Malformasi Vaskuler
Malformasi Vaskuler
MALFORMASI VASKULER
Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani
Kepaniteraan Klinik Senior Pada Bagian/SMF Saraf
Fakultas Kedokteran Universitas Malikussaleh
Rumah Sakit Umum Daerah Cut Meutia
Oleh :
Preseptor :
dr. M. Yusuf, Sp.S (K)
1
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
karunia dan anugerah-Nya sehingga dapat menyelesaikan penyusunan Referat
dengan judul: “Malformasi Vaskuler” dalam rangka memenuhi salah satu tugas
dalam menjalani kepaniteraan klinik di Bagian Ilmu Neurologi Rumah Sakit
Umum Cut Meutia. Shalawat serta salam juga disanjung tinggikan kepada
Rasulullah SAW, beserta keluarga dan para sahabat.
Dalam menyelesaikan Referat ini, saya mengucapkan terima kasih kepada
dr. M. Yusuf, Sp.S (K) selaku pembimbing selama menjalani kepaniteraan ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Referat ini masih jauh dari
kesempurnaan. Penulis mengharapkan saran yang bersifat konstruktif dari segala
pihak agar tercapai hasil yang lebih baik nantinya. Penulis berharap semoga
referat ini mendapat keridhaan dan berkah dari Allah SWT sehingga dapat
bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Hal
KATA PENGANTAR ......................................................................................... 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................ 3
BAB 1 PENDAHULUAN ................................................................................. 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 5
2.1 Anatomi dan fisiologi pembuluh darah ............................................. 5
2.1.1 Struktur pembuluh-pembuluh darah ............................................. 6
2.1.2 Sistem pembuluh darah .................................................................. 13
2.2 Malformasi Vaskuler ............................................................................ 15
2.2.1 Definisi ........................................................................................... 15
2.2.2 Klasifikasi....................................................................................... 16
2.2.3 Diagnosis........................................................................................ 27
2.2.4 Terapi ............................................................................................. 27
BAB 3 PENUTUP.............................................................................................. 28
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 28
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB 1
PENDAHULUAN
darah yang terjadi selama perkembangan janin. Penyebab pasti dari kelainan ini
belum diketahui. Lesi ini tidak selalu terlihat pada awal kelahiran sampai minggu
bahakan bertahun-tahun setelah kelahiran, lesi ini biasanya akan tumbuh secara
berbeda, pola pertumbuhan, terapi dan prognosis yang berbeda (Gloviczki, 2005)
yaitu 1,5% dari total populasi. Malformasi yang paling banyak ditemukan adalah
malformasi kapiler terjadi 0,3 % dari kelahiran hidup. Diagnosis dan menajemen
2005)
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1. Tunika intima
Tunika interna terdiri atas selapis sel endotel yang membatasi permukaan
dalam pembuluh. Di bawah endotel adalah lapisan subendotel, terdiri atas jaringan
penyambung jarang halus yang kadang-kadang mengandung sel otot polos yang
2. Tunika media
Tunika media terdiri dari sel-sel otot polos yang tersusun melingkar
(sirkuler). Pada arteri, tunika media dipisahkan dari tunika intima oleh suatu
membrana elastik interna. Membran ini terdiri atas elastin, biasanya berlubang-
dalam membran dan memberi makan pada sel-sel yang terletak jauh di dalam
externa yang lebih tipis yang memisahkan tunika media dari tunika adventitia
5
3. Tunika adventitia
elastin. Pada pembuluh yang lebih besar, vasa vasorum (pembuluh dalam
6
Bagian-bagian dari pembuluh darah:
1. Aorta
serabut elastis, kolagen, fibroblast, sel-sel otot polos. Serabut elastis membentuk
membrana elastica interna, tidak sejelas pada arteri ukuran medium, dan terlihat
berlubang-lubang.
Tunica media: membrana fenestrata - dibentuk oleh serabut elastis, sel-sel otot
2. Arteri
Arteri besar (arteri elastin) termasuk aorta dan cabang-cabang besarnya. Arteri
jenis ini mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: Intima, dibatasi oleh sel-sel
terlihat. Membrana elastika interna tidak selalu ada. Lapisan media terdiri atas
Arteri ukuran sedang dan kecil memiliki lapisan muskuler yang tebal. Sel-sel
ini bercampur dengan sejumlah serabut elastin serta kolagen dan proteoglikan.
