Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran saat ini telah
berkembang dengan pesat. Salah satu diantaranya adalah teknik transplantasi
organ manusia. Transplantasi organ manusia merupakan suatu teknologi
medis untuk penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi lagi dengan
organ dari manusia lain yang masih berfungsi dengan baik.
Sejak kesuksesan transplantasi ginjal yang pertama kali pada 23 Desember
1954, maka teknologi medis transplantasi mengalami perkembangan yang luar
biasa. Riset dan pengembangan terus menerus dilakukan sehingga saat ini
sudah ada teknologi yang memungkinkan pengawetan organ, penemuan obat-
obatan anti penolakan yang semakin canggih dan baik, sehingga
memungkinkan berbagai organ manusia dapat ditransplantasikan dan
didonorkan tidak selalu berasal dari kalangan keluarga sedarah saja, tapi
siapapun bisa menjadi donor dengan adanya obat-obatan anti penolakan ini. Di
Indonesia sendiri transplantasi pertama berhasil dilakukan pada tahun 1977 di
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Abad ini transplantasi organ telah menjadi salah satu jalan keluar yang
paling berarti dalam dunia kedokteran modern, karena banyak nyawa manusia
yang tertolong dengan cara transplantasi organ ini. Didukung dengan semakin
majunya ilmu dan teknologi bidang transplantasi organ manusia, maka tingkat
keberhasilan dari transplantasi organ yang dilakukan pun semakin tinggi.
Tingkat kelangsungan hidup dari pasien penerima donor pun saat ini sangat
tinggi, sehingga akibatnya permintaan untuk melakukan transplantasi maupun
organ itu sendiripun mengalami peningkatan secara global termasuk di
Indonesia.
Tingginya permintaan transplantasi yang diikuti dengan tingginya
permintaan organ tersebut tidak diikuti dengan tingginya tingkat persediaan
organ. Menurut data dari WHO, transplantasi organ telah dilakukan di 91
negara di dunia. Pada tahun 2005 ada sekitar 66.000 ribu transplantasi ginjal,

1|Page
21.000 transplantasi hati, dan 6000 transplantasi ginjal dilakukan diseluruh
dunia. Sedangkan menurut laporan dari Mayo Clinic, lebih dari 101.000 orang
tengah menanti untuk operasi transplantasi organ tubuh, dari jumlah tersebut
setiap tahunnya meningkat terus, dan ironisnya tidak semua orang yang
membutuhkan donor tersebut akan mendapatkan donor sebagaimana yang
diharapkan. Setiap harinya 19 orang meninggal dalam penantian untuk
mendapatkan donor organ. Di Indonesia menurut Usul Majadi Sinaga dalam
pidato pengukuhan guru besarnya mengatakan ada lebih 100.000 orang
penderita gagal ginjal di Indonesia yang membutuhkan donor ginjal.
Sedangkan, Menteri Kesehatan dr.Endang Rahayu Sedyaningsih sebagaimana
dikutip dari harian Kompas Senin 15 Maret 2010, lebih dari 600 orang
membutuhkan cangkok hati di Indonesia.
Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa kebutuhan akan donor organ
manusia di Indonesia cukup tinggi. Akan tetapi, tingginya kebutuhan akan
organ tersebut di Indonesia juga tidak diikuti dengan ketersediaan organ.
Mencari donor organ tubuh di Indonesia masih sangat sulit. Kesadaran
masyarakat Indonesia, baik itu individu maupun anggota keluarganya untuk
mendonorkan organ tubuh masih sangat rendah. Rendahnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya menjadi donor organ didorong oleh kurangnya
pemahaman terhadap pentingnya ketersediaan organ bagi manusia lain, bagi
kelangsungan hidup penderita gagal organ, disamping sosiokultur dan
pandangan keagamaan yang menghambat kesadaran untuk mendonorkan
organnya. Sehingga tidaklah mengherankan donor sangat sulit didapatkan di
Indonesia.
Akibat buruk yang muncul dari masalah kekurangan ketersediaan organ
sedangkan permintaan akan donor organ yang tinggi adalah munculnya
perdagangan organ illegal, wisata illegal dan lebih lanjut dapat mendorong
perdagangan manusia. Keterbatasan organ menyebabkan harga organ menjadi
tinggi, sehingga yang muncul dalam masyarakat adalah karena kebutuhan
ekonomi tidak jarang ditemui pemasangan iklan secara terang-terangan
menjual organnya, kemudia kasus penculikan bayi dari Rumah Sakit maupun
klinik-klinik bersalin, maupun kasus Melati anak jalanan yang ditemukan di

2|Page
Jepang, disinyalir sebagai perolehan organ secara illegal. Penjualan organ
secara illegal maupun pengambilan organ secara paksa harus dicegah.

1.2 Tujuan
Menyelamatkan jiwa orang lain melalui mendonorkan organ adalah tujuan
yang mulia. Rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mendonorkan
organ, adanya pandangan tertentu dari agama atau kepercayaan yang
menyebabkan masyarakat enggan untuk mendonorkan karena takut melanggar
kaidah agamanya menyebabkan angka pendonor di Indonesia sangat rendah.
Tingginya permintaan akan donor organ di Indonesia maupun di dunia
menyebabkan ketimpangan antara permintaan dan persediaan organ. Banyak
orang penderita gagal organ meninggal karena tidak tersedianya persediaan
organ di Indonesia maupun di dunia. Faktor kesulitan ekonomi atau
kemiskinan di Indonesia maupun negara-negara berkembang atau negara
miskin, menyebabkan banyak orang rela menjual organnya demi memenuhi
kebutuhan hidupnya. Tingginya tingkat permintaan juga menyebabkan
terjadinya perolehan organ secara illegal, yang salah satunya disinyalir sebagai
perolehan organ illegal adalah penculikan atau hilangnya bayi, anak, remaja
atau dewasa yang marak dewasa ini merupakan cara untuk mendapatkan organ
illegal. Perdagangan manusia ”Human Trafficking” antar negara juga
disinyalir sebagai cara untuk mendapatkan persediaan organ yang illegal.
Rentannya masyarakat Indonesia sebagai korban perdagangan maupun
penculikan manusia, faktor kemiskinan sebagai latar belakang penjualan organ
disamping rendahnya kesadaran masyarakat baik karena ketidaktahuan
maupun ketakuan akan melanggar kaidah agama tertentu, pemerintah perlu
mengatur lebih lanjut transplantasi organ secara khusus dalam peraturan
perundang-undangan, demi memberikan perlindungan hukum kepada
masyarakatnya dari praktek perdagangan organ illegal dan demi mengatur
persediaan organ, maupun demi meningkatkan kesadaran masyarakatn akan
pentingnya menjadi donor organ.

3|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Topik


1. Pengertian Transplantasi Organ
Ada beberapa pengertian tentang transplantasi organ, diantaranya
yaitu:
a. Dalam dunia kedokteran pencangkokan atau transplantasi diartikan
sebagai pemindahan jaringan atau organ dari tempat yang satu
ketempat lainnya. Hal ini bisa terjadi dalam satu individu atau dua
individu.
b. Transplantasi adalah pemindahan suatu jaringan atau organ manusia
tertentu dari suatu tempat lain pada tubuhnya sendiri atau tubuh orang
lain dengan persyaratan dan kondisi tertentu.
c. Dalam Kamus Kedokteran DORLAND dijelaskan bahwa transplantasi
berasal dari transplantation (trans + plantare = menanam) berarti
penanaman jaringan yang diambil dari tubuh yang sama atau dari
individu lain. Adapun trasplant berarti:
1) Menstransfer jaringan dari satu bagian ke bagian lain.
2) Organ jaringan yang diambil dari badan untuk ditanam di daerah
lain pada badan yang sama atau ke individu lain.
d. Transplantasi adalah rangkaian tindakan medis untuk memindahkan
organ atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh orang lain
atau tubuh sendiri dalam rangka pengobatan untuk menggantikan
organ atau jaringan tubuh yang tidak berfungsi dengan baik.
Dari beberapa pengertian diatas, sebenarnya memiliki arah dan tujuan
yang sama, yaitu pemindahan organ-organ atau jaringan dari tubuh yang
satu ke tubuh yang lainnya dalam rangka pengobatan atau penyempurnaan
kondisi sebelumnya. Dalam dunia kedokteran pemberian organ disebut
donor dan penerima organ disebut resipien, sedangkan organ itu sendiri
disebut graft atau transplant.

