Oleh:
Ginnar Mayang Superdana, S. Kep
NIM: 20140664089
Oleh:
Ginnar Mayang Superdana, S. Kep
NIM: 20140664089
Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah (KTI) yang saya tulis ini benar benar
tulisan karya sendiri bukan hasil plagiasi, baik sebagian maupun keseluruhan. Bila
kemudian hari terbukti hasil plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi
akademik sesuai ketentuan yang berlaku di Universitas Muhammadiyah Surabaya
Karya tulis ilmiah ini telah diperiksa dan disetujui isi serta susunannya,
sehingga dapat diajukan dalam ujian sidang KTI
pada Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surabaya
LEMBAR PERSETUJUAN
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Anis Rosyiatul Husna, S.Kep., Ns., M.Kes. Dr. Pipit Festy W, S.KM., M.Kes.
Mengetahui
Karya tulis ilmiah ini telah dipertahankan di depan tim penguji Ujian Sidang
Karya Tulis Ilmiah Pada Program Studi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surabaya
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan
Dekan,
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas ridhaNya sehingga
peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah (KTI) dengan judul “Studi Kasus
Muhammadiyah Surabaya.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti telah banyak mendapat
dukungan, bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, untuk itu pada
setulus hati kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini, khususnya dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik khususnya kepada Dosen
Pembimbing dan Dosen Penguji, demi perbaikan sangat peneliti harapkan. Dan
semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat khususnya bagi peneliti dan pembaca
Peneliti
UCAPAN TERIMA KASIH
Rahmad dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dapat
terselesaikan. Karya Tulis Ilmiah ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat
dalam menempuh ujian akhir Program Studi Ners Fakultas Ilmu Kesehatan di
KTI ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dorongan dari berbagai
Surabaya.
4. Anis Rosyiatul Husna, S.Kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing I yang telah
7. Keluarga peneliti yang penuh dengan cinta dan kasih sayang, yakni Orang
Tua penulis (Mama dan Bapak), Cinta Rully Raco, Dek Lia, Papa
Roby,Mama Dewi, Mas Aril, Dek Herby dan Dek Dila yang dengan tulus
kasih.
10. Seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang secara
Peneliti
ABSTRAK
ix
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN......................................................................................3
LEMBAR PERSETUJUAN....................................................................................4
LEMBAR PENGESAHAN.....................................................................................5
KATA PENGANTAR...............................................................................................6
ABSTRAK..............................................................................................................ix
DAFTAR ISI............................................................................................................x
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiv
DAFTAR SINGKATAN........................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR............................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.3 Objektif 5
x
Halaman
2.5.3 Tahapan 30
2.5.4 Pencegahan 31
xi
Halaman
merugikan) 47
4.2 Pembahasan 53
xii
Halaman
Dengan Demensia 55
5.1 Kesimpulan 61
5.2 Saran62
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................63
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
xiv
DAFTAR SINGKATAN
Halaman
SINGKATAN 1. WHO...........................................................................................71
SINGKATAN 2. ADI.............................................................................................71
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
Proses menua adalah sebuah proses yang mengubah orang dewasa sehat
penyakit dan kematian (Roger, 2003). Proses menua merupakan bagian dari
proses degenerasi yang bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Salah satu
demensia.
perawatan khusus (Miller, 2004). Orang yang paling dekat dengan lansia
primary caregiver (WHO, 2012). Kondisi tersebut umumnya diberi istilah family
caregiver yaitu keluarga atau anggota keluarga memiliki peran untuk memberikan
penderita demensia.
Family caregiver selain berperan untuk merawat dalam fungsi tertentu juga
mengemban peran dalam aktivitas harian keluarga. Seusai keluarga bekerja dalam
kondisi lelah, keluarga mendapati adanya perilaku yang menyimpang dari lansia
demensia, hal tersebut mampu memicu timbulnya stress yang meningkat dari
1
2
demensia, kondisi serupa akan berkelanjutan dan terjadi pada family caregiver.
Penduduk lanjut usia adalah penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih.