7
c. Arteriola.
Arteriola merupakan pembuluh arteri yang paling kecil (halus), bergaris tengah
kurang dari 0,5 mm dan relatif mempunyai lumen yang sempit. Memiliki tunika
membrana elastik interna. Lapisan media adalah lapisan sel-sel otot polos yang
tersusun melingkar. Lapisan adventitia tipis, tidak berkembang dengan baik dan
1. Histofisiologi Arteri
mengangkut darah. Fungsi arteri ukuran sedang sebagai arteri penyalur yaitu
umumnya mulai pada lapisan subendotel, berjalan ke tunika media. Lesi lapisan
intima dan lapisan tengah yang ditemukan pada arteriosklerosis yang disertai
2. Anastomosis Arteriovenosa
terutama pada jari, kuku, dan telinga. Sistem ini mempunyai peranan pengaturan
sirkulasi pada berbagai organ dan berperanan pada beberapa fenomena fisiologi
Anastomosis
8
arteriovenosa banyak dipersyarafi oleh sistem syaraf simpatis dan parasimpatis.
Selain mengatur aliran darah pada berbagai organ, anastomosis ini mempunyai
3. Vena
a. Venula, garis tengah 0,2 – 1 mm, ditandai oleh tunika intima yang terdiri
atas endotel, tunika media tebal yang terdiri atas lapisan sel otot polos, dan lapisan
adventitia merupakan lapisan yang paling tebal, terdiri atas jaringan penyambung
b. Vena ukuran kecil atau sedang dan mempunyai garis tengah 1 – 9 mm.
Tunika intima biasanya mempunyai lapisan subendotel yang tipis, tetapi hal ini
pada suatu saat mungkin tidak ada. Tunika media terdiri atas berkas-berkas kecil
otot polos yang bercampur dengan serabut-serabut kecil kolagen dan jala-jala
Tunika media jauh lebih kecil, dengan sedikit sel-sel otot polos dan banyak
jaringan penyambung. Tunika adventitia adalah lapisan yang paling tebal dan
9
pada pembuluh yang paling besar dapat mengandung berkas-berkas longitudinal
otot polos. Di samping perbedaan lapisan ini, vena ukuran-kecil atau sedang
semilunaris dari lapisan dalam pembuluh yang menonjol ke dalam lumen. Mereka
terdiri atas jaringan penyambung elastin dan dibatasi pada kedua sisinya oleh
endotel. Katup-katup khususnya banyak pada vena anggota badan (lengan dan
tungkai). Mereka mendorong darah vena ke arah jantung berkat kontraksi otot-
4. Kapiler
Kapiler tersusun atas selapis sel endotel yang berasal dari mesenkim,
melingkar dalam bentuk tabung, mengelilingi ruang silindris, garis tengah rata-
rata kapiler berkisar dari 7 sampai 9 μm. Kapiler dapat dikelompokkan dalam 3
b. Kapiler fenestrata atau perforata ditandai oleh adanya pori-pori diantara sel
terjadi pertukaran-pertukaran zat dengan cepat antara jaringan dan darah, seperti
c. Kapiler sinusoid, berkelok-kelok dan garis tengahnya sangat besar (30-40 μm),
sirkulasi darah lambat, tidak memiliki dinding yang dibatasi kontinu oleh sel– sel
endotel, tetapi terbuka pada ruang–ruang antara sel, dan adanya sel dengan
dinding bulat selain sel endotel yang biasa dengan aktivitas fogositosis. Kapiler
10
sumsum tulang dan limpa. Struktur ini diduga bahwa pada kapiler sinusoid
pertukaran antar darah dan jaringan sangat dipermudah, sehingga cairan darah dan
lapisan otot polos yang tidak kontinu, yang disebut metarteriol. Metarteriol
dalam kapiler, dan mempertahankan perbedaan tekanan dalam dua sistem. Suatu
cincin sel-sel otot polos yang disebut sfinkter, terdapat pada tempat asal kapiler
dari metarteriol. Sfinkter prekapiler ini dapat menghentikan sama sekali aliran
darah dalam kapiler. Seluruh jala-jala tidak berfungsi semua secara serempak, dan
jumlah kapiler yang berfungsi dan terbuka tidak hanya tergantung pada keadaan
kecil. Antar hubungan ini banyak sekali pada otot rangka dan kulit tangan dan
darah harus berjalan melalui jala-jala kapiler. Bila ia relaksasi, sebagian darah
Tubuh manusia luas permukaan jala-jala kapiler mendekati 6000 m². Garis
tengah totalnya kira-kira 800 kali lebih besar daripada garis tengah aorta. Suatu
11
unit volume cairan dalam kapiler berhubungan dengan luas permukaan yang lebih
besar daripada volume yang sama dalam bagian sistem lain. Aliran darah dalam
aorta rata-rata 320 mm/detik; dalam kapiler sekitar 0,3 mm/detik. Sistem kapiler
dapat dimisalkan dengan suatu danau di mana sungai-sungai masuk dan keluar;
dindingnya yang tipis dan alirannya yang lambat, kapiler merupakan tempat yang
cocok untuk pertukaran air dan solut antara darah dan jaringan-jaringan.