4|Page
Terdapat beberapa tipe donor organ tubuh dan masing-masing tipe
mempunyai permasalahan tersendiri, yaitu:
a. Donor dalam keadaan hidup sehat,
b. Donor dalam keadaan koma atau diduga kuat akan meninggal segera,
dan
c. Donor dalam keadaan mati.
Secara medis ada persyaratan yang harus dipenuhi untuk melakukan
donor organ. Diantaranya adalah memiliki DNA, golongan darah, jenis
antigen yang cocok antara donor dan resipien, tidak terjadi reaksi
penolakan secara antigen dan antibodi oleh resipien, harus dipastikan
apakah sirkulasi, perfusi dan metabolisme organ masih berjalan dengan
baik dan belum mengalami kematian (nekrosis). Hal ini akan berkaitan
dengan isu mati klinis dan informed consent. Perlu adanya saksi yang
disahkan secara hukum bahwa organ seseorang atau keluarganya
didonorkan pada keluarga lain agar dikemudian hari tidak ada masalah
hukum. Biasanya ada sertifikat yang menyertai bahwa organ tersebut sah
dan legal.
Terdapat dua hal penting yang mendasari transplantasi, yaitu
eksplantasi dan implantasi. Eksplantasi adalah usaha mengeluarkan atau
mengambil jaringan atau organ dari donor yang masih hidup ataupun yang
sudah meninggal. Sedangkan, implantasi adalah usaha penempatan organ
atau jaringan yang telah diambil dari tubuh donor untuk ditempatkan pada
tubuh pendonor itu sendiri atau ditempatkan pada tubuh resipient lain.
Dua hal penting yang dapat menunjang keberhasilan transplantasi yaitu
adaptasi donasi. Adaptasi donasi adalah usaha serta kemampuan pendonor
hidup untuk menyesuaikan diri dengan kekurangan jaringan organnya
secara psikis maupun biologis, dan adaptasi resipien adalah usaha atau
kemampuan tubuh resipien untuk dapat menerima atau menolak organ atau
jaringan yang baru pada tubuhnya untuk mengganti organ tubuh yang
sudah tidak berfungsi dengan baik.

5|Page
2. Macam-Macam Transplantasi Organ
Jika dilihat dari sudut penerima organ, maka transplantasi dibedakan
menjadi:
a. Autotransplantasi, yaitu pemindahan organ atau jaringan pada tempat
yang lain dari tubuh orang itu sendiri. Seperti seorang yang pipinya
dioperasi untuk memulihkan bentuk, diambilkan daging dari badannya
yang lain dari badannya sendiri.
b. Homotransplantasi, yaitu pemindahan organ tubuh atau jaringan dari
tubuh yang satu ke tubuh yang lain atau dari individu ke individu lain
yang sama jenisnya. Maksudnya, manusia untuk manusia dan hewan
untuk hewan.
c. Heterotransplantasi, yaitu pemindahan organ tubuh atau jaringan dari
dua jenis individu yang berbeda. Misalnya, dari hewan ke tubuh
manusia.
Sedangkan jika dilihat dari jenisnya transplantasi itu sendiri dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a. Transplantasi jaringan, seperti pencangkokan kornea mata dan
menambalan bibir sumbing. Transplantasi jaringan ini jika tidak
dilakukan tidak membahayakan kelangsungan hidup penderita,
tujuannya hanyalah menyempurnakan kekurangan yang ada.
b. Transplantasi organ, seperti jantung, hati dan ginjal. Transplantasi ini
dilakukan untuk melangsungkan hidup penderita, karena jika tidak
dilakukan transplantasi maka akan membahayakan kelangsungan
hidup penderita.

3. Tujuan Transplantasi Organ


Transplantasi merupakan cara atau upaya medis untuk menggantikan
organ atau jaringan yang rusak atau tidak berfungsi dengan baik. Pada
dasarnya transplantasi bertujuan sebagai usaha terakhir pengobatan bagi
orang yang bersangkutan, setelah usaha pengobatan yang lainnya
mengalami kegagalan.

6|Page
Sementara itu, menurut Sa’ad pada dasarnya transplantasi bertujuan
untuk:
a. Kesembuhan dari suatu penyakit. Misalnya: kebutaan, kerusakan
jantung, ginjal, dan sebagainya.
b. Pemulihan kembali fungsi suatu organ, jaringan atau sel yang telah
rusak atau yang mengalami kelainan, tetapi sama sekali tidak terjadi
kesakitan biologis. Misalnya: bibir sumbing.
c. Mengurangi penderitaan dan meningkatkan kualitas hidup pasien.

4. Dasar Hukum Transplantasi Organ


Hukum transplantasi organ tubuh menurut undang-undang adalah
Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1981 dan Undang-Undang tentang
Transplantasi No.36 Tahun 2009.
Mengenai Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1981 dapat ditafsirkan,
transplantasi alat atau jaringan tubuh manusia dilakukan dengan
memperhtikan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
a. Penderita sendiri yang diberikan sebelum ia meninggal dunia tanpa
sepengetahuan keluarganya yang terdekat dan keluarganya yang
terdekat ikut menyetujui pula. Yang dimaksud dengan keluarganya
terdekat ialah istri, suami, ibu, bapak, atau saudara seibu-sebapak
(sekandung) dari penderita dan saudara ibu, saudara bapak serta anak
yang telah dewasa dari penderita
b. Keluarganya yang terdekat dengan pertimbangan untuk kepentingan
ilmu kedokteran, sehingga dapat diketahui sebab kematian penderita
yang bersangkutan.
Meskipun tanda persetujuan tertulis dari penderita atau keluarganya
yang terdekat, berdasarkan pertimbangan untuk melindungi masyarakat
dari penyakit yang diderita oleh penderita dan yang menyebabkan
kematiannya, maka bedah mayat klinis dapat dilakukan.
Korban kecelakaan ada kalanya dalam keadaan gawat dan tidak sadar.
Apabila korban tersebut menderita luka berat hingga tidak mungkin ia
diajak berbicara untuk mengijinkan pengambilan organ atau jaringan