Indonesia termasuk dalam lima besar negara dengan jumlah lanjut usia terbanyak
di dunia. Hal ini didukung dengan data dari DEPKES (2015) tentang peningkatan
sensus penduduk pada tahun 2010, dimana jumlah lanjut usia di Indonesia yaitu
18,1 juta jiwa (7,6% dari total penduduk). Pada tahun 2014, jumlah penduduk
lanjut usia di Indonesia menjadi 18,781 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun
2015, 2030, 2050 juga didukung data dari ADI (2015) yang menunjukkan
peningkatan angka dalam satuan jutaan jiwa dan persentase dari total negara di
dunia dimana pada tahun 2015 jumlah tersebut mencapai 37.67 juta jiwa yaitu
(80%), kemudian diperkirakan akan meningkat pada tahun 2030 dengan jumlah
sebesar 58.99 juta jiwa yaitu (79%), dan pada tahun 2050 jumlahnya meningkat
mencapai angka sebesar 1,2 juta jiwa (ADI, 2015).Berdasarkan penelitian (Ibad,
demensia melalui kemampuan berfikir dan merasakan secara mendalam, hal ini
family caregiver tidak mendapatkan bimbingan dan arahan dari perawat jiwa
Hal ini diperkuat dengan penelitian yang diteliti oleh (Ayu & Woelan, 2013)
yang mengkaji sisi lain caregiver lansia dengan demensia mengenai hubungan
antara tingkat stress dan tindak kekerasan dimana tingkat stres memiliki hubungan
dengan terjadinya tindak kekerasan dan dapat terjadi pada caregiver sebagai
bentuk dari koping yang maladaptif, dan hal tersebut dapat muncul berupa
perlakuan yang salah terhadap lansia dan peningkatan emosi pada caregiver.
banyak atau lebih sering berperan menjadi caregiver adalah wanita dibandingkan
pria (79% wanita dan 21% pria) dan sebagian besar memiliki tingkat
faktor resiko yang memicu terjadinya kekerasan pada lansia dengan Demensia.
tentang pengalaman caregiver yaitu respon keluarga dalam merawat lansia dengan
yaitu bentuk perlakuan salah pada lansia dan ditunjukkan melalui peningkatan
keluarga yang merawat, sehingga perlu adanya dukungan dari anggota keluarga
meluangkan sebagian besar waktunya untuk merawat lansia. Hal tersebut memicu
dari sisi finansial untuk memenuhi berbagai keperluan yang diperlukan dalam
merawat lansia dan juga dapat mengalami gangguan psikologis salah satunya
yaitu stres. Hal ini diperkuat oleh Brodaty, Donkin & Grad (2009) yang
harus merawat lansia dengan demensia yaitu dampak finansial, sosial, dan psikis.
ingatan, pikiran, dan kemampuan sosial yang cukup parah yang dapat
mengganggu aktifitas sehari-hari. Saat ini masih belum ditemukan obat untuk
gejalanya (Michelle, LSW, & Patty, 2015). Keluarga memiliki peran yang sangat
penting dalam perawatan lansia demensia di rumah. Perlu persiapan khusus untuk
hidup bersama dengan lansia yang mengalami demensia. Persiapan yang dapat
dilakukan berupa mental dan lingkungan. Secara mental keluarga harus dapat
beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada lansia demensia dan keluarga
caregiver dapat memberikan perawatan yang optimal bagi lansia. Merawat lansia
lansia. dan juga merawat jiwa lansia untuk tetap hidup (Touhy, 2014).
Berdasarkan latar belakang di atas, maka pada penelitian ini peneliti tertarik
dengan demensia?
1.3 Objektif
yang jelas tentang perilaku keluarga sebagai family caregiver dalam merawat
STUDI LITERATUR
Perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo,
luar).
rangsangan dari luar yang terjadi melalui proses stimulus terhadap organism dan
Respons).
a. Pengetahuan
b. Sikap
c. Kepercayaan
d. Keyakinan
e. Nilai-nilai
7
8
b. Fasilitas kesehatan
fungsi.
C. Teori WHO
adalah :
3. Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek.
4. Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhdap objek. Sikap
sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat.
Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek
terwujud didalam suatu tindakan tergantung dalam situasi saat itu, sikap
akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap
diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau
seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit
kelompok, yaitu :
Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat
tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini
meningkatkan ketiga domain tersebut yang terdiri dari ranah kognitif (cognitive
domain).
1. Pengetahuan (knowledge)
masyarakat, sarana.
i. Tahu (know)
iii. Aplikasi
iv. Analisis
v. Sintesa
baru.
vi. Evaluasi
2. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (2009) menjelaskan bahwa sikap
a. Menerima (receiving)
b. Merespon (responding)
c. Menghargai (valuing)
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior).
a. Persepsi (perception)
kedua.
c. Mekanisme (mechanism)
d. Adopsi (adoption)
hari atau bulan yang lalu (recall).Pengukuran juga dapat dilakukan secara
a. Kesadaran (awareness)
b. Tertarik (interest)
c. Evaluasi (evaluation)
d. Mencoba (trial)
e. Menerima (adoption)
selama hidupnya secara umum. Keluarga juga membentuk unit sosial yang paling
sebagainya. Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang belum
menikah disebut keluarga batih (Soerjono, 2004). Sebagai unit pergaulan terkecil
tertentu, yaitu:
tersebut.
hidup.
keluarga adalah seperangkat bagian yang saling tergantung satu sama lain serta
16
memiliki perasaan beridentitas dan berbeda dari anggota dan tugas utama keluarga
1. Kerabat dekat (conventional kin) yaitu terdiri dari individu yang terikat
2. Kerabat jauh (discretionary kin) yaitu terdiri dari individu yang terikat
dalam keluarga melalui hubungan darah, adopsi dan atau perkawinan, tetapi
Biasanya mereka terdiri atas paman dan bibi, keponakan dan sepupu.
