Anda di halaman 1dari 2

Didominasi Kaum Gay, Penderita HIV di Bekasi Meningkat

Abdullah M Surjaya
Rabu 17 Januari 2018 - 23:21 WIB

Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT). Foto/Ilustrasi/Istimewa


BEKASI - Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi menyebutkan, sebanyak 61% dari 466 penderita
HIV di Kota Bekasi didominasi oleh kaum 'gay' atau penyuka pria sesama jenis (homo).
Peningkatan angka tersebut terus meningkat daripada tahun sebelumnya.

"Di tahun 2017, hampir 60% penderita HIV/AIDS merupakan orang-orang gay, alias laki-laki seks
dengan laki-laki (LSL) atau homo," ujar Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas
Kesehatan Kota Bekasi, Dezi Sukrawati di Bekasi, Rabu (17/1/2018).

Menurutnya, penderita HIV di Kota Bekasi itu termasuk tinggi di wilayah Jawa Barat. Sejak
Januari hingga Oktober tahun 2017. Penanganan HIV di Kota Bekasi, cukup sangat sulit. "Karena
jumlah penderitanya makin banyak, sehingga penanganan lebih diintensifkan lagi," katanya.

Lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT), Dezi mengungkapkan, khususnya perilaku seks
sesama lelaki memberikan potensi paling tinggi penyebaran virus HIV. Pihaknya saat ini tengah
intensif melakukan upaya pencegahan dan penyembuhan para penderita HIV yang terus
meningkat setiap tahunya. (Baca:Astaga! Taman Masjid Agung Tangerang Dijadikan Tempat
Kumpul LGBT)

Sehingga, kata dia, Dinas Kesehatan selalu memberikan upaya strategi pencegahan dengan
'ABCD'. Strategi 'ABCD' yang ditujukan kepada para pasangan itu terdiri atas 'A' yang berarti
abstinancy, atau tidak melakukan hubungan seksual di luar pernikahan.

Bila memang 'A' tidak bisa dicegah, maka upaya berikutnya adalah 'B'. 'B' atau 'Be Faithful'
adalah konsep rasa saling percaya dan saling setia untuk tidak melakukan hubungan seksual
dengan banyak orang, atau berganti-ganti pasangan. (Baca: Makin Terbuka, Perkembangan LGBT
di Indonesia Meresahkan Masyarakat)

Sementara, 'C' adalah Condom. Bila kedua hal itu tak bisa lagi dilakukan, maka Dinkes
menganjurkan untuk pemakaian condom. "Bukan berarti kita membolehkan kondom, tapi itu
merupakan kelanjutan pencegahan sampaikan dari 'A' dan 'B'," jelasnya.

Dezi melanjutkan, upaya selanjutnya adalah 'D' yakni (no) drugs, dan yang kelima adalah 'E' yakni
education. Pihaknya menegaskan edukasi merupakan upaya paling akhir yang bisa dilakukan
sebagai pencegahan tersebarnya virus HIV tersebut.

Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Bekasi, Tanti Rohilawati menambahkan, penderita yang telah
terjangkit HIV memang bisa dilakukan pengobatan. Namun, pengobatan itu harus dilakukan
selama seumur hidupnya. "Semua pengobatanya dibiayai oleh negara," tambahnya.

Oleh sebab itu, pihaknya terus melakukan sosialisasi dan edukasi seoptimal mungkin, untuk
mencegah perluasan persebaran virus HIV. "Kami lakukan seoptimal mungkin untuk edukasi
mengenai persebaran virus HIV, agar Kota Bekasi aman dari persebaran virus HIV," katanya.

Anda mungkin juga menyukai

  • Dokumen Campak
    Dokumen Campak
    Dokumen2 halaman
    Dokumen Campak
    Mohamad NurHappy
    Belum ada peringkat
  • Dokumen Ispa
    Dokumen Ispa
    Dokumen1 halaman
    Dokumen Ispa
    Mohamad NurHappy
    Belum ada peringkat
  • Dokumen Ispa
    Dokumen Ispa
    Dokumen1 halaman
    Dokumen Ispa
    Mohamad NurHappy
    Belum ada peringkat
  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen1 halaman
    Dokumen
    Mohamad NurHappy
    Belum ada peringkat
  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen1 halaman
    Dokumen
    Mohamad NurHappy
    Belum ada peringkat