7|Page
tubuhnya apabila ia sudah meninggal dunia, maka ijin pengambilan hanya
dilakukan dengan persetujuan keluarga terdekat, yaitu istri, suami, ibu,
bapak, saudara seibu-sebapak dan anak yang telah dewasa. Sebelum
pengambilan organ atau jaringan tubuhnya dilakukan, maka dalam jangka
waktu 2 x 24 jam sejak ia meninggal dunia keluarganya yang terdekat
harus diberitahukan. Apabila dalam jangka waktu tersebut tidak ada
keluarga yang datang mengambil atau mengurus jenazah maka barulah
pengambilan organ atau jaringan tubuhnya boleh dilakukan.
Organ atau jaringan tubuh manusia sebagai anugerah Tuhan Yang
Maha Esa kepada setiap insan tidaklah sepantasnya dijadikan obyek untuk
mencari keuntungan. Pengiriman organ atau jaringan tubuh manusia ke
dan dari luar negeri haruslah dibatasi dalam rangka penelitian ilmiah,
kerjasama dan saling menolong dalam keadaan tertentu.
Sedangkan penafsiran Undang-Undang No.36 Tahun 2009 adalah
bahwa transplantasi organ hanya bisa dilakukan oleh tenaga kesehatan
yang berwenang, serta pengambilan organ harus memperhatikan kesehatan
pendonor dan ada persetujuan pendonor dan keluarganya.
Yang dimaksud dengan fasilitas pelayanan kesehatan tertentu dalam
ketentuan ini adalah fasilitas yang ditetapkan oleh menteri yang telah
memenuhi persyaratan antara lain peralatan, ketenagaan dan penunjang
lainnya untuk dapat melaksanakan transplantasi organ atau jaringan tubuh.
Pengiriman spesimen atau bagian organ tubuh dilakukan dalam rangka
penyelenggaraan penelitian dan pengembangan kesehatan, pelayanan
kesehatan, pendidikan serta kepentingan lainnya. Kepentingan lainnya
adalah surveilans, investigasi, Kejadian Luar Biasa (KLB), baku mutu
keselamatan dan keamanan laboratorium kesehatan sebagai penentu
diagnosis penyakit infeksi, upaya koleksi mikroorganisme, koleksi materi,
serta data genetik dari pasien dan agen penyebab penyakit. Pengiriman ke
luar negeri hanya dapat dilakukan apabila cara mencapai maksud dan
tujuan pemeriksaan tidak mampu dilaksanakan oleh tenaga kesehatan
maupun fasilitas pelayanan kesehatan atau lembaga penelitian dan
pengembangan dalam negeri, maupun untuk kepentingan kendali mutu

8|Page
dalam rangka pemutakhiran akurasi kemampuan standar diagnostik dan
terapi oleh kelembagaan dimaksud. Pengiriman specimen atau bagian
organ tubuh dimaksud harus dilegkapi dengan Perjanjian Alih Material
dan dokumen pendukung yang relevan.

5. Transplantasi Organ Dalam Perspektif Islam


Persoalan transplantasi organ tubuh belum dikenal di zaman klasik,
sehingga kitab-kitab fiqih tidak membicarakan permasalahan ini. Di dunia
modern, persoalan transplantasi organ tubuh mencuat ke permukaan
karena perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan, khususnya di
bidang kedokteran, sehingga upaya-upaya penyehatan dan penyelamatan
kehidupan manusia semakin banyak ditemukan. Diantara penemuan ilmiah
tersebut adalah penggantian organ tubuh pasien dengan organ tubuh orang
lain (donor), baik donor itu masih hidup maupun telah wafat.
Dalam fiqih Islam kontemporer, pembahasan transplantasi organ tubuh
dikaitkan dengan pembahasan status dan fungsi tubuh manusia,
pemanfaatan organ tubuh manusia secara menyeluruh dan kondisi-kondisi
darurat yang berkaitan dengan pengobatan serta penerapan konsep darurat
dalam permasalahan tubuh manusia. Dalam pelaksanaan transplantasi
organ tubuh ada 3 pihak yang terkait dengannya, yaitu:
a. Pendonor, yaitu orang yang menyumbangkan organ tubuhnya yang
masih sehat untuk dipasangkan pada orang lain yang organ tubuhnya
menderita sakit atau terjadi kelainan.
b. Resipien, yaitu orang yang menerima organ tubuh dari donor yang
karena satu dan lain hal organ tubuhnya harus diganti.
c. Tim ahli, yaitu para dokter yang menangani operasi transplantasi dari
pihak donor kepada resipien.

9|Page
Mengenai permasalahan transplantasi organ tubuh, ada sikap pro dan
kontra dikalangan fuqaha. Disini peneliti mencantumkan beberapa
pendapat beserta alasan masing-masing pakar, antara lain:
a. Ulama yang membolehkan transplantasi donor hidup
Yusuf Qardhawi merupakan seorang ulama yang membolehkan
transplantasi organ hidup. Beliau berpendapat bahwa walaupun tubuh
ini merupakan titipan Allah, namun manusia diberi wewenang untuk
mempergunakan dan memanfaatkannya, sebagaimana boleh
mendermakan harta. Pada hakikatnya harta adalah milik Allah, tapi
manusia diberi wewenang untuk memiliki dan membelanjakannya.
Namun, perbedaannya adalah jika kita diperkenankan
membelanjakan seluruh harta kita, tetapi kita tidak boleh
mendermakan seluruh organ tubuh kita.
Kebolehan mendonorkan organ tubuh ketika hidup menurut yusuf
Qardhawi bukan kebolehan yang bersifat mutlak. Melainkan bersyarat,
sehingga tidak diperkenankan mendonorkan sebagian anggota tubuh
yang menimbulkan kesengsaraan dirinya atau bagi seseorang yang
mempunyai hak atas dirinya.
Qadim Zallum dalam bukunya “Beberapa Problem Kontemporer
Dalam Pandangan Hukum Islam” berpendapat bahwa Syara’
membolehkan seseorang mendonorkan sebagian organ tubuhnya ketika
ia hidup, dengan syarat suka rela atau tidak dipaksa oleh siapapun.
Organ yang didonorkan bukanlah organ vital, seperti jantung dan hati.
Hal ini karena penyumbangan tersebut dapat mengakibatkan kematian
pendonor, padahal Allah melarang untuk membunuh dirinya sendiri.
Ketentuan kebolehan mendonorkan organ tubuh ketika masih
hidup menurutnya dikarenakan adanya hak bagi seseorang yang
terpotong tangannya atau tercongkel untuk menuntut adanya diyat atau
memaafkannya.
Memaafkan pemotongan tangan atau pencongkelan mata pada
hakikatnya adalah tindakan penyumbangan diyat. Penyumbangan diyat
disini berarti menetapkan adanya pemilikan diyat, yang berarti pula

10 | P a g e
memiliki hak adanya pemilikan seseorang atas organ tubuh yang akan
disumbangkan dengan adanya diyat itu.
b. Ulama yang tidak membolehkan transplantasi donor hidup
Berkenaan dengan masalah tranplantasi donor hidup, kebanyakan
ahli fiqih berpendapat bahwa hukumnya haram. Muhammadiyah
termasuk orang yang berpendapat demikian. Dengan alasan bahwa
Allah melarang kita untuk menjerumuskan diri kita dalam kebinasaan.
Al-Marhum Mufti Muhammad Syafi’ dari Pakistan berpendapat
bahwa transplantasi organ manusia tidak diperbolehkan berdasarkan
tiga prinsip, yaitu:
1) Kesucian hidup atau tubuh manusia.
2) Tubuh manusia adalah amanah
Pada dasarnya organ-organ tubuh manusia bukan miliknya,
melainkan amanah yang dititipkan kepadanya, sehingga manusia
tidak memiliki hak untuk mendonorkan satu bagian pun dari
tubuhnya.
3) Praktek tersebut dapat disamakan dengan memperlakukan tubuh
manusia sebagai benda material.

2.2 Tata Cara Transplantasi Ginjal


1. Ketentuan Dalam Melakukan Transplantasi Organ
Dalam dunia kedokteran, para ahli medis menetapkan 3 tipe donor
organ tubuh, yaitu:
a. Donor dalam keadaan sehat
Untuk melakukan transplantasi organ tubuh dari orang yang hidup
yang sehat diperlukan seleksi dan penelitian cermat serta menyeluruh
(general check up) baik terhadap donor gagalnya transplantasi karena
penolakan tubuh resipien terhadap organ yang di transplantasi,
sekaligus mencegah terjadinya resiko bagi donor. Akibat dari
kegagalan ini, menurut penelitian para medis dinyatakan bahwa
seorang dari seribu donor dalam transplantasi organ tubuh meninggal
dunia.