3. Orang yang dianggap kerabat (fictive kin) yaitu seseorang dianggap anggota
kerabat karena ada hubungan yang khusus, misalnya hubungan teman akrab.
kerabatnya dan lebih lanjut dikatakan Adams, bahwa hubungan dengan anggota
faktor-faktor di luar keluarga seperti: adat, pendapat umum, dan hukum. Kedua,
17
saudara bisa dipengaruhi oleh jenis kelamin, umur, jumlah anggota keluarga, jarak
kelahiran, rasio saudara laki-laki terhadap saudara perempuan, umur orang tua
padasaat mempunyai anak pertama, dan umur anak pada saat mereka keluar dari
rumah.
hubungan orang tua dan anaknya. Secara umum kehadiran anak dalam keluarga
dapat dilihat sebagai faktor yang menguntungkan orang tua dari segi psikologis,
ekonomis dan sosial. Secara psikologis orang tua akan bangga dengan prestasi
yang dimiliki anaknya, secara ekonomis, orangtua menganggap anak adalah masa
depan bagi mereka, dan secara sosial mereka telah dapat dikatakan sebagai orang
tua.
bantuan medis, sosial, ekonomi, atau sumber daya lingkungan kepada seseorang
kondisi sakit yang dihadapi individu tersebut (Suh, 2005). Caregiver mempunyai
tetangga) yang memberikan perawatan tanpa di bayar, paruh waktu atau sepanjang
waktu, tinggal bersama maupun terpisah dengan orang yang dirawat, sedangkan
formal caregiver adalah caregiver yang merupakan bagian dari sistem pelayanan,
pada masyarakat Indonesia umumnya adalah keluarga, dalam hal ini adalah
pasangan, anak, menantu, cucu atau saudara yang tinggal satu rumah. Suatu
keluarga terdiri dari dua individu atau lebih yang berbagi tempat tinggal atau
berdekatan satu dengan lainnya; memiliki ikatan emosi, terlibat dalam posisi
sosial; peran dan tugas-tugas yang saling berhubungan; serta adanya rasa saling
1. Caregiver diabetes
2. Caregiver demensia
3. Caregiver stroke
4. Caregiver alzheimer
5. Caregiver skizorenia
pasangan, anak dewasa, kenalan pasangan atau teman yang memiliki hubungan
pribadi dengan pasien, dan memberikan berbagai bantuan yang tidak dibayar
untuk orang dewasa yang lebih tua dengan kondisi kronis atau lemah.
Caregiver juga membantu pasien dalam mengambil keputusan atau pada stadium
akhir penyakitnya, justru caregiver ini yang membuat keputusan untuk pasiennya.
1. Bantuan dalam perawatan diri yang terdiri dari dressing, bathing, toileting
2. Bantuan dalam mobilitas seperti: berjalan, naik atau turun dari tempat tidur
balutan luka
5. Menjadi pendamping
tugas caregiver pada lansia. Tugas yang dilakukan caregiver tidak hanya terbatas
20
kepada pekerjaan rumah tangga, akan tetapi dibagi ke dalam 4 kategori, sebagai
berikut:
menjadi supir, bertindak sebagai sumber informasi dari seluruh dunia di luar
perawatan di rumah
perawat agar beban yang dirasakan caregiver dapat berkurang. dalam memenuhi
1. Berkomunikasi
hal tersebut dapat mendukung satu sama lain, dan mengurangi stres yang
lebih efektif.
2. Menemukan informasi
3. Membuat keputusan
4. Memecahkan masalah
5. Bernegosiasi
6. Memberanikan diri
Age (45- 59 tahun), Elderly (60-74 tahun), Old (75-90 tahun), Very Old (> 90
berikut : Geriatric Age (65-70 tahun), Young Old (70-75 tahun), Old (75-80
Para ilmuan telah menyelidiki dan telah menemukan banyak teori untuk
mengungkap penyebab manusia menjadi tua. Ada beberapa teori tentang penuaan
yang akan kita lihat saat ini antara lain: 1) Teori Biologi, 2) Teori Psikologi.
A. Teori Biologi
Teori ini menjelaskan bahwa sel tubuh manusia hanya dapat membagi
Teori ini menjelaskan bahwa setiap sel pada saatnya akan mengalami
mengalami mutasi. Sebagai contoh yang khas adalah mutasi dari sel-
e. Teori Akumulasi
dalam tubuh. Sebagai contoh adanya pigmen lipofuchine dari sel otot
jantung dan susunan syaraf pusat pada orang lanjut usia yang
Teori ini menjelaskan bahwa sel-sel yang tua atau usang, reaksi
fungsi.
b. Teori imunologi
c. Teori stress
Teori ini menjelaskan bahwa menua menjadi akibat dari hilangnya sel-
B. Teori Psikologi
remaja, dewasa muda, dewasa pertengahan hingga dewasa tua (lansia) yang
Teori ini mengatakan bahwa pada lanjut usia yang sukses adalah mereka
yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan sosial, dan berusaha untuk
mempertahankan hubungan antar sistem sosial dan individu agar tetap stabil
Dasar kepribadian dan tingkah laku yang tidak berubah pada lanjut usia.