penyuntikan bisa ular atau lebah, dan sebaginya, permeabilitas kapiler sangat
endotel. Dalam keadaan seperti ini, zat-zat koloid setebal elektron dapat
ditemukan berjalan dari lumen kapiler dan venula kecil masuk ke jaringan
meninggalkan aliran darah dengan lewat antara sel-sel endotel, dan masuk ruang
Pembuluh limfe, merupakan saluran tipis yang dibatasi endotel berperan dalam
Cairan ini dinamakan cairan limfe. Limfe hanya beredar dalam satu arah, yaitu ke
arah jantung. Kapiler limfe berasal dari berbagai jaringan sebagai pembuluh tipis
12
dengan ujung buntu. Mereka terdiri atas satu lapisan endotel. Pembuluh yang tipis
ini bergabung dan berakhir sebagai 2 batang besar, yaitu ductus thorasicus dan
syaraf dan sumsum tulang, sistem limfe ditemukan pada hampir semua organ.
Pembuluh limfe mempunyai struktur yang mirip dengan vena kecuali mereka
mempunyai dinding yang lebih tipis dan tidak mempunyai batas yang nyata antara
ketiga lapisan (intima, media, dan adventitia). Seperti vena, mereka mempunyai
banyak katup-katup interna. Akan tetapi, katup-katup ini lebih banyak pada
bentuk noduler.
Seperti vena, sirkulasi cairan limfe dibantu oleh kerja gaya eksterna (misalnya
tidak kontinu, dan aliran limfe terutama terjadi sebagai akibat adanya banyak
katup dalam pembuluh ini dan irama kontraksi otot-otot polos yang terdapat
mirip dengan vena dengan penguatan otot polos pada lapisan media. Pada lapisan
peranan penting dan sistemnya sangat kompleks. Dikenal dua sistem sirkulasi di
13
mana pembuluh darah memegang peranan utama yaitu: sistem sirkulasi sistemik
dikelompokkan menjadi 3 sistem yaitu sistem arterial, sistem kapiler dan sistem
venosa.
Aorta adalah pembuluh darah besar bagian dari sistem sirkulasi sistemik,
yang keluar dari jantung dan berfungsi untuk membawa darah jantung yang penuh
berisi oksigen ke pembuluh arteri. Dari pembuluh aorta yang besar kemudian
bercabang menjadi beberapa pembuluh darah arteri yang ukurannya lebih kecil
dan membawa darah dari percabangan aorta keseluruh tubuh, kecuali arteri paru-
paru yang berfungsi sebaliknya (Guyton, 2005). Di target organ, pembuluh darah
arteri bercabang-cabang dan berakhir menjadi pembuluh darah yang lebih kecil
yang disebut dengan arteriol. Arteriol bekerja sebagai katup pengatur di mana
darah dilepaskan ke dalam kapiler. Kapiler adalah pembuluh darah terkecil yang
berfungsi untuk menukar cairan dan bahan gizi di antara darah dan ruang
makin besar.
