. Colonoscopy menunjukkan massa yang padat, ulserasi dan massa infiltratif
di mukosa rektum.

Gambar mikroskopis
Spesimen terdiri dari jaringan rectal dengan tumor epitel dengan formasi yang solid,
tubular dan papiler. Tumor menginvasi lapisan serosa usus besar. Sel atypi, polimorfik,
dengan hyperchromatism besar pada nuclei dan banyak sel mitosis yang abnormal.

3. Penyakit Crohn
Informasi klinis
Seorang 40 tahun laki-laki menderita demam, sakit perut kram, dan diare sejak 1
bulan yang lalu.
Makroskopik
Usus menebal dan terlihat adanya pembengkakan, seperti halnya mesenterium yang
berdekatan. Kelenjar getah bening mesenterika frekuensinya diperbesar, tegas, dan matted
together. Lumen usus menyempit oleh edema, dan kombinasi dari edema dan fibrosis pada
penyakit long-standing. Pembengkakan nodular, fibrosis, dan ulserasi dari mukosa terlihat
seperti pada penampilan "cobblestone”.

Gambar mikroskopis
Penyakit Crohn muncul sebagai proses inflamasi kronis. Ciri mikroskopis penyakit
Crohn seperti kumpulan transmural nodular limfoid, disertai dengan perubahan proliferasi
dari mukosa muskularis dan saraf di submukosa dan plexusses myenteric. Diskrit, granuloma
non caseating, terutama di submukosa, dapat ditemukan. Granuloma ini terdiri dari kumpulan
focal sel epitheloid, samar-samar dibatasi oleh lingkaran limfosit. Sel raksasa multinuklear
dapat ditemukan.

4. Hemorrhoids
Informasi klinis
Seorang laki-laki berusia 50 tahun dengan hematoschesia dan chronic blood Ioos,
yang menyebabkan anemia defisiensi iron. Hemorrhoids prolaps dapat direduksi dan
menyebabkan rasa nyeri hemorrhoids seperti terjepit.

Gambar mikroskopis
Spesimen terdiri dari jaringan ano-rektal dengan dilatasi pembuluh darah vena di
jaringan stroma di bawah lapisan mukosa. Vessel diisi dengan perdarahan dan trombosis dari
berbagai tingkat keparahan. Organization dan rekanalisasi di daerah trombus dapat ditemukan.

5. Chronic Diverticulitis
Informasi klinis
Seorang pria berusia 48 tahun dengan sakit pada perut bagian bawah yang
berlangsung secara terus-menerus, demam, dan diare kronis.
Gambar mikroskopis
Spesimen terdiri dari jaringan usus dengan struktur flask-like / flask-like outpouching
yang memanjang dari lumen melalui lapisan otot. Dasar pada divertikulum dibentuk oleh
jaringan ikat serosal. Ada banyak sel-sel inflamasi kronis yaitu limfosit, Ieucocytes, sel
plasma dan histiosit, dan beberapa dilatasi pembuluh darah.

6. Hepatitis Kronis
Informasi klinis
Seorang anak laki-laki berusia 22 tahun dirawat di rumah sakit karena menderita
demam moderat selama 2 minggu, kelelahan, kehilangan nafsu makan, dan icteric.
Pemeriksaan klinis memperlihatkan liver yang sedikit membesar dan lembut dan nyeri pada
palpasi. Biopsi jarum dengan jarum Menghini dilakukan, dan jaringan itu dikirim ke
laboratorium patologi.

Fitur mikroskopis
Pada lesi kronis hepatitis Portal jelas saluran dapat ditemukan, ditandai dengan
variabel infiltrasi saluran porta oleh limfosit, sel plasma, dan makrofag. Saluran Portal yang
diperluas sering menampilkan proliferasi ductules empedu ringan sampai berat, yang
merupakan respon non-spesifik terhadap cedera hati kronis.
Ada juga peradangan kronis periportal menyusup menciptakan perbatasan tidak
teratur antara saluran portal dan parenkim lobular (sedikit demi sedikit nekrosis). Lesi ini
pada dasarnya adalah periportal dan mengacu pada penghancuran fokus dari pelat membatasi
hepatosit.

