Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk keselamatan
Puskesmas. Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety)
Puskesmas yaitu : 1) Keselamatan pasien (patient safety), 2) Keselamatan
pekerja atau petugas kesehatan, 3) Keselamatan bangunan dan peralatan
Puskesmas yang bisa berdampak terhadap keselamatan pasien dan petugas,
4) Keselamatan lingkungan (green productivity) yang berdampak terhadap
pencemaran lingkungan dan 5) Keselamatan “bisnis” Puskesmas yang terkait
dengan kelangsungan hidup Puskesmas . Kelima aspek keselamatan
puskesmas tersebut sangat penting untuk dilaksanakan di setiap Puskesmas,
yang harus dikelola secara professional, komprehensif dan terintegrasi.
Di Puskesmas terdapat ratusan macam obat, berbagai bahan-bahan
berbahaya, beragam alat kesehatan dengan berbagai teknologi yang semakin
canggih dan berkembang dengan pesat, bermacam jenis tenaga profesi dan
non profesi yang memberikan pelayanan. Keberagaman dan kerutinan
pelayanan tersebut apabila tidak dikelola dengan baik, berisiko menimbulkan
insiden. Karena itu UPT Puskesmas Dawan I perlu melakukan pengelolaan
risiko dalam suatu manajemen risiko yang professional, komprehensif dan
terintegrasi, agar insiden dapat diminimalisasi dan dicegah sedini mungkin.

B. TUJUAN
Sebagai acuan dalam melaksanakan program manajemen risiko di UPT
Puskesmas Dawan I

C. SASARAN
1. Tersedianya pedoman manajemen risiko.
2. Tersedianya bukti sosialisasi pedoman manajemen risiko kepada Kepala
Puskesmas dan Tim Mutu Puskesmas Dawan I

D. RUANG LINGKUP
1. Risiko terhadap pasien terkait pelayanan
2. Risiko terhadap pemberi pelayanan klinis
3. Risiko terhadap petugas puskesmas lainnya
4. Risiko terhadap sarana prasarana fasilitas/ asset Puskesmas
5. Risiko terhadap keuangan
6. Risiko-risiko lain

BAB II
PENGERTIAN

1
A. Definisi
Manajemen risiko adalah proses untuk menciptakan dan
mengimplementasikan strategi untuk meminimalkan kerugian akibat kecelakaan
pada manusia, sarana prasarana fasilitas dan keuangan Puskesmas melalui
identifikasi dan penilaian potensi kehilangan asset Puskesmas, dan melakukan
seleksi sesuai asumsi kerugian, transfer, mekanisme pengendalian dan
pencegahan.
Manajemen risiko adalah proses strategis untuk mengkreasikan dan
menerapkan secara langsung untuk meminimalisasi kejadian tidak diharapkan.
Manajemen risiko adalah pendekatan proaktif untuk mengidentifikasi,
menilai dan menyusun prioritas risiko, dengan tujuan untuk menghilangkan atau
meminimalkan dampaknya. Pendekatan manajemen risiko difokuskan pada
kejadian yang telah terjadi (reaktif) dan potensial terjadi (proaktif) dengan
menerapkan manajemen risiko terintegrasi yang memprioritaskan keselamatan
pasien, melalui revisi pengembangan proses, fungsi dan layanan.

BAB III
ELEMEN KUNCI DESAIN PROGRAM MANAJEMEN RISIKO

A. Tujuan

2
Tujuan desain program manajemen risiko adalah untuk mengurangi
mortality dan morbidity, dengan memperbaiki pelayanan kepada pasien, melalui
identifikasi dan analisa, untuk mengurangi risiko yang dapat mencegah pasien
dari cedera atau kecacatan terkait keselamatan pasien.
Untuk meningkatkan pelayanan pasien dengan mencegah
penyimpangan hasil, melalui pendekatan sistematis, terkoordinasi dan
berkesinambungan untuk meningkatkan keselamatan pasien. Untuk melindungi
orang dan asset serta keuangan Puskesmas akibat kehilangan karena
terjadinya insiden, akibat manajemen yang tidak efektif, dengan meningkatkan
perbaikan berkesinambungan pada proses pelayanan pasien melalui
lingkungan yang diciptakan dengan aman.