Teori ini merupakan gabungan dari teori diatas. Teori ini menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seorang yang lanjut usia dipengaruhi oleh type
5. Teori Pembebasan
1. Sel
Jumlah sel menurun, ukuran sel lebih besar, jumlah cairan tubuh dan cairan
atrofi dan lekukan otot akan menjadi lebih dangkal dan melebar.
26
2. Perubahan Otot
3. Kulit
ditandai dengan: kulit kering, pigmentasi ireguler, kuku mudah patah, kulit
4. Pola Tidur
Butuh waktu lama untuk jatuh tidur, sering terbangun, mutu tidur berkurang,
5. Fungsi Kognitif
kemampuan mengingat.
6. Penglihatan
7. Kardiovaskuler
27
8. Respirasi
oksigen arterial.
9. Persarafan
10. Endokrin
(estrogen,progesteron,testosteron) menurun.
11. Pencernaan
B. Perubahan Mental
28
1. Perubahan fisik
organ perasa.
2. Kesehatan Umum
Sesuai dengan definisi menua bahwa pada lanjut usia terjadi penurunan -
umum lanjut usia sehingga tak jarang keadaan ini mempengaruhi mental
lanjut usia.
3. Tingkat Pendidikan
Semakin tinggi latar pendidikan lanjut usia maka semakin mudah lanjut usia
4. Keturunan (hereditas)
5. Lingkungan
usia dengan keluarga dapat mempengaruhi status mental pada lanjut usia.
C. Perubahan Psikososial
1. Pensiun
29
b. Kehilangan status
d. Kehilangan pekerjaan/kegiatan
lebih sempit.
pengobatan
dan family.
10. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik: perubahan terhadap gambaran diri,
2011). Sementara itu Watson (2003) menyatakan bahwa demensia adalah suatu
kondisi konfusi kronik dan kehilangan kemempuan kognitif secara global dan
Tanda dan gejala terjadinya demensia secara umum adalah sebagai berikut
1. Daya ingat yang terus terjadi pada penderita demensia, ”lupa” menjadi
2. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan,
benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mangulang
sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang di lakukan
orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia
5. Adanya perubahan tingkah laku seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan
gelisah
2.5.3 Tahapan
1. Stadium I/Awal
31
yang terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru yang di alami dan
2. Stadium II/Pertengahan
Berlangsung 2-10 tahun dan disebut pase demensia. Gejalanya antara lain,
3. Stadium III/Akhir
2.5.4 Pencegahan
1. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol
setiap hari.
3. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif.
pengetahuan yang memadai tentang demensia dan mau belajar terus untuk
dan berkonsultasi dengan dokter yang merawat pasien sehingga dapat dibuat suatu
Pemberian obat anti demensia pada fase demensia dini akan lebih jelas
Pemeriksaan kondisi mental dan evaluasi kognitif yang rutin (6 bulan sekali)
sangat dianjurkan bagi orang yang berusia sekitar 60 tahun supaya dapat segera
diketahui jika ada kemunduran kognitif yang mengarah pada demensia, dan dapat
tujuan apa yang ingin dicapai. Hal ini bergantung dari jenis gangguan, berat
1. Daya ingat
lainnya.
tersesat. Hal ini terjadi karena pasien lupa jalan ke kamar mandi.
cahaya yang terang, jam dinding dengan angka-angka yang besar, dan
sebagainya.
2. Inkontinensia
a. Menjalani kegiatan mandi, buang air besar, buang air kecil secara
c. Kesulitan berkomunikasi
ketulian
laku sedini mungkin. Langkah awal yang harus dilakukan pada pasien yang
2. Evaluasi terhadap setiap perubahan fisik atau penyakit yang sedang diderita
gangguan tidur).
makanan.
pendengaran.
