Anda di halaman 1dari 28

CONTINUOUS AUDITING

Leave a reply

Perkembangan teknologi yang sangat pesat dan intensif telah membawa perubahan dalam pola
bisnis di segala jenis industri. Teknologi sudah menjadi sesuatu yang harus diadopsi agar dapat
memenuhi kebutuhan sebuah perusahaan untuk menjangkau nasabahnya dan juga sekaligus untuk
bisa eksis dalam kompetisi market.

Sesungguhnya, teknologi sangat membantu manusia dan pelaku bisnis untuk saling berinteraksi,
bertransaksi dan juga saling tukar menukar informasi yang dibutuhkan dalam proses pengambilan
keputusan bisnis.

Untuk profesi internal auditor, perkembangan teknologi ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana
untuk mengintensifkan peran dam fungsinya untuk bisa memberikan nilai tambah sekaligus untuk
membuat pelaksanaan tugasnya semakin efektif dan efisien. Hal ini akan sangat terasa gunamya
apabila perusahaan sangat mrngandalkan teknologi informasi dalam pemrosesan transaksi serta
memberi layanan yang fleksibel bagi nasabah untuk bertransaksi kapan saja dan di mana
saja. Online transactions and 24 hours services!

Banking adalah adalah salah satu contoh industri yang sarat menggunakan teknologi dalam
pemrosesan transaksinya.
Dapat dibayangkan betapa banyaknya transaksi yang terjadi setiap harinya dari seluruh cabang
yang ada bahkan transaksi antar bank baik lokal maupun global.

Tak dapat dipungkiri pula betapa internal auditor akan semaput melakukan tugasnya apabila metode
dan alat yang digunakan masih manual serta metodologi masih tradisionil.

What is Continuous Auditing?

Merujuk dokumen The IIA’s Global Technology Audit Guide (GTAG) dalam serial
issue “Continuous Auditing: Implications for Assurance, Monitoring, and Risk Assessment”,
continuous auditing is defined as the automatic method used to perform control and risk
assessments on a more frequent basis. As the guide states, technology plays a key role in
continuous audit activities by helping to automate the identification of exceptions or anomalies,
analyze patterns within the digits of key numeric fields, review trends, and test controls, among other
activities.

Dari arti sepintas sebagaimana definisi tersebut, dapat kiranya dipahami


bahwa continuousauditing ini sangat berguna bagi auditor untuk dapat melakukan identifikasi dan
analisis apabila ada anomali dari perilaku bisnis atau transaksi yang direpresentasikan dalam data-
data. Analisis itu dapat dilakukan dengan review trend serta melakukan test terhadap kontrol atas
aktivitas atau proses bisnis yang berkaitan.

Sebagai contoh, anggaplah satu cabang bank tertentu telah diperiksa oleh Departement Audit 6
bulan lalu. Karena lokasi cabang tersebut relatif jauh dan pada tahun-tahun sebelumnya,
pertumbuhan bisnis kredit biasa-biasa saja, maka Departemen Audit mungkin akan menjadwalkan
kunjungan pemeriksaan berikutnya agak lama.

Tentu, kebijakan ini boleh saja. Akan tetapi akan lebih baik apabila Departemen Audit memiliki
metodologi yang baik melalui sistem otomasi untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya anomali
dalam perkembangan bisnisnya. Kemudian menganalisis dan memastikan aspek logisnya.
Memang, manajemen mimiliki monitoring system namun monitoring system yang dimiliki oleh
manajemen juga harus dilakukan review oleh Departemen Audit secara periodik.

Bisa dibayangkan, bahwa apabila sebuah cabang dalam waktu yang relatif singkat memiliki portfolio
yang besar dan growth yang terjadi relatif sangat tinggi dibanding periode sebelumnya. Disisi lain,
tidak ada perubahan yang berarti berupa tambahan sumber daya yang menunjang pertumbuhan
tersebut.

Pertumbuhan yang besar tidak selamanya baik dan harus menjadi concern auditor dan melakukan
analisis yang baik. Dan apabila sistem informasi yang terotomasi sudah dimiliki maka Departemen
Audit dapat menggunakan CAATs dan meningkatkan kapabilitas auditor dalam menganalisis data
yang tersedia. Apabila aspek logis dari informasi atau dari hasil analisis data tidak terpenuhi dan
mencurigakan, maka internal auditor dapat melakukan audit dan testing yang detail secara on site.
CAATs sebaiknya didesain sesuai struktur data dan kompleksitas transaksi dan juga disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan auditor serta dipikirkan aspek fleksibilitasnya. Pengembangan secara
berkelanjutan sangat dibutuhkan sehingga auditor semakin difasilitasi dalam melakukan
pekerjaannya.
Banyak kasus yang dramatis terjadi pada industri perbankan karena integritas oknum pegawai yang
tidak terkontrol. Disisi lain, jumlah target yang tinggi juga dapat memicu unit operasional tertekan
dan menjadi loose control dan menjadi tidak rasional dalam mengkalkulasi risiko.

Continous Auditing, adalah suatu keharusan dalam era pemanfaatan teknologi informasi dan hal
ini akan semakin intensif pada masa yang akan datang. Departemen Audit harus mampu mengambil
manfaat untuk membuat operasional Departemen Audit semakin efisien, efektif dan bernilai tambah.

Segudang manfaat yang dapat diperoleh dari implementasi konsep Continuous Auditing, mulai dari
feeding ke proses risk assessment, monitoring dan assurance yang lebih berkesinambungan hingga
fraud detection. Hal lain yang dapat dinikmati adalah peningkatan kapabilitas yang baik bagi
Departemen Internal Audit sehingga dapat mengukur posisi berdasarkan Internal Audit Capability
Model.
CONTINUOUS AUDITING
Leave a reply

Perkembangan teknologi yang sangat pesat dan intensif telah membawa perubahan dalam pola
bisnis di segala jenis industri. Teknologi sudah menjadi sesuatu yang harus diadopsi agar dapat
memenuhi kebutuhan sebuah perusahaan untuk menjangkau nasabahnya dan juga sekaligus untuk
bisa eksis dalam kompetisi market.

Sesungguhnya, teknologi sangat membantu manusia dan pelaku bisnis untuk saling berinteraksi,
bertransaksi dan juga saling tukar menukar informasi yang dibutuhkan dalam proses pengambilan
keputusan bisnis.

