Anda di halaman 1dari 14

Fungsi Rasional, Perilaku Akhir Fungsi Rasional, dan Fungsi tan, cot, sec, dan csc

Fungsi Rasional

Jika sebuah kendaraan memiliki jarak tempuh bahan bakar yang lebih baik, maka
kendaraan itu lebih hemat bahan bakar dan lebih murah untuk dioperasikan. Tetapi berapa
banyak yang Anda dapat hemat? Jika jarak tempuh bahan bakar sebuah kendaraan meningkat
km ke 25 km , akankah itu menghemat uang lebih, kurang, atau sama dengan bila jarak
dari 15 liter liter
km ke 20 km ?
tempuh bahan bakarnya meningkat dari 10 liter liter
Banyaknya uang yang dapat dihemat tentu bergantung pada berapa kilometer sebuah
kendaraan dijalankan dan pada berapa harga per liter bahan bakar. Misalkan satu liter bensin
harganya Rp5000,00 dan sebuah kendaraan dijalankan 10.000 kilometer dalam setahun. Soal
tersebut dapat dianalisis menggunakan analisis satuan
biay a km  biay a
tahun = tahun km

km  biay a  liter
= tahun liter km

di mana satuan yang terakhir merupakan kebalikan dari km per liter.

Dengan demikian, jika C adalah total biaya dalam satu tahun, maka pada jarak tempuh
km ,
bahan bakar 25 liter
km  5.000 rup iah  1 liter
C = 10.000 tahun liter 25 km

= Rp2.000.000,00

Meskipun sebarang perbandingan biaya-biaya dapat dilakukan oleh aritmetika dengan


menggunakan metode yang dijelaskan di atas ini, namun cara yang lebih efisien adalah dengan
menggunakan aljabar. Selanjutnya, pertanyaan itu dapat dijawab secara umum.

Contoh 3.10
Misalkan sebuah mobil dijalankan d kilometer dalam setahun dan bensin harganya g rupiah per
km ke (x + a) km , berapakah yang dihemat
liter. Jika efisiensi bahan bakar meningkat dari x liter liter
dalam satu tahun?

Jawab
km adalah dg
Dengan mengikuti analisis di atas ini, biaya untuk satu tahun pada x liter x . Biaya
km adalah dg
untuk satu tahun pada pada (x + a) liter x  a . Jadi banyaknya yang dihemat dalam satu
dg dg
tahun adalah x  x  a .
Dengan menyubstitusikan ke dalam jawaban untuk Contoh 1, banyaknya yang dapat
dihemat ditentukan untuk sebarang nilai-nilai d, g, x, dan a. Misalnya, untuk menentukan
1
km ke 25 km saat
banyaknya S yang dihemat dalam kenaikan efisiensi bahan bakar dari 15 liter liter

kendaraan dijalankan 10.000 km dan harga seliter bensin adalah Rp5.000,000, tetapkan d =
10.000, g = Rp5.000,00, x = 15, dan a = 10. Maka
S = 10000 5000  10000 5000 = 50.000.000  50.000.000  3.333.333  2.000.000 = 1.333.333.
15 25 15 25

km memiliki efek
Untuk menentukan apakah kenaikan efisiensi bahan bakar sebesar 10 liter

lebih besar saat efisiensi aslinya rendah atau tinggi, misalkan a = 10. Karena d dan a merupakan
konstanta, untuk sederhananya tetapkan dg = k. Sekarang
k ( x  10)
S = kx  x k10 = x( x  10)  x( xkx 10k
 10) = x ( x  10)

Suatu domain yang masuk akal untuk efisiensi bahan bakar x pada situasi ini adalah 0  x  50.
Grafik fungsi f: x  S bila k = 1 diberikan di sini. Grafik ini menaik saat x  0, jadi kita
tunjukkan untuk -20  x  25.
S(x) (rupiah)

x = efisiensi penggunaan
1 bahan bakar awal
10
S( x ) 
x ( x  10 )

