Anda di halaman 1dari 10

DETERGEN DAN SABUN

Proses pembersihan terdiri dari:

a. Membahasahi kotoran dan permukaan yang akan dicuci dengan detergen/sabun


b. Menghilangkan kotoran dari permukaan
c. Menjaga kotoran stabil dalam larutan atau suspensi

Di air pencuci sabun dan detergen meningkatkan kemampuan membasahi sehingga lebih
mudah untuk menembus kain dan noda/kotoran. Ketika penghilangan noda/kotoran dimulai
cairan pembersih (sabun/detergen) membentuk rantai panjang. Salah satu ujung bersifat
hidrofilik (suka air) dan ujung lainnya hidrofobik (tidak suka air/ soil-loving). Hidrofobik akan
mengikat pada noda/kotoran pada waktu yang sama hidrofilik menyingkirkan noda/kotoran
dari kain ke air pencuci sehingga noda/kotoran terangkat.

A. Detergen
1. Raw material
Alkylbenzene + oleum  alkylbenzene sulfonate
Tallow fatty alcohol + oleum  fatty alcohol sulfate
Sulfonate + sulfate + NaOH  sodium salts
Sodium salts + bulider, etc  detergents

a. Surfaktan
Surfaktan (surface active agent) merupakan zat aktif permukaan yang
mempunyai ujung berbeda yaitu hidrofil (suka air) dan hidrofob (suka
lemak). Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yaitu:
o Anionik : Alkyl Benzene Sulfonate (ABS), Linier Alkyl Benzene Sulfonate
(LAS), dan Alpha Olein Sulfonate (AOS)
o Kationik : Garam Ammonium
o Non ionik : Nonyl phenol polyethoxyle
o Amphoterik : Acyl Ethylenediamines
Salah satu yang sering digunakan dalam pembuatan detergen adalah
alkylbenzene. Alkylbenzene Sulfonates (ABS) merupakan bahan baku kunci
pada industri deterjen selama lebih dari 40 tahun dan berjumlah kira-kira 50
persen volum total surfaktan anionik sintetik. Agar berguna sebagai surfaktan,
pertama Alkylbenzene harus disulfonasi. Untuk proses sulfonasi biasanya
digunakan Oleum dan SO3.
b. Oleum
Sulphur trioksida (SO3) hampir tidak dapat larut dalam air, tetapi mudah larut
dalam asam sulfat pekat (H2SO4) (konsentrasi > 98%). Hasil dari campuran ini
adalah dinamakan oleum. Oleum diproduksi secara industri dengan proses
kontak, dimana sulfur trioksida mengandung gas yang melalui sebuah tower
oleum. Tower yang mengandung gas mengalami resirkulasi oleum dan asam
sulfat yang mana membasahi sulphur trioksida. 30-60% sulphur trioksida berada
dalam bentuk gas yang diabsorbsi karena pembatasan tekanan uap oleum.
Karena absorbsi tdak lengkap, gas yang meninggalkan tower absorbsi oleum
harus diproses didalam sebuah tower asam sulfat tersebut. Tergantung pada

1
konsentrasi produk yang diinginkan, Tower dibasahi dengan 22% atau 35%
oleum pada temperatur 40-50˚C (104-122˚F). Dengan penambahan konsentrasi
asam sulfat dari absorber untuk memperoleh konsentrasi oleum yang diinginkan.
c. Fatty alcohol
Prosedur katalis Ziegler untuk mengubah α-olefin menjadi fatty alkohol dan
proses hidrogenasi metil ester adalah metode penting untuk menyiapkan fatty
alkohol.
d. Builder
Builder mendorong kemampuan detergen, fosfat komples, seperti natrium
tripolifosfat banyak digunakan karena dapat mencegah menempelnya kembali
noda dari air cucian ke serat kain. Polifosfat mempunyai aksi sinergis dengan
surfaktan sehingga meningkatkan efektifitas dalam proses pembersihan dan
mengurangi biaya keseluruhan. Peningkatan cepat produksi detergen
dikarenakan penggunaan polifosfat. Selama tahun 1960-an, pertumbuhan alga
dan eutrofikasi di danau berhubungan dengan adanya fosfat di detergen sehingga
banyak negara menganjurkan zat pengganti fosfat. Senyawa yang pertama kali
disarankan untuk mengganti fosfat adalah nitrilotriacetic acid (NTA), tetapi
senyawa tersebut dinyatakan karsinogen pada tahun 1970. Builders lainnya aalah
sitrat, karbonat, dan silikat. Pengganti fosfat terbaru yang menjanjikan adalah
zeolit.
e. Additif
Aditif adalah bahan suplemen / tambahan untuk membuat produk lebih menarik,
misalnya pewangi, pelarut, pemutih, pewarna dst, tidak berhubungan langsung
dengan daya cuci deterjen. Additives ditambahkan lebih untuk maksud
komersialisasi produk. Contoh : Enzim, Boraks, Sodium klorida, Carboxy
Methyl Cellulose (CMC). Penghambat korosi seperti natrium silikat, melindungi
metal dan peralatan dari kerja detergen dan air. Carboxylmethyl selulosa
digunakan sebagai agen antideposition. Pencerah kain adalah pewarna
fluorescent yang membuat kain terlihat lebih cerah karena kemampuannya
mengkonversi cahaya ultraviolet menjadi cahaya nampak.

