Anda di halaman 1dari 9

PEKAN KE TIGA:

❗ Sekedar Pengakuan Allah Adalah Pencipta Dan Pemberi Rezeki Saja Tidak Cukup❗

1 ⃣ . http://indonesiabertauhid.com/kafir-quraisy-juga-mengenal-allah-dan-rajin-ibadah/

2 ⃣ . http://indonesiabertauhid.com/membekali-diri-dengan-tauhid/

3 ⃣ . http://indonesiabertauhid.com/mari-tinjau-kembali-istilah-tentang-tauhid/

✒ Tim Indonesia Bertauhid


➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
DENGAN TA➖➖ID AS➖K S➖RGA SEKE䕒➖ARGA

Kaum muslimin semoga Allah meneguhkan kita di atas Islam yang haq. Sesungguhnya salah satu
penyebab utama kemunduran dan kelemahan umat Islam pada masa sekarang ini adalah karena
mereka tidak memahami hakikat kejahiliyahan yang menimpa bangsa Arab di masa silam.
ereka menyangka bahwasanya kaum kafir Quraisy jahiliyah adalah orang-orang yang tidak beribadah
kepada Allah sama sekali. Atau lebih parah lagi mereka mengira bahwasanya kaum kafir Quraisy adalah
orang-orang yang tidak beriman tentang adanya Allah [?!]
Duhai tidakkah mereka memperhatikan ayat-ayat Al-Qur’an dan lembaran sejarah yang tercatat rapi
dalam kitab-kitab hadits ?

Kaum Kafir Quraisy Betul-Betul Mengenal Allah

Janganlah terkejut akan hal ini cobalah simak firman Allah ta’ala

Dalil pertama
Allah ta’ala berfirman

uli ǺÊ Ƿ ǺlÊÊ ÊuiǷ Ǻ ÊÊÂǷǷ ǺÊÈǷ Ƿ ǺlÈÊ Êui Ê肐猠 llÊǺÊÂǷǷ l ÈǷ Ƿ uli ÊlAaiÊÊǪ Êui Ê肐a
l rǪiǪ lA猠 Ê肐rǪA ᔼǷ l rǪ䁭ǷA ÊÊiÊÂǷ Êl ÊuiǷ lǺÊ Ƿ uli ll䁭ÈÊǷ ǺlÊÊ Ƿ lll䁭ÈÊǷ
“Katakanlah: “Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi atau siapakah yang kuasa
(menciptakan) pendengaran dan penglihatan dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang
mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?” aka
mereka akan menjawab: “Allah”. aka katakanlah “ engapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?”
(QS. Yunus [10]: 31)

Dalil kedua
firman Allah ta’ala

1
l AAÊ Ǫ  ቟A ᔼǷ u rǪ䁭 ÊlArÈ Êui ÊlAǪiÊ቟ ÊulA Ƿ
“Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: “Siapakah yang menciptakan mereka niscaya
mereka menjawab: “Allah” maka bagaimanakah mereka dapat dipalingkan (dari menyembah
Allah)?” (QS. az-Zukhruf : 87)

Dalil ketiga
firman Allah ta’ala

lÊǺÊÂǷ lꘘl 䁭Ê቟A l i l ÈǷ Ƿ uli eiǪ, Êui ÊlAǪiÊ቟ ÊulA


l ÈlrÊ Ǫ 1 ÊlAÊǪcÊ 猠 Ê肐 lᔼ ÊÈÊ Ƿ l肐a ᔼǷ u rǪ䁭 lÉÊ i l Ê Ǫ Êuli
“Dan sesungguhnya jika kamu menanyakan kepada mereka: “Siapakah yang menurunkan air dari langit
lalu menghidupkan dengan air itu bumi sesudah matinya?” Tentu mereka akan menjawab: “Allah”
Katakanlah: “Segala puji bagi Allah” tetapi kebanyakan mereka tidak memahami(nya).”
(QS. al-’Ankabut: 63)