(10, 0,05)

-20 -10 10 20 x  km 
(-5, -0,4)  
 l 

-1
Gambar 3.9

Perhatikan bahwa, bila x  0, saat x menaik S menurun. Dengan demikian, banyaknya


km adalah lebih besar bila km per liter aslinya
yang dihemat dari naiknya efisiensi sebesar 10 liter

buruk (bila x kecil) daripada bila km per liter aslinya itu baik (bila x besar). Anda dapat
membuktikan kebenaran hal ini dengan substitusi. Untuk situasi tertentu yang diceritakan di atas,
k = dg = 50.000.000, jadi misalkan
S(x) = 500 .000.000
x ( x  10) = banyaknya yang dihemat bila efisiensi bahan bakar meningkat
km .
dari x ke (x + 10) liter
Maka S(10) = 50010
.000.000 = Rp2.500.000,00 dihemat
 20
S(15) = 500 .000.000  Rp1.333.333,00 dihemat
15  25

2
km ke 20 km menghemat hampir dua kali lipat
Dengan demikian, kenaikan dari 10 liter liter
km ke 25 km .
dibandingkan kenaikan dari 15 liter liter

Fungsi S merupakan sebuah contoh dari fungsi rasional, suatu fungsi yang formulanya
dapat dituliskan sebagai suatu bentuk rasional.

Definisi 3.5
Suatu fungsi f adalah fungsi rasional jika dan hanya jika terdapat polinom-polinom p(x)
p( x)
dan q(x) dengan f(x) = q( x) untuk semua x dalam domain f.

Semua fungsi polinom merupakan fungsi-fungsi rasional; misalnya, jika f didefinisikan

oleh f(x) = x2 – 2x – 15, maka f(x) = x 21x15 dan karena 1 adalah suatu fungsi polinom yang
2

konstan, maka f adalah rasional. Juga, kebalikan-kebalikan dari fungsi-fungsi polinom bukan nol

adalah rasional. Namun demikian, formula-formula r(x) = cosx x5 2 dan s(x) =
2 x  1  3 tidak
x2 9

mendefinisikan fungsi-fungsi rasional karena kita tidak mungkin menemukan sebarang fungsi
polinom yang hasilbagi-hasilbaginya sama dengan yang disebutkan ini.
Karena hasiljumlah, selisih, hasilkali, dan hasilbagi dari dua bentuk rasional dapat
dituliskan sebagai bentuk-bentuk rasional, maka maka hasiljumlah, selisih, hasilkali, dan
hasilbagi dari dua fungsi rasional adalah fungsi-fungsi rasional. Misalnya, bila g(x) = x 9 2 dan

h(x) = x3 maka f = g + h adalah suatu fungsi rasional karena

f(x) = g(x) + h(x) = x 9 2 + x3


x3 ( x  2)
= x 9 2 + x2

= x x2x2 9
4 3

Oleh karena itu, f(x) adalah suatu hasilbagi dari polinom-polinom dan dengan demikian f
merupakan suatu fungsi rasional. Perhatikan bahwa f didefinisikan untuk semua bilangan real x
sedemikian hingga x  -2.

Domain dari suatu fungsi rasional memiliki hubungan dengan bentuknya. Jika
p( x)
f(x) = q( x) ,

di mana p(x) dan q(x) adalah polinom-polinom, maka domain dari f adalah himpunan semua
bilangan real x sedemikian hingga q(x)  0. Pada titik-titik di mana q(x) = 0, f tidak didefinisikan
dan grafiknya memiliki salah satu dari ciri-ciri berikut ini:
3
(i) suatu asimtot vertikal, seperti untuk x = 2 atau x = -2 dalam h di bawah ini,
atau, (ii) suatu lubang, seperti untuk x = 4 dalam g di bawah ini.

