Anda di halaman 1dari 15

Idea Nursing Journal Vol. V No.

3, September – Desember 2014


ISSN: 2087-2879
UPAYA PENCEGAHAN KEKAMBUHAN ASMA BRONCHIAL DITINJAU DARI
TEORI HEALTH BELIEF MODEL DI RSUDZA BANDA ACEH

The Prevention of Recurrence of Asthma Bronchial Viewed from Health Belief Model
Theory in RSUDZA Banda Aceh

Cut Husna
Bagian Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah, PSIK-FK Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
Medical Surgical Department, School of Nursing, Faculty of Medicine, Syiah Kuala University
E-mail : husna_psik@yahoo.co.id

ABSTRAK
Asma bronchial tidak dapat disembuhkan, namun dapat dilakukan upaya pencegahan agar tidak terjadi
kekambuhan. Upaya pencegahan kekambuhan asma bronchial berhubungan dengan perilaku, sehingga teori
Health Belief Model (HBM) dijadikan sebagai acuan dalam perilaku pencegahan yang didasari oleh persepsi
individu terhadap kerentanan, keparahan, manfaat dan hambatan yang dirasakan serta isyarat untuk
bertindak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui upaya pencegahan kekambuhan asma
bronchial ditinjau dari teori HBM di poliklinik paru RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2012. Jenis
penelitian yang digunakan adalah deskriptif eksploratif dengan desain cross sectional study dan teknik
pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan mulai bulan Juli
sampai dengan Agustus 2012 dengan jumlah responden 87 orang. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa
sebagian besar responden (51,7 %) melakukan pencegahan kekambuhan asma bronchial. Ditinjau dari 5
Komponen HBM, sebagian besar memiliki persentase tinggi dalam melakukan pencegahan, yaitu; kerentanan
yang dirasakan 56,3%, keparahan yang dirasakan 51,7%, manfaat yang dirasakan 65,5%, hambatan yang
dirasakan 52,9%, dan isyarat untuk bertindak 56,3%. Kepada tenaga kesehatan di poliklinik paru RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh agar meningkatkan pendidikan kesehatan tentang modifikasi gaya hidup dan
upaya-upaya pencegahan kekambuhan asma bronchial melalui asuhan keperawatan secara
berkesinambungan.

Kata kunci: health belief model, asma bronchial, upaya pencegahan.

ABSTRACT
Asthma bronchial can’t be cured, but some efforts to prevent asthma bronchial recurrence can be done. The
prevention efforts of asthma bronchial recurrence are related to behavior. Therefore, health belief model
theory can be used as a reference in preventive behavior based on the perception of individual toward
perceived susceptibility, seriousness, benefits, barriers, and cues to action. The purpose of this research was
to know the prevention efforts of recurrence of asthma bronchial viewed from health belief model theory at
pulmonary clinic in dr. Zainoel Abidin General Hospital Banda Aceh in 2012. This research used descriptive
explorative method and cross sectional study approach. Samples were collected by using purposive sampling
method. Data collecting were conducted on July to August , 2012 with 87 respondents. The results of the
research showed that most of the respondents (51.7%) undertake the prevention efforts of asthma bronchial.
Viewed from five components of health belief model, most of the respondents have high percentage in
undertake the prevention, i.e perceived susceptibility (56,3%), perceived seriousness, (51,7%), perceived
benefits (65,5%), perceived barriers (52,9%), and cues to action (56,3%). It is expected to health personnel
at pulmonary polyclinic in dr. Zainoel Abidin Banda Aceh to improve the prevention efforts of asthma
bronchial recurrence trough sustainable nursing care.

Keywords: health belief model, asthma bronchial, prevention efforts.

PENDAHULUAN meningkat. Gambaran klinis asma adalah


Asma dapat terjadi pada semua serangan episodik batuk, mengi, dan sesak
golongan usia, sekitar setengah dari kasus napas diserati rasa berat di dada. Asma
terjadi pada anak-anak dan sepertiga lainnya merupakan sepuluh besar penyebab
terjadi sebelum usia 40 tahun dengan beban kesakitan dan kematian di Indonesia. Asma
global untuk penyakit ini semakin dapat berakibat fatal, lebih sering lagi asma

75
Idea Nursing Journal Vol. V No. 3, September – Desember 2014
ISSN: 2087-2879
sangat mengganggu, mempengaruhi berisiko maka akan mempersepsikannnya
kehadiran sekolah, pilihan pekerjaan, sebagai ancaman dan melakukan tindakan
aktivitas fisik dan banyak aspek kehidupan pengobatan. Kedua, perceived seriousness
lainnya (Sundaru, 2009, p.406; Smeltzer & yaitu seberapa parah individu
Bare, 2001, p.611). mempersepsikan akibat jika tidak segera
World Health Organization (WHO) melakukan pengobatan. Ketiga, perceived
tahun 2010, mengemukakan bahwa hingga benefits, dimana individu menilai dengan
saat ini jumlah pasien asma di dunia keuntungan yang akan didapatkan individu
diperkirakan mencapai 300 juta orang dan jika melakukan pengobatan. Keempat
diperkirakan angka ini akan terus meningkat perceived barriers, individu akan menilai
hingga 400 juta pasien pada tahun 2025. apakah pengobatan menimbulkan efek
Prevalensi asma di Indonesia 5% dari samping yang menyenangkan, biaya yang
seluruh penduduk Indonesia, artinya saat ini mahal dan apakah sulit menperolehnya. Dan
ada 12,5 juta pasien asma di Indonesia unsur lain yaitu cues to action yang
(Harahap, 2011, p.1). merupakan isyarat untuk melakukan
Data dari poliklinik paru RSUD dr. tindakan pengobatan atau pencegahan
Zainoel Abidin Banda Aceh, pada tahun (Sinaga, 2009, p.6).
2011 terdapat 1.441 pasien asma bronchial. Berkaitan dengan teori HBM,
Jumlah pasien asma bronchial laki-laki Kumboyono (2011) telah melakukan
41,2%, sedangkan perempuan 58,8%. Dan penelitian tentang Analisis Faktor
ditinjau dari karakteristik umur pasien; bayi Penghambat Motivasi Berhenti Merokok
dan anak-anak (0-14 tahun) berjumlah 12 Berdasarkan HBM Pada Mahasiswa
orang, remaja dan dewasa (15-49 tahun) Fakultas Teknik Unversitas Brawijaya
berjumlah 871 orang dan orang tua (50 Malang, kesimpulan dari hasil penelitiannya
tahun ke atas) berjumlah 558 orang. adalah terdapat hubungan bermakna antara
Tingginya jumlah pasien asma bronchial ini persepsi terhadap ancaman penyakit akibat
mengharuskan adanya suatu upaya rokok dengan motivasi berhenti merokok.
pencegahan kekambuhan asma bronchial. Persepsi manfaat (perceived benefits)
Upaya pencegahan kekambuhan asma berhenti merokok berhubungan dengan
bronchial berkaitan dengan perilaku, motivasi berhenti merokok. Persepsi
sehingga diperlukan pendekatan terhadap terhadap manfaat merupakan prediktor kuat
perilaku. Rosenstock (1982) dalam HBM yang melatarbelakangi berbagai
mengembangkan sebuah teori yaitu Health pilihan tindakan untuk berhenti merokok.
Belief Model (HBM). Model ini menjelaskan Persepsi penghambat (perceived barrier)
alasan seseorang untuk melakukan tindakan berhenti merokok berhubungan dengan
pencegahan berdasarkan persepsi seseorang motivasi berhenti merokok.
terhadap penyakit yang dideritanya. Tujuan umum penelitian ini untuk
HBM menjelaskan bahwa semakin mengetahui upaya pencegahan kekambuhan
individu merasa terancam dengan gejala asma bronchial ditinjau dari teori HBM di
penyakit yang ia alami maka semakin cepat poliklinik paru RSUD dr. Zainoel Abidin
individu mencari pertolongan medis. Tahun 2012.
Seberapa besar ancaman yang dirasakan Tujuan khusus penelitian ini untuk
individu akan gejala penyakit yang mengetahui upaya pencegahan kekambuhan
dialaminya tergantung pada faktor berikut: asma bronchial ditinjau dari kerentanan yang
pertama, perceived susceptibility yaitu dirasakan (perceived susceptibility),
semakin individu merasakan penyakitnya keparahan yang dirasakan (perceived