Dalil keempat
firman Allah ta’ala

l ,Ƿ Ƿ  lȂÊA Ƿ   Ƿ䘀l䕪 ÊAÊaÈÊǷ l䁭la Êui Ê肐猠


lǷÊ c i l䁭lÈa lᔼǷ Ǻi ꘘÈly猠 llÊǺÊÂǷ l È ÊlAÈ ÊaǷ
“Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) orang yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a
kepada-Nya dan yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai
khalifah di bumi ? Apakah disamping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu
mengingati(Nya).” (QS. an-Naml: 62)

Perhatikanlah! Dalam ayat-ayat di atas terlihat bahwasanya orang-orang musyrik itu mengenal Allah
mereka mengakui sifat-sifat rububiyyah-Nya yaitu Allah adalah pencipta pemberi rezeki yang
menghidupkan dan mematikan serta penguasa alam semesta.

Namun pengakuan ini tidak mencukupi mereka untuk dikatakan muslim dan selamat.
Kenapa?
Karena mereka mengakui dan beriman pada sifat-sifat rububiyah Allah saja namun mereka
menyekutukan Allah dalam masalah ibadah.
Oleh karena itu Allah katakan terhadap mereka

l lÊÊȂi ÊlAǷ 1l䕪 lᔼla ÊlAÊǪcÊ 猠 uliÊ Ǫ iǷ


“Dan sebahagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah melainkan dalam keadaan
mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain).” (QS. Yusuf : 106)

Ibnu Abbas mengatakan, “Di antara keimanan orang-orang musyrik: Jika dikatakan kepada mereka
‘Siapa yang menciptakan langit bumi dan gunung?’ ereka akan menjawab ‘Allah’. Sedangkan
mereka dalam keadaan berbuat syirik kepada-Nya.”

2
‘Ikrimah mengatakan ”Jika kamu menanyakan kepada orang-orang musyrik: siapa yang menciptakan
langit dan bumi? ereka akan menjawab: Allah. Demikianlah keimanan mereka kepada Allah namun
mereka menyembah selain-Nya juga.” (䕒ihat Al- ukhtashor Al- ufid 10-11)

Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullah menjelaskan bahwa kaum musyrikin pada masa itu mengakui
Allah subhanahuwata’ala adalah pencipta pemberi rezki serta pengatur urusan hamba-hamba-Nya.
ereka meyakini di tangan Allah lah terletak kekuasaan segala urusan dan tidak ada seorangpun
diantara kaum musyrikin itu yang mengingkari hal ini (lihat Syarh Kitab Kasyfu Syubuhaat) Dan
janganlah anda terkejut apabila ternyata mereka pun termasuk ahli ibadah yang mempersembahkan
berbagai bentuk ibadah kepada Allah ta’ala.

Kafir Quraisy Rajin Beribadah

Anda tidak perlu merasa heran karena inilah realita. Syaikh uhammad At-Tamimirahimahullah
menceritakan bahwasanya kaum musyrikin yang dihadapi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah
orang-orang yang rajin beribada h. ereka juga menunaikan ibadah haji bersedekah dan bahkan
banyak berdzikir kepada Allah.

Di antara dalil yang menunjukkan bahwa orang-orang musyrik juga berhaji dan melakukan thowaf
adalah dalil berikut.
Dan telah menceritakan kepadaku Abbas bin Abdul ‘Azhim Al Anbari telah menceritakan kepada kami
An Nadlr bin uhammad Al Yamami telah menceritakan kepada kami Ikrimah bin Ammar telah
menceritakan kepada kami Abu Zumail dari Ibnu Abbas ia berkata; Dulu orang-orang musyrik
mengatakan; “䕒ABBAIKA 䕒AA SYARIIKA 䕒AKA (Aku memenuhi panggilan u wahai Dzat yang tiada
sekutu bagi u).

aka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda

ǺÈi iǷ ꘘAlÈÊ, Ǻ A A lÊŤ 1l䕪 l rǪ䁭ǪA Ê a Ê a ÊlAÈÊǪ Ƿ


“Celakalah kalian cukuplah ucapan itu dan jangan diteruskan.” Tapi mereka meneruskan ucapan
mereka; I䕒䕒AA SYARIIKAN ➖➖WA 䕒AKA TA 䕒IK➖➖➖ WA AA A䕒AKA (kecuali sekutu bagi- u yang
memang Kau kuasai dan ia tidak menguasai).” ereka mengatakan ini sedang mereka berthawaf di
Baitullah. (➖R. uslim no. 1185)

engomentari pernyataan Syaikh uhammad At Tamimi di atas Syaikh Shalih Al-Fauzan mengatakan
bahwa kaum musyrikin Quraisy yang didakwahi oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah kaum
yang beribadah kepada Allah akan tetapi ibadah tersebut tidak bermanfaat bagi mereka karena ibadah
yang mereka lakukan itu tercampuri dengan syirik akbar.