Untuk profesi internal auditor, perkembangan teknologi ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana
untuk mengintensifkan peran dam fungsinya untuk bisa memberikan nilai tambah sekaligus untuk
membuat pelaksanaan tugasnya semakin efektif dan efisien. Hal ini akan sangat terasa gunamya
apabila perusahaan sangat mrngandalkan teknologi informasi dalam pemrosesan transaksi serta
memberi layanan yang fleksibel bagi nasabah untuk bertransaksi kapan saja dan di mana
saja. Online transactions and 24 hours services!

Banking adalah adalah salah satu contoh industri yang sarat menggunakan teknologi dalam
pemrosesan transaksinya.
Dapat dibayangkan betapa banyaknya transaksi yang terjadi setiap harinya dari seluruh cabang
yang ada bahkan transaksi antar bank baik lokal maupun global.

Tak dapat dipungkiri pula betapa internal auditor akan semaput melakukan tugasnya apabila metode
dan alat yang digunakan masih manual serta metodologi masih tradisionil.

What is Continuous Auditing?

Merujuk dokumen The IIA’s Global Technology Audit Guide (GTAG) dalam serial
issue “Continuous Auditing: Implications for Assurance, Monitoring, and Risk Assessment”,
continuous auditing is defined as the automatic method used to perform control and risk
assessments on a more frequent basis. As the guide states, technology plays a key role in
continuous audit activities by helping to automate the identification of exceptions or anomalies,
analyze patterns within the digits of key numeric fields, review trends, and test controls, among other
activities.

Dari arti sepintas sebagaimana definisi tersebut, dapat kiranya dipahami


bahwa continuousauditing ini sangat berguna bagi auditor untuk dapat melakukan identifikasi dan
analisis apabila ada anomali dari perilaku bisnis atau transaksi yang direpresentasikan dalam data-
data. Analisis itu dapat dilakukan dengan review trend serta melakukan test terhadap kontrol atas
aktivitas atau proses bisnis yang berkaitan.

Sebagai contoh, anggaplah satu cabang bank tertentu telah diperiksa oleh Departement Audit 6
bulan lalu. Karena lokasi cabang tersebut relatif jauh dan pada tahun-tahun sebelumnya,
pertumbuhan bisnis kredit biasa-biasa saja, maka Departemen Audit mungkin akan menjadwalkan
kunjungan pemeriksaan berikutnya agak lama.
Tentu, kebijakan ini boleh saja. Akan tetapi akan lebih baik apabila Departemen Audit memiliki
metodologi yang baik melalui sistem otomasi untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya anomali
dalam perkembangan bisnisnya. Kemudian menganalisis dan memastikan aspek logisnya.
Memang, manajemen mimiliki monitoring system namun monitoring system yang dimiliki oleh
manajemen juga harus dilakukan review oleh Departemen Audit secara periodik.

Bisa dibayangkan, bahwa apabila sebuah cabang dalam waktu yang relatif singkat memiliki portfolio
yang besar dan growth yang terjadi relatif sangat tinggi dibanding periode sebelumnya. Disisi lain,
tidak ada perubahan yang berarti berupa tambahan sumber daya yang menunjang pertumbuhan
tersebut.

Pertumbuhan yang besar tidak selamanya baik dan harus menjadi concern auditor dan melakukan
analisis yang baik. Dan apabila sistem informasi yang terotomasi sudah dimiliki maka Departemen
Audit dapat menggunakan CAATs dan meningkatkan kapabilitas auditor dalam menganalisis data
yang tersedia. Apabila aspek logis dari informasi atau dari hasil analisis data tidak terpenuhi dan
mencurigakan, maka internal auditor dapat melakukan audit dan testing yang detail secara on site.
CAATs sebaiknya didesain sesuai struktur data dan kompleksitas transaksi dan juga disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan auditor serta dipikirkan aspek fleksibilitasnya. Pengembangan secara
berkelanjutan sangat dibutuhkan sehingga auditor semakin difasilitasi dalam melakukan
pekerjaannya.
Banyak kasus yang dramatis terjadi pada industri perbankan karena integritas oknum pegawai yang
tidak terkontrol. Disisi lain, jumlah target yang tinggi juga dapat memicu unit operasional tertekan
dan menjadi loose control dan menjadi tidak rasional dalam mengkalkulasi risiko.

Continous Auditing, adalah suatu keharusan dalam era pemanfaatan teknologi informasi dan hal
ini akan semakin intensif pada masa yang akan datang. Departemen Audit harus mampu mengambil
manfaat untuk membuat operasional Departemen Audit semakin efisien, efektif dan bernilai tambah.

Segudang manfaat yang dapat diperoleh dari implementasi konsep Continuous Auditing, mulai dari
feeding ke proses risk assessment, monitoring dan assurance yang lebih berkesinambungan hingga
fraud detection. Hal lain yang dapat dinikmati adalah peningkatan kapabilitas yang baik bagi
Departemen Internal Audit sehingga dapat mengukur posisi berdasarkan Internal Audit Capability
Model.
CONTINUOUS AUDITING
Leave a reply

Perkembangan teknologi yang sangat pesat dan intensif telah membawa perubahan dalam pola
bisnis di segala jenis industri. Teknologi sudah menjadi sesuatu yang harus diadopsi agar dapat
memenuhi kebutuhan sebuah perusahaan untuk menjangkau nasabahnya dan juga sekaligus untuk
bisa eksis dalam kompetisi market.

Sesungguhnya, teknologi sangat membantu manusia dan pelaku bisnis untuk saling berinteraksi,
bertransaksi dan juga saling tukar menukar informasi yang dibutuhkan dalam proses pengambilan
keputusan bisnis.

Untuk profesi internal auditor, perkembangan teknologi ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana
untuk mengintensifkan peran dam fungsinya untuk bisa memberikan nilai tambah sekaligus untuk
membuat pelaksanaan tugasnya semakin efektif dan efisien. Hal ini akan sangat terasa gunamya
apabila perusahaan sangat mrngandalkan teknologi informasi dalam pemrosesan transaksi serta
memberi layanan yang fleksibel bagi nasabah untuk bertransaksi kapan saja dan di mana
saja. Online transactions and 24 hours services!

Banking adalah adalah salah satu contoh industri yang sarat menggunakan teknologi dalam
pemrosesan transaksinya.
Dapat dibayangkan betapa banyaknya transaksi yang terjadi setiap harinya dari seluruh cabang
yang ada bahkan transaksi antar bank baik lokal maupun global.