2
2. Prosedur

pada campuran
dimasukkan ke
sulfonat dimasukkan
Alylbenzene, oleum sulfonator, pada suhu
fatty tallow alcohol,
55˚C
oleum

natrium
tripolyphosphate,
netralisasi dengan dipompa melalui
ditambahkan ke
larutan NaOH sulfater
crutcher masuk ke
drop tank

dipompakan ke spray
dipisahkan menjadi
tower, dengan udara terbentuk butiran
cyclone,screened,perfu
panas berasal dari kering
me, packed
furnace

 Sufonasi-sulfasi
Alylbenzene dimasukkan secara terus menerus dengan sejumlah oleum ke dalam
sulfonator menggunakan dominant bath principle. Kontrol panas dari konversi sulfonasi
dipertahankan pada suhu 55˚C. Pada campuran sulfonat dimasukkan fatty tallow alcohol
dan oleum. Semua dipompa melalui sulfater, juga menggunakan dominant bath principle
untuk menjaga suu pada 50-55˚C. Menghasilkan campuran surfactan
 Netralisasi
Produk dari sulfonasi-sulfasi di netralisasi dengan larutan NaOH dibawah control
suhu untuk menjaga fluiditas dari surfactan slurry. surfactan slurry, natrium
tripolyphosphate, dan beberapa miscellaneous additives ditambahkan ke crutcher.
Cukup banyak jumlah air yang hilang dan penebalan oleh reaksi hidrasi
tripolyphosphate:

Na5P3O16 + 6H2O  Na3P5O10.6H2O


Natrium Natrium tripolyphospate
Tripolyphospate  hexahydrate

3
Campuran ini dipompakan ke atas dan disemprotkan dibawah tekanan tinggi dari
24m spray tower, counter udara panas berasal dari tungku. Butiran kering yang sesuai
bentuk, ukuran dan densitasnya terbentuk. Butiran kering ditransfer ke atas melalui
lift udara dan mendinginkan dari 115˚C dan menstabilkan butiran yang dipisahkan
menjadi cyclone,screened,perfume, dan packed.

4
B. Sabun
1. Raw material
Tallow + hydrolisis (splitting fats)  tallow fatty acid
Tallow fatty acid + NaOH  sodium salt of fatty acid
Salt of fatty acid + builder, etc  soap

Sabun meliputi garam natrium atau kalium dari berbagai fatty acid. Lemak hewan
ternak (tallow) adalah bahan utama pembuatan sabun. Tallow dicerna
menggunakan uap, tallow biasanya dicampurkan dengan minyak kelapa dalam ketel
sabun atau hydrolizer untuk meningkatkan kelarutan sabun. Lemak (greases)
merupakan bahan baku kedua yang penting dalam pembuatan sabun, diperoleh dari
babi atau hewan domestik lainnya sebagai sumber gliserida dari fatty acid. Lemak
ini disempurnakan dengan steam rendering atau dengan ekstraksi pelarut dan jarang
digunakan tanpa dicampur dengan lemak lain. Penambahan minyak kelapa pada
pembuatan sabun sangatlah penting. Sabun dengan bahan dasar minyak kelapa
bertekstur kuat dan terlihat lebih mengkilat. Minyak kelapa sebagian besar
mengandung gliserida dari asam laurat dan asam myristat. Bahan baku pembuatan
sabun sangat banyak konsumennya, terutama kaustik soda, garam, soda ash, dan
kaustik potassium, begitu pula sodium silikat, sodium bikarbonat, dan trisodium
pospat. Bahan anorganik yang ditambahkan pada pembuatan sabun
disebut Builders. Tetrasodium piropospat dan sodium Tripoliphospat merupakan
bahan tambahan pada sabun yang dinamakan Builders.