10. Gunakan pendekatan yang tepat dalam berinteraksi dengan pasien demensia
Semakin berat demensia, semakin kurang bahasa yang bisa dipahami pasien
Gangguan kognitif membuat pasien tidak percaya diri dan tidak yakin akan
ingatannya. Bila mereka melakukan hal yang baik, berikan pujian. Jika
pekerjaan dengan baik, karena hal ini akan membangun rasa percaya diri
Walaupun pikiran pasien sedang kacau, akan lebih baik jika kita
benar. Pasien akan marah karena tidak percaya pada kita, oleh karena itu
mereka.
apa yang harus mereka lakukan. Kondisi seperti itu maka perawat sering
memberikan perintah kepada mereka. Hal ini justru akan membuat mereka
Jika pasien berniat untuk melakukan pekerjaan yang berbahaya bagi mereka
akan melakukan aktivitas tersebut tidak pada waktu dan tempatnya. Jika
menemukan hal ini, perawat harus mengawasi secara ketat terhadap hal-hal
pakaian resmi. Perawat harus meletakkan sesuatu di atas mata pasien untuk
tersebut.
perilaku yang aneh sebagai reaksi terhadap stimulus obyek atau situasi yang
rumah.
38
merangsang pikiran pasien tetap aktif bekerja. Hal ini juga akan mengurangi
waktu tidur dan menghasilkan tidur yang lebih baik pada malam hari
pada pasein. Semakin berat demensia, pasien harus semakin diawasi untuk
Pasien demensia yang sudah mulai mengalami gejala gelisah, cemas, cepat
ingin pergi, memukul, atau berteriak. Pasien harus dibawa ke tempat yang
tenang. Jika pasien ikut serta mengunjungi keluarga yang terdiri dari banyak
orang, akan lebih baik jika pasien ditempatkan di sebuah tempat yang
dimakan.
Gangguan tidur pada malam hari menyebabkan pasien terus terbangun pada
untuk mengatasi kebiasaan ini bisa digunakan lampu malam agar ruangan
demensia.
rumah.
Keterangan:
: Diteliti
: Tidak diteliti
ANALISIS KASUS
berat badan 48kg, tinggi badan 150cm, lansia saat ini mengalami demensia,
tanda vital tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 88x/mnt, respirasi 20x/mnt,
berat badan 56kg, tinggi badan 152cm, lansia saat ini mengalami demensia,
Desain penelitian yang digunakan pada karya tulis ilmiah ini adalah studi
kasus.studi kasus (case study) adalah bagian dari metode kualitatif yang hendak
41
42
Fokus studi kasus keperawatan ini adalah perilaku keluarga sebagai family
Surabaya.
data dilakukan pada dua sampel. Kriteria sampel yang diteliti yaitu anggota
Unit analisa merupakan cara atau metode yang digunakan oleh peneliti
untuk melakukan analisis dari hasil pengumpulan data yang merupakan gambaran
atau deskriptif. Studi kasus ini mengarah pada individu keluarga yang merawat
demensia.
demensia.
demensia.
demensia di Kelurahan Kutisari Surabaya, yang akan dilaksakan pada bulan Juli
2017, peneltian ini dilakukan selama dua hari. Instrumen yang digunakan dengan
dan psikomotor.
1. Kognitif
2. Afektif
3. Psikomotor
jawaban dan rentang skala jawaban yang digunakan sebagai acuan dalam
yang digunakan untuk menjelaskan nilai rata-rata hitung atau mean dari
dan rentang skala jawaban yang digunakan sebagai acuan dalam menilai
afektif keluarga.
yang digunakan untuk menjelaskan nilai rata-rata hitung atau mean dari
interval jawaban dan rentang skala jawaban yang digunakan sebagai acuan
hak dasar manusia terutama segi etika peneliti yang harus diperhatikan (Hidayat,
menjelaskan maksud dan tujuan riset yang dilakukan.Jika subyek bersedia diteliti
maka harus menan datangani lembar persetujuan. Jika subyek menolak untuk
diteliti maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati haknya. Peneliti
kuisioner.
nama responden pada lembar pengumpulan data atau kuisioner, cukup dengan
kelompok data tertentu saja yang akan disajikan atau dilaporkan sebagai hasil
merugikan)
dari responden yang bertujuan untuk memberi penjelasan tentang gambaran data
berat badan 48kg, tinggi badan 150cm, lansia saat ini mengalami demensia,
tanda vital tekanan darah 140/90 mmHg, nadi 88x/mnt, respirasi 20x/mnt,
berat badan 56kg, tinggi badan 152cm, lansia saat ini mengalami demensia,
48
49
Jawaban Penelitian:
1: Tidak Mengetahui
2: Mengetahui
keluarga menunjukkan jawaban dari Ny. T yaitu (1) mengetahui, jika lupa
menjadi keseharian yang tidak bisa lepas pada penderita demesia; (2)
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dinyatakan bahwa nilai kognitif Ny.
keluarga menunjukkan jawaban dari Ny. S yaitu (1) mengetahui, jika lupa
menjadi keseharian yang tidak bisa lepas pada penderita demensia; (2)
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dinyatakan bahwa nilai kognitif Ny.