76
Idea Nursing Journal Vol. V No. 3, September – Desember 2014
ISSN: 2087-2879
seriousness), manfaat yang dirasakan penulis kembangkan sendiri dan terdiri
(perceived benefits), rintangan yang dari 7 item pernyataan dalam bentuk
dirasakan (perceived barriers), dan isyarat dikotomi dengan alternatif jawaban benar
untuk bertindak (cues to action) di poliklinik dan salah. Pernyataan positif benar diberi
paru RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh nilai 2 dan salah diberi nilai 1.
tahun 2012. Sedangkan pernyataan negatif benar
diberi nilai 1 dan salah diberi nilai 2.
METODE Adapun Pernyataan positif nomor soal 2,
Jenis penelitian yang digunakan 3, 4, 5, 7 dan pernyataan negatif nomor
adalah deskriptif eksploratif, yaitu untuk soal 1, dan 6.
menggambarkan suatu keadaan atau c. Bagian C merupakan kuesioner yang
fenomena, dengan desain penelitian cross dikembangkan oleh penulis dengan
sectional study yaitu suatu cara mengacu pada kerangka konsep dan
pengumpulan data melalui angket dan berdasarkan literatur yang disusun untuk
pengukuran variabel yang dilakukan mengukur variabel-variabel yang akan
sekaligus pada suatu saat (point time diteliti yang terdiri dari 27 item
approach) dan setiap objek penelitian hanya pernyataan dalam bentuk skala Likert
diobservasi sekali saja. Populasi dalam dengan 3 alternatif jawaban, yaitu selalu,
penelitian ini adalah seluruh pasien asma kadang-kadang, dan tidak pernah.
bronchial yang berkunjung ke poliklinik Pernyataan positif selalu diberi skor 3,
paru RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh kadang-kadang diberi skor 2, dan tidak
tahun 2011 yaitu sebanyak 1.441 orang. pernah diberi skor 1. Sedangkan untuk
Teknik pengambilan sampel menggunakan pernyataan negatif selalu diberi skor 1,
non probability sample dengan metode kadang-kadang diberi skor 2, dan tidak
purposive sampling dengan kriteria inklusi pernah diberi skor 3. Uji instrument
pasien asma bronchial berusia 18 tahun meliputi uji validitas dengan
keatas, bersedia menjadi responden dan menggunakan 2 (dua) experts di bidang
dapat membaca dan menulis. Populasi keperawatan keluarga dan komunitas dan
pasien asma bronchial di poliklinik paru uji reliabilitas dengan skor diatas 0,632
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Juli- sehingga semua kuesioner reliabel.
Desember tahun 2011 adalah 691 pasien.
Jika presisinya adalah 10% (0,1), maka HASIL
dengan menggunakan rumus Slovin Adapun hasil penelitian yang didapat
diperoleh sampel berjumlah 87 responden. sebagai berikut:
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal
Juli-Agustus tahun 2012. Data Demografi Responden
Sebagai alat pengumpulan data dalam Data demografi yang diukur dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian ini meliputi: umur, jenis kelamin,
kuesioner yang terdiri dari dua bagian yaitu: suku, pendidikan terakhir, pekerjaan,
a. Bagian A merupakan data demografi penghasilan, dan status pernikahan. Adapun
yang merupakan faktor modifikasi, terdiri distribusi frekuensinya dapat dilihat pada
dari: umur, jenis kelamin, suku, tabel 1 berikut:
pendidikan terakhir, pekerjaan,
penghasilan, dan status pernikahan.
b. Bagian B meliputi pernyataan
pengetahuan tentang penyakit yang

77
Idea Nursing Journal Vol. V No. 3, September – Desember 2014
ISSN: 2087-2879
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Data Demografi Upaya Pencegahan Kekambuhan Asma
Asma Bronchial di Poliklinik Paru RSUD dr. Bronchial Ditinjau Dari Teori Health
Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012 (n=87) Belief Model Di Poliklinik Paru RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh
No Data Frekuensi Persentase
Demografi
Upaya pencegahan kekambuhan asma
1 Umur: bronchial diukur berdasarkan nilai rata-rata
Dewasa Muda 36 41,4 (mean) dari tiap variabel HBM. Masing-
Dewasa Tengah 36 41,4
Dewasa Lanjut 15 17,2 masing responden dikategorikan dengan
Total 87 100 melakukan pencegahan dan tidak melakukan
2 Jenis Kelamin: pencegahan. Berikut hasil pengukuran
Laki-laki 37 42,5
Perempuan 50 57,5 secara keseluruhan dari setiap variabel
Total 87 100 dalam kuesioner adalah sebagai berikut:
3 Suku:
Aceh 86 98,9 Tabel 2. Distribusi Frekuensi Upaya
Jawa 1 1,1 Pencegahan Kekambuhan Asma Bronchial
Total 87 100
di Poliklinik Paru RSUD dr. Zainoel Abidin
4 Pendidikan
Terakhir: Banda Aceh Tahun 2012 (n = 87)
Rendah 31 35,6
No Upaya Frekuensi Persentase
Menengah 30 34,5
Tinggi 26 29,9
Pencegahan
Total 87 100 1. Baik 45 51,7
5 Pekerjaan: 2. Kurang 42 48,3
PNS 5 5,7 Total 87 100
Swasta 42 48,3 Sumber: Data Primer (Diolah 2012)
Petani 14 16,1
Pedagang 20 23 Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat
Pensiunan 6 6,9 bahwa dari 87 responden didapatkan
Total 87 100
6 Penghasilan: sebanyak 45 responden dengan persentase
Tinggi 51 58,6 51,7% melakukan pencegahan kekambuhan
Rendah 36 41,4 asma bronchial. Sementara 42 lainnya atau
Total 87 100
7 Status 48,3% tidak melakukan pencegahan
Pernikahan: kekambuhan asma bronchial.
Belum Menikah 16 18,4
Menikah 55 63,2
Duda 8 9,2 Kerentanan yang Dirasakan (Perceived
Janda 8 9,2 Susceptibility)
Total 87 100 Untuk mengetahui upaya pencegahan
Sumber: Data Primer (Diolah 2012) kekambuhan asma bronchial ditinjau dari
kerentanan yang dirasakan (perceived
Berdasarkan tabel 1, umur tertinggi susceptibility) di poliklinik paru RSUD
berada pada kelompok umur dewasa muda dr.Zainoel Abidin Banda Aceh, dapat di
(18-40 tahun) dan dewasa tengah (41-60), di lihat pada tabel 3.
mana masing-masing (41,4%), jenis kelamin Upaya pencegahan kekambuhan asma
frekuensi tertinggi adalah perempuan bronchial berdasarkan kerentanan yang
(57,5%), suku adalah Aceh (98,9%), dirasakan (perceived susceptibility)
pendidikan terakhir frekuensi tertinggi dikategorikan baik jika nilai 10,7 dan
adalah pendidikan rendah (35,6%), kurang jika nilai 10,7. Berdasarkan
pekerjaan frekuensi tertinggi adalah swasta tabel 3, dapat dilihat bahwa upaya
(48,3%), tingkat penghasilan adalah pencegahan kekambuhan asma bronchial
penghasilan tinggi (58,6%), dan status berdasarkan kerentanan yang dirasakan
pernikahan menikah adalah (63,2%). (perceived susceptibility) sebagian besar

