Case Report Session Fraktur Tibia Fibula Batusangkar
Case Report Session Fraktur Tibia Fibula Batusangkar
oleh :
Pembimbing:
2017
1
BAB 1
PENDAHULUAN
jaringan. Fraktur biasanya diakibatkan oleh trauma.1 Berdasarkan jenisnya, fraktur dibagi
dua, yaitu fraktur tertutup dan fraktur terbuka. Sebuah fraktur dikatakan fraktur tertutup
(sederhana) apabila jaringan kulit diatasnya masih utuh, sehingga tidak ada kontak antara
fragmen tulang yang patah dengan lingkungan luar. Namun bila fragmen tulang yang
mengalami fraktur terekspos ke luar, maka disebut fraktur terbuka (compound). Fraktur
terbuka lebih yang cenderung untuk mengalami kontaminasi dan infeksi daripada fraktur
tertutup.2 Jenis fraktur biasanya berhubungan dengan mekanisme trauma, misalnya trauma
angulasi yang akan menimbulkan fraktur tipe transversal oblik pendek, sedangkan trauma
Prinsip penanganan fraktur tidak terlepas dari primary survey untuk meneemukan
dan mengatasi kondisi life threatening yang ada pada pasien, terutama pada layanan primer.
Penatalaksaan yang tepat pada pasien fraktur menentukan outcome nya. Bila dalam
penatalaksanaan dan perawatan tepat, tulang yang patah dapat menyatu kembali dengan
sempurna (union). Namun bila penatalaksanaan tidak tepat, maka fraktur dapat menyatu
tidak sempurna (malunion), terlambat menyatu (delayed union), ataupun tidak menyatu (non
union). Perawatan yang baik juga perlu untuk mencegah terjadinya komplikasi pada pasien
fraktur.
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Tibia merupakan tulang medial tungkai bawah yang besar dan berfungsi
menyanggah berat badan. Tibia bersendi di atas dengan condylus femoris dan caputfibulae,
di bawah dengan talus dan ujung distal fibula. Tibia mempunyai ujung atas yang melebar
dan ujung bawah yang lebih kecil, serta sebuah corpus. Pada ujung atas terdapat condyli
lateralis dan medialis (kadang-kadang disebutplateau tibia lateral dan medial), yang bersendi
dengan condyli lateralis dan medialis femoris, dan dipisahkan oleh menisci lateralis dan
medialis. Permukaan atas facies articulares condylorum tibiae terbagi atas area
intercondylus anterior dan posterior; di antara kedua area ini terdapat eminentia
intercondylus.
Pada aspek lateral condylus lateralis terdapat facies articularis fibularis circularis
yang kecil, dan bersendi dengan caput fibulae. Pada aspek posterior condylus medialis
Corpus tibiae berbentuk segitiga pada potongan melintangnya, dan mempunyai tiga
margines dan tiga facies. Margines anterior dan medial, serta facies medialis diantaranya
terletak subkutan. Margo anterior menonjol dan membentuk tulang kering. Pada pertemuan
antara margo anterior dan ujung atas tibia terdapat tuberositas, yang merupakan tempat lekat
ligamentum patellae. Margo anterior di bawah membulat, dan melanjutkan diri sebagai
malleolus medialis. Margo lateral atau margo interosseus memberikan tempat perlekatan
untuk membrane interossea. Facies posterior dan corpus tibiae menunjukkan linea oblique,
Ujung bawah tibia sedikit melebar dan pada aspek inferiornya terdapat permukaan
sendi berbentuk pelana untuk os.talus. ujung bawah memanjang ke bawah dan medial untuk
3
membentuk malleolus medialis. Facies lateralis dari malleolus medialis bersendi dengan
talus. Pada facies lateral ujung bawahtibia terdapat lekukan yang lebar dan kasar untuk
bersendi dengan fibula. Musculi dan ligamenta penting yang melekat pada tibia.6
4
Gambar 2.2 Otot - otot regio kruris13
2.2 Fraktur
Fraktur merupakan suatu patahan pada struktur jaringan tulang atau tulang rawan
yang umumnya disebabkan trauma, baik trauma langsung ataupun tidak langsung1. Akibat
dari suatu trauma pada tulang dapat bervariasi tergantung pada jenis, kekuatan dan arahnya
trauma. Patahan tadi mungkin tidak lebih dari suatu retakan, suatu pengisutan atau
perimpilan korteks. Biasanya patahan itu lengkap dan fragmen tulang bergeser. Bila kulit
diatasnya masih utuh, keadaan ini disebut fraktur tertutup (fraktur sederhana), namun bila
kulit atau salah satu dari rongga tubuh tertembus keadaan ini disebut fraktur terbuka (fraktur
5
Os Tibia adalah salah satu tulang yang sering mengalami fraktur dibandingkan tulang
panjang lainnya. Hal ini disebabkan karena jaringan lunak di atasnya relatif lebih tipis
2.2.2 Klasifikasi
Patah tulang dapat dibagi menurut garis frakturnya, misalnya fisura, patah
tulang segmental, patah tulang sederhana, patah tulang kominutif, patah tulang
Fraktur tibia dapat terjadi pada bagian proksimal (kondiler), diafisis atau persendian
pergelangan kaki.