Sama saja apakah sesuatu yang diibadahi disamping Allah itu berupa patung orang shalih Nabi atau
bahkan malaikat. Dan sama saja apakah tujuan pelakunya adalah demi mengangkat sosok-sosok
tersebut sebagai sekutu Allah atau bukan karena hakikat perbuatan mereka adalah syirik.

Demikian pula apabila niatnya hanya sekedar menjadikan sosok-sosok itu sebagai perantara ibadah dan
penambah kedekatan diri kepada Allah. aka hal itu pun dihukumi syirik
(lihat Syarh Kitab Kasyfu Syubuhaat Syaikh Shalih Al-Fauzan)

3
Dua Pelajaran Berharga

Dari sepenggal kisah di atas maka ada dua buah pelajaran berharga yang bisa dipetik.

Pertama; pengakuan seseorang bahwa hanya Allah lah pencipta pemberi rezki dan pengatur segala
urusan tidaklah cukup untuk membuat dirinya termasuk dalam golongan pemeluk agama
Islam. Sehingga sekedar mengakui bahwasanya Allah adalah satu-satunya pencipta penguasa dan
pengatur belum bisa menjamin terjaganya darah dan hartanya. Bahkan sekedar meyakini hal itu belum
bisa menyelamatkan dirinya dari siksaan Allah.

Kedua; apabila peribadatan kepada Allah disusupi dengan kesyirikan maka hal itu akan menghancurkan
ibadah tersebut. Oleh sebab itu ibadah tidak dianggap sah apabila tidak dilandasi dengan tauhid/ikhlas
(lihat Syarh Kitab Kasyfu Syubuhaat Syaikh Shalih Al-Fauzan)

Dengan demikian sungguh keliru anggapan sebagian orang yang mengatakan bahwasanya tauhid itu
cukup dengan mengakui Allah sebagai satu-satunya pencipta dan pemelihara alam semesta. Dan
dengan modal anggapan yang terlanjur salah ini maka merekapun bersusah payah untuk
 mengajak manusia mengenali bukti-bukti alam tentang keberadaan dan keesaan wujud-Nya dan
justru mengabaikan hakikat tauhid yang sebenarnya.
 Atau yang mengatakan bahwa selama orang itu masih mengucapkan syahadat maka tidak ada
sesuatupun yang bisa membatalkan keislamannya.
 Atau yang membenarkan berbagai macam praktek kesyirikan dengan dalih hal itu dia lakukan dalam
rangka mendekatkan diri kepada Allah.
 Atau yang mengatakan bahwa para wali yang sudah meninggal itu sekedar perantara untuk bisa
mendekatkan diri mereka yang penuh dosa kepada Allah yang aha Suci.

䕒ihatlah kebanyakan praktek kesyirikan yang merebak di tengah-tengah masyarakat Islam sekarang ini
maka niscaya alasan-alasan semacam ini -yang rapuh serapuh sarang laba-laba- yang mereka lontarkan
demi melapangkan jalan mereka untuk melestarikan tradisi dan ritual-ritual syirik.
‘Kita ‘Kan Tidak Sebodoh Kafir Quraisy’

Barangkali masih ada orang yang bersikeras mengatakan “Jangan samakan kami dengan kaum kafir
Qurasiy. Sebab kami ini beragama Islam kami cinta Islam kami cinta Nabi dan kami senantiasa
meyakini Allah lah penguasa jagad raya ini tidak sebagaimana mereka yang bodoh dan dungu
itu!” Allahu akbar hendaknya kita tidak terburu-buru menilai orang lain bodoh dan dungu sementara
kita belum memahami keadaan mereka.