78
Idea Nursing Journal Vol. V No. 3, September – Desember 2014
ISSN: 2087-2879
berada pada kategori melakukan pencegahan Manfaat Yang Dirasakan (Perceived
yaitu 49 responden (56,3%). Benefits)
Untuk mengetahui upaya pencegahan
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tentang Upaya kekambuhan asma bronchial ditinjau dari
Pencegahan Kekambuhan Asma Bronchial
Ditinjau Dari Kerentanan Yang Dirasakan manfaat yang dirasakan (perceived benefits)
(Perceived Susceptibility) Di Poliklinik Paru pasien di poliklinik paru RSUD dr.Zainoel
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun Abidin Banda Aceh, dapat di lihat pada tabel
2012 (n = 87) 5.
Kerentanan
Yang Upaya pencegahan kekambuhan asma
No Dirasakan Frekuensi Persentase bronchial berdasarkan keparahan yang
(Perceived dirasakan (perceived seriousness)
Susceptibility)
1. Baik 49 56,3 dikategorikan baik jika nilai 11,8 dan
2. Kurang 38 43,7 kurang jika nilai 11,8. Berdasarkan
Total 87 100
Sumber: Data Primer (Diolah 2012) tabel 5, dapat dilihat bahwa upaya
pencegahan kekambuhan asma bronchial
Keparahan Yang Dirasakan (Perceived berdasarkan manfaat yang dirasakan
Seriousness) (perceived benefits) sebagian besar berada
Untuk mengetahui upaya pencegahan pada kategori melakukan pencegahan yaitu
kekambuhan asma bronchial ditinjau dari 57 responden (65,5%).
keparahan yang dirasakan (perceived
seriousness) pasien di poliklinik paru RSUD Tabel 5. Distribusi Frekuensi Upaya Pencegahan
kekambuhan Asma Bronchial Ditinjau Dari
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh, dapat di
Manfaat Yang Dirasakan (Perceived Benefits) di
lihat pada tabel 4. Poliklinik Paru RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
Upaya pencegahan kekambuhan asma Aceh Tahun 2012 (n = 87)
bronchial berdasarkan keparahan yang Manfaat Yang
Dirasakan
dirasakan (perceived seriousness) No
(Perceived
Frekuensi Persentase
dikategorikan baik jika nilai 12,7 dan Benefits)
1. Baik 57 65,5
kurang jika nilai 12,7. Berdasarkan
2. Kurang 30 34,5
tabel 4, dapat dilihat bahwa upaya Total 87 100
pencegahan kekambuhan asma bronchial Sumber: Data Primer (Diolah 2012)
berdasarkan keparahan yang dirasakan
(perceived seriousness) sebagian besar Rintangan yang Dirasakan (Perceived
berada pada kategori melakukan pencegahan Barriers)
Untuk mengetahui upaya pencegahan
yaitu 45 responden (51,7%).
kekambuhan asma bronchial ditinjau dari
rintangan yang dirasakan (perceived
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Upaya Pencegahan
kekambuhan Asma Bronchial Ditinjau Dari barriers) pasien di poliklinik paru RSUD
Keparahan Yang Dirasakan (Perceived dr.Zainoel Abidin Banda Aceh, dapat di
Seriousness) Di Poliklinik Paru RSUD dr. lihat pada tabel 6.
Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012 (n =
87)
Upaya pencegahan kekambuhan asma
Keparahan bronchial berdasarkan rintangan yang
Yang Dirasakan dirasakan (perceived barriers) dikategorikan
No Frekuensi Persentase
(Perceived
Seriuosness)
baik jika nilai 9,3 dan kurang jika nilai
1. Baik 45 51,7 9,3. Berdasarkan tabel 6, dapat dilihat
2. Kurang 42 48,3
Total 87 100
bahwa upaya pencegahan kekambuhan asma
Sumber: Data Primer (Diolah 2012) bronchial berdasarkan rintangan yang