a. Tallow/lemak hewan
Pada proses pembuatan sabun, jenis minyak atau lemak yang digunakan adalah
minyak nabati atau lemak hewan. Perbedaan antara minyak dan lemak adalah
wujud keduanya dalam keadaan ruang. Minyak akan berwujud cair pada
temperatur ruang (± 28°C), sedangkan lemak akan berwujud padat. Minyak
tumbuhan maupun lemak hewan merupakan senyawa trigliserida. Trigliserida
yang umum digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun memiliki asam
lemak dengan panjang rantai karbon antara 12 sampai 18. Kandungan asam
lemak tak jenuh, seperti oleat, linoleat, dan linolenat yang terlalu banyak akan
menyebabkan sabun mudah teroksidasi pada keadaan atmosferik sehingga
sabun menjadi tengik. Asam lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap sehingga
titik lelehnya lebih rendah daripada asam lemak jenuh yang tak memiliki ikatan
rangkap, sehingga sabun yang dihasilkan juga akan lebih lembek dan mudah
meleleh pada temperatur tinggi.
b. Alkali
Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah NaOH,
KOH, Na2CO3, NH4OH, dan ethanolamines. NaOH, atau yang biasa dikenal
dengan soda kaustik dalam industri sabun, merupakan alkali yang paling banyak

5
digunakan dalam pembuatan sabun keras. KOH banyak digunakan dalam
pembuatan sabun cair karena sifatnya yang mudah larut dalam air.

c. Builder
Berfungsi meningkatkan efisiensi pencuci dari surfaktan dengan cara menon-
aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Biasanya builder yang digunakan
adalah Tripoliphospat. Selain itu ada beberapa macam builder yaitu:
o Fosfat : Sodium Tri Poly Phosphate (STPP)
o Asetat :
- Nitril Tri Acetate (NTA)
- Ethylene Diamine Tetra Acetate (EDTA)
o Silikat : Zeolit
o Sitrat : Asam Sitrat

2. Prosedur

fatty acid keluar memisahkan fatty


lemak dan katalis dimasukkan
dari atas, gliserin acid
dicampur di blend melalui bagian
dari bawah menggunakan
tank bawah hydrolizer
hydrolizer distilasi

kondensat cair
pada sabun dipompa ke final
dilepaskan ke mencapai 3,5
flash tank pada ditambahkan flash tower,
Mpa, dipanaskan
NaOH bagian bawah
tekanan atmosfer 200˚C pada heat
dikembalikan ke
exchanger
stripping tower

Sabun
didinginkan
pengeringan melalui sirkulasi
parsial (20%) air garam dari
suhu 105˚C
menjadi 60˚C.

6
Reaksi dasar pembuatan sabun adalah saponifikasi
3NaOH + (C17H35COO)3C3H5  3C17H35COONa +C3H5(OH)3
Kaustic glyceryl sodium stearat gylcerin
Soda stearate

Prosedur ini untuk merombak atau menghidrolisis lemak dan kemudian setelah
terpisah dari fatty acids dinetralisasikan dengan larutan soda kaustik:

(C17H35COO)3C3H5 + 3H2O  3C17H35COOH + C3H5(OH)3


glyceryl asam stearat gylcerin
stearate

3C17H35COOH + NaOH  3C17H35COONa + H2O


Asam kaustik natrium stearat
Stearat soda

Selanjutnya, perombakan secara countercurrent lemak ini dikondisikan dalam keadaan