Tak dapat dipungkiri pula betapa internal auditor akan semaput melakukan tugasnya apabila metode
dan alat yang digunakan masih manual serta metodologi masih tradisionil.

What is Continuous Auditing?

Merujuk dokumen The IIA’s Global Technology Audit Guide (GTAG) dalam serial
issue “Continuous Auditing: Implications for Assurance, Monitoring, and Risk Assessment”,
continuous auditing is defined as the automatic method used to perform control and risk
assessments on a more frequent basis. As the guide states, technology plays a key role in
continuous audit activities by helping to automate the identification of exceptions or anomalies,
analyze patterns within the digits of key numeric fields, review trends, and test controls, among other
activities.

Dari arti sepintas sebagaimana definisi tersebut, dapat kiranya dipahami


bahwa continuousauditing ini sangat berguna bagi auditor untuk dapat melakukan identifikasi dan
analisis apabila ada anomali dari perilaku bisnis atau transaksi yang direpresentasikan dalam data-
data. Analisis itu dapat dilakukan dengan review trend serta melakukan test terhadap kontrol atas
aktivitas atau proses bisnis yang berkaitan.

Sebagai contoh, anggaplah satu cabang bank tertentu telah diperiksa oleh Departement Audit 6
bulan lalu. Karena lokasi cabang tersebut relatif jauh dan pada tahun-tahun sebelumnya,
pertumbuhan bisnis kredit biasa-biasa saja, maka Departemen Audit mungkin akan menjadwalkan
kunjungan pemeriksaan berikutnya agak lama.
Tentu, kebijakan ini boleh saja. Akan tetapi akan lebih baik apabila Departemen Audit memiliki
metodologi yang baik melalui sistem otomasi untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya anomali
dalam perkembangan bisnisnya. Kemudian menganalisis dan memastikan aspek logisnya.
Memang, manajemen mimiliki monitoring system namun monitoring system yang dimiliki oleh
manajemen juga harus dilakukan review oleh Departemen Audit secara periodik.

Bisa dibayangkan, bahwa apabila sebuah cabang dalam waktu yang relatif singkat memiliki portfolio
yang besar dan growth yang terjadi relatif sangat tinggi dibanding periode sebelumnya. Disisi lain,
tidak ada perubahan yang berarti berupa tambahan sumber daya yang menunjang pertumbuhan
tersebut.

Pertumbuhan yang besar tidak selamanya baik dan harus menjadi concern auditor dan melakukan
analisis yang baik. Dan apabila sistem informasi yang terotomasi sudah dimiliki maka Departemen
Audit dapat menggunakan CAATs dan meningkatkan kapabilitas auditor dalam menganalisis data
yang tersedia. Apabila aspek logis dari informasi atau dari hasil analisis data tidak terpenuhi dan
mencurigakan, maka internal auditor dapat melakukan audit dan testing yang detail secara on site.
CAATs sebaiknya didesain sesuai struktur data dan kompleksitas transaksi dan juga disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan auditor serta dipikirkan aspek fleksibilitasnya. Pengembangan secara
berkelanjutan sangat dibutuhkan sehingga auditor semakin difasilitasi dalam melakukan
pekerjaannya.
Banyak kasus yang dramatis terjadi pada industri perbankan karena integritas oknum pegawai yang
tidak terkontrol. Disisi lain, jumlah target yang tinggi juga dapat memicu unit operasional tertekan
dan menjadi loose control dan menjadi tidak rasional dalam mengkalkulasi risiko.

Continous Auditing, adalah suatu keharusan dalam era pemanfaatan teknologi informasi dan hal
ini akan semakin intensif pada masa yang akan datang. Departemen Audit harus mampu mengambil
manfaat untuk membuat operasional Departemen Audit semakin efisien, efektif dan bernilai tambah.

Segudang manfaat yang dapat diperoleh dari implementasi konsep Continuous Auditing, mulai dari
feeding ke proses risk assessment, monitoring dan assurance yang lebih berkesinambungan hingga
fraud detection. Hal lain yang dapat dinikmati adalah peningkatan kapabilitas yang baik bagi
Departemen Internal Audit sehingga dapat mengukur posisi berdasarkan Internal Audit Capability
Model.
CONTINUOUS AUDITING
Leave a reply

Perkembangan teknologi yang sangat pesat dan intensif telah membawa perubahan dalam pola
bisnis di segala jenis industri. Teknologi sudah menjadi sesuatu yang harus diadopsi agar dapat
memenuhi kebutuhan sebuah perusahaan untuk menjangkau nasabahnya dan juga sekaligus untuk
bisa eksis dalam kompetisi market.

Sesungguhnya, teknologi sangat membantu manusia dan pelaku bisnis untuk saling berinteraksi,
bertransaksi dan juga saling tukar menukar informasi yang dibutuhkan dalam proses pengambilan
keputusan bisnis.

Untuk profesi internal auditor, perkembangan teknologi ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana
untuk mengintensifkan peran dam fungsinya untuk bisa memberikan nilai tambah sekaligus untuk
membuat pelaksanaan tugasnya semakin efektif dan efisien. Hal ini akan sangat terasa gunamya
apabila perusahaan sangat mrngandalkan teknologi informasi dalam pemrosesan transaksi serta
memberi layanan yang fleksibel bagi nasabah untuk bertransaksi kapan saja dan di mana
saja. Online transactions and 24 hours services!

Banking adalah adalah salah satu contoh industri yang sarat menggunakan teknologi dalam
pemrosesan transaksinya.
Dapat dibayangkan betapa banyaknya transaksi yang terjadi setiap harinya dari seluruh cabang
yang ada bahkan transaksi antar bank baik lokal maupun global.

Tak dapat dipungkiri pula betapa internal auditor akan semaput melakukan tugasnya apabila metode
dan alat yang digunakan masih manual serta metodologi masih tradisionil.

What is Continuous Auditing?

Merujuk dokumen The IIA’s Global Technology Audit Guide (GTAG) dalam serial
issue “Continuous Auditing: Implications for Assurance, Monitoring, and Risk Assessment”,
continuous auditing is defined as the automatic method used to perform control and risk
assessments on a more frequent basis. As the guide states, technology plays a key role in
continuous audit activities by helping to automate the identification of exceptions or anomalies,
analyze patterns within the digits of key numeric fields, review trends, and test controls, among other
activities.