B. Kewenangan
Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung selaku pemilik puskesmas:
memiliki tanggung jawab utama menjamin penyediaan lingkungan yang aman
untuk memberikan pelayanan kesehatan. Dinas Kesehatan Kabupaten
Klungkung mendelegasikan kewenangan kepada Kepala Puskesmas Dawan I
untuk membentuk organisasi manajemen risiko yang komprehensif dan
berperan secara luas.
Kepala Puskesmas Dawan I menugaskan kepada Tim Peningkatan Mutu
dan Keselamatan Pasien untuk membentuk satuan tugas manajemen resiko
masuk dalam struktur Tim PMKP. Satuan tugas manajemen resiko bertanggung
jawab mengkoordinasikan kegiatan manajemen risiko dengan Kepala
Puskesmas, semua anggota pemberi pelayanan klins, semua petugas
kesehatan lainnya, dan dengan pihak luar Puskesmas.

C. Koordinasi
Karena fungsi manajemen risiko sangat luas dan kegiatan Puskesmas
yang sangat beragam, maka untuk keberhasilan program manajemen risiko,
Puskesmas harus menetapkan mekanisme koordinasi baik secara formal
maupun informal antara manajemen risiko professional dengan semua unit
layanan struktural dan fungsional puskesmas serta fungsi lain di dalam dan di
luar Puskesmas.
Manajemen risiko profesional perlu menetapkan mekanisme komunikasi,
dimana Kepala dan para koordinator ruangan pelayanan di Puskesmas
berfungsi sebagai pembuat keputusan untuk berbagai kegiatan penting dalam
program manajemen risiko.
Pimpinan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) berfungsi sebagai
penghubung antara program manajemen risiko dan staf medis, membantu
manajemen risiko dalam koordinasi kepada para dokter, untuk memastikan
bahwa organisasi melakukan clinical appointment staf medis, kredensial,

3
cilinical privilege dan prosedur disiplin telah dilakukan sesuai dengan peraturan
yang berlaku.
Bagian Keuangan bertanggung-jawab dalam pembiayaan dan
memberikan informasi yang berharga untuk program manajemen risiko,
mengawasi operasi keuangan sesuai dengan dana yang ada dan mengawasi
kinerja analisis keuangan Puskesmas.
Bagian Umum dan Kepegawaian, bertanggung jawab untuk
mengembangkan efektifitas uraian tugas dan proses penilaian kinerja,
pemeriksaan latar belakang pegawai dan uji kompetensi, verifikasi izin dan
sertifikasi, pemberian cuti pegawai dan pemeriksaan kesehatan pegawai secara
berkala yang semuanya penting untuk mencegah serta melindungi staf medis
yang melakukan tindakan/ pelayanan.
Koordinator kesehatan lingkungan puskesmas memiliki tanggung jawab
utama membantu manajemen risiko dalam melakukan fire safety, manajemen
bahan berbahaya, kesiapsiagaan darurat dan keselamatan staf.
Ketua Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien memiliki
tanggung jawab utama membantu manajemen risiko dalam upaya
meningkatkan mutu pelayanan Puskesmas dan keselamatan pasien.