medialis serta fraktur kedua kondiler. Banyak fraktur kondiler tibia terjadi akibat
kecelakaan antara mobil dan pejalan kaki di mana bemper mobil menabrak kaki
bagial lateral dengan gaya kearah medial (valgus). Ini menghasilkan fraktur depresi
atau fraktur split dari kondiler lateralis tibia apabila kondiler femur didorong kearah
tersebut. Kondiler medial memiliki kekuatan yang lebih besar, jadi fraktur pada
6
daerah ini biasanya terjadi akibat gaya dengan tenaga yang lebih besar (varus). Jatuh
Fraktur diafisis tibia terjadi karena adanya trauma angulasi yang akan
menimbulkan fraktur tipe transversal atau oblik pendek, sedangkan trauma rotasi
akan menimbulkan fraktur tipe spiral. Fraktur tibia biasanya terjadi pada batas antara
1/3 bagian tengah dan 1/3 bagian distal.Tungkai bawah bagian depan sangat sedikit
ditutupi otot sehingga fraktur pada daerah tibia sering bersifat terbuka. Penyebab
dimana talus duduk dan dilindungi oleh maleolus lateralis dan medialis yang diikat
dengan ligament.
7
Fraktur maleolus dengan atau tanpa subluksasi dari talus, dapat terjadi dalam
1. Trauma abduksi
bersifat oblik, fraktur pada maleolus medialis bersifat avulsi atau robekan pada
2. Trauma adduksi
oblik atau avulsi maleolus lateralis atau keduanya. Trauma adduksi juga bisa hanya
menyebabkan strain atau robekan pada ligamen lateral, tergantung dari beratnya
trauma.
Trauma rotasi eksterna biasanya disertai dengan trauma abduksi dan terjadi
fraktur pada fibula di atas sindesmosis yang disertai dengan robekan ligamen medial
atau fraktur avulsi pada maleolus medialis. Apabila trauma lebih hebat dapat disertai
Pada kompresi vertikal dapat terjadi fraktur tibia distal bagian depan disertai
dengan dislokasi talus ke depan atau terjadi fraktur kominutif disertai dengan
robekan diastesis.
8
Gambar 2.5 : Mekanisme terjadinya trauma pada fraktur maleolus. (A. trauma abduksi, B.
2.4 Epidemiologi
Fraktur tibia merupakan jenis fraktur yang sering terjadi pada tulang panjang.
Insiden fraktur tulang panjang adalah 11,5 per 100000 penduduk, 40 % nya merupakan
kasus fraktur ekstremitas bawah. Fraktur terbanyak yang terjadi pada ekstremitas
bawaha adalah pada diafisis tibia. Fraktur tibia pada umumnya disertai dengan fraktur
Fraktur umumnya terjadi karena kegagalan tulang menahan tekanan akibat trauma.
Trauma tersebut dapat bersifat langsung atau tidak langsung. Trauma langsung
menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur
yang terjadi biasanya bersifat komunitif ataupun transverse dan jaringan lunak juga
mengalami kerusakan. Sementara itu, pada trauma yang tidak langsung trauma dihantarkan
ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur dan biasanya jaringan lunak tetap utuh.5
(memutar, membengkok, kompresi, atau tegangan), pola garis fraktur pada hasil
9
Tekanan pada tulang dapat berupa:
‘butterfly’
beberapa situasi dapat menyebabkan avulsi sebuah fragmen kecil pada titik
Gambar 2.6 : Mekanisme cedera: (a) spiral (twisting); (b) oblik pendek (kompresi); (c) pola
‘butterfly’ segitga (bending); (d) transversal (tension). Pola spiral dan oblik
panjang biasanya disebabkan trauma indirek energi rendah; pola bending dan
transversal disebabkan oleh trauma direk energi tinggi.5
Setelah terjadinya fraktur komplit, biasanya fragmen yang patah akan mengalami
perpindahan akibat kekuatan cedera, gravitasi, ataupun otot yang melekat pada tulang
tersebut.
lain.