Dari arti sepintas sebagaimana definisi tersebut, dapat kiranya dipahami


bahwa continuousauditing ini sangat berguna bagi auditor untuk dapat melakukan identifikasi dan
analisis apabila ada anomali dari perilaku bisnis atau transaksi yang direpresentasikan dalam data-
data. Analisis itu dapat dilakukan dengan review trend serta melakukan test terhadap kontrol atas
aktivitas atau proses bisnis yang berkaitan.

Sebagai contoh, anggaplah satu cabang bank tertentu telah diperiksa oleh Departement Audit 6
bulan lalu. Karena lokasi cabang tersebut relatif jauh dan pada tahun-tahun sebelumnya,
pertumbuhan bisnis kredit biasa-biasa saja, maka Departemen Audit mungkin akan menjadwalkan
kunjungan pemeriksaan berikutnya agak lama.
Tentu, kebijakan ini boleh saja. Akan tetapi akan lebih baik apabila Departemen Audit memiliki
metodologi yang baik melalui sistem otomasi untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya anomali
dalam perkembangan bisnisnya. Kemudian menganalisis dan memastikan aspek logisnya.
Memang, manajemen mimiliki monitoring system namun monitoring system yang dimiliki oleh
manajemen juga harus dilakukan review oleh Departemen Audit secara periodik.

Bisa dibayangkan, bahwa apabila sebuah cabang dalam waktu yang relatif singkat memiliki portfolio
yang besar dan growth yang terjadi relatif sangat tinggi dibanding periode sebelumnya. Disisi lain,
tidak ada perubahan yang berarti berupa tambahan sumber daya yang menunjang pertumbuhan
tersebut.

Pertumbuhan yang besar tidak selamanya baik dan harus menjadi concern auditor dan melakukan
analisis yang baik. Dan apabila sistem informasi yang terotomasi sudah dimiliki maka Departemen
Audit dapat menggunakan CAATs dan meningkatkan kapabilitas auditor dalam menganalisis data
yang tersedia. Apabila aspek logis dari informasi atau dari hasil analisis data tidak terpenuhi dan
mencurigakan, maka internal auditor dapat melakukan audit dan testing yang detail secara on site.
CAATs sebaiknya didesain sesuai struktur data dan kompleksitas transaksi dan juga disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan auditor serta dipikirkan aspek fleksibilitasnya. Pengembangan secara
berkelanjutan sangat dibutuhkan sehingga auditor semakin difasilitasi dalam melakukan
pekerjaannya.
Banyak kasus yang dramatis terjadi pada industri perbankan karena integritas oknum pegawai yang
tidak terkontrol. Disisi lain, jumlah target yang tinggi juga dapat memicu unit operasional tertekan
dan menjadi loose control dan menjadi tidak rasional dalam mengkalkulasi risiko.

Continous Auditing, adalah suatu keharusan dalam era pemanfaatan teknologi informasi dan hal
ini akan semakin intensif pada masa yang akan datang. Departemen Audit harus mampu mengambil
manfaat untuk membuat operasional Departemen Audit semakin efisien, efektif dan bernilai tambah.

Segudang manfaat yang dapat diperoleh dari implementasi konsep Continuous Auditing, mulai dari
feeding ke proses risk assessment, monitoring dan assurance yang lebih berkesinambungan hingga
fraud detection. Hal lain yang dapat dinikmati adalah peningkatan kapabilitas yang baik bagi
Departemen Internal Audit sehingga dapat mengukur posisi berdasarkan Internal Audit Capability
Model.
CONTINUOUS AUDITING
Leave a reply

Perkembangan teknologi yang sangat pesat dan intensif telah membawa perubahan dalam pola
bisnis di segala jenis industri. Teknologi sudah menjadi sesuatu yang harus diadopsi agar dapat
memenuhi kebutuhan sebuah perusahaan untuk menjangkau nasabahnya dan juga sekaligus untuk
bisa eksis dalam kompetisi market.

Sesungguhnya, teknologi sangat membantu manusia dan pelaku bisnis untuk saling berinteraksi,
bertransaksi dan juga saling tukar menukar informasi yang dibutuhkan dalam proses pengambilan
keputusan bisnis.

Untuk profesi internal auditor, perkembangan teknologi ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana
untuk mengintensifkan peran dam fungsinya untuk bisa memberikan nilai tambah sekaligus untuk
membuat pelaksanaan tugasnya semakin efektif dan efisien. Hal ini akan sangat terasa gunamya
apabila perusahaan sangat mrngandalkan teknologi informasi dalam pemrosesan transaksi serta
memberi layanan yang fleksibel bagi nasabah untuk bertransaksi kapan saja dan di mana
saja. Online transactions and 24 hours services!

Banking adalah adalah salah satu contoh industri yang sarat menggunakan teknologi dalam
pemrosesan transaksinya.
Dapat dibayangkan betapa banyaknya transaksi yang terjadi setiap harinya dari seluruh cabang
yang ada bahkan transaksi antar bank baik lokal maupun global.

Tak dapat dipungkiri pula betapa internal auditor akan semaput melakukan tugasnya apabila metode
dan alat yang digunakan masih manual serta metodologi masih tradisionil.

What is Continuous Auditing?

Merujuk dokumen The IIA’s Global Technology Audit Guide (GTAG) dalam serial
issue “Continuous Auditing: Implications for Assurance, Monitoring, and Risk Assessment”,
continuous auditing is defined as the automatic method used to perform control and risk
assessments on a more frequent basis. As the guide states, technology plays a key role in
continuous audit activities by helping to automate the identification of exceptions or anomalies,
analyze patterns within the digits of key numeric fields, review trends, and test controls, among other
activities.

Dari arti sepintas sebagaimana definisi tersebut, dapat kiranya dipahami


bahwa continuousauditing ini sangat berguna bagi auditor untuk dapat melakukan identifikasi dan
analisis apabila ada anomali dari perilaku bisnis atau transaksi yang direpresentasikan dalam data-
data. Analisis itu dapat dilakukan dengan review trend serta melakukan test terhadap kontrol atas
aktivitas atau proses bisnis yang berkaitan.