11 | P a g e
b. Donor dalam keadaan koma atau diduga kuat akan meninggal dunia.
Untuk pengambilan organ tubuh orang yang dalam keadaan yang
seperti ini dilakukan alat kontrol yang ketat dan alat penunjang
kehidupan, seperti alat bantuan pernapasan khusus.
c. Donor dalam keadaan mati
Para ahli medis menyatakan bahwa tipe transplantasi organ tubuh
dari donor yang telah mati adalah tipe yang ideal, karena para dokter
hanya menunggu kapan donor dianggap mati secara medis dan yuridis.
Dalam kaitannya dengan ini, para ahli medis menyatakan bahwa
pengertian mati dalam syariat Islam maupun dalam dunia kedokteran
perlu dipertegas. Tujuannya adalah agar organ tubuh donor dapat
dimanfaatkan. Oleh sebab itu, harus dibedakan antara mati (wafat)
secara klinis atau medis, secara yuridis dan secara biologis. Penentuan
kondisi mati ini diperlukan agar dokter yang akan melaksanakan
transplantasi organ tubuh dari donor kepada resipien dapat bekerja
dengan tenang dan tidak dituntut sebagai pelaku pembunuhan oleh
keluarga donor.

2. Faktor Yang Berperan Dalam Keberhasilan Transplantasi Organ


Transplantasi ginjal merupakan transplantasi yang paling banyak
dilakukan dibanding transplantasi organ lain dan mencapai lama hidup
paling panjang. Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan
transplantasi ginjal terdiri faktor yang bersangkut paut dengan donor,
resipien, faktor imunologis, faktor pembedahan antara lain penanganan
pra-operatif dan paska operasi.
a. Donor ginjal
Kekurangan ginjal donor merupakan masalah yang umum
dihadapai di seluruh dunia. Kebanyakan negara maju telah
menggunakan donor jenazah (cadaveric donor). Sedangkan negara-
negara di Asia masih banyak mempergunakan donor hidup (living
donor). Donor hidup dapat berasal dari individu yang mempunyai
hubungan keluarga (living related donor) atau tidak ada hubungan

12 | P a g e
keluarga (living non related donor). Kemungkinan mempergunakan
donor hidup bukan keluarga berkembang menjadi suatu masalah yang
peka, yaitu komersialisasi organ tubuh.
1) Donor hidup
Donor hidup, khususnya donor hidup yang mempunyai
hubungan keluarga harus memenuhi beberapa syarat, yaitu
a) Usia lebih dari 18 tahun s/d kurang dari 65 tahun.
b) Motivasi yang tinggi untuk menjadi donor tanpa paksaan.
c) Kedua ginjal normal.
d) Tidak mempunyai penyakit yang dapat mengakibatkan
penurunan fungsi ginjal dalam waktu jangka yang lama.
e) Kecocokan golongan darah ABO, HLA dan tes silang darah
(cross match).
f) Tidak mempunyai penyakit yang dapat menular kepada
resepien.
g) Sehat mental.
h) Toleransi operasi baik.
Pemeriksaan calon donor meliputi anamnesis, pemeriksaan
fisis lengkap termasuk tes fungsi ginjal, pemeriksaan golongan
darah dan sistem HLA, petanda infeksi virus (hepatitis B, hepatitis
C, CMV, HIV), foto dada, ekokardiografi, dan arteriografi ginjal.
2) Donor jenazah
Donor jenazah berasal dari pasien yang mengalami mati batang
otak akibat kerusakan otak yang fatal, usia 10 sampai 60 tahun,
tidak mempunyai penyakit yang dapat ditularkan seperti hepatitis,
HIV, atau penyakit keganasan (kecuali tumor otak primer). Fungsi
ginjal harus baik sampai pada saat akhir menjelang kematian.
Panjang hidup ginjal transplantasi dari donor jenazah yang
meninggal karena strok, iskemia, tidak sebaik meninggal karena
perdarahan subaracnoid.

13 | P a g e
3) Resipien Ginjal
Pasien gagal ginjal terminal yang potensial menjalani
transplantasi ginjal harus dinilai oleh tim transplantasi. Setelah itu
dilakukan evaluasi dan persiapan untuk transplantasi. Frekuensi
dialisis menjadi lebih sering menjelang opersi untuk mencapai
keadaan seoptimal mungkin pada saat menjalani operasi.
Dilakukan pemeriksaan jasmani yang teliti untuk menetapkan
adanya hipertensi, penyakit pembuluh darah perifer dan penyakit
jantung koroner, ulkus peptikum dan keadaan saluran kemih.
Disamping itu pemeriksaan laboratorium lengkap termasuk
pertanda infeksi virus (hepatitis, CMV, HIV) foto dada, USG,
EKG, ekokardiografi, pemeriksaan gigi geligi dan THT.
Resipien yang potensial untuk transplantasi ginjal, yaitu
a) Dewasa.
b) Pasien yang kesulitan menjalani hemodialisis dan CAPD.
c) Saluran kemih bawah harus normal bila ada kelainan dikoreksi
terlebih dahulu.
d) Dapat menjalani terapi imunosupresi dalam jangka waktu lama
dan kepatuhan berobat tinggi.
Kontra indikasi, yaitu:
a) Infeksi akut, seperti tuberkolosis, infeksi saluran kemih,
hepatitis akut.
b) Infeksi kronik, seperti bronkietaksis.
c) Aterotema yang berat.
d) Ulkus peptikum yang aktif.
e) Penyakit keganasan.
f) Malnutrisi.
4) Imunologi transplantasi
Ginjal donor harus mempunyai kecocokan secara imunologi
dengan ginjal resepien agar transplantasi berhasil baik. Golongan
darah (ABO) yang sama merupakan syarat yang utama.

14 | P a g e
Kesesuaian imunologis pada transplantasi ginjal dinilai dengan
memeriksa pola HLA. Bila ginjal yang dicontohkan tidak cocok
secara imunologis maka akan menimbulkan reaksi rejeksi. Reaksi
ini sebenarnya merupakan usaha tubuh resepien untuk menolak
benda asing yang masuk ketubuhnya. Ada tiga jenis reaksi rejeksi
yang dikenal pada transplantasi ginjal, yaitu:
a) Reaksi hiperakut
Terjadi segera dengan beberapa menit atau beberapa jam
setelah klem pembuluh darah dilepas. Disebabkan adanya
antibody terhadap sistem ABO atau sistem HLA yang tidak
cocok. Rejeksi hiperaktif tidak bisa diatasi harus dilaksanakan
nefrektomi ginjal cangkok. Rejeksi hiperakut saat ini jarang
terjadi oleh karena dapat dihindarkan dengan pemeriksaan
reaksi silang.
b) Rejeksi akut
Biasanya terjadi dalam waktu 3 bulan pasca transplantasi,
dapat dicetuskan oleh penghentian atau pengurangan dosis obat
imunoisupresi. Manifestasi klinis yang terjadi yaitu demam,
myalgia malaise, nyeri pada ginjal baru, produksi urine
menurun, berat badan meningkat, tekanan darah naik, kreatinin
serum meningkat, histopatologi.
Terapi yang dapat diberikan pada rejeksi akut, yaitu:
 Metil prednisolone 250 mg-1 gr IV/hari selama 3 hari.
Respon umumnya setelah didapatkan 3 hari.
 ALG (anti lymphocyte globulin), ATG (anti thympocyte
globulin) atau antibodi monoklonsl (OKT-3) sebagai terapi
alternatif bila tidak teratasi.
c) Rejeksi kronik
Terjadi setelah berbulan-bulan atau bertahun-tahun pasca
transplantasi. Pada rejeksi kronik terjadi penurunan fungsi
ginjal cangkok. Belum ada pengobatan yang spesifik untuk
mengobati rejeksi kronik.