histoanatomik, ketebalan dinding ketiga sistem ini berbeda, sesuai dengan fungsi
untuk menyalurkan darah dari jantung ke seluruh tubuh, mengalami tekanan yang
14
tinggi. Sehingga pembuluh darah arteri memiliki dinding vaskuler yang kuat dan
Arteriol yang berfungsi sebagai katup pengatur dari sistem arteri, memiliki
dinding otot yang kuat yang dapat menutup sama sekali arteriol tersebut sehingga
cairan dan bahan gizi, memiliki dinding yang sangat tipis dan permeabel terhadap
zat yang bermolekul kecil. Selanjutnya dari kapiler darah kemudian berlanjut
dinding yang sangat rendah dan sebagai akibatnya dinding vena tipis. Tetapi
dan membesar, sehingga vena mampu menyimpan darah dalam jumlah kecil atau
2.2.1 Definisi
Pada gestasi minggu ke-3, mulai tampak system vascular yang terdiri dari
jaringan yang menjalin ruang-ruang darah pada mesenkim primitive. Saat ini
darah belum bersirkulasi dan pembuluh arteri dan vena belum dapat diidentifikasi.
15
arteri vena. Menurut wallard (1922) proses ini terjadi melalui 3 tahap (Rutherford,
2005) :
jaringan kapiler yang lebih terorganisi. Arteri dan vena belum bisa dikenali.
jalinan atau pleksusu yang lebih besar yang menjadi progenitor dari arteri dan
vena.
Struktur vaskuler tampak matur secara histologis, dan batang utama arteri
telah tampak. Jaringan kapiler yang ada bertahan hingga dewasa diperkirakan dari
malformasi arteri vena (AVM) dan vena embrional, dan stage iii terjadi
2.2.2 Klasifikasi
16
1. Kelainan dengan aliran lambat (slow flow)
1. Malformasi vena
Malformasi vena salah satunya terdiri dari vena bagian superfisial dan vena
Kelainan ini yang paling sering ditemukan dan bersifat asimtomatik. Gejala klinis
biasanya ditemukan sesaat setelah lahir, namun bisa juga beberapa tahun setelah
kelahiran. Pertumbuhan dari malformasi vena ini lambat dan stabil, faktor
17
pencetus seperti operasi, trauma, infeksi, atau perubahan hormonal yang
pertumbuan yang cepat. Lesi akibat dari malformasi vena dapat dijumpai pada
kulit, selaput lender atau system organ (otak, usus, hati, dan limpa) (Hua Wang et
al, 2004)
kekurangan sel otot polos di dinding pembuluh darah menjadi faktor penting
kelainan ini. Sampai sekarang belum ada bukti bahwa penggunaan obat atau
paparan dari lingkungan menjadi penyebab dari malformasi vena (Claudio, 2006)
Gejala klinis
Diagnosis
vena. MRI dapat melihat atresia vena besar dan lokasi vena yang abnormal serta
18
dipakai untuk evaluasi derajat osteolitis dan perpendekan atau pembesaran tulang.
Terapi
- Observasi
etstetika
- Bebat
bagian ektremitas,
dengan cara suntikan pada daerah lesi, untuk lesi yang besar terapi yang
- Eksisi bedah
Etiologi
19
- Faktor ektrinsik, berupa: tekanan darah sistemik, kemampuan jantung
Patofisiologi
primitif pada embrio berusia 3 minggu, dapat terbentuk di bagian otak manapun
AVM terdiri ddari tiga bagian yaitu feeding arteri, nidus dan darining vein.
Nidus disebut juga sarang karena tampak seperti pembulub darah yang berbelit-
belit. Feeding artery memiliki lapisan otot yang tidak adekuat dan draining vein
(Menon, 2005) :
paling sering pada parenkim otak. Jika rupture atau perdarah terjadi, darah
besar.
kejang. Sekitar 15-40% pasien mengalami kejang. AVM yang tidak mengalami
20
pendarahan menyebabkan gejala langsung dengan menekan jaringan otak atau
3. Beberapa penderita juga ada yang asimtomatik atau hanya merasakan keluhan
minor akibat kekusutan pembuluh darah local. Deficit neurologis progresif dapat
- Gejala yang sering dikeluhkan pasien adalah nyeri kepala dan kejang
mendadak.