D. Tanggung Jawab
Satuan tugas manajemen resiko adalah bagian dari struktur manajemen
puncak dibawah Kepala Puskesmas. Tugasnya adalah mencegah kerugian
(loss prevention) misalnya dengan inspeksi keamanan, pendidikan karyawan,
analisa statistik tentang sumber potensial klaim dan mengendalikan kerugian
(loss control), dengan cara mengidentifikasi, investigasi, mengevaluasi,
memonitor, mengukur, menangani klaim dan mengatasi risiko yang terkait
dengan sumber daya manusia, sistem prosedur, pengawasan internal maupun
gabungannya.
Satuan tugas manajemen resiko sebagai berikut
a. Mencegah dan mengurangi kerugian sebagai berikut :
- Mengembangkan mekanisme identifikasi risiko seperti laporan insiden,
rujukan staf, tinjauan rekam medik, tinjauan keluhan pasien.
- Mengembangkan dan memelihara hubungan kolaborasi dengan
ruangan pelayanan terkait seperti: manajemen mutu, kepelayanan, staf
medis dan kontrol infeksi.
- Mengembangkan statistik dan laporan kualitatif, trend dan pola
manajemen risiko.
- Mengembangkan aturan dan prosedur di area yang rentan terjadi risiko
seperti informed consent, kerahasiaan dan penanganan kejadian
sentinel.
b. Tanggung jawab satuan tugas manajemen resiko dibagi dalam lima bagian:
1. Pengurangan dan pencegahan kehilangan
2. Manajemen klaim
4
3. Pembiayaan risiko
4. Pelaksanaan akreditasi dan kebijakan
5. Pelaksanaan manajemen risiko
E. Etika
Pelaporan kinerja tahunan menilai pencapaian dan pengembangan
manajemen risiko, mengukur tujuan dan sasaran manajemen risiko secara
spesifik. Manajemen risiko harus menyiapkan laporan tahunan untuk
menentukan kegiatan selanjutnya, melaporkan kemajuan untuk menetapkan
tujuan Puskesmas.

BAB IV
TUJUAN

Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk melestarikan aset, meningkatkan


mutu pelayanan dan memanfaatkan proses untuk mengidentifikasi, mengurangi atau
menghilangkan risiko kerugian.
Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan:
1. Mengidentifikasi semua risiko dan bahaya untuk mencegah dan
memperbaiki kondisi berbahaya yang dapat menimbulkan risiko yang
tidak perlu untuk pegawai, pasien dan lain- lain.

5
2. Review kinerja semua pegawai yang melaksanakan pelayanan pasien
untuk mengidentifikasi dan memperbaiki praktek-praktek yang dapat
menimbulkan risiko yang tidak perlu untuk pegawai, pasien dan lain-lain.
3. Meninjau kebijakan dan prosedur untuk direvisi agar dihasilkan
pelayanan yang sesuai, dan dilakukan monitoring agar tidak terjadi hal-
hal yang merugikan.
4. Investigasi kejadian tidak diharapkan untuk menilai dan menentukan
bagaimana agar kejadian serupa dapat dihindari untuk mengontrol
kerugian.
5. Menangani keluhan, menyelesaikan sengketa dan meningkatkan mutu
pelayanan pasien dan layanan yang terkait

BAB V
RUANG LINGKUP MANAJEMEN RISIKO

Program manajemen resiko dirancang untuk mengidentifikasi, menilai,


mencegah dan mengontrol kerugian yang timbul akibat cedera pada pegawai,
kewajiban pembayaran hutang, properti, kepatuhan terhadap peraturan dan kerugian
lain yang timbul dalam proses kegiatan.
Program manajemen risiko mencakup pencegahan kehilangan, kontrol dan
kegiatan peningkatan mutu berkesinambungan. Upaya tim untuk melaksanakan
program manajemen risiko mencakup dokter, administrator, manajemen, pengawas
dan petugas puskesmas untuk mengidentifikasi, meninjau, mengevaluasi dan
6
pengendalian risiko yang mengganggu mutu pelayanan pasien, keselamatan.
Layanan diberikan untuk melakukan tindakan korektif dan pencegahan tepat yang
diperlukan
Cakupan/ ruang lingkup manajemen risiko:
a. Terkait dengan pelayanan pasien
b. Terkait dengan pemberi pelayanan
c. Terkait dengan seluruh petugas puskesmas
d. Terkait dengan properti
e. Keuangan
f. Lain – lain
1. Risiko terkait pelayanan pasien
- Berhubungan langsung dengan pelayanan pasien
- Konsekuensi hasil pengobatan yang tidak sesuai dengan yang
diharapkan
- Kerahasiaan dan pemberian informasi yang sesuai
- Perlindungan dari pelecehan, kelalaian dan serangan
- Pasien diberitahu tentang risiko
- Pengobatan yang nondiskriminatif
- Perlindungan barang berharga pasien dari kerugian atau kerusakan
2. Risiko terkait pemberi pelayanan medis
- Apakah telah dilakukan kredensial terhadap staf medis?
- Apakah tindakan medis dilakukan sesuai kompetensi dan prosedur
baku?
- Apakah pasien dikelola dengan benar?
- Apakah staf yang kita miliki telah cukup dilatih?
3. Risiko terkait petugas puskesmas
- Menjaga lingkungan yang aman
- Kebijakan kesehatan pegawai
4. Risiko terkait property
- Melindungi aset dari kerugian akibat kebakaran, banjir, dan lain – lain.
- Catatan rekam medik pasien non - elektronik, dan catatan keuangan,
dilindungi dari kerusakan atau perusakan.
- Ikatan kerja sama dan asuransi untuk melindungi fasilitas dari kerugian
5. Risiko lain-lain
- Manajemen bahan berbahaya lainnya: kimia, radioaktif, bahan biologis
menular, manajemen limbah.
- Risiko terkait hukum dan peraturan