15 | P a g e
3. Persiapan Pembedahan
Bicarakan dengan dokter mengenai transplantasi yang akan dijalani,
karena tidak semua orang cocok untuk transplantasi. Beberapa kondisi
dapat membuat proses transplantasi berbahaya atau tidak mungkin
berhasil.
Persiapan pra-operatif untuk calon resipien bertujuan untuk:
a. Menilai kemampuan menjalani operasi besar.
b. Menilai kemampuan menerima obat imunosupresi untuk jangka waktu
yang lama.
c. Menilai status vaskular tempat anastomosis.
d. Menilai traktus urinarius bagian bawah.
e. Menghilangkan semua sumber infeksi.
f. Menilai dan mempersiapkan unsur psikis.
Persiapan pra-operatif untuk calon donor bertujuan untuk:
a. Menilai kerelaan (tak ada unsur paksaan atau jual beli).
b. Menilai kemampuan untuk nefrektomi.
c. Menilai akibat jangka panjang ginjal tunggal.
d. Menilai kemungkinan anastomosis.
e. Menilai kecocokan golongan darah ABO, HLA dan crossmatch.

4. Kualifikasi Untuk Transplantasi Ginjal


Dokter akan mengevaluasi pasien untuk menentukan apakah pasien
akan menjadi calon yang baik untuk transplantasi ginjal. Seorang pasien
harus cukup sehat untuk menjalani operasi dan mengambil obat
imunosupresif.
Obat imunosupresif akan membantu tubuh untuk tidak menolak organ
donor. Obat tersebut harus diambil selama sisa hidup pasien. Mengambil
obat imunosupresif merupakan suatu keharusan, tetapi obat tersebut
memiliki efek samping, salah satunya adalah melemahnya sistem
kekebalan tubuh.
Meskipun sudah ada ginjal yang berasal dari donor yang masih hidup
atau sudah meninggal, namun masih diperlukan kecocokan antara pasien

16 | P a g e
dan pendonor. Ginjal donor harus cocok dengan jenis darah dan jaringan
tubuh penerima ginjal (pasien).
Beberapa tes dan pemeriksaan kesehatan harus dilakukan baik pada
pasien maupun donor potensial untuk menentukan apakah ginjal akan
cocok atau tidak. Jika seorang pasien ditempatkan pada daftar tunggu,
informasi mengenai darah dan jenis jaringanakan dimasukkan ke dalam
file daftar tunggu tersebut.
Petugas transplantasi akan mempertimbangkan tiga factor untuk
menentukan kesesuaian ginjal dengan penerima (resipien). Faktor tersebut
akan menjadi tolak ukur untuk memperkirakan apakah sistem imun tubuh
penerima akan menerima atau menolak ginjal baru tersebut.
a. Golongan Darah
Golongan darah penerima (A, B, AB, atau O) harus sesuai dengan
golongan darah pendonor. Faktor golongan darah merupakan factor
penentu kesesuaian yang paling penting.
b. Human Leukocyte Antigens (HLA)
Sel tubuh membawa 6 jenis HLA utama, 3 dari ibu dan3 dari ayah.
Sesama anggota keluarga biasanya mempunyai HLA yang sesuai.
Resipien masih dapat menerima ginjal dari donor walaupun HLA
mereka tidak sepenuhnya sesuai, asal golongan darah mereka cocok
dan tes lain tidak menunjukkan adanya gangguan kesesuaian.
c. Uji silang antigen
Tes terakhir sebelum dilakukan pencangkokan adalah uji silang
organ. Sejumlah kecil darah resipien dicampur dengan sejumlah kecil
darah donor. Jika tidak terjadi reaksi, maka hasil uji disebut uji silang
negatif, dan transplantasi dapat dilakukan.
Pembedahan untuk cangkok ginjal biasanya memakan waktu 3
sampai 4 jam. Lama rawat di rumah sakit biasanya adalah satu minggu.
Setelah keluar dari rumah sakit, resipien masih harus melakukan
kunjungan secara teratur untuk memfollow-up hasil pencangkokan.
Sedangkan bagi pendonor hidup, waktu yang dibutuhkan hamper
sama dengan resipien. Walaupun demikian, karena teknik operasi

17 | P a g e
untuk mengangkat ginjal donor semakin maju, maka waktu rawat
menjadi lebih pendek, mungkin 2 sampai 3 hari.

5. Prosedur Transplantasi Ginjal


Ginjal transplantasi biasanya tidak ditempatkan di tempat asli ginjal
yang sudah rusak, kebanyakan di fossa iliaka, sehingga diperlukan
pasokan darah yang berbeda, seperti arteri renalis yang dihubungkan ke
arteri iliaka eksterna dan vena renalis yang dihubungkan ke vena iliaka
eksterna.
Dokter bedah akan meletakkan ginjal di dalam perut sebelah bawah,
kemudian menghubungkan pembuluh darah dan saluran kencing (ureter)
ginjal baru tersebut ke pembuluh darah dan ureter penderita. Setelah
terhubung, ginjal akan dialiri darah yang akan dibersihkan. Air kencing
(urine) biasanya langsung diproduksi. Tetapi beberapa keadaan, urine
diproduksi bahkan setelah beberapa minggu.
Operasi biasanya dilakukan di bawah anestesi umum. Perut dibuka dan
dokter bedah menempatkan ginjal baru di dalam perut bagian bawah dan
menghubungkan arteri dan vena ginjal baru, ada ginjal arteri dan vena
setelah mengeluarkan ginjal berpenyakit. Aliran darah melalui ginjal baru,
yang membuat urin seperti ginjal asli.
Ginjal lama yang berada di dalam tubuh akan dibiarkan di tempatnya.
Tetapi jika ginjal tersebut menyebabkan infeksi atau menimbulkan
penyakit darah tinggi, maka harus diangkat.
Pada prosedur pembedahan ini, organ ginjal dari donor yang sehat
akan ditransplantasikan ke pasien yang menderita gagal ginjal. Hanya satu
ginjal yang perlu ditransplantasikan. Seseorang dapat hidup sehat
meskipun hanya satu ginjal yang berfungsi. Ginjal donor akan dilekatkan
pada kandung kemih dan pembuluh darah, sedangkan ginjal milik pasien
akan tetap dibiarkan ditempatnya.
Transplantasi harus dilakukan segera setelah ginjal tersedia. Petugas
kesehatan akan memanggil pasien untuk memberitahu bahwa ginjal donor
sudah tersedia. Pasien tersebut harus segera datang ke rumah sakit untuk