Saudaraku cermatilah firman Allah ta’ala

㘠 lǷÊ c lA猠 Ê肐a lᔼ l rǪ䁭 ꘘ l ÈÈÊ Ǫ ÊliÊǪb Êll䕪 A䁭lA ÊuiǷ lÊǺÊÂǷ luÈl Ê肐a
l rǪiǪ lA猠 Ê肐a lᔼ l rǪ䁭 ꘘ ll䁭lr ÊǷ llÊÊ ÊǷ ,ÈǺǷ lǺÊǠǷ Ƿ llǷǷ ÈǷ Ƿ ,ÈǺ Êui Ê肐a
l ÈÈÊ Ǫ ÊliÊǪb Êll䕪 lꘘÊ䁭È Ǻ a 1Ƿ 곸la AǷ lÊǺŤ l肐 l AÈi l l 䁭l Êui Ê肐a 곸
lǷÊbÊǷ  ቟A Ê肐a lᔼ l rǪ䁭 9
4
“Katakanlah; ‘ ilik siapakah bumi beserta seluruh isinya jika kalian mengetahui ?’ aka niscaya
mereka akan menjawab ‘ ilik Allah’. Katakanlah ’䕒alu tidakkah kalian mengambil pelajaran ?’ Dan
tanyakanlah; ‘Siapakah Rabb penguasa langit yang tujuh dan pemilik Arsy yang agung ?’ Niscaya
mereka menjawab ’Semuanya adalah milik Allah’ Katakanlah ’Tidakkah kalian mau bertakwa’ Dan
tanyakanlah ’Siapakah Dzat yang di tangannya berada kekuasaan atas segala sesuatu Dia lah yang
aha melindungi dan tidak ada yang sanggup melindungi diri dari azab-Nya jika kalian mengetahui ?’
aka pastilah mereka menjawab ‘Semuanya adalah kuasa Allah’ Katakanlah ’䕒antas dari jalan
manakah kalian ditipu?.’” (QS. Al- u’minuun: 84-89)

Nah ayat-ayat di atas demikian gamblang menceritakan kepada kita tentang realita yang terjadi pada
kaum musyrikin Quraisy dahulu.
eyakini tauhid rububiyah tanpa disertai dengan tauhid uluhiyah tidak ada artinya.
aka sungguh mengherankan apabila ternyata masih ada orang-orang yang mengaku Islam rajin
shalat rajin puasa rajin naik haji akan tetapi mereka justru berdoa kepada ➖usain Badawi Abdul Qadir
Al-Jailani. aka sebenarnya apa yang mereka lakukan itu sama dengan perilaku kaum musyrikin
Quraisy yang berdoa kepada 䕒aata ‘➖zza dan anat.

ereka pun sama-sama meyakini bahwa sosok yang mereka minta adalah sekedar pemberi syafaat dan
perantara menuju Allah. Dan mereka juga sama-sama meyakini bahwa sosok yang mereka jadikan
perantara itu bukanlah pencipta penguasa jagad raya dan pemeliharanya.

Sungguh persis kesyirikan hari ini dengan masa silam. Sebagian orang mungkin berkomentar “Akan
tetapi mereka ini ‘kan kaum muslimin”
Syaikh Shalih Al-Fauzan menjawab “ aka kalau dengan perilaku seperti itu mereka masih layak disebut
muslim lantas mengapa orang-orang kafir Quraisy tidak kita sebut sebagai muslim juga ?! Orang yang
berpendapat semacam itu tidak memiliki pemahaman ilmu tauhid dan tidak punya ilmu sedikitpun
karena sesungguhnya dia sendiri tidak mengerti hakikat tauhid”
(lihat Syarh Kitab Kasyfu Syubuhaat Syaikh Shalih Al-Fauzan)

Penulis: Abu ushlih Ari Wahyudi dan uhammad Abduh Tuasikal


Artikel www.muslim.or.id

Pengertian Tauhid

Syaikh Ibnu ‘➖tsaimin –rahimahullah– memaparkan bahwa


kata tauhid secara bahasa adalah kata benda yang berasal dari perubahan kata kerja wahhada –
yuwahhidu yang bermakna menunggalkan sesuatu.
Sedangkan dalam kacamata syari’at tauhid bermakna mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi
kekhususan diri-Nya. Kekhususan itu meliputi perkara rububiyah uluhiyah dan asma’ wa shifat (Al Qaul
Al ufid 1/5)