Suatu fungsi f dikatakan memiliki diskontinuitas terhapuskan di titik x jika grafik f


memiliki lubang di x tetapi kontinu pada interval di sekitar x. Diskontinuitas ini disebut
terhapuskan karena fungsinya dapat dibuat kontinu dengan mendefinisikan kembali nilainya
pada satu titik itu. Di sisi lain, pendefinisian nilai fungsi pada satu titik tidak dapat meniadakan
diskontinuitas pada asimtot vertikal, seperti Anda dapat saksikan dalam grafik untuk h. Suatu
diskontinuitas yang tidak dapat dihapuskan dengan pemasukkan sebuah titik tunggal disebut
diskontinuitas esensial.

x3 x2 x 2  2x  8 3
f (x)    6x g( x )  h( x ) 
3 2 x4 4  x2

y y y
10 6 4

4 2
x
2 -3 -1 1 3
-5 -3 -1 1 3 x
-2
-4 -2 2 4 x
-10 -2
-4

tidak ada diskontinuitas satu diskontinuitas terhapuskan dua diskontinuitas esensial

Gambar 3.10

Contoh-contoh berikut mengilustrasikan bagaimana kajian diskontinuitas-diskontinuitas


suatu fungsi dapat digunakan untuk membuat sketsa grafiknya.

Contoh 3.11
Tentukan lokasi dari diskontinuitas terhapuskan dari fungsi g di atas.

Jawab
Diskontinuitas terjadi di x = 4 karena di sanalah fungsi itu tidak didefinisikan. Perhatikan bahwa
( x 2)( x4)
formula untuk g dapat direduksi; x x2 4x8 
2
x 4 = x + 2, dengan syarat x  4. Oleh karena

itu, grafik g adalah garis yang persamannya y = x + 2 di mana pun kecuali di x = 4 di mana grafik
tersebut berlubang. Karena x + 2 = 6 bila x = 4, maka lubang terdapat di (4, 6). Jika kita ingin
mendefinisikan g(4) = 6, maka lubang itu akan terisi. Jadi diskontinuitas ini terhapuskan.

Perlu Anda perhatikan, bahwa:


Jika sebuah fungsi memiliki diskontinuitas dan Anda membuat grafiknya dengan pembuat grafik
otomatis, grafik itu barangkali tampak seolah tidak berlubang. Saat Anda membuat sketsa
grafiknya pada kertas, pastikan Anda menandai lubangnya.

4
Contoh 3.12
Tunjukkan bahwa fungsi h di atas memiliki diskontinuitas esensial di x = 2.

Jawab
Saat x  2+, maka nilai 4 – x2 adalah negatif, jadi h(x) = 3 adalah bernilai negatif. Dan
4 x 2

karena 4 – x2  0 saat h  2+, maka lim h(x) = . Dengan demikian, kita tidak mungkin
x2

mendefinisikan h(2) untuk membuat h kontinu. Jadi h memiliki suatu diskontinuitas di x = 2


yang sifatnya esensial.

Fungsi g dalam Contoh 3.11 memiliki lubang di x = 4. Karena x – 4 adalah suatu faktor
dari pembilangan maupun penyebut dari g(x), yang keduanya adalah nol untuk x = 4. Gagasan ini
dapat digunakan untuk memperbedakan antara lubang dan asimtot.

Teorema 3.2 Diskontinuitas


p( x)
Diketahui suatu fungsi rasional f dengan f(x) = q( x) , di mana p(x) dan q(x) adalah
polinom-polinom pada bilangan-bilangan real, jika  suatu bilangan real c sedemikian
hingga q(c) = 0 tetapi p(c)  0, maka f memiliki diskontinuitas esensial bila x = c dan garis
x = c merupakan suatu asimtot vertikal terhadap grafiknya.