79
Idea Nursing Journal Vol. V No. 3, September – Desember 2014
ISSN: 2087-2879
dirasakan (perceived barriers) sebagian berdasarkan konsep-konsep teoritis terkait
besar berada pada kategori melakukan dengan upaya pencegahan kekambuhan
pencegahan yaitu 46 responden (52,9%). asma bronchial ditinjau dari teori health
belief model di poliklinik paru RSUD dr.
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Upaya
Pencegahan kekambuhan Asma Bronchial
Zainoel Abidin Banda Aceh yang meliputi 5
Ditinjau Dari Rintangan Yang Dirasakan sub variabel yaitu kerentanan yang dirasakan
(Perceived Barriers) Di Poliklinik Paru RSUD (perceived susceptibility), keparahan yang
dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012 (n = dirasakan (perceived seriousness), manfaat
87)
Rintangan Yang
yang dirasakan (perceived benefits),
Dirasakan rintangan yang dirasakan (perceived
No Frekuensi Persentase
(Perceived barriers) dan isyarat untuk bertindak (cues
Barrierss)
to action).
1. Baik 46 52,9
2. Kurang 41 47,1
Total 87 100 Upaya Pencegahan Kekambuhan Asma
Sumber: Data Primer (Diolah 2012) Bronchial Ditinjau Dari Teori Health
Belief Model
Berdasarkan hasil pengolahan data
Isyarat Untuk Bertindak (Cues to Action)
diketahui bahwa secara umum upaya
Untuk mengetahui upaya pencegahan
pencegahan kekambuhan asma bronchial
kekambuhan asma bronchial ditinjau isyarat
ditinjau dari teori HBM di poliklinik paru
untuk bertindak (cues to action) pasien di
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
poliklinik paru RSUD dr.Zainoel Abidin
berada pada kategori baik dengan persentase
Banda Aceh, dapat di lihat pada tabel 7.
51,7%.
Upaya pencegahan kekambuhan asma
Upaya pencegahan yang dilakukan
bronchial berdasarkan isyarat untuk
sesuai dengan persepsi individu terhadap
bertindak (cues to action) dikategorikan baik
ancaman, keseriusan, ketidakkekebalan, dan
jika nilai 12,9 dan kurang jika nilai
pertimbangan keuntungan dan kerugian.
12,9. Berdasarkan tabel 7, dapat dilihat Persepsi individu tersebut dipengaruhi oleh
bahwa sebagian besar berada pada kategori faktor modifikasi yang meliputi variabel
melakukan pencegahan yaitu 49 responden demografi (umur, jenis kelamin, latar
(56,3%). belakang budaya), variabel sosiologis
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden (kepribadian, kelas sosial, tekanan sosial),
Tentang Upaya Pencegahan kekambuhan Asma dan variabel struktural (pengetahuan dan
Bronchial Ditinjau Dari Isyarat Untuk Bertindak pengalaman sebelumnya) (Heri, 2009, p.53).
(Cues to Action) di Poliklinik Paru RSUDdr. Sedangkan dalam penelitian ini, faktor
Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2012 (n =
87) modifikasi yang diukur meliputi umur, jenis
Isyarat Untuk kelamin, suku, pendidikan terakhir,
No Bertindak Frekuensi Persentase pekerjaan, penghasilan, status pernikahan
(Cues to Action)
dan pengetahuan tentang penyakit.
1. Baik 49 56,3
2. Kurang 38 43,7 Hal ini sesuai dengan teori HBM
Total 87 100 Rosenstock, 1974, yang merupakan salah
Sumber: Data Primer (Diolah 2012) satu model kognitif yang dapat digunakan
untuk mengetahui perilaku kesehatan. HMB
DISKUSI memberi kerangka kerja dalam memahami
Pada pembahasan berikut ini penulis langkah-langkah khusus sebagai tindakan
akan menguraikan hasil dari penelitian yang pencegahan (Sumijatun, 2006 dalam
telah diperoleh yang kemudian dianalisis

80
Idea Nursing Journal Vol. V No. 3, September – Desember 2014
ISSN: 2087-2879
Kumboyono, 2011, p.2). Dalam HBM, tidak akan mencari pengobatan dan
perilaku pencegahan yang dilakukan melakukan pencegahan.
ditentukan oleh apakah seseorang percaya Faktor umur dan jenis kelamin
bahwa dirinya rentan terhadap masalah ternyata juga berpengaruh terhadap
kesehatan, menganggap masalah tersebut kerentanan. Dimana kelompok umur dewasa
adalah serius, meyakini efektifitas lanjut dan jenis kelamin perempuan
pencegahan dan pengobatan, terjangkau dan memiliki kerentanan yang lebih tinggi
menerima anjuran untuk mengambil terhadap kekambuhan asma bronchial.
tindakan (Rochadi, 2005, p.183). Menurut Hegner (2003, p.426) perubahan
tubuh karena proses penuaan membuat
Upaya Pencegahan Kekambuhan Asma lansia rentan terhadap penyakit. Usia lanjut
Bronchial Ditinjau Dari Kerentanan mempunyai daya tahan tubuh yang kurang
Yang Dirasakan (Perceived Susceptibility) terhadap penyakit karena sistem imunnya
Upaya pencegahan kekambuhan asma
yang rendah sejalan dengan bertambahnya
bronchial ditinjau dari kerentanan yang
usia.
dirasakan (perceived susceptibility) pada
Aspek jenis kelamin, perempuan
sebagian besar responden di poliklinik paru
lebih rentan daripada laki-laki dimana
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
persentase tertinggi penderita asma bonchial
berada pada kategori baik yaitu dengan
adalah perempuan. Hal ini sesuai dengan
persentase 56,3%. Hal ini berarti bahwa
penelitian yang dilakukan oleh Khoman
lebih dari separuh responden memiliki
(2010) tentang profil penderita asma pada
persepsi yang baik terhadap kerentanan
poliklinik asma di bagian paru RSUP Haji
penyakitnya sehingga meningkatkan
Adam Malik Medan yang mengemukakan
upayanya dalam mencegah agar asma
bahwa mayoritas penderita asma adalah
bronchial tidak kambuh.
perempuan. Menurut Harrison (1999, p.11)
Kerentanan yang dirasakan (perceived
keanekaragaman ras manusia yang luar biasa
susceotibility) merupakan salah satu unsur
juga mempengaruhi kerentanan terhadap
yang paling kuat dalam mempengaruhi
penyakit dan juga insidensi serta
persepsi individu untuk segera melakukan
ungkapan/tanda klinis penyakit.
tindakan yang sesuai dengan perilaku
Terkait dengan persepsi responden
kesehatan. semakin besar persepsi
terhadap kerentanan yang dirasakan, ada
kerentanan terhadap suatu penyakit, maka
penelitian yang dilakukan oleh
kemungkinan akan semakin besar pula
Purwaningsih (2011) tentang Analisis Faktor
dorongan untuk mengurangi ancaman atau
Pemanfaatan Voluntary Counseling and
bahaya dari penyakit (Turner, et.al, 2004, p.
Testing (VCT) pada orang risiko tinggi
32). Upaya pencegahan kekambuhan asma
HIV/AIDS, dimana hasil penelitian yang
bronchial ditinjau dari kerentanan yang
didapatkan adalah orang yang berisiko tinggi
dirasakan juga didasari oleh kemampuan
terkena HIV/AIDS di puskesmas Dupak
individu dalam merasakan seberapa besar
memiliki kerentanan yang kuat terhadap
kemungkinan asma bronchial yang
HIV/AIDS sehingga mereka memutuskan
dideritanya akan kambuh jika tidak
untuk memanfaatkan VCT di puskesmas
dilakukan pencegahan. Sehingga jika
Dupak. Hasil dari penelitian ini
individu tidak merasa bahwa asma bronchial
menunjukkan bahwa upaya pencegahan
yang dideritanya berisiko dan menjadi
yang dilakukan dipengaruhi oleh kerentanan
ancaman baginya maka individu tersebut
yang dirasakan (perceived susceptibility)
responden terhadap risiko atau bahaya yang