Syaikh ➖amad bin ‘Atiq menerangkan bahwa agama Islam disebut sebagai agama tauhid disebabkan
agama ini dibangun di atas pondasi pengakuan bahwa Allah adalah Esa dan tiada sekutu bagi-Nya baik
dalam hal kekuasaan maupun tindakan-tindakan.
Allah aha Esa dalam hal Dzat dan sifat-sifat-Nya tiada sesuatu pun yang menyerupai diri-Nya.

5
Allah aha Esa dalam urusan peribadatan tidak ada yang berhak dijadikan sekutu dan tandingan
bagi-Nya. Tauhid yang diserukan oleh para Nabi dan Rasul telah mencakup ketiga macam tauhid ini
(rububiyah uluhiyah dan asma’ wa shifat).

Setiap jenis tauhid adalah bagian yang tidak bisa dilepaskan dari jenis tauhid yang lainnya. Oleh karena
itu barangsiapa yang mewujudkan salah satu jenis tauhid saja tanpa disertai dengan jenis tauhid
lainnya maka hal itu tidak mungkin terjadi kecuali disebabkan dia tidak melaksanakan tauhid dengan
sempurna sebagaimana yang dituntut oleh agama (Ibthal At Tandid hal. 5-6)

Syaikh uhammad bin Abdullah Al ➖abdan menjelaskan bahwa tauhid itu hanya akan terwujud dengan
memadukan antara kedua pilar ajaran tauhid yaitu penolakan (nafi) dan penetapan (itsbat).
‘䕒a ilaha’ adalah penafian/penolakan maksudnya kita menolak segala sesembahan selain Allah.
Sedangkan ‘illallah’ adalah itsbat/penetapan maksudnya kita menetapkan bahwa Allah saja yang
berhak disembah (At Taudhihat Al-Kasyifat hal. 49)

Tauhid dan Iman Kepada Allah

Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan –hafizhahullah- menjelaskan bahwa hakekat iman kepada Allah adalah
tauhid itu sendiri. Sehingga iman kepada Allah itu mencakup ketiga macam tauhi yaitu tauhid
rububiyah uluhiyah dan asma’ wa shifat (Al Irsyad ila Shahih Al I’tiqad hal. 29).

Di samping itu keimanan seseorang kepada Allah tidak akan dianggap benar kalau hanya terkait
dengan tauhid rububiyah saja dan tidak menyertakan tauhid uluhiyah. ➖al ini sebagaimana yang terjadi
pada kaum musyrikin dahulu yang juga mengakui tauhid rububiyah. eskipun demikian
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap memerangi dan mengajak mereka untuk bertauhid. ➖al itu
dikarenakan mereka tidak mau melaksanakan tauhid uluhiyah.

Urgensi Tauhid Bagi Setiap Insan

Kepentingan manusia untuk bertauhid sungguh jauh berada di atas kepentingan mereka terhadap
makanan minuman atau tempat tinggal. Kalau seseorang tidak makan atau minum akibat terburuk
yang dialami hanyalah sekedar kematian. Namun kalau seseorang tidak bertauhid barang sekejap saja
dan pada saat itu dia meninggal dalam keadaan musyrik maka siksaan yang kekal di neraka sudah siap
menantinya.

Allah ta’ala berfirman

Ǻ b Ƿ  ǷǷÊ቟iǷ ibÊnǷ lꘘÊ䁭È ᔼǷ 肐Ê Ê rǪA lᔼla ʺlÊÊȂ Êui ꘘ,l䕪


“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan sesuatu dengan Allah (dalam beribadah) maka sungguh
Allah telah mengharamkan atasnya surga dan tempat tinggalnya adalah neraka…”
(QS. al- a’idah [5]: 72)

Bahkan amalnya yang bertumpuk-tumpuk selama hidup pun akan menjadi sia-sia apabila di akhir
hidupnya dia telah berbuat syirik kepada Rabb-nya dan belum bertaubat darinya.