Jika q(c) = 0 dan p(c) = 0, maka baik p(x) maupun q(x) memiliki faktor x – c. Anda
selanjutnya dapat memfaktorkan x – c ke luar dari dari pembilang dan penyebut dari f(x). Jika
fungsi rasional yang dihasilkan terdefinisikan untuk x = c, maka terdapat suatu diskontinuitas
terhapuskan di x = c. Inilah yang terjadi dalam Contoh 3.11. Jika fungsi yang dihasilkan masih
tidak terdefinisikan di x = c, maka analisislah diskontinuitas-diskontinuitasnya.
Akhirnya, catatlah bahwa suatu fungsi yang nonrasional mungkin memiliki suatu
diskontinuitas esensial tanpa asimtot. Misalnya, fungsi F: x  x  , yang didefinisikan oleh F(x)

= x  = bilangan bulat terbesar yang  x, memiliki diskontinuitas esensial di tiap bilangan bulat,

tetapi fungsi ini tidak memiliki asimtot-asimtot.

Perilaku Akhir dari Fungsi-fungsi Rasional

Dengan alat pembuat grafik otomatis, Anda dapat mudah menentukan perilaku suatu
fungsi rasional pada sebarang interval. Teorema Diskontinuitas memungkinkan kita untuk

5
menentukan sebarang asimtot-asimtot fungsi tersebut, dan dengan cara demikian memberitahu
Anda apakah fungsi itu akan memiliki perilaku tak biasa yang jauh dari sumbu-x. Namun, tidak
satu pun dari keduanya dapat membantu untuk menentukan perilaku akhir fungsi.
Karena grafik-grafik dari fungsi-fungsi rasional memiliki banyak kemungkinan bentuk,
maka tampak bahwa tugas menentukan perilaku akhir-perilaku akhir dari semua fungsi rasional
adalah sukar. Bagian ini disajikan untuk menjelaskan dan membuktikan suatu teorema yang
menunjukkan bahwa tugas tersebut tidak sedemikian sukar. Teorema ini menyebutkan bahwa
perilaku akhir dari sebarang fungsi rasional adalah sama dengan perilaku akhir dari salah satu
dari tiga fungsi: fungsi pangkat, fungsi konstanta, atau kebalikan dari fungsi pangkat.
Fungsi-fungsi polinom, yang dalam beberapa segi adalah yang paling sederhana dari
fungsi-fungsi rasional, akan dianalisis paling awal. (Fungsi-fungsi polinom adalah pada fungsi-
fungsi rasional sebagaimana bilangan-bilangan bulat pada bilangan-bilangan rasional.)

Misalkan fungsi polinom p didefinisikan oleh

p(x) = 3x4 – 5x3 + 8x2 – 20x + 16.

Keluarkan faktor x4. Ini merumitkan bentuk untuk p(x) tetapi menyederhanakan analisis perilaku
akhirnya.

p(x) = 3  x5  82  20
x3
 164 x
x
4
x

Perilaku akhir dari p adalah perilaku p(x) sebagai x . Dengan kalkulator, Anda dapat melihat

seberapa dekat 3  5  82  20 16


3  4 terhadap 3 bila x besar.
x x x x

x 3  5  82  20  164 p(x) 3x4


p( x)
x x x3 x 3x4
50 2,90304 1,814  107 1,875  107 0,9675
100 2,95078 2,951  108 3,000  108 0,9837
500 2,99003 1,869  1011 1,875  1011 0,9968
1000 2,99501 2,995  1012 3,000  1012 0,9983
10.000 2,99950 2,999  1016 3,000  1018 0,9998


Saat x semakin besar, p(x) = 3  5  82  20 16 4
3  4 x tidak semakin mendekati 3x ,
x x x x
4

p( x)
tetapi rasio dari polinom-polinom ini semakin mendekati 1. Oleh karena itu, perilaku akhir
3x4

dari p sama dengan perilaku akhir dari fungsi pangkat 3x4. Yaitu,

lim p(x) = +  dan lim p(x) = + 


x  x  

Secara umum, misalkan p suatu fungsi polinom berderajat n yang didefinisikan oleh

6
p(x) = anxn + an – 1xn  1 + ... + a1x + a0.