7. Sirosis Hati
Informasi klinis
Seorang pria berusia 47 tahun menderita kelelahan berat, demam, anemia, dan icteric
sejak 2 bulan yang lalu. Pemeriksaan klinis menunjukkan multinodular hepatomegali dengan
konsistensi keras dan asites.
Gambar mikroskopis
Spesimen terdiri dari jaringan hati dengan peri dan intra lobular fibrosis, membentuk
formasi variabel pseudolobuli. Sel hati dalam pseudolobulus memiliki ukuran yang berbeda
dengan dilatasi sinusoid. Beberapa sel menjadi kompensasi hyperthrophy dengan inti besar
dan berlimpah sitoplasma eosinofilik, dan kadang-kadang dengan inti ganda.
Ada sel-sel limfosit di Trigonum Kiernan / porta hepatic dan dalam septa fibrosa atau
nodul parenkim.

8. Carcinoma Hepatoseluler
Informasi klinis
Seorang pria berusia 70 tahun dirawat di rumah sakit dengan keluhan utama demam,
kelelahan berat dan icteric, sejak 3 bulan yang lalu. Pemeriksaan klinis menunjukkan asites,
anemia dan hepatomegali dengan beberapa massa yang solid multinoduler dalam hati. Dokter
mengambil biopsi dari massa dan speciment dikirim ke laboratorium PA.

Gambar mikroskopis
Speciment terdiri dari jaringan hati dengan nests dan difusi epitel tumor, menyerang
ke jaringan di sekitarnya. Sel-sel tumor atypic, polimorfik, bulat, oval untuk sel-sel poligonal,
dengan inti hyperchromatism dan berlimpah sitoplasma eosinofilik. Cukup banyak mitosis sel
dapat ditemukan. Beberapa sel tumor mengandung pigmen empedu.

9. Cholangiocarcinoma
Informasiklinis
Seorang pria berusia 76tahun, sejak 4bulan yang lalu, menderitaasites, anemia,
demam danhepatomegali. Selamalaparatomiadamassayang besar soliddihati.

Pemeriksaanmakroskopik
Sebuahjaringan berukuran 10x5x5cm, berwarna putihkecoklatan, padat
denganbeberapa daerahnekrotik.

Gambaranmikroskopis
Spesimenterdiridari epitel tumorbiasanyadengan strukturglandular dantubular, dilapisi
dengankuboidke low kolumnar epitelial sel. Adastromafibrosaberlimpah(desmoplastic) di
antarapulau-pulausel tumor. Selatypic, polymorphy, dengan intihyperchromatism dan
sitoplasmaberlimpah. Selmitosisbanyakdapat ditemukan. Tidak adapigmenempedu dalamsel-
sel tumor.

10. KarsinomaPankreas
Informasiklinis
Seorang pria berusia 59tahundirawat dirumah sakitkarena menderita sakitdi
epigastrium, yang seringmenjalarke punggung.Diamenderitaanoreksiasepanjang waktu,
penurunan berat badanmencolok, dan ikterus. Pemeriksaan USGmenunjukkanmassayang
besardi epigastrium. Pasienmeninggal.Otopsidilakukan.

Penemuan macroscopical
Pankreasdengan massabesarhepato-pankreas diambil. Adatumoryang cukup besardi
bagian bawahpankreas, abu-abu, firm, dan poorly demarcated, danmetastasisluas dihati
ituevedent.

Fiturmikroskopis
Membedakan adenokarsinoma ditemukandengan mensekresi selmusin, dan
jugaformasitubuloacinarselatipikalyangevedent, tumbuh invasifkejaringan
ikatsekitarnya.Mitosispatologisdapat terlihat.

Anda mungkin juga menyukai