PEMBAHASAN
3
Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum untuk meningkatkan,
mengarahkan, dan memberi dasar bagi pembangunan kesehatan, diperlukan perangkat
hukum kesehatan yang dinamis. Perangkat hukum tersebut hendaknya dapat
menjangkau perkembangan yang makin kompleks yang akan terjadi dalam kurun
waktu mendatang. Untuk itu dalam UU ini diatur tentang:
1. Asas dan tujuan yang menjadi landasan dan memberi arah pembangunan
kesehatan yang dilaksanakan melalui upaya kesehatan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi orang, sehingga terwujud
derajat kesehatan masyarakat yang optimal tanpa membedakan status sosilanya.
2. Hak dan kewajiban setiap orang untuk memperoleh derajar kesehatan yang
optimal serta wajib untuk ikut serta dalam memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan.
3. Tugas dan tanggung jawab pemerintah pada dasarnya adalah mengatur, membina,
dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan, serta menggerakan peran serta
masyrakat.
4. Upaya kesehatan dilaksanakan secara menyeluruh, terpadu, dan
berkesinambungan melalui pendekatan peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan penyait, dan pemulihan kesehatan.
5. Sumber daya kesehatan sebagai pendukung penyelenggaraan upaya kesehatan
harus tetep memperhatikan golongan masyarakat yang kurang mampu dan
semata-mata tidak mencari keuntungan.
6. Ketentuan pidana untuk melindungi pemberi dan penerima jasa pelayanan
kesehatan bila terjadi pelanggaran terhadap undang-undang ini.
Undang-undang ini hanya mengatur hal-hal yang bersifat pokok, sedangkan yang
bersifat teknis dan operasional diatur dalam Peraturan Pemerintah dan Peraturan
Pelaksanaan lainnya.
Selain oleh aturan hukum, profesi kesehatan juga diatur oleh kode etik
profesi (etika profesi). Namun demikian, menurut Dr. Siswanto Pabidang, masalah
etika dan hukum kadangkala masih dicampur baurkan, sehingga pengertiannya
menjadi kabur. Seseorang yang melanggar etika dapat saja melanggar hukum dan
tentu saja seseorang yang melanggar hukum akan melanggar pula etika. Oleh
karena itu, menurut Samil yang mengutip pernyataan Davis & Smith, bahwa ada
hubungan antara hukum dan etik, yaitu:
4
1. Sesuai etik dan sesuai hukum;
2. Bertentangan dengan etik dan bertentangan dengan hukum;
3. Sesuai dengan etik tetapi bertentangan dengan hukum dan;
4. Bertentangan dengan etik tetapi sesuai dengan hukum.
5
kerugian yang disebabkan karena wanprestasi dan pertanggungjawaban atas kerugian
yang disebabkan karena perbuatan melawan hukum.
Meskipun pertanggung jawaban hukum rumah sakit terhadap pasien dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan lahir dari hubungan hukum perdata, tetapi dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan tersebut juga berimplikasi pada hukum adminstrasi
dan hukum pidana. Pada dasarnya pertanggungjawaban perdata bertujuan untuk
memperoleh kompensasi atas kerugian yang diderita selain untuk mencegah
terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan.
Tanggung jawab dari segi hukum perdata didasarkan pada ketentuan Pasal 1365
KUH Perdata “Apabila tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
melakukan tindakan yang mengakibatkan kerugian pada pasien, maka tenaga
kesehatan tersebut dapat digugat oleh pasien atau keluarganya yang merasa
dirugikan.” Dan Pasal 1366 KUH Perdata “Setiap orang bertanggung jawab bukan
hanya kerugian yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hati.”
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat beberapa contoh mal praktik medis pada hukum
perdata:
1. Melakukan wanprestasi (pasal 1239 KUH Perdata)
2. Melalaikan pekerjaan sebagai penanggung jawab (pasal 1367 (3))
6
Pasal 360 ayat 2 KUHP “Bila luka berat, pidana penjara paling lama 5 tahun
atau kurang paling 1 tahun.”
Pasal 361 KUHP “Bila dilakukan dalam menjalakan suatu jabatan atau
pencarian, pidana ditambah 1/3 dan dapat haknya untuk menjalankan pencarian
dicabut.”
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat beberapa contoh malpraktik medis pada hukum
pidana:
1. Menipu pasien (pasal 378 KUHP)
2. Pelanggaran kesopanan (pasal 290 (1), 294 (2), 285, dan 286 KUHP)
3. Pengguguran (pasal 299, 348, 349, 350 KUHP)
4. Rahasia jabatan bocor (pasal 322 KUHP)
5. Sengaja membiarkanpenderita tak-tertolong (pasal 340 KUHP)
6. Tidak memberi pertolongan kepada orang yang berada dalam bahay maut
(pasal 531 KUHP).