Bila x  0, polinom ini dapat ditulis kembali atau ditransformasi ke dalam bentuk ekuivalen (dan
tidak biasa) berikut ini dengan mengeluarkan faktor xn.

 a
x
a
x x
a
p(x) = a n  nx1  n22  ...  n11  0n x n
a

Saat x semakin menjauhi titik asal, nilai-nilai dari suku-suku
an 1 an  2 a1 a0
x , x 2 , ... , x n 1 , x n

a a a a
semakin mendekati 0. Sebenarnya, a n  nx1  n22  ...  n11  0n dapat dibuat sedekat mungkin
x x x

terhadap an seperti keinginan kita dengan mengambil x cukup jauh ke kiri atau ke kanan dari titik
asal. Dengan demikian, bila x besar, maka rasio nilai-nilai dari

 a
x
a
x x
a
p(x) = a n  nx1  n22  ...  n11  0n x n
a

dan anxn menjadi dekat secara arbitrer ke nilai-nilai 1.

Dengan demikian, jauh ke kiri atau kanan dari titik asal, grafik dari p akan berperilaku
sangat mirip dengan grafik fungsi pangkat q yang didefinisikan oleh q(x) = anxn. Oleh karena itu,
grafik-grafik dari p dan q menampilkan perilaku akhir yang sama meskipun fungsi-fungsi itu
barangkali sangat berbeda untuk nilai-nilai x yang relatif dekat dengan titik asal. Berdasarkan hal
tersebut, Anda dapat menentukan perilaku akhir dari sebarang fungsi polinom dengan memeriksa
derajatnya dan tanda dari koefisien yang berada paling depan!
n  1
Polinom p(x) = p(x) = anxn + an – 1x + ... + a1x + a0, biasanya ditulis dalam urut
menurun berdasarkan pangkat-pangkat dari suku-sukunya. Oleh karena itu, suku anxn disebut
suku kepala. Analisis di atas ini menunjukkan bahwa perilaku akhir dari suatu fungsi polinom
sama dengan perilaku akhir dari suku kepalanya.
Prosedur yang digunakan untuk menentukan perilaku akhir dari fungsi-fungsi polinom
dapat diperluas pada sebarang fungsi-fungsi rasional. Perhatikan berapa banyak teknik yang
telah Anda dapatkan untuk menentukan perilaku akhir.
Contoh 3.13

Deskripsikan perilaku akhir dari fungsi g yang didefinisikan oleh formula


g ( x )  2 x2  1
2
x 1

Jawab 1
Sebuah kalkulator atau komputer dapat menghasilkan tabel nilai-nilai g(x) untuk nilai-nilai besar
dari x . Dari baris terakhir, tampak bahwa lim g(x) = 2.
x 

7
x 2 5 10 100 1000
g ( x )  2 x2  1
2
x 1
3 2,125 2,0303 2,0003 2,000003

Karena g adalah suatu fungsi genap, maka fungsi itu simetrik terhadap sumbu-y. Dari semua ini,
tampak bahwa lim g(x) = lim g(x) = 2.
x   x 

Jawab 2
Bagilah pembilang dan penyebut dari formula itu oleh pangkat tertinggi dari variabel independen
yang muncul dalam penyebut. Pada kasus ini, bagilah oleh x2.
2x 2  1 2  1
g ( x )  2 x2  1  2x
2
2
 x2
x 1 x 1 1  12
x2 x

Untuk nilai-nilai x jauh di kiri atau di kanan titik asal, 12 sangatlah kecil, dan oleh karena itu
x
2
nilai-nilai g(x) menjadi dekat secara arbitrer ke 1 = 2. Dalam notasi limit, ini ditulis

lim g(x) = lim


x  x 
2xx 11  =
2
2 lim
x  
2xx 11  = 2.
2
2

Dengan demikian, garis y = 2 adalah asimtot horizontal untuk fungsi tersebut.