18 | P a g e
menjalani prosedur transplantasi setelah pasien mendapatkan kabar
tersebut.
Sebelum seseorang ditetapkan untuk melakukan transplantasi ginjal,
orang tersebut akan menjalani serangkaian tes darah dan tes diagnostik.
Tes darah berguna untuk mendapatkan informasi yang akan membantu
menentukan seberapa perlunya transplantasi untuk segera dilakukan.
Selain itu, tes tersebut untuk meyakinkan organ donor yang didapat
memiliki kecocokan dengan tubuh penerimanya, sehingga tubuh penerima
trasnplantasi tidak menolak organ tersebut.
Tes diagnostik berguna untuk memahami kondisi tubuh penerima
transplantasi secara keseluruhan sehingga mengurangi resiko terjadinya
komplikasi saat dilakukan operasi trasnplantasi.
Organ donor mungkin saja mengalami penolakan oleh tubuh
peneriman transplan akibat adanya reaksi imun tubuh. Ketika organ ginjal
dari donor ditanamkan pada tubuh seseorang, tubuhnya akan menganggap
organ tersebut sebagai ancaman atau benda asing dan berusaha
menyerangnya melalui pembentukan antibodi yang dapat membunuh sel-
sel jaringan organ tersebut. Oleh karena itu, agar organ dapat
ditransplantasi dengan sukses diperlukan beberapa obat untuk menekan
sistem imun penerima transplan sehingga dapat menerima organ tersebut.
Saat pasien diperiksa untuk masalah medis baru, dokter menyarankan
untuk tidak makan atau minum apa pun untuk mempersiapkan operasi.
Untuk anestesi bedah transplantasi ginjal, diperlukan untuk berpuasa
lengkap selama 6 sampai 8. Pasien diminta untuk mengambil semua
laporan dan resep bersama dengan tas mereka kebutuhan untuk tinggal di
rumah sakit.
Jika ginjal yang akan di donorkan berasal dari pendonor yang baru
meninggal, maka sebelum operasi tim medis akan memeriksa kondisi
ginjalnya terlebih dahulu. Jika ginjal dalam kondisi baik dan cocok, maka
operasi perlu dilakukan dengan segera. . Setelah kecocokan diverifikasi,
pasien akan dibawa ke ruang operasi dan diberikan anastesi umum. Proses
operasi transplantasi ginjal berlangsung 2 sampai 4 jam.

19 | P a g e
6. Proses Transplantasi Ginjal
Teknik operasi yang paling banyak digunakan adalah sayatan Gibson.
Pertama, dibuat sayatan di perut bagian bawah tempat ginjal yang akan
dimasukkan. Kecuali ada indikasi seperti infeksi atau kanker ginjal di
tempat yang akan di lakukan transplantasi.
Sebagai langkah berikutnya pembuluh darah dari perut bagian bawah
yang melekat pada ginjal disumbangkan sepert iginjal asli. Hal ini
memastikan bahwa ginjal yang disumbangkan memiliki pasokan darah
yang dibutuhkan dapat berfungsi dengan baik. Akhirnya ureter yang
mengambil urin dari ginjal ke kandung kemih untuk tahap yang melekat
pada ginjal disumbangkan.
Operasi ini merupakan tindakan operasi yang kompleks dan
membutuhkan waktu 2 sampai 4 jam untuk menyelesaikannya. Setelah
prosedur kulit terikat dengan jahitan atau kandang meninggalkan tabung
belakang untuk mengalirkan darah dan cairan mengumpulkan di daerah
operasi. Setelah tindakan operasi selesai, pasien di rawat di ruang rawat
inap untuk proses pemulihan.
Pasien diberikasn obat nyeri untuk menghilankan rasa sakit, serta
diberikan antibiotik secara intravena untuk mencegah terjadinya infeksi.
Imunitas obat penekan termasuk ciclosporin, azathioprine, mycophenolate
mofetil, tacrolimus, sirolimus atau prednisolon yang diberikan secepat
mungkin untuk mencegah jika tubuh menolak ginjal yang baru.
Biasanya pasien dirawat dalam waktu 5 sampai 7 hari dan setelah itu
mereka beristirahat dirumah. 7 dari 10 orang yang telah melakukan
transplantasi ginjal, mereka mulai bekerja setelah 4 sampai 6 minggu post
operasi karna agar fungsi ginjal berkerja secara normal.

7. Manfaat dan Bahaya Transplantasi Ginjal


Manfaat dari transplantsi ginjal, yaitu:
a. Ginjal baru akan bekerja seperti ginjal normal.
b. Penderita akan merasa lebih sehat dan lebih nomal.
c. Penderita tidak perlu melakukan dialysis.

20 | P a g e
d. Penderita mempunyai harapan hidup yang lebih besar.
Sedangkan, bahaya dari transplantasi ginjal, yaitu:
a. Adanya penolakan dari tubuh.
b. Aliran darah menjadi tidak lancar.
c. Adanya kebocoran pada urin.
d. Terjadinya infeksi luka operasi.

2.3 Prinsip Etika


Jika ditinjau dari segi etika keperawatan, transplantasi organ akan menjadi
suatu hal yang salah jika dilakukan secara illegal. Hal ini dapat dilihat pada
kode etik keperawatan, Pokok etik 4 pasal 2 yang mengatur tentang hubungan
perawat dengan teman sejawat.
Pokok etik tersebut berbunyi:

.
Seorang perawat dalam menjalankan profesinya diwajibkan untuk tetap
mengingat tentang prinsip-prinsip etik, antara lain:
1. Otonomi )
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa
dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat sendiri, memilih dan
memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus dihargai oleh orang
lain.Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara
rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang
menuntut pembedaan diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat
perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang
perawatan dirinya.
Jika dikaitkan dengan kasus transplantasi organ maka hal yang
menjadi pertimbangan adalah seseorang melakukan transplantasi tersebut

21 | P a g e
tanpa adanya paksaan dari pihak manapun dan tentu saja pasien yakin
bahwa keputusan yang diambilnya adalah keputusan yang telah
dipertimbangkan secara matang.
2. Berbuat Baik ( )
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan
emerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan
kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan oleh diri dan orang
lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan, terjadi konflik antara
prinsip ini dengan otonomi.
3. Keadilan ( )
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terapi yang sama dan adil terhadap
orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan.
Nilai ini direfleksikan dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja
untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar praktek dan keyakinan yang
benar untuk memperoleh kualitas pelayanan kesehatan.
4. Tidak merugikan ( )
Prinsip ini berarti dalam pelaksanaan transplantasi organ, harus
diupayakan semaksimal mungkin bahwa tindakan yang dilaksanakan tidak
menimbulkan bahaya atau cedera fisik dan psikologis klien.
5. Kejujuran ( )
Prinsip berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan
dalam pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada
setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti.
Prinsip berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi akurat,
komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan
penerimaan materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada
klien tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan keadaan dirinya
selama menjalani perawatan.
Walaupun demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya
batasan untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis
klien untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa ”doctors

22 | P a g e
knows best” sebab individu memiliki otonomi, mereka memiliki hak untuk
mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran merupakan
dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
6. Menepati janji ( )
Prinsip dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan
komitmennya terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan
menepati janji serta menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah
kewajiban seseorang untuk mempertahankan komitmen yang dibuatnya.
Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik yang
menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah untuk
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.
Dari prinsip-prinsip diatas, harus diperhatikan bahwa dalam
memutuskan untuk melakukan transplantasi organ harus disertai
pertimbangan yang matang dan tidak ada paksaan dari pihak manapun,
adil bagi pihak pendonor maupun resipien, tidak meruguikan pihak
manapun serta berorientasi pada kemanusiaan.
Selain itu dalam praktek transplantasi organ juga tidak boleh
melanggar nilai-nilai dalam praktek perawat professional. Sebagai contoh
nilai tersebut adalah, keyakinan bahwa setiap individu adalah mulia dan
berharga. Jika seorang perawat menjunjung tinggi nilai tersebut dalam
prakteknya, niscaya seorang perawat tidak akan begitu mudah membantu
melaksanakan praktek transplantasi organ hanya dengan motivasi
komersiil.

2.4 Kode Etik Keperawatan di Indonesia


1. Perawat dan Klien
a. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat
dan martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh
pertimbangan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin,
aliran politik, dan agama yang dianut serta kedudukan sosial.