3. Rotasi (twist) – Satu fragmen mungkin berbutar pada aksis longitudinal; tulang
terlihat lurus.
10
4. Memanjang atau memendek – fragmen dapat terpisah atau mengalami overlap.5
Daya rotasi menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang pada tingkat yang
berbeda, daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek, biasanya pada
tingkat yang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu fragmen tulang dapt menembus
kulit, pada yang cedera langsung dapat merobek kulit diatas fraktur. Kecelakaan sepeda
Proses penyembuhan fraktur adalah proses biologis alami yang akan terjadi pada
setiap fraktur.
disebabkan oleh terputusnya pembuluh darah pada tulang dan periosteum yaitu fase
Dalam 8 jam sesudah terjadinya fraktur terjadi reaksi inflamasi akut yaitu dengan
adanya migrasi sel-sel inflamasi dan inisiasi proliferasi sel, dibawah periosteum dan
didalam saluran medula yang tertembus. Ujung fragmen tulang dikelilingi oleh jaringan
seluler yang menghubungkan lokasi fraktur. Hematom yang membeku perlahan- lahan
diabsorbsi kemudian akan menjadi medium pertumbuhan sel jaringan fibrosis dan
vaskuler hingga hematom berubah menjadi jaringan fibrosis dengan kapiler baru yang
halus di dalamnya. Jaringan ini menyebabkan fragmen tulang saling menempel yang
11
3. Pembentukan Kalus
Di dalam jaringan fibrosis ini kemudian juga tumbuh sel jaringan mesenkim yang
bersifat osteogenic dan kondrogenik. Sel ini berubah menjadi sel konroblast yang akan
membentuk kondroid yang merupakan bahan dasar tulang rawan, sedangkan di tempat
yang jauh dari patahan tulang yang vaskularisasinya relative banyak, sel ini berubah
menjadi osteoblast dan membentuk osteoid yang merupakan bahan dasar tulang.
Kondroid dan osteoid ini mula-mula tidak mengandung kalsium sehingga tidak terlihat
pada foto rontgen. Pada fase ini juga terbentuk osteoklas yang mulai membersihkan
tulang yang mati. Pada tahap selanjutnya terjadi penulangan atau osifikasi. Kesemuanya
ini menyebabkan kalus fibrosa berubah menjadi kalus tulang yang lebih padat dan pada
empat minggu setelah cedera fraktur menyatu. Pada foto rontgen, proses ini terlihat
sebagai bayangan radio-opak, tetapi bayangan garis patah tulang masih terlihat. Fase ini
4. Konsolidasi
Bila aktivitas osteoblas dan osteoklas berlanjut, sel tulang ini mengatur diri secara
lamellar seperti sel tulang normal. Selanjutnya, terjadi pergantian sel tulang secara
berangsur-angsur oleh sel tulang yang mengatur diri sesuai dengan garis tekanan dan
tarikan yang bekerja pada tulang. Akhirnya Kekuatan kalus ini sama dengan kekuatan
tulang biasa yang cukup kaku sehingga tidak memungkinkan osteoklas menerobos
melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan dibelakangya osteoblast mengisi celah- celah
sisa antara fragmrn tulang yang baru. Proses ini berjalan cukup lambat dan mungkin butuh
beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat untuk membawa beban normal (6-12 minggu).