vacuum untuk mencegah terjadinya oksidasi selama proses. Ini terisi dari bawah dari
menara hidrolisis dengan kecepatan yang terkontrol yang akan memecah lemak
menjadi tetesan tetesan. Menara mempunyai ukuran dengan tinggi 20 meter dan
berdiameter 60 cm. Minyak dimasukkan melalui bagian bawah, karena densitasnya
relative kecil (lebih kecil dari densitas air), maka lemak akan terangkat keatas dan
sebagian kecil bahan lemak akan terlarut menjadi cairan gliserin. Pada waktu yang
sama, H2O dimasukkan ke dalam bagian atas, sehingga inilah yang disebut dengan
proses hidrolisis lemak secara countercurrent dimana proses ini akan mengekstrak
gliserin yang terlarut dalam lemak. Kedua aliran ini bereaksi dalam keadaan tekanan
dan suhu tinggi, setelah perombakan selesai, asam lemak keluar dari bagian atas
sedangkan larutan gliserin keluar dari bawah yang otomatis akan terkontrol
pada settling tank. Yang paling umum digunakan untuk produksi fatty acid termasuk
lemak daging sapi dan kelapa, sawit, biji kapas, dan minyak kedelai. Untuk
memisahkan fatty acid dari rantai panjang yang berbeda digunakan distilasi, distilasi
vakum yang sering digunakan. Tiga menara fraksionasi dioperasikan dalam kondisi
vakum. Pemanasan awal, fatty acid mentah dialirkan ke atas menara, sementara itu di
bagan bawah mengalir udara, kelembaban, dan (low boling fatty acid). kondensat cair
(high-boiling acids) dipompa ke final flash tower, bagian bawah dikembalikan ke
stripping tower. Asam lemak dapat dijual atau dikonversi menjadi banyak bahan kimia
baru. Operasi penyelesaian, tekanan pada sabun mencapai 3,5 Mpa, dan sabun
dipanaskan 200˚C dengan tekanan tinggi pada heat exchanger. Sabun yang telah
dipanaskan dilepaskan ke flash tank pada tekanan atmosfer, dimana pengeringan parsial
(20%) terjadi karena cairan sabun jauh di atas titik didihnya pada tekanan atmosfer.
Sabun juga didinginkan melalui sirkulasi air garam dari suhu 105˚C menjadi 60˚C.

7
8
3. Gliserin
Gliserin adalah cairan tak berwarna, mempunyai rasa yang manis tetapi tidak
berbau. Gliserin dibuat memlalui beberapa metode (1) saponifikasi dari gliserida
(minyak dan lemak) untuk membuat sabun, (2) pemulihan glyserin dari hidrolisis
atau pemisahan lemak dan minyak untuk memproduksi fatty acid dan (3) klorinasi
dan hidrolisis propylene dan reaksi lainnya dari petrochemical hydrocarbon.
Hampir semua gliserin sekarang diproduksi sebagai ko-produk dari hidrolisi
langsung dari triglyserida dari lemak dan minyak alami.
Hidrolisis dilakukan dalam reaktor kontinyu pada temperatur tinggi dan tekanan
dengan katalis. Air mengalir berlawanan dengan asam lemak dan ekstrak gliserol
dari fase lemak. Sweet water dari kolom hydrolizer mengandung 12% glycerol.
kandungan garam tinggi dari sabun alkali gliserin dibutuhkan untuk penghapusan
sabun dari evaporator. Hydrolizer glycerin terdiri dari tanpa garam dan mudah
terkonsentrasi. Sweet water ditambahkan ke triple-effect evaporator yang akan
menaikkan konsentrasi dari 12% menjadi 70 sampai 80% gliserol. Biasanya, tidak
ada penambahan panas untuk menyelesaikan proses evaporasi. Setelah itu
didiamkan selama 48 jam pada suhu tinggi untuk mengurangi kotoran lemak yang
dapat mengganggu proses berikutnya. Settled hydrolizer crude terdiri dari 78%
gliserol, 0,2% total fatty acids, dan 22% air. Settled crude ini berkerja pada kedaan
vakum (8kpa) dan 200˚C. Sejumlah NaOH biasanya ditambahkan saponifikasi
kotoran lemak dan mengurangi kemungkinan codistillation dengan gliserol.
Gliserin yang didistilasi dikondensasi dalam tiga tingkat pada penurunan suhu.
Tingkat pertama gliserin murni, 95% gliserol, spesifikasi CP. Kualitas yang lebih
rendah dari gliserin dikumpulkan pada tangki kedua dan ketiga. Pemurnian akhir
dari gliserin dilakukan dengan carbon bleaching, diikuti filtasi atau penukar ion.

9
Daftar Pustaka
Austin, George T. 1984. Shreve’s Chemical Process Industries. Singapore: McGraw-
Hill International Book Company.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17898/4/Chapter%20II.pdf
http://kimiadankehidupan.blogspot.co.id/2011/04/industri-pembuatan-sabun-dan-
deterjen_21.html

10

Anda mungkin juga menyukai