21
- Jika AVM terjadi pada lokasi kritis maka AVM dapat menyebabkan
Diagnosis
- Untuk mendapatkan gambaran yang lebih spsifik dari pembuluh AVM dapat
darah.
Gambaran umum
Lokasi:
Ukuran:
22
Terapi
1. Farmakologi
pasien seperti sakit kepala atau kejang. Fenitoin dapat diberikan untuk
mengontrol kejang.
2. Non farmakologis
a. Operasi reseksi
b. Radiosurgery
sedangkan pada lesi yang lebih besar terapi ini kurang responsif.
c. Terapi konservatif
Bila alternatif terapi tidak dapat dilakukan atau resiko terapi terlalu
3. Malfomasi limfatik
23
dari jaringan dan mengangkutnya dari pembuluh darah kecil kemudian dibawa
area sekitar bahkan dapat meluas ke jaringan lunak dan otot (Gloviczki, 2005)
Etiologi
Etiologi dari kelainan ini belum diketahui tetapi diduga akibat dari
perkembangan janin.
Gejala klinis
a. Lesi paling sering ditemukan di leher dan di aksila namun dapat juga
b. Ada dua jenis malformasi limfatik yang sering ditemukan, yaitu: malformasi
e. Lesi dapat membesar secara mendadak dan bersifat sementara pada kondisi
Diagnosis
24
Diagnosis malformasi limfatik dapat ditegakkan dengan anamnesis dan
Terapi
a. Eksisi bedah
Eksisi bedah dilakukan pada lesi yang terlokalisir. Pada lesi yang sudah
meluas dan melibatkan banyak struktur penting maka eksisi bedah sulit untuk
dilakukan. Komplikasi dari eksisi ini adalah kerusakan pada struktur yang terlibat
b. Skleroterapi
alkohol atau picibanil pada lesi makrositik. 80% metode ini dilaporkan berhasil
mengecilkan lesi. Agen iritasi yang baru seperti Bleomisin masih dalam
penelitian.
c. Kemoterapi
Kemoterapi biasanya dilakukan pada lesi yang tidak bisa dieksisi. Contoh
4. Malformasi kapiler
Definisi
25
Malformasi kapiler sering disebut juga portwine stain yaiutu seperti datar
pada kulit yang berukuran besar tetapi dapat juga seperti pulau-pulau kecil dengan
warna kebiruan. Lesi ini ditemuka dimana saja diarea tubuh dan bisa mengenai
Portwine stain
Etiologi
Penyebab pasti dari kelainan ini belum diketahui tetapi diduga bahwa hal ini
muncul karena pembentukan abnormal pembuluh darah kecil pada kulit di awal
Gejala klinis
26
Meskipun jumlah pembuluh darah dalam malformasi kapiler normal, tetapi
diameter pembuluh darah yang terkena jauh lebih besar daripada lesi yang terkena
akibatnya terjadi peningkatan aliran darah sehingga tampak pada permukaan kulit
Periode timbulnya gejala bervariasi pada setiap individu bahkan bisa tertunda
sampai umur 40, 50, atau 60 tahun. Malformasi kapiler yang lesinya di tulang
Diagnosis
Terapi
diantaranya:
kelainan ini. Dengan terapi ini akan meringankan secara signifikan yaitu
antara 15%-20% menghilangkan dari lesi. Terapi ini juga dapat menjaga
27
2.2.3 Diagnosis
2.2.4 Terapi
Terapi untuk malformasi vaskuler ini tergantung pada jenis dan lokasi lesi.
Untuk lesi yang hanya terdapat pada permukaan kulit terapi laser bisa digunakan.
28
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
dominan dan ada atau tidaknya arteriovenous shunting. Evaluasi oleh tim
resonance imaging dapat mengetahui jenis dan luas lesi. Shunting arteriovenosa,
malformasi kapiler kulit merespon dengan baik untuk terapi laser. Malformasi
vaskuler dengan aliran cepat (hight shunt) dapat menyebabkan komplikasi yang
29
DAFTAR PUSTAKA
Chao, et al, 2006, cerebral Amyloid Angiopaty: CT and MRI finding, rad vol.26.
Guyton, Arthur C, 2010, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11, Jakarta: EGC
Hua Wang, et al, 2004, Transformation of vascular endothelial cells by a point
Sanders.
30