Anda di halaman 1dari 1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Perkawinan

Perkawinan disebut juga “pernikahan”, berasal dari kata nikah yang


menurut bahasa artinya mengumpulkan, saling memasukkan, dan digunakan untuk
arti bersetubuh (wathi). Menurut istilah hukum Islam, pernikahan adalah:
ّ ‫الرجل استمتاع ملك ليفيد الشارع وضعه عقد هو شرعا‬
‫الزواج‬ ّ ‫بالرجل المرأة استمتاع وحل بالمرأة‬.
ّ

Perkawinan menurut syara’ yaitu akad yang ditetapkan syara’ untuk


membolehkan bersenang-senang antara laki-laki dengan perempuan dan
menghalalkan bersenang-senangnya perempuan dengan laki-laki.

2.1.1 Perkawinan Menurut Hukum Perdata

Ketentuan tentang Perkawinan diatur dalam KUHPer pasal 26 s/d 102 BW.
Dalam Pasal 26 BW, menyebutkan bahwa undang-undang memandang perkawinan
hanya dalam hubungan–hubungan keperdataannya saja. Hukum perkawinan adalah
peraturan-peraturan hukum yang mengatur perbuatan- perbuatan hukum serta
akibat-akibatnya antara 2 pihak , yaitu seorang laki-laki dan seorang wanita dengan
maksud hidup bersama untuk waktu yang lama menurut peraturan-peraturan yang
ditetapkan dalam UU.1

2.1 Hukum dari Perkawinan


Nikah ditinjau dari segi hukum syar’i ada lima macam, secara rinci jumhur
ulama menyatakan hukum perkawinan itu dengan melihat keadaan orang-
orang tertentu:
a. Sunnah bagi orang-orang yang telah berkeinginan untuk menikah, telah
pantas untuk menikah dan dia telah mempunyai perlrngkapan untuk
melangsungkan perkawinan.
b. Makruh bagi orang-orang yang belum pantas untuk menikah, belum
berkeinginan untuk menikah, sedangkan perbekalan untuk perkawinan

1
Abdulkadir Muhammad.Hukum Perdata Indonesia.Bandung.Citra Aditya Bakti. 1992:19.

Anda mungkin juga menyukai