81
Idea Nursing Journal Vol. V No. 3, September – Desember 2014
ISSN: 2087-2879
akan terjadi jika tidak dilakukan Sehubungan dengan persepsi terhadap
pencegahan. keparahan yang dirasakan, Becker dan
Upaya pencegahan kekambuhan asma Rosenstock, 1984, mengemukakan bahwa
bronchial yang dilakukan responden ditinjau individu mempertimbangkan seberapa parah
dari persepsi kerentanan yang dirasakan, konsekuensi organik dan sosial yang akan
terdiri dari beberapa tindakan yaitu dengan muncul jika permasalahan kesehatannya
menghindari debu dan asap rokok, berkembang atau membiarkan penyakitnya
menggunakan masker ketika bekerja di tanpa diberi penanganan dari praktisi
lingkungan yang berdebu atau berasap, kesehatan. Semakin individu merasa bahwa
menghangatkan diri ketika cuaca dingin penyakit yang dialami serius maka akan
serta menghindari faktor pencetus stres. semakin dipersepsikan sebagai hal yang
Sebagian besar responden mempunyai mengancam dan melakukan tindakan
persepsi rentan terhadap debu, sehingga pencegahan (Sinaga, 2009, p.14).
melakukan pencegahan dengan menghindari Ditinjau dari keparahan yang
debu. Menghindari debu merupakan cara dirasakan (perceived seriousness), terdapat
yang paling banyak dilakukan, karena faktor yang mempengaruhi tingkat
responden merasa bahwa lingkungan sekitar keparahan asma bronchial yaitu umur, jenis
tidak ada yang terbebas dari debu. kelamin dan pekerjaan. Menurut Robin
Responden juga mempersepsikan bahwa jika (1996) kemampuan seseorang akan merosot
terpapar debu maka akan timbul gejala asma dengan meningkatnya usia sehingga usia
bronchial seperti batuk dan bersin. muda merupakan usia yang paling optimal
Berdasarkan uraian di atas, dapat untuk mengembangkan kemampuan.
disimpulkan bahwa persepsi responden Artinya semakin tinggi usia seseorang maka
ditinjau dari kerentanan yang dirasakan semakin berkurang kemampuannya untuk
(perceived susceptibility) mempengaruhi mempertahankan kesehatannya. Menurut
tindakan responden untuk melakukan upaya Tamher (2009, p.106) kelompok umur
pencegahan kekambuhan asma bronchial. dewasa lanjut memerlukan perhatian khusus
Namun, jika kerentanan yang dirasakan dan lebih besar karena berbagai hal, antara
kurang baik dapat menjadi salah satu lain bermacam penyakit yang dideritanya,
penghambat dalam melakukan pencegahan. fungsi organ tubuh yang menurun, rentan
terhadap penyakit dan stres, serta fase
Upaya Pencegahan Kekambuhan Asma pemulihan penyakit yang lama.
Bronchial Ditinjau Dari Keparahan Yang Jenis kelamin laki-laki mempunyai
Dirasakan (Perceived Seriousness) tingkat keparahan yang lebih tinggi
Upaya pencegahan kekambuhan asma
dibandingkan perempuan, hal ini
bronchial ditinjau dari keparahan yang
dikarenakan laki-laki cenderung memiliki
dirasakan (perceived seriousness) pada
beban kerja yang lebih berat serta riwayat
sebagian besar responden di poliklinik paru
gaya hidup yang salah seperti merokok yang
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
dapat memicu kekambuhan asma bronchial.
berada pada kategori baik yaitu dengan
Merokok dapat mempercepat penurunan
persentase 51,7%. Hal ini berarti bahwa
fungsi paru pada orang dengan asma,
lebih dari separuh responden memiliki
meningkatkan beratnya asma, dan dapat
persepsi yang baik terhadap tingkat
menurunkan respon obat serta menurunkan
keparahan asma bronchial yang dideritanya
kecenderungan asma untuk dapat terkontrol.
sehingga meningkatkan upayanya dalam
Pengetahuan responden juga berpengaruh
mencegah agar asma tidak kambuh.
terhadap persepsi bahwa asma bronchial

82
Idea Nursing Journal Vol. V No. 3, September – Desember 2014
ISSN: 2087-2879
dapat timbul pada berbagai umur dan dapat besar responden merasa bahwa asma
menyerang pada semua jenis kelamin dan bronchial adalah penyakit yang dapat
dari waktu ke waktu cenderung mengalami menjadi ancaman bagi dirinya sehingga
peningkatan. Sehingga sebagian besar melakukan upaya untuk mencegah agar
responden merasa perlu untuk mentaati asma bronchial tidak kambuh.
saran dari berbagai sumber yang Upaya Pencegahan Kekambuhan Asma
dipercayainya sebagai upaya dalam Bronchial Ditinjau Dari Manfaat Yang
melakukan pencegahan agar asma tidak Dirasakan (Perceived Benefits)
Sebagaimana telah dipaparkan
kambuh dan menjadi ancaman yang serius.
sebelumnya, upaya pencegahan kekambuhan
Penelitian terkait yang dilakukan oleh
asma bronchial ditinjau dari manfaat yang
Muhlisin (2008) tentang Hubungan
dirasakan (perceived benefits) pada sebagian
Kerentanan dan Jenis Pelayanan Yang
besar responden di poliklinik paru RSUD dr.
tersedia Dengan Pemanfaatan
Zainoel Abidin Banda Aceh berada pada
Muhammadiyah Medical Center (MMC)
kategori baik yaitu dengan persentase
oleh Mahasiswa UMS menunjukkan bahwa
65,5%. Hal ini berarti bahwa lebih dari
berdasarkan gejala sakit dan sampai mencari
separuh responden memiliki persepsi yang
pengobatan ternyata sebagian besar
baik terhadap manfaat dilakukannya
responden mendatangi balai kesehatan
pencegahan kekambuhan asma bronchial
setelah lebih dari 1 hari, hal ini dilakukan
sehingga mempengaruhi responden dalam
karena ingin memastikan bahwa sakit yang
menerima dan melakukan tindakan
dirasakan itu memerlukan penyembuhan
pencegahan.
yang sifatnya klinis, sehingga mereka agak
Manfaat yang dirasakan (perceived
lama untuk mencari pengobatan yaitu
benefits) merupakan pendapat individu
dengan mendatangi balai kesehatan.
terhadap nilai atau manfaat dari perilaku
Berdasarkan hasil penelitian, sebagian
baru dalam mengurangi ancaman penyakit
besar responden memandang bahwa asma
yang diderita (Turner, et.al, 2004, p. 32).
bronchial merupakan penyakit yang harus
Kemungkinan seseorang melakukan
dicegah kekambuhannya agar tidak menjadi
tindakan kesehatan preventif yang
ancaman baik ancaman secara fisik ataupun
direkomendasikan bergantung pada manfaat
sosial. Di samping itu responden juga
yang dirasakan (perceived benefits). Begitu
mempersepsikan bahwa asma bronchial
pula dalam penelitian ini, sebagian
dapat menjadi hambatan dalam melakukan
responden memiliki persepsi bahwa dengan
aktivitas karena kondisi fisik yang cepat
menjaga lingkungan tetap bersih,
mengalami kelelahan. Maka sebagian
menggunakan masker, minum obat teratur
responden memilih untuk tidak memaksakan
serta istirahat yang cukup dapat terhindar
diri melakukan pekerjaan yang berat dan
dari kambuhnya asma bronchial.
segera beristirahat jika lelah. Ini merupakan
Besarnya manfaat yang dirasakan
salah satu upaya yang dilakukan responden
(perceived benefits) dari suatu perilaku
untuk mencegah agar tidak terjadi
kesehatan akan mendorong individu untuk
kekambuhan asma bronchial.
melakukan pencegahan kekambuhan asma
Jadi, dapat disimpulkan bahwa
bronchial. Jika individu merasa berisiko
penelitian ini sesuai dengan teori keseriusan
untuk mengalami suatu permasalahan tetapi
yang dirasakan (perceived seriousness) yaitu
dapat melakukan sesuatu untuk
seseorang akan bertindak untuk mencari
mengatasinya (efikasi diri), individu tersebut
pengobatan apabila dia merasakan
akan bertindak asalkan manfaat yang
keseriusan penyakitnya. Artinya, sebagian