12
5. Remodeling
Pada fase ini fraktur telah dijembatani oleh tulang yang solid. Selama beberapa
bulan bahkan tahun, tulang yang baru terbentuk tersebut akan kembali diubah oleh proses
pembentukan dan resorpsi tulang, lamela yang lebih tebal pada tempat yang tekanannya
tinggi, dinding – dinding yang tak perlu dibuang, rongga sumsum dibentuk sehingga tidak
akan tampak lagi garis fraktur, terutama pada anak- anak dapat memperoleh bentuk yang
Gambar 2.7 : Fase Penyembuhan Fraktur: (a) Hematoma; (b)Inflamasi; (c) Kalus;
2.7 Diagnosis4,6
2.7.1 Anamnesis
Biasanya penderita datang dengan suatu trauma, baik yang hebat maupun
trauma ringan dengan keluhan bahwa tulangnya patah karena jelasnya keadaan patah
gerak. Sebaliknya juga mungkin, patah tulang tidak disadari oleh penderita dan
mereka datang dengan keluhan “keseleo”, terutama patah yang disertai dengan
dislokasi fragmen yang minimal ataupun dengan keluhan lain seperti nyeri, bengkok,
terjadi di daerah trauma dan mungkin fraktur terjadi pada daerah lain Setelah
mengetahui keluhan utama pasien, harus ditanyakan mekanisme trauma dan seberapa
13
kuatnya trauma tersebut. Trauma dapat terjadi karena kecelakaan lalu lintas, jatuh
dari ketinggian, atau jatuh di kamar mandi pada orang tua, penganiayaan, tertimpa
2. Pemeriksaan lokal
a. Inspeksi (Look)
Apakah terdapat luka pada kulit dan jaringan lunak untuk membedakan
Lakukan survei pada seluruh tubuh apakah ada trauma pada organ-organ
lain.
14
Keadaan vaskularisasi.
b. Palpasi (Feel)
sangat nyeri.
Nyeri tekan; nyeri tekan yang bersifat superfisial biasanya disebabkan oleh
kerusakan jaringan lunak yang dalam akibat fraktur pada tulang. Nyeri dapat
berupa nyeri tekan yang sifatnya sirkuler dan nyeri tekan sumbu sewaktu
menekan atau menarik dengan hati-hati anggota badan yang patah searah
dengan sumbunya.10
Krepitasi; dapat diketahui dengan perabaan dan harus dilakukan secara hati-
hati.
Pemeriksaan vaskuler pada daerah distal trauma berupa palpasi arteri radialis,
arteri dorsalis pedis, arteri tibialis posterior sesuai dengan anggota gerak yang
terkena.
Refilling (pengisian) arteri pada kuku, warna kulit pada bagian distal daerah
c. Pergerakan (Move)
pasif sendi proksimal dan distal dari daerah yang mengalami trauma untuk menilai
apakah terdapat nyeri dan krepitasi ketika sendi digerakkan. Selain itu dilakukan juga
penilaian Range of Movement (ROM). Pada pederita dengan fraktur, setiap gerakan
akan menyebabkan nyeri hebat sehingga uji pergerakan tidak boleh dilakukan secara
15
kasar, disamping itu juga dapat menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak seperti
3 Pemeriksaan Neurologis
neurotmesis. Kelaianan saraf yang didapatkan harus dicatat dengan baik karena dapat
4 Pemeriksaan Penunjang
fraktur. Untuk menghindarkan nyeri serta kerusakan jaringan lunak selanjutnya, maka
Two view: Fraktur atau dislokasi mungkin tidak terlihat pada film sinar X tunggal,
dan sekurang-kurangnya harus dilakukan dua sudut pandang (antero posterior dan
lateral)
Two Joint: Pada lengan bawah atau kaki, satu tulang dapat mengalami fraktur dan
angulasi. Tetapi, angulasi tidak mungkin terjadi kecuali kalau tulang yang lain juga
patah, atau suatu sendi mengalami dislokasi. Sendi-sendi di atas dan di bawah fraktur
Two limbs: Pada sinar X tulang anak-anak, epifisis yang normal dapat mengacaukan
diagnosis fraktur, foto pada tungkai yang tidak cedera akan bermanfaat.
16
Two injuries: Kekuatan yang hebat sering sering menyebabkan cedera pada lebih dari
satu tingkat. Karena itu, bila ada fraktur pada kalkaneus atau femur, perlu juga diambil
Two occasions: Segera setelah cedera, suatu fraktur (misalnya pada skafoid karpal)
mungkin sulit dilihat. Kalau ragu-ragu, sebagai akibat reposisi tulang, pemeriksaan
2.9 Tatalaksana4,7
1. Tatalaksana Umum
1. Primary survey: penilaian cepat dan tatalaksana cedera yang mengancam nyawa.
Tahap ini terdiri dari Airway dengan proteksi vertebra servikal, Breathing,
2. Secondary survey: evaluasi detail dari kepala hingga ke jari kaki untuk
fisik, selang dan jari pada setiap lubang, pemeriksaan neurologis, uji diagnostik
komplikasi minimal. Prinsip penanganan fraktur ada empat, yaitu rekognisi, reduksi,
17
fraktur, menentukan teknik pengobatan yang sesuai, komplikasi yang mungkin
posisi yang diinginkan telah tercapai. Seringkali setelah fraktur direduksi perlu
metode untuk stabilisasi, yaitu penggunaan gips, spalk, traksi, plates and
selama penyembuhan.