Jawaban Penelitian:
1: Sangat tidak setuju
2: Tidak setuju
3: Kurang setuju
4: Setuju
5: Sangat setuju
berlebihan seperti marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang
lain.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dinyatakan bahwa nilai afektif Ny. T
ekspresi berlebihan seperti marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan
orang lain.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dinyatakan bahwa nilai afektif Ny. S
Jawaban Penelitian:
1: Tidak pernah
2: Jarang
3: Kadang-kadang
4: Sering
5: Selalu
oleh peneliti terhadap keluarga Ny. T 40 tahun pada tanggal 20 Juli 2017 di
lansia demensia bila waktu makan dan minum obat tiba; (2) kadang-kadang,
familiar agar tetap memiliki orientasi; (4) selalu, dalam membantu mobilitas
lansia demensia.
oleh peneliti terhadap keluarga Ny. S 53 tahun pada tanggal 20 Juli 2017 di
lansia demensia bila waktu makan dan minum obat tiba; (2) jarang,
familiar agar tetap memiliki orientasi; (4) sering, membantu mobilitas lansia
demensia.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat dinyatakan bahwa nilai kognitif Ny.
4.2 Pembahasan
Dengan Demensia
family caregiver terhadap penilaian perilaku keluarga yang dilakukan oleh peneliti
pada tanggal 20 Juli 2017 di Kelurahan Kutisari Surabaya diperoleh hasil kognitif
Ny. T memiliki penilaian kognitif yang “baik” (disesuaikan dengan rentang skala
jawaban yaitu 1.51-2.00) dengan nilai rata-rata jawaban 1.75 (87.5%), sedangkan
dengan rentang skala jawaban yaitu 1.00-1.50) dengan nilai rata-rata jawaban 1.50
(75%).
tentang cara merawat lansia, seseorang yang berada di level ini bisa menguraikan
dengan baik definisi atau pengertian dari merawat, bentuk perawatan yang baik,
.dalam hal ini sering kali disebut sebagai pengalaman fisik dan logika.
dalam bentuk suatu gagasan atau ide. Pengalaman fisik ini kemudian dapat
seseorang yaitu saat melakukan beragam gerakan fisik dan beraktivitas secara
Saat itu pula mereka akan belajar memahami dan menemukan prinsip-prinsip
Hal ini dapat dijelaskan bahwa pengetahuan tentang dampak buruk yang
diketahui dengan baik oleh Ny. T yang didasarkan pada apa yang telah dialami
oleh yang bersangkutan sebagai caregiver yaitu Ny. T mengetahui perilaku negatif
yang ditunjukkan lansia baik secara lansung maupun tidak setelah melakukan
menghukum lansia dengan demensia yang juga merupakan orang tua kandung Ny.
S.
Dengan Demensia
family caregiver terhadap penilaian perilaku keluarga yang dilakukan oleh peneliti
56
pada tanggal 20 Juli 2017 di Kelurahan Kutisari Surabaya diperoleh hasil afektif
Ny. T memiliki penilaian afektif yang “baik” (disesuaikan dengan rentang skala
jawaban yaitu 3.67 – 5.00) dengan nilai rata-rata jawaban 4 (80%), sedangkan
hasil afektif Ny. S memiliki penilaian afektif yang “baik” (disesuaikan dengan
rentang skala jawaban yaitu 3.67 – 5.00) dengan nilai rata-rata jawaban 3.75
(75%).
faktor yang memengaruhi perilaku yaitu sikap. Menurut Ramona (2014) sikap
adalah respon keluarga terhadap kondisi lansia dengan demensia. sikap itu tidak
dapat di lihat secara langsung, tetapi hanya ditafsirkan terlebih dahulu dari
pengetahuan dan pengalaman masa lalu maka timbul sikap dalam diri manusia
Sikap terdiri atas dua penilaian yaitu sikap positif dan sikap negatif. Sikap
positif timbul saat seseorang merasa optimis dan memperkirakan suatu hal yang
dilakukan akan berhasil. Sebaliknya, sikap negatif timbul saat seseorang merasa
besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain”, dimana perbedaan
pernyataan dengan jawaban “setuju”, sedangkan jawaban yang diberikan oleh Ny.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa perilaku lansia demensia saat mengalami
ekspresi berlebihan seperti marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan
orang lain disikapi dengan hormat oleh keluarga sebagai caregiver, yang artinya
perilaku yang ditunjukkan lansia dianggap wajar dan biasa terjadi pada umumnya,
demensia terkait perilaku berlebihan yang ditunjukkan disetujui oleh Ny. T yang
didasarkan pada apa yang telah dialami, dimana Ny. T menyadari perilaku
58