83
Idea Nursing Journal Vol. V No. 3, September – Desember 2014
ISSN: 2087-2879
diperoleh lebih banyak daripada biaya yang (perceived benefits) maka semakin besar
dikeluarkan dan lingkungan sosialnya juga kemungkinan responden untuk melakukan
mendukung (Gybney, 2008, p.151). upaya pencegahan kekambuhan asma
Berkaitan dengan hasil penelitian bronchial. Akan tetapi, sebuah penelitian
yang didapatkan maka sesuai dengan teori dari Yang (2005) tentang faktor yang
health belief model dalam Glanz (2008, mempengaruhi kembalinya merokok para
p.47), yang menjelaskan bahwa rendahnya lelaki pekerja menyebutkan bahwa 44, 8%
persepsi seseorang terhadap manfaat yang dari perokok telah terbukti kembali merokok
dirasakan (perceived benefits) secara setelah satu minggu merasakan manfaat
signifikan dapat mempengaruhi kemauan berhenti merokok.
atau motivasi seseorang dalam melakukan Dari uraian di atas dapat disimpulkan
tindakan pencegahan. Hal tersebut bahwa persepsi terhadap manfaat yang
disebabkan persepsi terhadap manfaat yang dirasakan (perceived benefits) jika
dirasakan (perceived benefits) merupakan melakukan pencegahan kekambuhan asma
prediktor kuat dalam Health Belief Model bronchial merupakan salah satu faktor yang
yang melatarbelakangi berbagai pilihan dapat mempengaruhi responden untuk
tindakan termasuk perubahan perilaku untuk melakukan pencegahan kekambuhan asma
mengurangi ancaman suatu penyakit. bronchial. Sebaliknya, rendahnya persepsi
Manfaat yang dirasakan (perceived terhadap manfaat yang dirasakan (perceived
benefits) dipengaruhi oleh status sosial benefits) juga dapat menjadi salah satu
ekonomi yang mencakup pendidikan, faktor penghambat dalam memilih tindakan
pendapatan, dan pekerjaan. Status sosial pencegahan.
ekonomi rendah secara tetap berhubungan
dengan akibat kesehatan yang buruk dan Upaya Pencegahan Kekambuhan Asma
sebagian besar bertanggung jawab untuk Bronchial Ditinjau Dari Rintangan Yang
perbedaan status kesehatan (Harrison, 1999, Dirasakan (Perceived Barriers)
Upaya pencegahan kekambuhan asma
p.14). Faktor pengubah seperti pekerjaan,
bronchial ditinjau dari rintangan yang
tingkat pendidikan dan penghasilan
dirasakan (perceived barriers) pada
dipercayai mempunyai pengaruh tidak
sebagian besar responden di poliklinik paru
langsung terhadap perilaku dengan cara
RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh
mempengaruhi persepsi individu. Individu
berada pada kategori baik yaitu dengan
dengan pendidikan dan penghasilan tinggi,
persentase 52,9%. Hal ini berarti bahwa
cenderung memiliki perhatian yang besar
lebih dari separuh responden memiliki
terhadap kesehatannya sehingga jika
persepsi yang rendah terhadap rintangan
individu mengalami gangguan kesehatan
dalam melakukan pencegahan kekambuhan
maka akan segera mencari pelayanan
asma bronchial, sehingga memotivasi
kesehatan (Anggraeni, 2010, dalam
individu untuk melakukan pencegahan agar
Purwaningsih (2011, p. 62).
asma bronchial tidak kambuh.
Manfaat yang dirasakan (perceived
Teori HBM mengemukakan bahwa
benefits) oleh responden jika melakukan
tingginya persepsi terhadap rintangan yang
pencegahan kekambuhan asma bronchial
dirasakan (perceived barries) dalam
berupa terhindar dari sesak napas sehingga
melakukan tindakan pencegahan secara
dapat melakukan aktivitas sehari-hari
signifikan dapat berpengaruh terhadap
dengan baik dan bisa mengikuti kegiatan-
rendahnya kemauan individu untuk
kegiatan di masyarakat. Pada prinsipnya
melakukan upaya pencegahan. Hal ini
semakin besar manfaat yang dirasakan

84
Idea Nursing Journal Vol. V No. 3, September – Desember 2014
ISSN: 2087-2879
disebabkan beberapa penelitian yang terbesar dari responden adalah ketidak
menunjukkan tingginya rintangan yang nyamanan menggunakan masker.
dirasakan (perceived barriers) memiliki Sehubungan dengan rintangan yang
dampak yang sangat besar pada dimensi dirasakan (perceived barriers) dapat
HBM dalam menjelaskan atau memprediksi dikatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
kurangnya perilaku menjaga kesehatan persepsi individu adalah faktor pekerjaan
(Pender, et, al, 2006, p.66). dan penghasilan. Walaupun dalam penelitian
Penelitian yang dilakukan oleh ini faktor tersebut tidak terlalu berpengaruh
Pratama (2010) menyebutkan bahwa dikarenakan ada program-program
perilaku dalam mencari pengobatan pemerintah yang membebaskan biaya
berdasarkan rintangan yang dirasakan kesehatan bagi yang kurang mampu
(perceived barriers) sebagian besar sehingga seharusnya yang berpenghasilan
responden adalah memiliki hambatan dari rendahpun dapat mendapatkan pelayanan
segi pendapatan rendah, biaya pelayanan kesehatan dan pengobatan dengan baik.
kesehatan yang mahal dan jarak ke Berdasarkan uraian diatas, dapat
pelayanan kesehatan yang jauh sehingga disimpulkan bahwa semakin tinggi persepsi
persepsi responden tinggi yang terhadap rintangan yang dirasakan
mengakibatkan menurunnya keinginan (perceived barriers) maka akan semakin
responden untuk mencari pengobatan. Hal di kecil kemungkinan individu untuk
atas berbeda dengan hasil dari penelitian ini, melakukan tindakan pencegahan
di mana sebagian besar responden memiliki kekambuhan asma bronchial. Sebaliknya,
persepsi yang rendah terhadap rintangan jika individu memiliki persepsi yang rendah
yang dirasakan (perceived barriers) terhadap rintangan yang dirasakan
sehubungan dengan upaya pencegahan (perceived barriers) maka semakin besar
kekambuhan asma bronchial terdiri dari kemungkinan individu untuk melakukan
melakukan pencegahan menjadi penghambat pencegahan.
dalam beraktivitas, jarak ke rumah sakit
jauh, biaya mahal, anggota keluarga yang Upaya Pencegahan Kekambuhan Asma
Bronchial Ditinjau Dari Isyarat Untuk
merokok dan tidak nyaman menggunakan
Bertindak (Cues to Action)
masker. Upaya pencegahan kekambuhan asma
Berdasarkan hasil penelitian, biaya bronchial ditinjau dari isyarat untuk
yang mahal tidak menjadi rintangan bagi bertindak (cues to action) pada sebagian
sebagian besar responden dikarenakan besar responden di poliklinik paru RSUD dr.
fasilitas dari rumah sakit yang memberikan Zainoel Abidin Banda Aceh berada pada
pelayanan gratis melalui berbagai jaminan kategori baik yaitu dengan persentase
kesehatan sosial seperti Jaminan Kesehatan 56,3%. Hal ini berarti bahwa lebih dari
Aceh (JKA), asuransi kesehatan pegawai separuh responden memiliki isyarat yang
negeri (Askes) dan jaminan kesehatan baik sehubungan dengan tindakan
masyarakata (Jamkesmas) dan lain-lain. Hal pencegahan kekambuhan asma bronchial
ini juga menjadi salah satu faktor yang dapat yang dilakukan.
meningkatkan persepsi responden untuk Isyarat untuk bertindak (cues to
melakukan pengobatan sebagai upaya action) merupakan faktor yang
mencegah kekambuhan asma bronchial. menyebabkan perubahan perilaku seseorang
Akan tetapi dari semua rintangan yang (Turner, et. al, 2004, p.33). Sesuai hasil dari
menjadi pilihan, yang menjadi rintangan penelitian ini, ditinjau dari isyarat untuk