Adapun untuk fraktur tibia, pada fraktur yang stabil, casting/gips merupakan
pilihan utama paling aman dan murah. Full leg cast merupakan cast untuk kasus fraktur tibia.
Bila resiko sindrom kompartemen telah disingkirkan, cast dapat ditutup. Setelah empat
minggu, cast dapat diganti dengan cast yang telah dibentuk, yang mampu menopang tendon
Tindakan operasi pada fraktur tibia sering diindikasikan pada kasus fraktur yang
tidak stabil atau pada pasien yang juga memiliki trauma di tempat lain. Tindakan yang paling
sering dilakukan adalah intermedullary nailing. Pada fraktur yang berada di proksimal,
dekat metafisis, pemasangan plate paling sering dilakukan untuk menghindari seringnya
terjadi malunion. Eksternal fiksasi juga merupakan pilihan yang tepat untuk kebayakan
18
2.10 Komplikasi
2.10.1 Dini
a. Infeksi
internal fiksasi yang dipasang pada tubuh pasien. Infeksi juga dapat terjadi karena
luka yang tidak steril. Sehingga debridemen harus dilakukan sebelum luka
ditutup.
b. Cedera vaskular
c. Sindroma kompartemen
pulselessness.
menyebabkan iskemia otot. Gips yang terlalu ketat pada kaki juga dapat
19
terbuka tingkat III yang memerlukan fiksator luar dan penundaan penutupan
luka.
2.9.2 Lanjut
a. Delayed union
b. Non union
c. Mal union
20
BAB 3
LAPORAN KASUS
Nama : Nn. R
Umur : 8 tahun
Pekerjaan : Siswa
RM : 20 19 30
3.2 Anamnesa
Keluhan Utama
Primary Survey
cahaya +/+
- Pasien merasakan kaki kanan nyeri dan bengkak. Luka pada jempol kaki kanan.
21
- Nyeri dan luka di tungkai bawah dan kaki kanan post kecelakaan lalu lintas sejak ½
jam SMRS. Sebelumnya pasien sedang menyeberang jalan kemudian ditabrak oleh sepeda
motor dari arah samping yang mengenai kaki kanan pasien, kemudian pasien jatuh di aspal
Pasien mengaku tungkai kanan bawah membengkak dan terasa sangat nyeri juga semakin
- VAS : 0
Tidak ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama seperti pasien.
Nafas : 24 kali/menit
Suhu : Afebris
22
Status Internus
Paru :
Perkusi : Sonor
Jantung :
Regio Abdomen :
23
Perkusi : Timpani
Look :
Deformitas (+)
VL (-)
Feel :
Nyeri tekan (+), Krepitasi (+), NVD (sensorik dan motorik baik, refilling kapiler <
2”)
Sensibilitas baik, pulsasi arteri tibialis posterior dan arteri dorsalis pedis teraba
Movement :
Laboratorium
Hb : 12,9 gr%
Leukosit : 8.400/mm3
Trombosit : 291.000/mm3
Hematokrit : 39.1%
24
Pemeriksaan Radiologi
AP/L
25
3.7 Tatalaksana
- IVFD RL 20 tpm
- Cefotaxime 2x1 gr iv
- Tetagam 1 amp im
- Ketorolac 2x1 iv
- Rawat inap
Rencana terapi:
- Reposisi
- Pasang GIPS
26
BAB 4
DISKUSI
Seorang perempuan usia 8 tahun datang dengan keluhan nyeri dan luka di tungkai
bawah dan kaki kanan post kecelakaan lalu lintas sejak ½ jam SMRS. Sebelumnya pasien
sedang berjalan menyeberangi jalan, kemudian pasies ditabrak oleh sepeda motor dari arah
samping, kemudian pasien terjatuh di aspal jalan. Pasien mengaku tungkai kanan bawah
membengkak dan terasa sangat nyeri juga semakin nyeri jika digerakkan. Pasien dalam
kondisi sadar saat terjatuh, tidak ada mual muntah setelah kejadian. Tidak ada darah keluar
darah dari hidung, telinga. Terdapat luka lecet di jari jempol kaki kanan. Tidak ada trauma
ditempat lain.