Allah ta’ala berfirman

6
u lÊl Ê䃇Ƿ uli u, Ai Ƿ ǺÈÈ uAǠÊb䁭 lÊ ÊÊŤ猠 ÊulA
“Sungguh jika kamu berbuat syirik akan lenyaplah semua amalmu dan kamu pasti akan tergolong
orang yang merugi.” (QS. az-Zumar [39]: 65)

Dan kalaulah kita mau merenungkan untuk apa kita diciptakan di alam dunia ini niscaya kita akan
memahami betapa agung kedudukan tauhid dalam hidup ini. Allah ta’ala berfirman

llǷ ǠÊ Ǫ䁭l 1l䕪 lÊ,lÊbǷǷ ulÊnǷ lÊrÈ iǷ


“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.”(QS.
adz-Dzariyat [51]: 56).
akna beribadah kepada Allah di sini adalah mentauhidkan Allah.

Syaikh uhammad bin Abdul Wahhab –rahimahullah– mengatakan “Apabila engkau telah mengetahui
bahwasanya Allah menciptakan dirimu untuk beribadah maka ketahuilah bahwa sesungguhnya ibadah
tidak akan disebut sebagai ibadah (yang hakiki) apabila tanpa disertaitauhid. Sebagaimana halnya
sholat tidak disebut sebagai sholat jika tidak disertai dengan thaharah (bersuci). aka apabila syirik
merasuk ke dalam suatu ibadah niscaya ibadah itu menjadi batal. Sebagaimana hadats jika terjadi pada
(orang yang sudah melakukan) thaharah…” ( ajmu’ah Tauhid hal. 7)

Terkait dengan pentingnya tauhid ini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan “Ketahuilah
sesungguhnya kebutuhan hamba untuk senantiasa beribadah kepada Allah tanpa mempersekutukan
sesuatupun dengan-Nya merupakan kebutuhan yang tak tertandingi oleh apapun yang bisa
dianalogikan dengannya.

Akan tetapi dari sebagian sisi ia bisa diserupakan dengan kebutuhan tubuh terhadap makanan dan
minuman. Di antara keduanya sebenarnya terdapat banyak sekali perbedaan. Karena sesungguhnya jati
diri seorang hamba adalah pada hati dan ruhnya. Padahal tidak ada kebaikan hati dan ruh kecuali
dengan (pertolongan) Rabbnya yang tiada ilah (sesembahan) yang benar untuk disembah selain Dia.
Sehingga ia tidak akan bisa merasakan ketenangan kecuali dengan mengingat-Nya.

Seandainya seorang hamba bisa memperoleh kelezatan dan kesenangan dengan selain Allah maka hal
itu tidak akan terus menerus terasa. Akan tetapi ia akan berpindah dari satu jenis ke jenis yang lain
dari satu individu ke individu yang lain. Adapun Rabbnya maka dia pasti membutuhkan-Nya dalam
setiap keadaan dan di setiap waktu. Di mana pun dia berada maka Dia (Allah) senantiasa
menyertainya.” ( ajmu’ Fatawa I/24. Dikutip dengan perantara Kitab TauhidSyaikh Shalih al-Fauzan
hal. 43)

Siapa yang merasa tauhidnya sudah hebat?!

Allah ta’ala mengisahkan do’a yang dipanjatkan oleh Nabi Ibrahim ‘alaihis salam di dalam ayat-Nya

肐 bÊ䙓ÊÂǷ ǠÊ Ǫ, Êl猠 la Ƿ laÊǠǪbÊ ǷǷ


“Dan jauhkanlah aku dan anak keturunanku dari penyembahan kepada arca-arca.”
(QS. Ibrahim [14]: 35)

Ibrahim At Taimi mengatakan “䕒alu siapakah yang lebih merasa aman dari bencana kesyirikan selain
Ibrahim[?]”
7
Syaikh Abdurrahman bin ➖asan –rahimahullah– mengatakan “Tidak ada lagi yang merasa aman dari
terjatuh dalam kesyirikan selain orang yang bodoh terhadap syirik dan juga tidak memahami
sebab-sebab yang bisa menyelamatkan diri darinya; yaitu ilmu tentang Allah ilmu tentang ajaran
Rasul-Nya yaitu mentauhidkan-Nya serta larangan dari perbuatan syirik terhadapnya.”
(Fathul ajid hal. 72)
Demikianlah sekilas mengenai pentingnya tauhid dalam kehidupan kita. Semoga kita tergolong
hamba-hamba yang mentauhidkan Allah dengan sebenar-benarnya. Kalau orang semulia Nabi
Ibrahim ‘alaihis salam saja masih takut terjerumus syirik lalu bagaimana lagi dengan orang seperti
kita. Wallahul musta’an.

Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina uhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Penulis: Abu ushlih Ari Wahyudi


Artikel www.muslim.or.id

#IndonesiaBertauhid

-Bro pernah dengar gak ungkapan:


“Jangan syiriklah (iri) dengan keberhasilan gue”
“kalau saya sih gak munafik butuh uang juga”
-Dalam istilah syariat kata: syirik dan munafik itu agak berbeda maknanya
-Begini bro sebenarnya masalah istilah dan ungkapan jika sesuai dengan maksud bahasa itu sendiri gak
masalah
-Kalau memang makna bahasa untuk masyarakat itu makna syirik adalah iri dan dipahami mereka
seperti itu maka tidak masalah ya karena itu bahasa mereka
-Akan tetapi yang menjadi masalah jika kita sebagai seorang muslim tidak paham makna ini secara
syariat atau malah bisa bercampur sehingga mengkaburkan makna syariatnya

-Istilah Syirik dan munafik ini diajarkan dalam pelajaran TA➖➖ID


-Syirik dalam makna syariat adalah lawan dari TA➖➖ID yang bermakna menyekutukan Allah dalam
hak-hak khusus Allah berupa ibadah Syirik adalah larangan terbesar dalam agama

-Sedangkan munafik dalam syariat ada dua yaitu:

1. Munafik i’tiqadiy (amalan Hati)


ada yang menyebutnya juga nifak akbar yang bisa membuat pelakunya keluar dari Islam dan mendapat
adzab yang paling berat melebihi siksaan orang kafir di akhirat
Contoh nifak i’tiqodi:
- endustakan Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam
- endustakan sebagian ajaran Rasulshallallahu ‘alaihi wa sallam
-Benci pada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam
-Benci pada sebagian ajaran Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam
-Senang melihat agama Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam direndahkan
-Tidak senang jika agama Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mendapatkan kemenangan

JADI JANGAN SA PAI KITA TIDAK SENANG ATA➖ TIDAK RID➖A DENGAN SAT➖P➖N AJARAN IS䕒A

8
isalnya mungkin dia berat memakai jilbab tetapi masih yakin bahwa itu wajib hanya malas saja
maka tidak masuk munafik i’tiqadiy ini
Justru yang berjilbab tetapi hatinya senang dengan hancurnya Islam dialah munafik i’tiqady

2. Munafik amaliy (perbuatan)

ini tidak sampai mengeluarkan dari agama Islam masih tetap muslim hanya saja diminta agar taubat
nashuha dan bersungguh-sungguh dalam taubat
Contohnya sebagaimana hadits :

l ul,ÊkǷ Ƿ䘀l䕪Ƿ  ÈÊ 猠 Ƿ Ƿ䘀l䕪Ƿ Èc Ì  Ƿ䘀l䕪 Ìla l虠lA bÈÊǷ i 㤶


”Tanda-tanda orang munafik itu ada tiga :
(1)Jika berbicara berdusta
(2) jika berjanji tidak menepati
(3) dan jika dipercaya dia berkhianat”
(➖R. Bukhari dan uslim)

dan dalam riwayat lain disebutkan :

Ǻ 香 A Ƿ䘀l䕪Ƿ Ê A l䙓 Ƿ䘀l䕪Ƿ
”(4) Jika berselisih maka dia akan berbuat dhalim
(5) dan jika berjanji dia melanggar”.
-Semoga kita dijauhi dari sifat munafik karena para sahabat sangat dan orang shalih sangat khawatir
terjerumus dalam hal ini

Penyusun: Raehanul Bahraen



Anda mungkin juga menyukai