85
Idea Nursing Journal Vol. V No. 3, September – Desember 2014
ISSN: 2087-2879
bertindak (cues to action) maka dapat Selanjutnya dapat dikatakan bahwa
dikatakan bahwa sebagian besar responden faktor eksternal yang ada dipengaruhi oleh
melakukan pencegahan kekambuhan asma pendidikan, status pernikahan dan
bronchial karena adanya anjuran dari dokter. pengetahuan. Hal ini merujuk pada persepsi
Irawan (2005) mengemukakan bahwa agar seseorang yang dipengaruhi oleh frame of
kekambuhan penyakit dapat dikurangi, maka reference yaitu kerangka pengetahuan yang
pasien dianjurkan untuk mengikuti saran dimiliki dimana dapat diperoleh dari
dokter seperti melakukan olahraga ringan, pendidikan, pengamatan atau bacaan dan
tidak merokok, melakukan pemeriksaan juga dipengaruhi oleh informasi atau
rutin dan minum obat secara teratur. rangsangan yang pertama kali diperolehnya.
Isyarat untuk bertindak (cues to Jadi tingkat pengetahuan yang dimiliki
action) adalah stimulus yang memotivasi responden akan berpengaruh terhadap
individu untuk melakukan tindakan yang perilaku kesehatannya. Hal ini sesuai dengan
sesuai dengan perilaku kesehatan (Reding, penelitian yang doilakukan oleh Indaryani
et.al, 2000, p.182). Isyarat untuk bertindak (2011) tentang Gambaran Upaya
(cues to action) merupakan salah satu faktor Pencegahan Kekambuhan Penyakit Asma
pencetus untuk memutuskan menerima atau Bronchial Ditinjau Dari Tingkat
menolak alternatif tindakan pencegahan. Pengetahuan Pasien Di Poliklinik
Isyarat ini dapat bersifat internal yaitu Paru RSUD dr. M. Yunus Bengkulu, dimana
berasal dari dalam diri individu misalnya didapatkan bahwa responden dengan
gejala yang dirasakan dan eksternal berasal pengetahuan tinggi sebagian besar
dari interaksi interpersonal misalnya media melakukan tindakan pencegahan
massa, pesan, nasehat, anjuran atau kekambuhan asma bronchial.
konsultasi dengan petugas kesehatan. Adapun status pernikahan dapat
Untuk mendapatkan tingkat menentukan ada tidaknya yang memberikan
penerimaan yang benar tentang kerentanan, dorongan dan dukungan sosial di sekitarnya
kegawatan dan keuntungan tindakan maka seperti suami, istri, anak. Penatalaksanaan
diperlukan isyarat-isyarat yang berupa asma bronchial perlu adanya kerja sama
faktor-faktor eksternal. Dorongan yang antara penderita, keluarga dan petugas
muncul secara terus menerus dari orang- kesehatan. Adapun dukungan yang diberikan
orang yang terkait kemungkinan akan mampu memotivasi responden untuk terus
mempunyai pengaruh yang besar dalam melakukan pencegahan kekambuhan asma
memutuskan untuk melakukan tindakan bronchial, karena dalam pembentukan suatu
pencegahan kekambuhan asma bronchial. perilaku, pengaruh orang lain sangat
Faktor eksternal yang mempengaruhi berperan.
responden dalam memulai melakukan Berdasarkan hasil penelitian juga
tindakan pencegahan terdiri dari saran menunjukkan bahwa sebagian responden
petugas kesehatan, anjuran keluarga, dan melakukan upaya pencegahan kekambuhan
informasi dari media massa. Faktor-faktor asma bronchial karena adanya pengaruh dari
inilah yang mempengaruhi persepsi keluarga. Artinya, peran keluarga terhadap
responden terhadap pentingnya untuk anggota keluarga yang menderita asma
melakukan pencegahan kekambuhan asma dalam upaya pencegahan kekambuhan baik.
bronchial melalui pertimbangan dari Hal ini sesuai dengan penelitian yang
kerentanan dan keparahan asma bronchial dilakukan oleh Mahmudi (2005) tentang
serta manfaat dan ancaman yang timbul jika Peran Serta Keluarga Dalam Upaya
tidak dilakukan pencegahan. Mencegah Kekambuhan Pada Klien Asma