23 | P a g e
b. Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa
memelihara suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya,
adat istiadat dan kelangsungan hidup beragama dari klien.
c. Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang
membutuhkan asuhan keperawatan.
d. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan
oleh berwenang sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.
2. Perawat dan Praktik
a. Perawat memelihara dan meningkatkan kompetisi dibidang
keperawatan melalui belajar terus menerus.
b. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang
tinggi disertai kejujuran professional yang menerapkan pengetahuan
serta keterampilan keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
c. Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang
akurat dan mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang
bila melakukan konsultasi, menerima delegasi dan memberikan
delegasi kepada orang lain.
d. Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan
dengan selalu menunjukkan perilaku professional.
3. Perawat dan Masyarakat
a. Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi
kebutuhan dan kesehatan masyarakat.
4. Perawat dan Teman Sejawat
a. Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat
maupun dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara
keserasian suasana lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan
pelayanan kesehatan secara menyeluruh.
b. Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang
memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan
illegal.

24 | P a g e
5. Perawat dan Profesi
a. Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar
pendidikan dan pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam
kegiatan pelayanan dan pendidikan keperawatan.
b. Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi
keperawatan.
c. Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun
dan memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan
keperawatan yang bermutu tinggi.

2.5 Profesionalisme Keperawatan


Profesionalisme keperawatan merupakan proses dinamis dimana profesi
keperawatan yang telah terbentuk (1984) mengalami perubahan dan
perkembangan karakteristik sesuai dengan tuntutan profesi dan kebutuhan
masyarakat. Proses profesionalisasi merupakan proses pengakuan terhadap
sesuatu yang dirasakan, dinilai dan diterima secara spontan oleh masyarakat.
Profesi Keperawatan, profesi yang sudah mendapatkan pengakuan dari
profesi lain, dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif
dalam sistem pelayanan kesehatan di Indonesia agar keberadaannya mendapat
pengakuan dari masyarakat.
Untuk mewujudkan pengakuan tersebut, maka perawat masih harus
memperjuangkan langkah-langkah profesionalisme sesuai dengan keadaan dan
lingkungan sosial di Indonesia. Proses ini merupakan tantangan bagi perawat
Indonesia dan perlu dipersiapkan dengan baik, berencana, berkelanjutan dan
tentunya memerlukan waktu yang lama.

2.6 Nursing Advocacy


1. Pengertian Advokat
Kata advokat berasal dari bahasa latin , berarti “seseorang
yang diperintahkan untuk memberikan bukti”. Jadi, advokat adalah
seseorang yang membela perkara orang lain. Maka, fokus dari peran

25 | P a g e
advokasi klien adalah menghargai keputusan klien dan meningkatkan
otonomi klien.
Tujuan utama dari advokat klien adalah melindungi hak-hak klien.
Menurut nelson, 1988 ada tiga komponen utama peran advokat klien,
yaitu:
a. Pelindung
Perawat membantu klien membuat keputusan berdasarkan informasi
b. Mediator
Perawat bertindak sebagai perantara antara klien dan orang lain di
lingkungan
c. Pelaku
Perawat secara langsung mengintervensi atas nama klien

2. Syarat Menjadi Advokat Klien


Syarat-syarat untuk menjadi advokat klien, antara lain:
a. Keterampilan yang didasarkan pada pengetahuan yang teoritis.
b. Penyelidikan latihan dan pendidikan.
c. Pengujian kemampuan anggota.
d. Organisaasi.
e. Kepatuhan kepada suatu aturan main professional.
f. Jasa atau pelayanan yang sifatnya altuistik
Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh seorang perawat
yang ingin bertindak sebagai seorang advokat klien, antara lain:
a. Asertif.
b. Mengetahui bahwa hak dan nilai klien dan keluarga harus didahulukan
saat hak tersebut menimbulkan konflik dengan hak dan nilai pemberi
perawat kesehatan.
c. Memastikan bahwa klien dan keluarga mendapatkan informasi yang
cukup untuk mengambil keputusan mengenai kesehatan dan perawatan
kesehatan mereka.

26 | P a g e
d. Menyadari bahwa potensi konflik dapat timbul pada isu yang
membutuhkan konsultasi, konfrontasi, atau negosiasi antar perawat
dan pengelola atau antara perawat dan dokter.
e. Bekerja dengan lembaga komunitas yang tidak familier atau praktisi
awam.
Sedangkan nilai-nilai keperawatan yang menjadi dasar advokasi klien,
antara lain:
a. Klien adalah makhluk holistik berotonomi yang memiliki hak untuk
membuat pilihan dan keputusan.
b. Klien memiliki hak mengharapkan hubungan perawat-klien yang
berdasarkan rasa hormat, percaya, kolaborasi dalam memecahkan
masalah yang berhubungan dengan kesehatan dan kebutuhan
perawatan kesehatan, dan perhatian mengenai pemikiran dan perasaan
mereka.
c. Klien bertanggung jawab terhadap kesehatan mereka.
d. Perawat bertanggung jawab membantu klien menggunakan kekuatan
mereka untuk mencapai tingkat kesehatan tertinggi yang mungkin.
e. Perawat bertanggung jawab untuk memastikan klien memiliki akses ke
layanan perawatan kesehatan yang memenuhi kebutuhan kesehatan.
f. Perawat dan klien sama-sama mampu dan bertanggung jawab terhadap
hasil akhir perawatan.

27 | P a g e
BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus
Seorang direktur perusahaan PT Mudah Kaya berusia 55 tahun mengalami
gagal ginjal yang mengakibatkan dirinya harus melakukan hemodialisa (cuci
darah) sebanyak seminggu dua kali selama beberapa bulan belakangan.
Kemudian anaknya yang berusia 20 tahun ingin mendonorkan ginjal untuk
ayahnya. Bagaimana sikap anda sebagai seorang perawat? Apa yang anda
lakukan?

3.2 Pembagian Peran


1. Ita Rosita Oktapiani sebagai Anak (Pendonor)
2. Komariah sebagai Dokter
3. Nadia Dara Tamara Saputri sebagai Perawat 1
4. Nadinda Berlianathania K sebagai Istri Pasien
5. Siti Wulandari sebagai Perawat 2
6. Yofi Amirul Hizam sebagai Pasien

28 | P a g e
BAB IV
PEMBAHASAN

 Pada kasus yang didapatkan, jika dilihat dari sudut dari prinsip etika yaitu :
1. Otonomi
Jika dikaitkan dengan kasus transplantasi organ maka hal yang
menjadi pertimbangan adalah seseorang melakukan transplantasi tersebut
tanpa adanya paksaan dari pihak manapun dan tentu saja pasien yakin
bahwa keputusan yang diambilnya adalah keputusan yang telah
dipertimbangkan secara matang.
2. Berbuat Baik ( )
Jika dikaitkan dengan kasus transplantasi ginjal, seorang perawat dan
dokter memberikan solusi yang terbaik untuk kesembuhan pasiennya,
karena jika tidak segera ditangani maka akan membahayakan kondisi dari
pasien itu sendiri.
3. Tidak merugikan ( )
Prinsip ini berarti dalam pelaksanaan transplantasi organ, harus
diupayakan semaksimal mungkin bahwa tindakan yang dilaksanakan tidak
menimbulkan bahaya atau cedera fisik dan psikologis klien.
4. Kejujuran ( )
Jika dikaitkan dengan kasus transplantasi ginjal, pihak keluarga dan
pasien sendiri pun sudah sama-sama mengetahui kondisi dari psien
tersebut, sehingga tidak ada yang ditutup-tutupi tentang penyakit dan
kondisi yang sedang dialami oleh pasien. Sehingga dapat membangun
hubungan saling percaya antara pasien, keluarga pasien, dokter dan
perawat atau tim medis lainnya.
5. Menepati janji ( )
Dari prinsip-prinsip yang harus diperhatikan bahwa dalam
memutuskan untuk melakukan transplantasi organ harus disertai
pertimbangan yang matang dan tidak ada paksaan dari pihak manapun,
adil bagi pihak pendonor maupun resipien, tidak merugikan pihak
manapun serta berorientasi pada kemanusiaan.