7
BAB VI
PROSES MANAJEMEN RISIKO

Manajemen risiko adalah proses yang berkesinambungan dan berkelanjutan.


Risiko mungkin terpapar kepada pasien, staf, pengunjung dan organisasi yang terus-
menerus berubah dan harus diidentifikasi.

Risk
Register
Establish the cntext

Identify risks
Communicate and consult

Monitor and review

Analyse the risks


Assess
Risk

Evaluste the risks

8
Treat the risks

Program manajemen risiko menggunakan 5 tahapan proses yaitu:


1. Tetapkan konteks
2. Identifikasi risiko
3. Analisis risiko
4. Evaluasi dan Asesmen risiko
5. Kelola risiko.

Tahap 1 : Tetapkan Konteks


Pada tahapan ini, identifikasi dan pahami kegiatan operasional di lingkungan
Puskesmas dan strategi program manajemen risiko layanan kesehatan yang efektif.
Tetapkan parameter organisasi dan lingkungan di mana proses manajemen risiko
harus ditempatkan, tujuan dari aktivitas risiko dan konsekuensi potensial yang dapat
timbul dari pengaruh internal dan eksternal.
Tujuan, sasaran, strategi, ruang lingkup, dan parameter kegiatan, atau bagian
dari organisasi Puskesmas dimana proses manajemen risiko sedang diterapkan,
harus ditetapkan. Proses harus dipertimbangkan dengan seksama sesuai kebutuhan
untuk menyeimbangkan biaya, manfaat dan peluang. Perlu ditentukan pula
kebutuhan sumberdaya dan catatan yang harus didokumentasikan dan dipelihara.
Ketika menentukan ruang lingkup program manajemen resiko secara
mendalam, harus dipertimbangkan apakah proses manajemen risiko mencakup
pelayanan yang banyak masalah, atau terbatas pada area praktik klinis spesifik, unit
pelayanan, fungsi, atau area proyek.

Tahap 2 : Identifikasi Risiko.


Identifikasi risiko internal dan eksternal yang dapat menimbulkan ancaman
sistem kesehatan, organisasi Puskesmas, unit pelayanan Puskesmas, atau pasien.
Identifikasi risiko komprehensif sangat penting dan harus dikelola menggunakan
proses sistematis yang terstruktur dengan baik, karena potensi risiko yang tidak
diidentifikasi pada tahap ini akan dik ecualikan dari analisis dan pelayanan lebih
lanjut. Semua materi risiko harus diidentifikasi, apakah mereka berada di bawah
kontrol organisasi manajemen risiko.