Jawab 3
Gunakan pembagian panjang. Bagilah 2x2 + 1 oleh x2 – 1.
2
x2 1 ) 2x2  1
2x2  2
3

Pembagian panjang di atas ini menunjukkan bahwa g ( x)  2 x2  1  2 


2 3
. Karena x2 – 1 terus
x 1 x 1
2

tumbuh tanpa batas sebagai x  + , maka lim


x 
x 31 = 0. Jadi lim
2
x 
g(x) = lim g(x) = 2.
x  

y 2x 2  1
g( x ) 
x2 1
Periksa 4

Sebuah grafik untuk g diberikan di sebelah 3


2
kanan ini. Grafik tersebut menegaskan bahwa
1
perilaku akhirnya dideskripsikan oleh
lim g(x) = lim g(x) = 2. -3 -2 -1 1 2 3 x
x  x  
-1

-2

Gambar 3.11
8
Jawaban 3 untuk Contoh 3.13 mengilustrasikan bagaimana pembagian panjang dapat
digunakan untuk menuliskan suatu fungsi ke dalam bentuk yang memungkinkan perilaku sebagai
x  + dan sebagai x   ditentukan dengan cepat. Ini dapat dilakukan pada sebarang fungsi
rasional di mana derajat pembilang adalah lebih besar atau sama dengan derajat penyebutnya.

Contoh 3.14

Misalkan h fungsi yang didefinisikan oleh h(x) = x 3x14x6 12 .


2

a. Tulis ulang h(x) dengan menggunakan pembagian panjang.


b. Gunakan hasil dari bagian a untuk mendiskusikan perilaku dari h sebagai x  + dan
sebagai x  .

Jawab
a. 1
3 x4
3x  6 ) x 2  14 x  12
x2  2x
12 x  12
12 x  24
 12

Oleh karena itu, h(x) = 13 x  4  3x12


6
c. Perhatikan bahwa sebagai x  + dan sebagai x  , 3x12  6 secara arbitrer
mendekati 0. Oleh karena itu diketahui bahwa nilai-nilai dari h(x) secara arbitrer
mendekati nilai-nilai 13 x  4 . Yaitu,
lim h(x) = lim
x  x 
13 x  4 = +,
lim h(x) = lim 13 x  4  = .
x   x  

Pada Contoh 3.14, garis y = 13 x  4 disebut asimtot miring terhadap grafik dari h. Di
bawah ini, fungsi h dan asimtot miringnya, digambarkan. Di sebelah kiri, sumbu-sumbu x dan y
memiliki skla yang sama. Grafik yang terdapat di tengah dan sebelah kanan menunjukkan efek-
efek dari pembesaran di sepanjang sumbu x. Perhatikan bahwa untuk nilai-nilai x yang sangat
besar atau sangat kecil, grafik h semakin mendekati garis y = 13 x  4 .

y y y
1 x
4
y =h(x)
y  3 y =h(x)
5 y =h(x) 5 5

-10 -5 5 10 x -10 10 x -20 20 x

Gambar 3.12
9
Dari contoh polinom yang diberikan pada awal bagian ini dan dari Contoh 3.13,
barangkali Anda telah membuat dugaan tentang pola umumnya. Saat sebuah fungsi rasional
dituliskan sebagai hasilbagi dari polinom-polinom, perilaku akhirnya ditemukan dengan
membagi suku-suku kepala dari polinom-polinom itu.