Pada pemeriksaan fisik, pasien dengan GCS 15 dimana pasien dapat membuka mata
spontan (E4), dapat menggerakkan extremitas yang tidak sakit sesuai perintah (M6), dan
berbicara normal (V5). Ditemukan nyeri tekan pada tungkai kanan bawah, deformitas (+),
nyeri tekan (+), sensibilitas baik, pulsasi arteri tibialis posterior dan arteri dorsalis pedis
teraba, CRT <2 detik, akral hangat, pergerakan aktif dan pasif terbatas karena nyeri,
pergerakan sendi jari-jari (+). Dilakukan pemeriksaan penunjang laboratorium darah dengan
kesan normal. Kemudian dilakukan pemeriksaan rontgen dengan hasil tampak diskontinuitas
tulang pada 1/3 medial tibia fibula dextra tertutup dengan garis fraktur oblique displaced
Trauma pada tulang terjadi saat tekanan eksternal lebih besar dari yang diserap tulang
sehingga terjadi kerusakan atau terputusnya kontinuitas tulang. Fraktur tertutup disebabkan
oleh energi tinggi trauma, paling sering dari pukulan langsung, seperti dari jatuh atau
27
Fraktur diafisis tibia terjadi karena adanya trauma angulasi yang akan menimbulkan
fraktur tipe transversal atau oblik pendek, sedangkan trauma rotasi akan menimbulkan
fraktur tipe spiral. Fraktur tibia biasanya terjadi pada batas antara 1/3 bagian tengah dan 1/3
bagian distal.
Pada pasien terjadi hematom yang menyebabkan dilatasi kapiler otot, sehingga
tekanan kapiler meningkat, terjadi eksudasi plasma dan infiltrasisel darah putih. Dilatasi
kapiler plasma menyebabkan histamin terstimulasi, protein plasma hilang dan masuk ke
Pasien didiagnosa fraktur tibia fibula dextra tertutup. Saat pasien tiba di IGD
dilakukan primary survey untuk menilai keadaan pasien, dilakukan pembersihan luka dan
imobilisasi untuk mengurangi nyeri, dan dipasang cairan infus RL. Obat-obatan yang
diberikan adalah cefotaxime sebagai antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi pada pada
luka, ketorolac untuk mengurangi nyeri, dan tetagam untuk mencegah tetanus . Untuk luka
pemasangan GIPS. Tindakan pemasangan GIPS penting untuk menstabilkan patah tulang
sesegera mungkin untuk membantu proses perbaikan pada tulang yang patah. Metode ini
memerlukan operasi. Selama operasi, fragmen tulang yang patah direposisi ke posisi normal.
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Apley AG, Solomon Luis. Apley’s System of Orthopaedics and fracture.7th Edition.
2. Bailey and Love’s short practice of surgery 26th edition. CRC Press 2013.
3. Thomas M. S., Jason H.C. Open Fractures. Mescape Reference (update 2012, May
4. Jonathan C. Open Fracture. Orthopedics (update 2012, May 27). Available from
30, 2013.
from http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00582.
6. Bucholz RW, Heckman JD, Court-Brown C, et al., eds. Rockwood and Green.
Fractures in adults. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2006. p.
2081-93.
8. Sugiarso. Pola Kuman Penderita Fraktur Terbuka. Universitas Sumatera Utara. 2010.
10. Sjamsuhidajat dan Jong W. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed 2. Jakarta: EGC. 2004
29
11. Patel M. Open Tibia Fractures Treatment & Management. Mescape Reference
12. Norvell JG. Tibia and Fibula Fracture in The ED. Mescape Reference (update 2016,
2017.
13. Thompson JC. Netter’s Concise Atlas of Orthopaedic Anatomy. USA. Elsevier. 2002
14. William NS, Bulstrode CJK, O’Connel PR. Extremity trauma. Bailey and love: Short
15. Gosling T and Giannoudis P. Skeletal Trauma: Basic Science, Management, and
30