86
Idea Nursing Journal Vol. V No. 3, September – Desember 2014
ISSN: 2087-2879
Bronchial yang menunjukkan bahwa peran d. Upaya pencegahan kekambuhan asma
keluarga sebagai pemberi nasihat dan bronchial ditinjau dari rintangan yang
informasi tentang asma bronchial pada dirasakan (perceived barriers) di
penderita asma, peran keluarga sebagai poliklinik paru RSUD dr. Zainoel
pengasuh penderita asma, peran keluarga Abidin Banda Aceh berada pada
sebagai pengawas penderita asma dan peran kategori baik.
keluarga sebagai pembuat keputusan e. Upaya pencegahan kekambuhan asma
semuanya masuk dalam kategori baik. bronchial ditinjau dari isyarat untuk
Berdasarkan uraian diatas, dapat bertindak (cues to action) di poliklinik
disimpulkan bahwa faktor eksternal seperti paru RSUD dr. Zainoel Abidin Banda
petugas kesehatan, keluarga dan media Aceh berada pada kategori baik.
massa mempengaruhi individu dalam Terkait dengan penelitian ini penulis
memulai tindakan pencegahan. Semakin merekomendasikan bagi responden agar
banyak dukungan yang diberikan, maka terus meningkatkan upayanya dalam
akan semakin memotivasi responden untuk melakukan pencegahan kekambuhan asma
melakukan tindakan yang dianjurkan bronchial dengan melakukan pemeriksaan
sebagai upaya dalam mencegah kekambuhan rutin, menghindari alergen serta olahraga
asma bronchial. ringan secara teratur. Bagi RSUD dr.
Zainoel Abidin Banda Aceh khususnya
KESIMPULAN DAN SARAN tenaga medis di poliklinik paru, diharapkan
Upaya pencegahan kekambuhan asma agar dapat memberikan informasi-informasi
bronchial ditinjau dari teori Health Belief terkait pencegahan kekambuhan asma
Model di poliklinik paru RSUD dr. Zainoel bronchial serta mengadakan penyuluhan
Abidin Banda Aceh berada pada kategori tentang asma bronchial. Bagi peneliti lain
baik dengan persentase 51,7%. Adapun yang ingin melanjutkan penelitian ini
secara khusus dapat disimpulkan hal-hal disarankan untuk meneliti tentang faktor-
sebagai berikut: faktor yang memotivasi pasien dalam
a. Upaya pencegahan kekambuhan asma melakukan pencegahan kekambuhan asma
bronchial ditinjau dari kerentanan yang bronchial.
dirasakan (perceived susceptibility) di
poliklinik paru RSUD dr. Zainoel KEPUSTAKAAN
Abidin Banda Aceh berada pada Glanz, Karen., Rimer., Barbara, K., &
kategori baik. Viswanath. (2008). Health behavior
b. Upaya pencegahan kekambuhan asma and health education theory,
research, and practice. San Fransisco:
bronchial ditinjau dari keparahan yang
Jossey Bass.
dirasakan (perceived seriousness) di
poliklinik paru RSUD dr. Zainoel Gybney, M. J. (2008). Gizi kesehatan
Abidin Banda Aceh berada pada masyarakat. Jakarta: EGC.
kategori baik.
c. Upaya pencegahan kekambuhan asma Harahap, F. M. (2011). Asma Bronkial.
bronchial ditinjau dari manfaat yang Diakses tanggal 04 Maret 2012, dari:
http://www.scribd.com/doc/59125943
dirasakan (perceived benefits) di
/Asma-Bronkial-Referat
poliklinik paru RSUD dr. Zainoel
Abidin Banda Aceh berada pada Harrison. (1999). Prinsip-prinsip ilmu
kategori baik. penyakit dalam. Jakarta: EGC.

87
Idea Nursing Journal Vol. V No. 3, September – Desember 2014
ISSN: 2087-2879
Hegner, & Barbara R. (2003). Asisten
Keperawatan: Suatu Pendekatan Pratama, A. (2010). Analisis perilaku
Proses Keperawatan, Ed. 6. Jakarta: mencari pengobatan pada belita gizi
EGC. buruk di Kecamatan Jambe
Kabupaten Tangerang tahun 2010.
Heri, M. (2009). Promosi kesehatan. Diakses tanggal 14 Maret 2012, dari:
Jakarta: EGC. http://tulis.uinjkt.ac.id/opac/themes/ka
talog/detail.jsp?id=98872&lokasi=loal
Indaryani, A. (2011). Gambaran upaya
pencegahan kekambuhan penyakit Purwaningsih. (2011). Analisis faktor
Asma Bronkiale ditinjau dari tingkat pemanfaatan VCT pada orang risiko
pengetahuan pasien di poli tinggi HIV/AIDS. Fakultas
paru RSUD dr. M. Yunus Bengkulu Keperawatan Universitas Airlangga,
tahun 2010. Jurnal Ners, 6 (1), 58-67.

Irawan, D. (2005). Perbedaan sudut Redding, C. A., Rossi, J. S., Rossi, S. R.,
pandang health belief model pada et.al. (2000). Health behavior
pasien hipertensi esensial yang taat models. Diakses tanggal 12 Maret
dan tidak terhadap saran dokter. 2012, dari: http://www.ithaca.edu/
Diakses tanggal 10 Maret 2012, dari: HPHMComputer/HealthBehaviorMod
http://lib.atmajaya.ac.id./default.aspx? els.pdf
tabID=61&src=k&id=79399
Rochadi, R. K. (2005). Perubahan perilaku
Khoman, P. A. (2010). Profil penderita dalam pencegahan HIV/AIDS dengan
Asma pada poli Asma di bagian Paru pendekatan kelompok sebaya. Diakses
RSUD Haji Adam Malik Medan. tanggal 10 Maret 2012, dari:
Diakses tanggal 10 Maret 2012, dari: http://repository.usu.ac.id/bitstream/1
http://repository.usu.ac.id/bitstream/1 23456789/15335/1/ikm-des2005-
23456789/23277/6/Abstract.pdf %20%287%29.pdf

Kumboyono. (2011). Analisis faktor Sinaga, Y. (2009). Tahap treatment delay


penghambat motivasi berhenti ditinjau dari health belief model pada
merokok berdasarkan health belief masyarakat pedesaan. Diakses
model pada mahasiswa fakultas teknik tanggal 10 Maret 2012, dari:
unversitas brawijaya Malang, volume http://repository.usu.ac.id/bitstream/1
6, no. 1, Maret 2011. 23456789/19933/5/Chapter%20I.pdf

Mahmudi, I. (2005). Peran serta keluarga Sundaru, H. (2009). Buku ajar: Ilmu
dalam upaya mencegah kekambuhan penyakit dalam. Jakarta:
pada klien Asma Bronkhiale. Diakses InternaPublishing.
tanggal 08 September 2012, dari:
http://digilib.umm.ac.id/gdl.php?mod Smetzler, S. C., & Bare, B. G. (2001). Buku
=browse&op=read&id=jiptummpp- ajar: Keperawatan medikal bedah,
gdl-s1-2005-imammahmud- edisi 8, volume 1. Jakarta: EGC.

Muhlisin, A. (2008). Hubungan Antara Tamher, S. (2009). Kesehatan usia lanjut


Kerentanan dan Jenis Pelayanan dengan pendekatan asuhan
Yang tersedia Dengan Pemanfaatan keperawatan. Jakarta: Salemba
Muhammadiyah Medical Center Medika.
(MMC) Oleh Mahasiswa UMS.
Program Studi Ilmu Keperawatan Turner, L. W., Hunt, S. B., Dibrezzo, R., &
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Jones, C. (2004). Health Belief Model.
Muhammadiyah, Surakarta. Diakses tanggal 16 Maret 2012, dari:

88
Idea Nursing Journal Vol. V No. 3, September – Desember 2014
ISSN: 2087-2879
http://www.jblearning.com/samples/0 tanggal 17 September 2012, dari:
763743836/chapter%204.pdf http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/
16315760
Yang, J. H. (2005). Factor affecting
resmoking in male workers. Diakses

89

Anda mungkin juga menyukai