Sebagai contoh, anggaplah satu cabang bank tertentu telah diperiksa oleh Departement Audit 6
bulan lalu. Karena lokasi cabang tersebut relatif jauh dan pada tahun-tahun sebelumnya,
pertumbuhan bisnis kredit biasa-biasa saja, maka Departemen Audit mungkin akan menjadwalkan
kunjungan pemeriksaan berikutnya agak lama.
Tentu, kebijakan ini boleh saja. Akan tetapi akan lebih baik apabila Departemen Audit memiliki
metodologi yang baik melalui sistem otomasi untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya anomali
dalam perkembangan bisnisnya. Kemudian menganalisis dan memastikan aspek logisnya.
Memang, manajemen mimiliki monitoring system namun monitoring system yang dimiliki oleh
manajemen juga harus dilakukan review oleh Departemen Audit secara periodik.

Bisa dibayangkan, bahwa apabila sebuah cabang dalam waktu yang relatif singkat memiliki portfolio
yang besar dan growth yang terjadi relatif sangat tinggi dibanding periode sebelumnya. Disisi lain,
tidak ada perubahan yang berarti berupa tambahan sumber daya yang menunjang pertumbuhan
tersebut.

Pertumbuhan yang besar tidak selamanya baik dan harus menjadi concern auditor dan melakukan
analisis yang baik. Dan apabila sistem informasi yang terotomasi sudah dimiliki maka Departemen
Audit dapat menggunakan CAATs dan meningkatkan kapabilitas auditor dalam menganalisis data
yang tersedia. Apabila aspek logis dari informasi atau dari hasil analisis data tidak terpenuhi dan
mencurigakan, maka internal auditor dapat melakukan audit dan testing yang detail secara on site.
CAATs sebaiknya didesain sesuai struktur data dan kompleksitas transaksi dan juga disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan auditor serta dipikirkan aspek fleksibilitasnya. Pengembangan secara
berkelanjutan sangat dibutuhkan sehingga auditor semakin difasilitasi dalam melakukan
pekerjaannya.
Banyak kasus yang dramatis terjadi pada industri perbankan karena integritas oknum pegawai yang
tidak terkontrol. Disisi lain, jumlah target yang tinggi juga dapat memicu unit operasional tertekan
dan menjadi loose control dan menjadi tidak rasional dalam mengkalkulasi risiko.

Continous Auditing, adalah suatu keharusan dalam era pemanfaatan teknologi informasi dan hal
ini akan semakin intensif pada masa yang akan datang. Departemen Audit harus mampu mengambil
manfaat untuk membuat operasional Departemen Audit semakin efisien, efektif dan bernilai tambah.

Segudang manfaat yang dapat diperoleh dari implementasi konsep Continuous Auditing, mulai dari
feeding ke proses risk assessment, monitoring dan assurance yang lebih berkesinambungan hingga
fraud detection. Hal lain yang dapat dinikmati adalah peningkatan kapabilitas yang baik bagi
Departemen Internal Audit sehingga dapat mengukur posisi berdasarkan Internal Audit Capability
Model.
CONTINUOUS AUDITING
Leave a reply

Perkembangan teknologi yang sangat pesat dan intensif telah membawa perubahan dalam pola
bisnis di segala jenis industri. Teknologi sudah menjadi sesuatu yang harus diadopsi agar dapat
memenuhi kebutuhan sebuah perusahaan untuk menjangkau nasabahnya dan juga sekaligus untuk
bisa eksis dalam kompetisi market.

Sesungguhnya, teknologi sangat membantu manusia dan pelaku bisnis untuk saling berinteraksi,
bertransaksi dan juga saling tukar menukar informasi yang dibutuhkan dalam proses pengambilan
keputusan bisnis.

Untuk profesi internal auditor, perkembangan teknologi ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana
untuk mengintensifkan peran dam fungsinya untuk bisa memberikan nilai tambah sekaligus untuk
membuat pelaksanaan tugasnya semakin efektif dan efisien. Hal ini akan sangat terasa gunamya
apabila perusahaan sangat mrngandalkan teknologi informasi dalam pemrosesan transaksi serta
memberi layanan yang fleksibel bagi nasabah untuk bertransaksi kapan saja dan di mana
saja. Online transactions and 24 hours services!

Banking adalah adalah salah satu contoh industri yang sarat menggunakan teknologi dalam
pemrosesan transaksinya.
Dapat dibayangkan betapa banyaknya transaksi yang terjadi setiap harinya dari seluruh cabang
yang ada bahkan transaksi antar bank baik lokal maupun global.

Tak dapat dipungkiri pula betapa internal auditor akan semaput melakukan tugasnya apabila metode
dan alat yang digunakan masih manual serta metodologi masih tradisionil.

What is Continuous Auditing?

Merujuk dokumen The IIA’s Global Technology Audit Guide (GTAG) dalam serial
issue “Continuous Auditing: Implications for Assurance, Monitoring, and Risk Assessment”,
continuous auditing is defined as the automatic method used to perform control and risk
assessments on a more frequent basis. As the guide states, technology plays a key role in
continuous audit activities by helping to automate the identification of exceptions or anomalies,
analyze patterns within the digits of key numeric fields, review trends, and test controls, among other
activities.

Dari arti sepintas sebagaimana definisi tersebut, dapat kiranya dipahami


bahwa continuousauditing ini sangat berguna bagi auditor untuk dapat melakukan identifikasi dan
analisis apabila ada anomali dari perilaku bisnis atau transaksi yang direpresentasikan dalam data-
data. Analisis itu dapat dilakukan dengan review trend serta melakukan test terhadap kontrol atas
aktivitas atau proses bisnis yang berkaitan.

Sebagai contoh, anggaplah satu cabang bank tertentu telah diperiksa oleh Departement Audit 6
bulan lalu. Karena lokasi cabang tersebut relatif jauh dan pada tahun-tahun sebelumnya,
pertumbuhan bisnis kredit biasa-biasa saja, maka Departemen Audit mungkin akan menjadwalkan
kunjungan pemeriksaan berikutnya agak lama.
Tentu, kebijakan ini boleh saja. Akan tetapi akan lebih baik apabila Departemen Audit memiliki
metodologi yang baik melalui sistem otomasi untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya anomali
dalam perkembangan bisnisnya. Kemudian menganalisis dan memastikan aspek logisnya.
Memang, manajemen mimiliki monitoring system namun monitoring system yang dimiliki oleh
manajemen juga harus dilakukan review oleh Departemen Audit secara periodik.