Teorema 3.3 (Perilaku Akhir dari Fungsi-fungsi Rasional)


a m x m  ...  a1xa0
Misalkan f(x) =  bilangan real x untuk mana penyebutnya adalah bukan
bn x n  ... b1xb0
nol, di mana ai dan bi adalah bilangan-bilangan real  i, am  0, dan bn  0. Maka perilaku
akhir dari fungsi f adalah sama dengan perilaku akhir dari fungsi g yang didefinisikan oleh
a
g(x) = bm x m  n  bilangan real x.
n

Bukti
Tulis kembali formula untuk f(x) dengan memfaktorkan xm dari pembilang dan memfaktorkan
xn dari penyebut.

f(x) =
a 
m
a
x
m 1 am 2

x2
a a
 ...  m11  m0 x m
x x

 b  bn1  bn2  ...  b1  b0  xn
 x n 1 x n 
n
x x2

Saat x semakin membesar, semua suku di dalam tanda kurung mendekati nol kecuali am dan bn,

yang adalah konstan. Dengan demikian

am xm am m  n
lim f(x) = lim = lim bn
x = lim g(x)
x  x  bn xn x  x 

am xm am m  n
dan lim f(x) = lim = lim bn
x = lim g(x)
x   x   bn xn x   x  

Contoh 3.15
4000
Deskripsikan perilaku akhir dari fungsi w yang didefinisikan oleh w(h) = 150 4000 h
 2

Jawab
Tulislah formula itu sebagai hasilbagi dari polinom-polinom. Perhatikan bahwa polinom dalam
penyebut diperluas dan dituliskan dalam urut eksponen-eksponen yang menurun.

150  40002
w(h) =
h2  8000h  40002

Pembilangnya adalah suatu polinom konstan p(h) = 150  40002. Penyebutnya adalah suatu
bentuk kuadrat q(h) = h2 + 8000h + 40002. Perilaku akhir dari w sama dengan perilaku akhir
10
g: h  150 14000  12 = 150  4000
2 2
2
.
h h

Ini merupakan fungsi invers kuadrat yang perilaku akhirnya harus Anda ketahui.
lim w(h) = lim g(h) = 0 dan lim w(h) = lim g(h) = 0.
h   h   h  h 

Fungsi dalam Contoh 3.15 barangkali tampak aneh, tetapi sebenarnya tidak. Jika seorang
astronot memiliki berat badan 150 lb di permukaan Bumi, w(h) adalah berat astronot itu pada
ketinggian h mil di atas permukaan Bumi. Karena lim w(h) = 0 saat astronot itu semakin
h  

menjauh dari permukaan Bumi, maka berat badannya mendekati nol, yang dikenal sebagai
keadaan tanpa bobot.

Empat fungsi spesifik dalam bagian ini mengilustrasikan kasus-kasus utama dari
Teorema Perilaku Akhir Fungsi-fungsi Rasional.

aturan fungsi m n jenis perilaku akhir


p(x) = 3x4 – 5x3 + 8x2 – 20x + 16 3 0 mn seperti fungsi pangkat f(x) = 3x4
h(x) = x 3x14x6 12
2 mn seperti fungsi linear f(x) = 13 x  4
2 1
m=n+1
g ( x )  2 x2  1
2
x 1
2 2 m=n seperti fungsi konstan f(x) = 2
4000
w(h) = 150 4000 
h

2

2 mn
seperti kebalikan dari fungsi pangkat
f(h) = 150  4000
0 2
2h

Fungsi tan, cot, sec, csc

Anda dapat membuat suatu fungsi rasional dengan menggunakan kebalikan dari suatu
fungsi polinom atau dengan membagi satu fungsi polinom oleh satu fungsi polinom lainnya.
Serupa itu, fungsi-fungsi trigonometri baru dapat diperoleh dengan menggunakan kebalikan dari
fungsi sinus atau fungsi kosinus atau dengan membagi salah satu dari fungsi-fungsi itu dengan
satu fungsi lainnya. Keempat fungsi tersebut bukan fungsi-fungsi rasional tetapi semuanya dapat
dianalisis dengan menggunakan banyak teknik yang telah Anda pelajari dalam bagian-bagian
sebelumnya. Nama-namanya mungkin telah Anda kenal dalam pelajaran-pelajaran lebih awal.