berlebihan yang ditunjukkan lansia akibat ketidakpatuhan orang lain saat lansia
didasarkan pada lansia yang mampu mengendalikan emosi dengan baik dengan
tidak menunjukkan perilaku yang berlebihan saat orang lain melakukan kesalahan
family caregiver terhadap penilaian perilaku keluarga yang dilakukan oleh peneliti
rentang skala jawaban yaitu 3.67 – 5.00) dengan nilai rata-rata jawaban 4 (80%),
(disesuaikan dengan rentang skala jawaban yaitu 2.34 – 3.66) dengan nilai rata-
berkaitan dengan proses mental dan psikologi. Menurut WHO (2010) aktivitas
fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang
aktivitas fisik) merupakan faktor risiko independen untuk penyakit kronis, dan
contoh, memberi makanan yang bergizi seimbang pada lansia demensia dan
faktor yang memengaruhi aktivitas fisik yaitu proses mental. Menurut Benjamin
sesuatu yang berkenaan dengan watak manusia (sifat batin manusia yang dibawa
secara langsung akan membentuk aktivitas fisik keluarga. Aktivitas fisik keluarga
waktu makan dan minum obat tiba”, dimana perbedaan ditunjukkan melalui
jawaban yang diberikan oleh Ny. T yang menjawab pernyataan dengan jawaban
menyampaikan informasi waktu makan dan minum terjadwal kepada lansia secara
verbal sering dilakukan oleh Ny. T yang mengingatkan lansia demensia lebih dari
sekali yaitu sebelum dan saat waktu makan dan minum tiba, sedangkan Ny. S
selalu mengingatkan waktu makan dan minum baik sebelum, saat waktunya, dan
pada pernyataan kedua yaitu tentang “keluarga membantu dalam perawatan diri
lansia demensia sesuai kebutuhan (perawatan rambut, kuku, kulit, gigi, mengganti
60
baju)”, dimana perbedaan ditunjukkan melalui jawaban yang diberikan oleh Ny. T
Hal ini dapat dijelaskan bahwa aktivitas fisik keluarga dalam melakukan
dilakukan oleh Ny. T karena melakukan tindakan perawatan diri kepada lansia
demensia dilakukan secara bergiliran dengan suami dari Ny. T, sedangkan Ny. S
jarang melakukan tindakan perawatan diri lansia karena tindakan perawatan diri
dilakukan hanya pada saat lansia meminta untuk dilakukan tindakan perawatan
diri.
pada pernyataan ketiga yaitu tentang “keluarga membantu dalam mobilitas seperti
berjalan, naik atau turun dari tempat tidur”, dimana perbedaan ditunjukkan
melalui jawaban yang diberikan oleh Ny. T yang menjawab pernyataan dengan
jawaban “selalu”, sedangkan jawaban yang diberikan oleh Ny. S yaitu “sering”.
Hal ini dapat dijelaskan bahwa aktivitas fisik keluarga dalam melakukan
naik atau turun dari tempat tidur selalu dilakukan oleh Ny. T sebab lansia butuh
pendampingan intensif akibat sering terjatuh saat berusaha berjalan sendiri dan
tidak mampu memposisikan diri dengan baik saat tidur sehingga sering merasa
tidak nyaman saat akan tidur, sedangkan Ny. S sering melakukan pendampingan
saat berjalan dan meminta bantuan untuk naik dan turun dari tempat tidur.
BAB V
sebagai berikut.
5.1 Kesimpulan
penilaian afektif yang “baik” (80%), sedangkan hasil afektif Ny. S memiliki
seperti marah besar pada kesalahan kecil yang dilakukan orang lain”.
61
62
makan dan minum obat tiba”, “keluarga membantu dalam perawatan diri
5.2 Saran
1. Bagi keluarga
2. Bagi institusi
penelitian selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
References
Ayu, & Woelan. (2013). Hubungan antara Tingkat Stres dengan Tindak Kekerasan
pada Caregiver Lansia dengan Demensia. Jurnal Psikologi Klinis dan
Kesehatan Mental, 51-52.
Friedman. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga : Riset, Teori dan Praktek.
Jakarta: EGC.
63
64
Miller, C. (2004). Nursing for Wellness in Older Adults: Theory and Practice.
LWW; Fourth edition.
Milligan. (2004). Caring for older people in New Zealand. Bailrigg: Institute for
Health Research, Lancaster University.
Murwani. (2011). Gerontik Konsep Dasar dan Asuhan Keperawatan Home Care
dan Komunitas. Fitramaya.
Ramona. (2014). Nursing Care for Parents at Risk. California: Slack Inc.
Tantono. (2006). Beban Caregiver Lanjut Usia Suatu Survey terhadap Caregiver
Lanjut Usia. Bandung: Majalah Psikiatri XL(4).
Touhy. (2014). Ebersole and Hess' Gerontological Nursing & Healthy Aging.
Elsevier Health Sciences.