Bisa dibayangkan, bahwa apabila sebuah cabang dalam waktu yang relatif singkat memiliki portfolio
yang besar dan growth yang terjadi relatif sangat tinggi dibanding periode sebelumnya. Disisi lain,
tidak ada perubahan yang berarti berupa tambahan sumber daya yang menunjang pertumbuhan
tersebut.

Pertumbuhan yang besar tidak selamanya baik dan harus menjadi concern auditor dan melakukan
analisis yang baik. Dan apabila sistem informasi yang terotomasi sudah dimiliki maka Departemen
Audit dapat menggunakan CAATs dan meningkatkan kapabilitas auditor dalam menganalisis data
yang tersedia. Apabila aspek logis dari informasi atau dari hasil analisis data tidak terpenuhi dan
mencurigakan, maka internal auditor dapat melakukan audit dan testing yang detail secara on site.
CAATs sebaiknya didesain sesuai struktur data dan kompleksitas transaksi dan juga disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan auditor serta dipikirkan aspek fleksibilitasnya. Pengembangan secara
berkelanjutan sangat dibutuhkan sehingga auditor semakin difasilitasi dalam melakukan
pekerjaannya.
Banyak kasus yang dramatis terjadi pada industri perbankan karena integritas oknum pegawai yang
tidak terkontrol. Disisi lain, jumlah target yang tinggi juga dapat memicu unit operasional tertekan
dan menjadi loose control dan menjadi tidak rasional dalam mengkalkulasi risiko.

Continous Auditing, adalah suatu keharusan dalam era pemanfaatan teknologi informasi dan hal
ini akan semakin intensif pada masa yang akan datang. Departemen Audit harus mampu mengambil
manfaat untuk membuat operasional Departemen Audit semakin efisien, efektif dan bernilai tambah.

Segudang manfaat yang dapat diperoleh dari implementasi konsep Continuous Auditing, mulai dari
feeding ke proses risk assessment, monitoring dan assurance yang lebih berkesinambungan hingga
fraud detection. Hal lain yang dapat dinikmati adalah peningkatan kapabilitas yang baik bagi
Departemen Internal Audit sehingga dapat mengukur posisi berdasarkan Internal Audit Capability
Model.
CONTINUOUS AUDITING
Leave a reply

Perkembangan teknologi yang sangat pesat dan intensif telah membawa perubahan dalam pola
bisnis di segala jenis industri. Teknologi sudah menjadi sesuatu yang harus diadopsi agar dapat
memenuhi kebutuhan sebuah perusahaan untuk menjangkau nasabahnya dan juga sekaligus untuk
bisa eksis dalam kompetisi market.

Sesungguhnya, teknologi sangat membantu manusia dan pelaku bisnis untuk saling berinteraksi,
bertransaksi dan juga saling tukar menukar informasi yang dibutuhkan dalam proses pengambilan
keputusan bisnis.

Untuk profesi internal auditor, perkembangan teknologi ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana
untuk mengintensifkan peran dam fungsinya untuk bisa memberikan nilai tambah sekaligus untuk
membuat pelaksanaan tugasnya semakin efektif dan efisien. Hal ini akan sangat terasa gunamya
apabila perusahaan sangat mrngandalkan teknologi informasi dalam pemrosesan transaksi serta
memberi layanan yang fleksibel bagi nasabah untuk bertransaksi kapan saja dan di mana
saja. Online transactions and 24 hours services!

Banking adalah adalah salah satu contoh industri yang sarat menggunakan teknologi dalam
pemrosesan transaksinya.
Dapat dibayangkan betapa banyaknya transaksi yang terjadi setiap harinya dari seluruh cabang
yang ada bahkan transaksi antar bank baik lokal maupun global.

Tak dapat dipungkiri pula betapa internal auditor akan semaput melakukan tugasnya apabila metode
dan alat yang digunakan masih manual serta metodologi masih tradisionil.

What is Continuous Auditing?

Merujuk dokumen The IIA’s Global Technology Audit Guide (GTAG) dalam serial
issue “Continuous Auditing: Implications for Assurance, Monitoring, and Risk Assessment”,
continuous auditing is defined as the automatic method used to perform control and risk
assessments on a more frequent basis. As the guide states, technology plays a key role in
continuous audit activities by helping to automate the identification of exceptions or anomalies,
analyze patterns within the digits of key numeric fields, review trends, and test controls, among other
activities.

Dari arti sepintas sebagaimana definisi tersebut, dapat kiranya dipahami


bahwa continuousauditing ini sangat berguna bagi auditor untuk dapat melakukan identifikasi dan
analisis apabila ada anomali dari perilaku bisnis atau transaksi yang direpresentasikan dalam data-
data. Analisis itu dapat dilakukan dengan review trend serta melakukan test terhadap kontrol atas
aktivitas atau proses bisnis yang berkaitan.

Sebagai contoh, anggaplah satu cabang bank tertentu telah diperiksa oleh Departement Audit 6
bulan lalu. Karena lokasi cabang tersebut relatif jauh dan pada tahun-tahun sebelumnya,
pertumbuhan bisnis kredit biasa-biasa saja, maka Departemen Audit mungkin akan menjadwalkan
kunjungan pemeriksaan berikutnya agak lama.
Tentu, kebijakan ini boleh saja. Akan tetapi akan lebih baik apabila Departemen Audit memiliki
metodologi yang baik melalui sistem otomasi untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya anomali
dalam perkembangan bisnisnya. Kemudian menganalisis dan memastikan aspek logisnya.
Memang, manajemen mimiliki monitoring system namun monitoring system yang dimiliki oleh
manajemen juga harus dilakukan review oleh Departemen Audit secara periodik.

Bisa dibayangkan, bahwa apabila sebuah cabang dalam waktu yang relatif singkat memiliki portfolio
yang besar dan growth yang terjadi relatif sangat tinggi dibanding periode sebelumnya. Disisi lain,
tidak ada perubahan yang berarti berupa tambahan sumber daya yang menunjang pertumbuhan
tersebut.

Pertumbuhan yang besar tidak selamanya baik dan harus menjadi concern auditor dan melakukan
analisis yang baik. Dan apabila sistem informasi yang terotomasi sudah dimiliki maka Departemen
Audit dapat menggunakan CAATs dan meningkatkan kapabilitas auditor dalam menganalisis data
yang tersedia. Apabila aspek logis dari informasi atau dari hasil analisis data tidak terpenuhi dan
mencurigakan, maka internal auditor dapat melakukan audit dan testing yang detail secara on site.
CAATs sebaiknya didesain sesuai struktur data dan kompleksitas transaksi dan juga disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan auditor serta dipikirkan aspek fleksibilitasnya. Pengembangan secara
berkelanjutan sangat dibutuhkan sehingga auditor semakin difasilitasi dalam melakukan
pekerjaannya.
Banyak kasus yang dramatis terjadi pada industri perbankan karena integritas oknum pegawai yang
tidak terkontrol. Disisi lain, jumlah target yang tinggi juga dapat memicu unit operasional tertekan
dan menjadi loose control dan menjadi tidak rasional dalam mengkalkulasi risiko.

Continous Auditing, adalah suatu keharusan dalam era pemanfaatan teknologi informasi dan hal
ini akan semakin intensif pada masa yang akan datang. Departemen Audit harus mampu mengambil
manfaat untuk membuat operasional Departemen Audit semakin efisien, efektif dan bernilai tambah.

Segudang manfaat yang dapat diperoleh dari implementasi konsep Continuous Auditing, mulai dari
feeding ke proses risk assessment, monitoring dan assurance yang lebih berkesinambungan hingga
fraud detection. Hal lain yang dapat dinikmati adalah peningkatan kapabilitas yang baik bagi
Departemen Internal Audit sehingga dapat mengukur posisi berdasarkan Internal Audit Capability
Model.
CONTINUOUS AUDITING
Leave a reply

Perkembangan teknologi yang sangat pesat dan intensif telah membawa perubahan dalam pola
bisnis di segala jenis industri. Teknologi sudah menjadi sesuatu yang harus diadopsi agar dapat
memenuhi kebutuhan sebuah perusahaan untuk menjangkau nasabahnya dan juga sekaligus untuk
bisa eksis dalam kompetisi market.

Sesungguhnya, teknologi sangat membantu manusia dan pelaku bisnis untuk saling berinteraksi,
bertransaksi dan juga saling tukar menukar informasi yang dibutuhkan dalam proses pengambilan
keputusan bisnis.

Untuk profesi internal auditor, perkembangan teknologi ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana
untuk mengintensifkan peran dam fungsinya untuk bisa memberikan nilai tambah sekaligus untuk
membuat pelaksanaan tugasnya semakin efektif dan efisien. Hal ini akan sangat terasa gunamya
apabila perusahaan sangat mrngandalkan teknologi informasi dalam pemrosesan transaksi serta
memberi layanan yang fleksibel bagi nasabah untuk bertransaksi kapan saja dan di mana
saja. Online transactions and 24 hours services!

Banking adalah adalah salah satu contoh industri yang sarat menggunakan teknologi dalam
pemrosesan transaksinya.
Dapat dibayangkan betapa banyaknya transaksi yang terjadi setiap harinya dari seluruh cabang
yang ada bahkan transaksi antar bank baik lokal maupun global.

Tak dapat dipungkiri pula betapa internal auditor akan semaput melakukan tugasnya apabila metode
dan alat yang digunakan masih manual serta metodologi masih tradisionil.

What is Continuous Auditing?

Merujuk dokumen The IIA’s Global Technology Audit Guide (GTAG) dalam serial
issue “Continuous Auditing: Implications for Assurance, Monitoring, and Risk Assessment”,
continuous auditing is defined as the automatic method used to perform control and risk
assessments on a more frequent basis. As the guide states, technology plays a key role in
continuous audit activities by helping to automate the identification of exceptions or anomalies,
analyze patterns within the digits of key numeric fields, review trends, and test controls, among other
activities.

Dari arti sepintas sebagaimana definisi tersebut, dapat kiranya dipahami


bahwa continuousauditing ini sangat berguna bagi auditor untuk dapat melakukan identifikasi dan
analisis apabila ada anomali dari perilaku bisnis atau transaksi yang direpresentasikan dalam data-
data. Analisis itu dapat dilakukan dengan review trend serta melakukan test terhadap kontrol atas
aktivitas atau proses bisnis yang berkaitan.

Sebagai contoh, anggaplah satu cabang bank tertentu telah diperiksa oleh Departement Audit 6
bulan lalu. Karena lokasi cabang tersebut relatif jauh dan pada tahun-tahun sebelumnya,
pertumbuhan bisnis kredit biasa-biasa saja, maka Departemen Audit mungkin akan menjadwalkan
kunjungan pemeriksaan berikutnya agak lama.
Tentu, kebijakan ini boleh saja. Akan tetapi akan lebih baik apabila Departemen Audit memiliki
metodologi yang baik melalui sistem otomasi untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya anomali
dalam perkembangan bisnisnya. Kemudian menganalisis dan memastikan aspek logisnya.
Memang, manajemen mimiliki monitoring system namun monitoring system yang dimiliki oleh
manajemen juga harus dilakukan review oleh Departemen Audit secara periodik.

Bisa dibayangkan, bahwa apabila sebuah cabang dalam waktu yang relatif singkat memiliki portfolio
yang besar dan growth yang terjadi relatif sangat tinggi dibanding periode sebelumnya. Disisi lain,
tidak ada perubahan yang berarti berupa tambahan sumber daya yang menunjang pertumbuhan
tersebut.

Pertumbuhan yang besar tidak selamanya baik dan harus menjadi concern auditor dan melakukan
analisis yang baik. Dan apabila sistem informasi yang terotomasi sudah dimiliki maka Departemen
Audit dapat menggunakan CAATs dan meningkatkan kapabilitas auditor dalam menganalisis data
yang tersedia. Apabila aspek logis dari informasi atau dari hasil analisis data tidak terpenuhi dan
mencurigakan, maka internal auditor dapat melakukan audit dan testing yang detail secara on site.
CAATs sebaiknya didesain sesuai struktur data dan kompleksitas transaksi dan juga disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan auditor serta dipikirkan aspek fleksibilitasnya. Pengembangan secara
berkelanjutan sangat dibutuhkan sehingga auditor semakin difasilitasi dalam melakukan
pekerjaannya.
Banyak kasus yang dramatis terjadi pada industri perbankan karena integritas oknum pegawai yang
tidak terkontrol. Disisi lain, jumlah target yang tinggi juga dapat memicu unit operasional tertekan
dan menjadi loose control dan menjadi tidak rasional dalam mengkalkulasi risiko.

Continous Auditing, adalah suatu keharusan dalam era pemanfaatan teknologi informasi dan hal
ini akan semakin intensif pada masa yang akan datang. Departemen Audit harus mampu mengambil
manfaat untuk membuat operasional Departemen Audit semakin efisien, efektif dan bernilai tambah.

Segudang manfaat yang dapat diperoleh dari implementasi konsep Continuous Auditing, mulai dari
feeding ke proses risk assessment, monitoring dan assurance yang lebih berkesinambungan hingga
fraud detection. Hal lain yang dapat dinikmati adalah peningkatan kapabilitas yang baik bagi
Departemen Internal Audit sehingga dapat mengukur posisi berdasarkan Internal Audit Capability
Model.
CONTINUOUS AUDITING
Leave a reply

Perkembangan teknologi yang sangat pesat dan intensif telah membawa perubahan dalam pola
bisnis di segala jenis industri. Teknologi sudah menjadi sesuatu yang harus diadopsi agar dapat
memenuhi kebutuhan sebuah perusahaan untuk menjangkau nasabahnya dan juga sekaligus untuk
bisa eksis dalam kompetisi market.

Sesungguhnya, teknologi sangat membantu manusia dan pelaku bisnis untuk saling berinteraksi,
bertransaksi dan juga saling tukar menukar informasi yang dibutuhkan dalam proses pengambilan
keputusan bisnis.

Untuk profesi internal auditor, perkembangan teknologi ini juga dapat dimanfaatkan sebagai sarana
untuk mengintensifkan peran dam fungsinya untuk bisa memberikan nilai tambah sekaligus untuk
membuat pelaksanaan tugasnya semakin efektif dan efisien. Hal ini akan sangat terasa gunamya
apabila perusahaan sangat mrngandalkan teknologi informasi dalam pemrosesan transaksi serta
memberi layanan yang fleksibel bagi nasabah untuk bertransaksi kapan saja dan di mana
saja. Online transactions and 24 hours services!

Banking adalah adalah salah satu contoh industri yang sarat menggunakan teknologi dalam
pemrosesan transaksinya.
Dapat dibayangkan betapa banyaknya transaksi yang terjadi setiap harinya dari seluruh cabang
yang ada bahkan transaksi antar bank baik lokal maupun global.

Tak dapat dipungkiri pula betapa internal auditor akan semaput melakukan tugasnya apabila metode
dan alat yang digunakan masih manual serta metodologi masih tradisionil.

What is Continuous Auditing?

Merujuk dokumen The IIA’s Global Technology Audit Guide (GTAG) dalam serial
issue “Continuous Auditing: Implications for Assurance, Monitoring, and Risk Assessment”,
continuous auditing is defined as the automatic method used to perform control and risk
assessments on a more frequent basis. As the guide states, technology plays a key role in
continuous audit activities by helping to automate the identification of exceptions or anomalies,
analyze patterns within the digits of key numeric fields, review trends, and test controls, among other
activities.

Dari arti sepintas sebagaimana definisi tersebut, dapat kiranya dipahami


bahwa continuousauditing ini sangat berguna bagi auditor untuk dapat melakukan identifikasi dan
analisis apabila ada anomali dari perilaku bisnis atau transaksi yang direpresentasikan dalam data-
data. Analisis itu dapat dilakukan dengan review trend serta melakukan test terhadap kontrol atas
aktivitas atau proses bisnis yang berkaitan.

Sebagai contoh, anggaplah satu cabang bank tertentu telah diperiksa oleh Departement Audit 6
bulan lalu. Karena lokasi cabang tersebut relatif jauh dan pada tahun-tahun sebelumnya,
pertumbuhan bisnis kredit biasa-biasa saja, maka Departemen Audit mungkin akan menjadwalkan
kunjungan pemeriksaan berikutnya agak lama.
Tentu, kebijakan ini boleh saja. Akan tetapi akan lebih baik apabila Departemen Audit memiliki
metodologi yang baik melalui sistem otomasi untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya anomali
dalam perkembangan bisnisnya. Kemudian menganalisis dan memastikan aspek logisnya.
Memang, manajemen mimiliki monitoring system namun monitoring system yang dimiliki oleh
manajemen juga harus dilakukan review oleh Departemen Audit secara periodik.

Bisa dibayangkan, bahwa apabila sebuah cabang dalam waktu yang relatif singkat memiliki portfolio
yang besar dan growth yang terjadi relatif sangat tinggi dibanding periode sebelumnya. Disisi lain,
tidak ada perubahan yang berarti berupa tambahan sumber daya yang menunjang pertumbuhan
tersebut.

Pertumbuhan yang besar tidak selamanya baik dan harus menjadi concern auditor dan melakukan
analisis yang baik. Dan apabila sistem informasi yang terotomasi sudah dimiliki maka Departemen
Audit dapat menggunakan CAATs dan meningkatkan kapabilitas auditor dalam menganalisis data
yang tersedia. Apabila aspek logis dari informasi atau dari hasil analisis data tidak terpenuhi dan
mencurigakan, maka internal auditor dapat melakukan audit dan testing yang detail secara on site.
CAATs sebaiknya didesain sesuai struktur data dan kompleksitas transaksi dan juga disesuaikan
dengan tingkat kebutuhan auditor serta dipikirkan aspek fleksibilitasnya. Pengembangan secara
berkelanjutan sangat dibutuhkan sehingga auditor semakin difasilitasi dalam melakukan
pekerjaannya.
Banyak kasus yang dramatis terjadi pada industri perbankan karena integritas oknum pegawai yang
tidak terkontrol. Disisi lain, jumlah target yang tinggi juga dapat memicu unit operasional tertekan
dan menjadi loose control dan menjadi tidak rasional dalam mengkalkulasi risiko.

Continous Auditing, adalah suatu keharusan dalam era pemanfaatan teknologi informasi dan hal
ini akan semakin intensif pada masa yang akan datang. Departemen Audit harus mampu mengambil
manfaat untuk membuat operasional Departemen Audit semakin efisien, efektif dan bernilai tambah.

Segudang manfaat yang dapat diperoleh dari implementasi konsep Continuous Auditing, mulai dari
feeding ke proses risk assessment, monitoring dan assurance yang lebih berkesinambungan hingga
fraud detection. Hal lain yang dapat dinikmati adalah peningkatan kapabilitas yang baik bagi
Departemen Internal Audit sehingga dapat mengukur posisi berdasarkan Internal Audit Capability
Model.

Anda mungkin juga menyukai