11
Definisi 3.6
Untuk sebarang bilangan real x
tangen dari x sin x dengan syarat cos x  0.
= tan x = cos x
kotangen dari x = cot x = cos x dengan syarat sin x  0.
sin x
sekan dari x 1 dengan syarat cos x  0.
= sec x = cos x

kosekan dari x = csc x = sin1 x dengan syarat sin x  0.

Masing-masing definisi ini mendefinisikan suatu fungsi yang domainnya adalah himpunan
semua bilangan real kecuali bilangan-bilangan untuk mana penyebutnya adalah 0.

Dari definisi-definisi tersebut, nilai-nilai dari masing-masing fungsi dapat dihitung.


Misalnya,
cos π 3
π
cot = 6 = 2 = 3  1,732 dan sec 68 = 1  2,669.
6 sin π 1 cos 68
6 2

Juga, dari definisi-definisi di atas, beberapa nilai dari fungsi-fungsi itu dapat diperoleh
dari kajian segitiga-segitiga siku-siku. Misalnya, dalam segitiga yang ditampilkan berikut ini,

sisi di hadapan 

tan  = sin  =
hipotenusa 41
4
cos  sisi di dekat 
hipotenusa

sisi di hadapan 
= = 4. 5
sisi di dekat  5
Gambar 3.13

Dengan fungsi-fungsi rasonal, bila suatu nilai x menyebabkan penyebut jadi 0, maka
terdapat diskontinuitas. Hal yang sama berlaku pula untuk fungsi-fungsi trigonometri ini.
Perhatikan fungsi kosekan. Karena sin x = 0 bila x adalah kelipatan , maka fungsi kosekan tidak
didefinisikan untuk x kelipatan .
Untuk setiap nilai x di mana sin x = 0 terdapat suatu asimtot vertikal pada fungsi kosekan.
Perhatikan juga bahwa dua fungsi ini memiliki nilai-nilai yang sama untuk sin x = 1 atau untuk
sin x = -1. Ini adalah karena bilangan-bilangan 1 dan -1 sama dengan kebalikan-kebalikannya.
Keterangan yang telah kita bahas sejauh ini ditampilkan di bawah ini.

12
y

  0     x
-1

-2
Noktah-noktah menandakan titik-titik pada y = csc x.
Garis putus-putus menandakan asimtot-asimtot dari y = csc x.

Gambar 3.14

Saat sebuah bilangan adalah positif, kebalikan dari bilangan itu adalah positif, dan bila
sebuah bilangan adalah negatif, maka kebalikannya pun negatif. Dengan demikian, sinus dan
kosekan adalah positif pada waktu bersamaan dan negatif pada waktu bersamaan. Saat sinus
mendekati nol, kosekan menjauhi nol. Dan karena sinus bersifat periodik dengan periode 2,
kosekan pun bersifat periodik. Keterangan tersebut menjadi dasar dari sketsa grafik berikut ini.

y csc : x  csc x
3

2
1

  0     x
-1
-2

-3

Gambar 3.15

Grafik fungsi sekan terkait dalam cara serupa itu dengan grafik kosinus.

Grafik-grafik dari fungsi-fungsi tangen dan kotangen memiliki bentuk yang sangat
berbeda dari sebarang grafik-grafik yang Anda telah lihat. Pertama, perhatikan bahwa karena

tan x = sin  , maka tangen tidak didefinisikan saat cos x = 0. Kedua, berdasarkan definisi, tan x
cos 

= 0 jika dan hanya jika sin x = 0. Ketiga, tangen adalah positif saat sinus dan kosinus memiliki
tanda yang sama, dan tangen adalah negatif saat sinus dan kosinus memiliki tanda-tanda berbeda.
Grafik fungsi tangen memperlihatkan semua sifat tersebut. Satu hal yang mengherankan yaitu
bahwa fungsi tangen memiliki periode , bukan 2.

13
y tan : x  tan x
2

  0     x
-1

-2

Gambar 3.16

14

Anda mungkin juga menyukai