29 | P a g e
 Menurut kode etik keperawatan, berdasarkan perawat dan klien dimana
perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan
martabat manusia, keunikan klien, dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik, dan
agama yang dianut serta kedudukan sosial serta perawat wajib merahasiakan
segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan tugas yang dipercayakan
kepadanya kecuali jika diperlukan oleh berwenang sesuai dengan ketentuan
hukum yang berlaku.
Berdasarkan perawat dan praktik dimana perawat dalam membuat
keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan mempertimbangkan
kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan konsultasi, menerima
delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain.
Berdasarkan perawat dan teman sejawat dimana perawat senantiasa
memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun dengan tenaga
kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja
maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara menyeluruh.

 Menurut dimana tujuan utama dari advokat klien adalah


melindungi hak-hak klien.
1. Pelindung
Dalam kasus ini, perawat yang juga dibantu oleh dokter membantu
klien membuat keputusan berdasarkan informasi yang klien juga ketahui
berdasarkan kondisi klien tersebut.
2. Mediator
Dalam kasus ini, dimana perawat bertindak sebagai perantara antara
klien dan orang lain di lingkungan seperti misalnya saat akan melakukan
suatu diskusi bersama, perawat meminta dokter untuk ikut melakukan
diskusi degan keluarga klien agar mendapatkan solusi yang terbaik untuk
klien.

30 | P a g e
Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh seorang perawat sebagai
seorang advokat klien dalam kasus ini, antara lain:
1. Memastikan bahwa klien dan keluarga mendapatkan informasi yang cukup
untuk mengambil keputusan mengenai kesehatan dan perawatan kesehatan
mereka.
2. Menyadari bahwa potensi konflik dapat timbul pada isu yang
membutuhkan konsultasi, konfrontasi, atau negosiasi antar perawat dan
pengelola atau antara perawat dan dokter.
Sedangkan nilai-nilai keperawatan yang menjadi dasar advokasi klien,
antara lain:
1. Klien memiliki hak mengharapkan hubungan perawat-klien yang
berdasarkan rasa hormat, percaya, kolaborasi dalam memecahkan masalah
yang berhubungan dengan kesehatan dan kebutuhan perawatan kesehatan,
dan perhatian mengenai pemikiran dan perasaan mereka.
2. Perawat bertanggung jawab membantu klien menggunakan kekuatan
mereka untuk mencapai tingkat kesehatan tertinggi yang mungkin.
3. Perawat dan klien sama-sama mampu dan bertanggung jawab terhadap
hasil akhir perawatan.

31 | P a g e
BAB V
PENUTUP

5. 1 Kesimpulan
Ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kedokteran saat ini telah
berkembang dengan pesat. Salah satu diantaranya adalah teknik transplantasi
organ manusia. Transplantasi organ manusia merupakan suatu teknologi
medis untuk penggantian organ tubuh pasien yang tidak berfungsi lagi
dengan organ dari manusia lain yang masih berfungsi dengan baik.
Abad ini transplantasi organ telah menjadi salah satu jalan keluar yang
paling berarti dalam dunia kedokteran modern, karena banyak nyawa
manusia yang tertolong dengan cara transplantasi organ ini. Didukung
dengan semakin majunya ilmu dan teknologi bidang transplantasi organ
manusia, maka tingkat keberhasilan dari transplantasi organ yang dilakukan
pun semakin tinggi. Tingkat kelangsungan hidup dari pasien penerima donor
pun saat ini sangat tinggi, sehingga akibatnya permintaan untuk melakukan
transplantasi maupun organ itu sendiripun mengalami peningkatan secara
global termasuk di Indonesia.
Tingginya permintaan transplantasi yang diikuti dengan tingginya
permintaan organ tersebut tidak diikuti dengan tingginya tingkat persediaan
organ. Menurut data dari WHO, transplantasi organ telah dilakukan di 91
negara di dunia. Pada tahun 2005 ada sekitar 66.000 ribu transplantasi
ginjal, 21.000 transplantasi hati, dan 6000 transplantasi ginjal dilakukan
diseluruh dunia. Sedangkan menurut laporan dari Mayo Clinic, lebih dari
101.000 orang tengah menanti untuk operasi transplantasi organ tubuh, dari
jumlah tersebut setiap tahunnya meningkat terus, dan ironisnya tidak semua
orang yang membutuhkan donor tersebut akan mendapatkan donor
sebagaimana yang diharapkan. Setiap harinya 19 orang meninggal dalam
penantian untuk mendapatkan donor organ. Di Indonesia menurut Usul
Majadi Sinaga dalam pidato pengukuhan guru besarnya mengatakan ada
lebih 100.000 orang penderita gagal ginjal di Indonesia yang membutuhkan
donor ginjal. Sedangkan, Menteri Kesehatan dr.Endang Rahayu

32 | P a g e
Sedyaningsih sebagaimana dikutip dari harian Kompas Senin 15 Maret
2010, lebih dari 600 orang membutuhkan cangkok hati di Indonesia.
Akibat buruk yang muncul dari masalah kekurangan ketersediaan organ
sedangkan permintaan akan donor organ yang tinggi adalah munculnya
perdagangan organ illegal, wisata illegal dan lebih lanjut dapat mendorong
perdagangan manusia. Keterbatasan organ menyebabkan harga organ
menjadi tinggi, sehingga yang muncul dalam masyarakat adalah karena
kebutuhan ekonomi tidak jarang ditemui pemasangan iklan secara terang-
terangan menjual organnya, kemudia kasus penculikan bayi dari Rumah
Sakit maupun klinik-klinik bersalin, maupun kasus Melati anak jalanan yang
ditemukan di Jepang, disinyalir sebagai perolehan organ secara illegal.
Penjualan organ secara illegal maupun pengambilan organ secara paksa
harus dicegah.

5. 2 Saran
Dari pembahasan diatas sebaiknya sebagai seorang perawat yang
professional dalam bertugas dalam bidang pelayanan masyarakat harus
memahami dan menerapkan etika keperawatan yang digunakan sebagai
acuan bagi pelaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan
buruk yang dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan
tanggung jawab moral.
Selain berpedoman pada etika keperawatan, dalam memberikan
pelayanan kesehatan bagi klien, perawat juga harus mengetahui prinsip-
prinsip etika keperawatan, ethical issue dalam praktik keperawatan dan
prinsip-prinsip legal dalam praktik keperawatan, sehingga nantinya dalam
memberikan pelayanan kesehatan, seorang perawat dapat memberikan
pelayanan terbaik kepada klien.

33 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

NN. . Diakses di
http://eprints.walisongo.ac.id/2744/4/102111055_Bab3.pdf. Pada tanggal
18 Oktober 2016.

Pantilat, Steve. 2008. Diakses di


http://missinglink.ucsf.edu/lm/ethics/Content%20Pages/fast_fact_bene_no
nmal.htm. Pada tanggal 18 Oktober 2016.

Sachrowardi, Qomariyah & Basbeth, Ferryal. 2011. .


Jakarta Selatan: Pensil-324.

Priharjo,Robert.1995. . Yogyakarta : Kaninus.

34 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai