Anda di halaman 1dari 8

1

A. JUDUL : Kekerasan dalam Rumah Tangga sebagai Dasar

Pertimbangan Hukum Perceraian (Studi Putusan Pengadilan Agama

Banjarmasin)

B. LATAR BELAKANG MASALAH

Pada dasarnya tujuan perkawinan ialah membentuk keluarga yang

bahagia dan kekal, dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974

Tentang Perkawinan, perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria

dan wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga

(rumah tangga) yang bahagia dan berdasarkan ketuhanan Yang Maha

Esa.1

3 Pasal 289 KUHP disebutkan barang siapa dengan kekerasan atau

ancaman kekerasan memaksa seseorang melakukan atau membiarkan

melakukan pada dirinya perbuatan cabul dihukum karena merusakkan

kesopanan dengan hukuman penjara selama-lamanya sembilan 9 tahun.

Menurut R.Soesilo yang dimaksud dengan perbuatan cabul, sebagaimana

yang disebutkan di dalam Pasal 289 KUHP, adalah segala perbuatan

yang melanggar kesusilaan atau kesopanan atau perbuatan keji yang semua

ada kaitannya dengan nafsu birahi kelamin, misalnya cium-ciuman,

meraba-raba anggota kemaluan, meraba-raba buah dada, dan semua bentuk-

bentuk perbuatan cabul. Persetubuhan juga masuk ke dalam pengertian ini.

Perihal tindak asusila terhadap anak ini telah diatur dalam Pasal 81

ayat (1) dan (2) Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang

1
Undang-Undang RI No. 1 Tahun 1974, Tentang Perkawinan, (Cetakan I; Yogyakarta:
Pustaka Widyatama, 2004), hal.8.
2

Perlingdungan Anak. Pasal 81 ayat (1) menyatakan bahwa setiap orang

yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman kekerasan

memaksa anak melakukan persetubuhan dengannya atau dengan orang

lain, maka dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)

tahun. Kemudian dalam ayat (2) ditegaskan bahwa seseorang yang

melakukan tipu muslihat, serangkaian kebohongan,9 atau membujuk anak

untuk melakukan persetubuhan juga dikenakan ketentuan sebagaimana ayat

(1). Perubahan pada Undang-Undang 23 tahun 2002 menjadi Undang-

Undang 35 tahun 2014 yang menjadi perubahan lebih khusus adalah

penambahan ayat 3 pada Pasal 81 apabila pelaku pemerkosaan atau

pencabulan dilakukan oleh orangtua, wali, pengasuh anak, pendidik atau

tenaga pendidik maka pidananya ditambah sepertiga dari ancaman,

ancaman minimal dari 3 tahun menjadi 5 tahun dan denda maksimal

dari tiga ratus juta menjadi lima milyar.2

Kekerasan seksual yang dilakukan terhadap anak, yang

membedakan antara dewasa dan anak dapat dilihat dari tiga sudut yaitu

kedewasaan dalam sudut pandang biologis, kedewasaan dalam sudut pandang

psikologis, dan kedewasaan dalam sudut pandang hukum. Ruang lingkup

kekerasan seksual terhadap anak masuk dalam lingkup hukum pidana, maka

yang dimaksud kekerasan seksual terhadap anak, menurut hukum pidana

adalah kekerasan yang dilakukan oleh orang dewasa kepada orang yang

berusia dibawah 16 tahun. Kontak seksual yang dilakukan orang dewasa

2
Pasal 81 Undang-Undang 35 tahun 2014 Perubahan atas Undang- Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlidungan Anak.
3

pada anak secara defenitif harus dianggap sebagai pemaksaan, bersifat

mengandung kekerasan sebagai kejahatan atau tindak pidana.3

Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak

(P2TP2A) Kota Banjarmasin, sepanjang tahun 2016 menangani 42 kasus

kekerasan terhadap anak juga perempuan dan kasus- kasus tersebut sudah

masuk ke berkas acara pemeriksaan (BAP).

“Paling banyak itu adalah kekerasan seksual anak perempuan di bawah

umur dan anak laki-laki. Kekerasan seksual ini berupa persetubuan di bawah

umur," 4

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka tertarik

untuk mengangkat judul Tesis “Penerapan Hukum Terhadap Orang Tua

Kandung Yang Melakukan Kekerasan Seksual Kepada Anak Kandung

(Analisis Putusan Hakim Pengadilan Negeri Banjarmasin)

C. RUMUSAN MASALAH

1.Bagaimana gambaran umum orangtua sebagai pelaku kekerasan seksual

kepada anak ?

2.Bagaimana Analisa Putusan Hakim dalam putusan kasus kekerasan

seksual yang dilakukan kepada anak kandung pada putusan

Putusan Hakim Pengadilan Negeri Banjarmasin.

3
Iswantoro Dwi Yuwono, Penerapan Hukuman Dalam Kasus Kekerasan Seksual Terhadap
Anak, ( Yogyakarta, Pustaka Yustisia, 2015), hlm.1
4
Nurhikmah, SH, MH Bidang Advokasi dan Pendampigan HKM Pusat Pelayanan Terpadu
Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Banjarmasin, Kamis (24/11/16).
4

3.Apa hambatan hakim didalam memutuskan hukuman kepada orang

tua kandung sebagai pelaku pelecehan seksual dalam memberikan

perlindungan hukum terhadap anak kandung?

D. TUJUAN DAN KEGUNAAN PENELITIAN

Tujuan dilakukannya penelitian tesis ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran umum orangtua sebagai pelaku

kekerasan seksual kepada anak ;

2. Untuk menganalisa putusan Hakim dalam putusan kasus kekerasan

seksual yang dilakukan kepada anak kandung pada putusan

Sedangkan kegunaan dari penelitian tesis ini diharapkan dapat bermanfaat :

1.Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan


penambahan ilmu pengetahuan yang dapat digunakan oleh pihak yang
membutuhkan sebagai bahan kajian umumnya, khususnya pengetahuan dalam
hal mengetahui dan mempelajari tentang Penerapan Hukuman Terhadap
Orang Tua Kandung Yang Melakukan Kekerasan Seksual Kepada Anak
Kandung

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi Penegak Hukum dan


Masyarakat dalam hal mengetahui secara jelas tentang Penerapan Hukuman
Terhadap Orang Tua Yang Melakukan Kekerasan seksual Kepada Anak
Kandung
5

E. TINJAUAN PUSTAKA

1. Kerangka Teoritis

a. Teori Penegakan hukum

b. Teori Perlindungan Hukum

2. Kerangka Konsep

F. METODE PENELITIAN

1. Jenis Penelitian

2. Pendekatan Penelitian

3. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

a. Bahan Hukum Primer

1. Bahan Hukum Sekunder terdiri dari :

2. Bahan Hukum Tersier

4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

5. Teknik Pengumpulan Data

1. Studi kepustakaan

2. Studi lapangan

6. Teknik Analisis Bahan Hukum

Teknik penulisan analisis bahan hukum dalam penelitian ini

menggunakan teknik deskripsi analitis Teknik deskripsi adalah

menguraikan adanya suatu kondisi atau posisi dari proposisi-proposisi

hukum atau non hukum.


6

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Penelitian tesis ini dibuat dalam 4 (empat) bab, yaitu bab I pendahuluan,

bab II analisis terhadap masalah pertama, bab III analisis terhadap masalah

kedua, dan bab IV penutup

Bab I Pendahuluan

a. Latar belakang masalah

b. Perumusan masalah

c. Tujuan dan kegunaan penelitian

d. Tinjauan pustaka

e. Metode penelitian

f. Sistematika penulisan.

Bab II Landasan Teori

g. Kasus-kasus Kekerasan seksual di Indonesia

h. Bentuk kekerasan seksual

i. Faktor-Faktor Penyebab Kekerasan Seksual Pada Anak

j. Dampak Kekerasan Seksual Pada Anak

Bab III Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Putusan Pengadilan Negeri

Banjarmasin

k. Duduk perkara

l. Tuntutan Jaksa

m. Pertimbangan Hakim

n. Putusan Hakim
7

o. Analisa Kasus

Bab IV Penutup

a. Kesimpulan

b. Saran
8

Daftar Pustaka

Pasal 81 Undang-Undang 35 tahun 2014 Perubahan atas Undang- Undang


Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlidungan Anak.

Iswantoro Dwi Yuwono, Penerapan Hukuman Dalam Kasus Kekerasan


Seksual Terhadap Anak, ( Yogyakarta, Pustaka Yustisia, 2015), hlm.1

Nurhikmah, SH, MH Bidang Advokasi dan Pendampigan HKM Pusat Pelayanan


Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Banjarmasin,
Kamis (24/11/16).

Anda mungkin juga menyukai