A. KOGNITIF
Tidak
Kognitif* Mengetahui
Mengetahui
Keluarga mengetahui jika lupa menjadi keseharian
yang tidak bisa lepas pada penderita demensia/pikun
Keluarga mengetahui jika gangguan orientasi waktu
dan tempat merupakan gejala lansia demensia
Keluarga mengetahui jika memarahi atau menghukum
lansia demensia tidak akan membantu bahkan
memperburuk keadaan
Keluarga mengetahui melakukan aktivitas sehari-hari
pada lansia demensia akan menghindarkan dari
kecemasan atau kegelisahan
*)Keterangan:
1: Tidak Mengetahui
2: Mengetahui
B. AFEKTIF
Sangat
Tidak Kurang Sangat
Afektif** Tidak Setuju
Setuju Setuju Setuju
Setuju
Keluarga menerima keberadaan
lansia demensia dirumah
Keluarga merespon positif
lansia demensia apabila
mengalami kebingungan
Keluarga bertanggung jawab
terhadap kebutuhan lansia
demensia yaitu membantu
melakukan sebagian besar
tugasnya
Keluarga menghargai jika lansia
demensia mengalami ekspresi
berlebihan seperti marah besar
pada kesalahan kecil yang
dilakukan orang lain
**)Keterangan
1: Sangat tidak setuju
2: Tidak setuju
3: Kurang setuju
4: Setuju
5: Sangat setuju
C. PSIKOMOTOR
Tidak Kadang-
Psikomotor*** Jarang Sering Selalu
Pernah Kadang
Keluarga mengingatkan lansia
demensia bila waktu makan dan
minum obat tiba
Keluarga membantu dalam
perawatan diri lansia demensia
sesuai kebutuhan (perawatan
rambut, kuku, kulit, gigi,
mengganti baju)
Keluarga membantu lansia
demensia mempertahankan
lingkungan yang familiar agar tetap
memiliki orentasi (memasang
kalendar yang besar, cahaya terang,
jam dinding dengan angka-angka
yang besar atau radio)
Keluarga membantu dalam
mobilitas seperti berjalan, naik atau
turun dari tempat tidur
***)Keterangan:
1: Tidak pernah
2: Jarang
3: Kadang-kadang
4: Sering
5: Selalu
LAMPIRAN 2. HASIL PENILAIAN PERILAKU KELUARGA
Jawaban
Total Nilai rata- Persentase
pernyataan Keterangan
Responden jawaban rata skala
kognitif penilaian
pernyataan pernyataan jawaban
1 2 3 4
Ny. T 2 2 2 1 7 7/4 = 1.75 87.5% Baik
Ny. S 2 2 1 1 6 6/4 = 1.5 75% Kurang
Jawaban
Total Nilai rata- Persentase
pernyataan Keterangan
Responden jawaban rata skala
afektif penilaian
pernyataan pernyataan jawaban
1 2 3 4
Ny. T 4 4 4 4 16 16 / 4 = 4 80% Baik
15 / 4 =
Ny. S 4 4 4 3 15 75% Baik
3.75
Jawaban
Total Nilai rata- Persentase
pernyataan Keterangan
Responden jawaban rata skala
afektif Penilaian
pernyataan pernyataan jawaban
1 2 3 4
Ny. T 5 3 3 5 16 16 / 4 = 4 80% Baik
Ny. S 4 2 3 4 13 13 / 4 = 3.25 65% Cukup
LAMPIRAN 3. PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN
Dengan hormat,
untuk dapat menyelesaikan tugas akhir. Adapun judul penelitian saya adalah
Saya memohon bantuan Bapak, Ibu dan Saudara – saudari sekalian agar
bersedia menjadi responden dalam penelitian ini. Saya sangat berharap agar
Bapak, Ibu dan Saudara sekalian dapat mengisi lembar kuesioner yang telah saya
Partisipasi anda dalam mengisi lembar kuisioner ini sangat saya hargai dan
Hormat saya,
NIM: 20140664089
LAMPIRAN 4. PERNYATAAN SEBAGAI RESPONDEN
No. Responden :
penelitian yang dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi Ners Fakultas Ilmu
Demensia”.
Data yang telah saya isi dalam kuesioner ini benar-benar telah sesuai dengan
apa yang saya alami, saya rasakan, dan saya lakukan selama merawat lansia
Tanda tangan saya di bawah ini menunjukan bahwa saya telah diberi informasi
yang sejelas-jelasnya dan saya memutuskan untuk turut serta berpartisipasi dalam
penelitian ini.
Responden
(.....................................)
LAMPIRAN 5. PERNYATAAN SEBAGAI RESPONDEN 1
LAMPIRAN 6. PERNYATAAN SEBAGAI RESPONDEN 2
LAMPIRAN 7. HASIL PENILAIAN PERILAKU KELUARGA Ny. T
LAMPIRAN 8. HASIL PENILAIAN PERILAKU KELUARGA Ny. S
LAMPIRAN 9. DOKUMENTASI RESPONDEN 1 (Ny. T)
family caregiver oleh peneliti terhadap responden ke 1 atas nama Ny. T yang
family caregiver oleh peneliti terhadap responden ke 2 atas nama Ny. S yang
SINGKATAN 1. WHO
SINGKATAN 2. ADI