9
Dari waktu ke waktu, semua risiko yang signifikan di tingkat nasional (sistem
kesehatan), tingkat Puskesmas, unit pelayanan atau tingkat tim harus diidentifikasi,
dinilai, dikelola dan dipantau. Untuk memulai proses, perludilakukan identifikasi dan
penentuan prioritas risiko pelayanan kesehatan internal dan eksternal yang dapat
menimbulkan ancaman.
Identifikasi risiko memerlukan pemahaman yang mendalam dari para pemberi
layanan kesehatan terhadap komponen-komponen berikut:
1. Sumber risiko atau bahaya yang berpotensi menimbulkan kerugian
2. Insiden yang terjadi dan dampaknya pada Puskesmas atau stakeholder
internal / eksternal
3. Identifikasi konsekuensi, hasil dan dampak klinis risiko atau insidendi
Puskesmas atau pihak-pihak yang berkepentingan dengan pelayanan
Puskesmas
4. Faktor kontributor (apa dan mengapa) terhadap terjadinya risiko klinis atau
bahaya dan insiden yang terjadi
5. Kapan dan di mana risiko klinis atau bahaya dapat terjadi
Identifikasi adalah elemen yang penting dalam manajemen risiko karena risiko
tidak akan efektif ditangani bila tidak dilakukan identifikasi. Satuan tugas manajemen
resiko dapat menggunakan berbagai informasi untuk mengidentifikasi potensi risiko.
Identifikasi risiko dapat dilakukan secara reaktif dan proaktif.
Beberapa sumber informasi untuk identifikasi risiko yang dapat dipakai
seperti:
a) Daftar keluhan pasien
b) Hasil survei kepuasan
c) Diskusi dengan pimpinan unit layanan serta staf dan mitra kerja
d) Laporan insiden
Identifikasi resiko dalam pelayanan klinis dilaksanakan dengan
memprioritaskan resiko yang akan di analisis berikutnya. Penentuan prioritas resiko
atau masalah di Upt. Puskesmas Dawan I menggunakan metode sederhana. Metoda
sederhana menggunakan kriteria yang ditetapkan sendiri, menurut kepentingan
pengguna. Nilai akhir bisa merupakan hasil perkalian ataupun hasil penjumlahan.
Dengan indikator yang di nilai dengan 3H +1P, High Risk (Resiko) High Cost
(pembiayaan) High Volume (Ruang Lingkup) dan kecenderuangan terjadinya
masalah. Nilai masing-masing indikator, 1 : tanpa resiko, 2 : resiko ringan, 3 : resiko
sedang, 4 : resiko berat. Masing-masing nilai dijumlahkan, dan diurutkan dengan nilai
tertinggi menjadi prioritas.

Tahap 3 : Analisis Risiko.

10
Tahap analisis dilakukan setelah tahap identifikasi. Organisasi manajemen
risiko harus melakukan analisa secara sistematis terhadap sistem kesehatan,
organisasi Puskesmas, unit pelayanan dan semua unit layanan, untuk memahami
risiko, mengidentifikasi tugas agar dapat menentukan tindakan lebih lanjut. Perlu
proses sistematis untuk memahami sifat risiko dan menyimpulkan tingkat risiko,
memisahkan risiko kecil yang dapat diterima serta risiko besar, serta menyediakan
data untuk membantu evaluasi dan pelayanan.
Pada umumnya risiko yang berpotensi menyebabkan kerugian keuangan
akan menjadi prioritas intervensi. Makin besar kerugian yang akan terjadi, makin
segera tindakan harus dilakukan. Analisis dilakukan dengan melakukan risk grading/
tingkatan risiko untuk menentukan keparahan dari tiap risiko dengan cara memeriksa
kecenderungan terjadinya risiko dan akibatnya bila hal ini terjadi.
Analisis risiko harus mempertimbangkan bahwa telah ada kontrol atas risiko
saat ini, termasuk kemungkinan keparahan apabila risiko tersebut muncul menjadi
sebuah insiden (risiko yang potensial menjadi insiden), dan kemungkinan terjadinya
insiden. Penilaian dan rangking risiko dilakukan menggunakan kategori kemungkinan
dan konsekuensi.
Lihat tabel kategori dan matriks penilaian risiko
a) Dapat diatasi dengan pertolongan pertama
1 Ringan
b) Kerugian keuangan sedang
a) Berkurangnya fungsi motorik/ sensorik/ psikologis atau
intelektual secara semipermanen/ reversible/ tidak
2 Sedang berhubungan dengan penyakit setiap kasus yang
memperpanjang perawatan

a) Cedera luas
3 Berat
b) Kehilangan fungsi utama permanen (motorik)
a) Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan
4 Katastropik penyakit
b) Kerugian keuangan sangat besar

Risk grading Matrix (Matriks Derajat Risiko)