7
D. Tanggung Jawab Hukum Administrasi Dalam Pelayanan Kesehatan
Implikasi hukum administrasi dalam hubungan hukum rumah sakit-pasien adalah
menyangkut kebijakan–kebijakan ( policy ) atau ketentuan-ketentuan yang merupakan
syarat adminsitrasi pelayanan kesehatan yang harus dipenuhi dalam rangka
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang bermutu. Kebijakan atau ketentuan
hukum adminstrasi tersebut mengatur tata cara penyelenggaraan pelayanan
kesehatan yang layak dan pantas sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit,
standar operasional dan standar profesi.
Adapun tanggung jawab dari segi hukum administratif, tenaga kesehatan
dapat dikenai sanksi berupa pencabutan surat izin praktik apabila melakukan
tindakan medik tanpa adanya persetujuan dari pasien atau keluarganya. Tindakan
administratif juga dapat dikenakan apabila seorang tenaga kesehatan:
1. Melalaikan kewajiban;
2. Melakukan sesuatu hal yang seharusnya tidak boleh diperbuat oleh seorang
tenaga kesehatan, baik mengingat sumpah jabatannya maupun mengingat
sumpah sebagai tenaga kesehatan;
3. Mengabaikan sesuatu yang seharusnya dilakukan oleh tenaga kesehatan;
4. Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan undang-undang.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat beberapa contoh malpraktik medis pada hukum
administrasi:
1. Praktik Tanpa Izin
2. Melanggar wajib simpan rahasia jabatan kedokteran yang tidak dikenakan pasal
322 dan 122 KUHP
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Standar pelayanan medis ini merupakan hukum yang mengikat para pihak yang
berprofesi di bidang kesehatan, yaitu untuk mengatur pelayanan kesehatan dan mencegah
8
terjadinya kelalaian staff medis dalam melakukan tindakan medis. Menurut hukum yang
berlaku bahwa seorang dokter, perawat atau tenaga kesehatan lainya jika melakukan
penyimpangan kewenangan atau malpraktek maka bisa dikenai pasal:
Munculnya hubungan hukum dan etik dalam pelayanan kesehatan menjadi jelas,
karena tugas hukum adalah menjamin keadilan dan kemanfaatan bagi masyarakat.
Oleh karena itu dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan, dikatakan bahwa “penyelenggaraan pembangunan kesehatan
meliputi upaya kesehatan dan sumber dayanya harus dilakukan secara terpadu dan
berkesinambungan guna mencapai hasil yang optimal.”
Pasal 54 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan,
yaitu: “Tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam
melaksanakan profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.
Tanggung jawab dari segi hukum perdata didasarkan pada ketentuan Pasal 1365
KUH Perdata “Apabila tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya
melakukan tindakan yang mengakibatkan kerugian pada pasien, maka tenaga
kesehatan tersebut dapat digugat oleh pasien atau keluarganya yang merasa
dirugikan.” Dan Pasal 1366 KUH Perdata “Setiap orang bertanggung jawab bukan
hanya kerugian yang disebabkan perbuatannya, tetapi juga untuk kerugian yang
disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hati.”
Hukum pidana dalam pelayanan kesehatan
Dari segi hukum pidana seorang tenaga kesehatan dapat dikenai ancaman Pasal
359 KUHP “Matinya orang lain, pidana penjara paling lama 5 tahun.”
Adapun tanggung jawab dari segi hukum administratif, tenaga kesehatan dapat
dikenai sanksi berupa pencabutan surat izin praktik apabila melakukan
tindakan medik tanpa adanya persetujuan dari pasien atau keluarganya.
B. Saran
Pemahaman dan bekerja dengan kehati-hatian, kecermatan, menghindarkan
bekerja dengan ceroboh, adalah cara terbaik dalam melakukan praktek pelayanan
kesehatan sehingga dapat terhindar dari kelalaian/malpraktek.
Standar profesi kedokteran dan standar kompetensi rumah sakit merupakan hal
penting untuk menghindarkan terjadinya kelalaian, maka perlunya pemberlakuan
standar praktek kedokteran Nasional dan terlegalisasi dengan jelas.
Rumah Sakit sebagai institusi pengelola layanan praktek kedokteran dan tenaga
kesehatan harus memperjelas kedudukannya dan hubungannya dengan
9
pelaku/pemberi pelayanan keperawatan, sehingga dapat diperjelas bentuk
tanggung jawab dari masing-masing pihak.
10