Dampak
Tidak Ringan Sedang Berat Katastropik
Frekuensi
signifikan 2 3 4 5
1
Sangat sering Sedang Sedang Tinggi Ekstrim Ekstrim
(Tiap minggu/
bulan)
5
11
Sering Sedang Sedang Tinggi Ekstrim Ekstrim
(Beberapa
kali/ tahun)
4

Mungkin Rendah Sedang Tinggi Ekstrim Ekstrim


(1-2 tahun/
kali)
3
Jarang Rendah Rendah Sedang Tinggi Ekstrim
(3-5 tahun/kali)
2
Sangat jarang Rendah Rendah Sedang Tinggi Ekstrim

Keterangan Warna (tindak lanjut dilakukan)


1. Pita Biru artinya dapat diatasi dengan prosedur rutin, dilakukan investigasi
sederhana.
2. Pita Hijau artinya Kepala Puskesmas harus menilai dampak terhadap biaya
mengatasi resiko dengan supervisi dan dilakukan investigasi sederhana.
3. Pita Kuning artinya dilakukan RCA dimonotoring oleh Kepala Puskesmas
4. Pita Merah artinya dilaporkan segera ke Kepala Puskesmas dan lakukan RCA

Tahap 4 : Evaluasi Dan Assasmen Risiko


Mengevaluasi risiko dan membandingkan kriteria risiko yang diterima untuk
dikembangkan dalam daftar prioritas risiko yang akan ditindak lanjuti. Melakukan
evaluasi risiko dan prioritas risiko dengan cara membandingkan tingkat risiko yang
ditemukan selama analisis dengan kriteria risiko yang ditentukan sebelumnya, dan
mengembangkan daftar prioritas risiko untuk menentukan tindak lanjut.
Saat menyusun evaluasi kriteria layanan kesehatan, harus dilakukan
identifikasi untuk menentukan tingkat risiko secara internal maupun eksternal yang
siap diterima puskesmas. Kriteria risiko digunakan untuk menilai dan menentukan
peringkat risiko, yang menunjukkan bahwa bila risiko diterima puskesmas, maka
harus berhasil dilaksanakan. Dalam mengevaluasi kriteria risiko mungkin dipengaruhi
oleh persepsi internal, eksternal dan persyaratan hukum.

Tahap 5 : Pengelolaan Risiko.


Bila memungkinkan paparan risiko perlu dieliminasi. Contohnya memperbaiki
alat yang rusak, memberikan pendidikan pada staf medis yang belum mendapatkan
edukasi tentang prosedur pengoperasian alat. Bila risiko tidak dapat dieliminasi,
maka perlu dicari teknik lain untuk menurunkan risiko kerugian. Setelah dilakukan

12
identifikasi dan analisa risiko, maka satuan tugas manajemen resiko harus
menangani dan mengendalikan risiko tersebut.
Ada dua pendekatan dasar:
1. Mengendalikan risiko (risk control)
Risiko sedapat mungkin dihindari karena puskesmas tidak berani mengambil
risiko dengan metode berikut.
a. Menghindari risiko (risk avoidance), Adalah menghindarkan harta, orang
atau kegiatan dari pajanan terhadap risiko dengan cara :
 Menolak risiko atau menerima dan melaksanakan suatu kegiatan
walaupun hanya untuk sementara.
 Meninjau kembali risiko yang telanjur diterima atau segera
menghentikan kegiatan itu begitu diketahui mengandung risiko.
b. Mengendalikan kerugian dengan mencegah dan mengurangi kemungkinan
terjadinya insiden yang menimbulkan kerugian dengan cara :
 Mengurangi kemungkinan terjadinya kerugian
2. Menanggung risiko (risk retention)
Risiko diterima dan ditangani sendiri oleh puskesmas. Artinya puskesmas
mentolerir terjadinya kerugian untuk mencegah terganggunya kegiatan
operasional puskesmas dengan menyediakan sejumlah dana untuk
menanggulanginya.

BAB VII
PEMANTAUAN DAN TINJAUAN

Memantau dan meninjau risiko yang sedang berjalan, penting untuk


memastikan bahwa rencana organisasi manajemen risiko puskesmas tetap relevan.
Mengingat bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi perubahan
“kemungkinan dan dampak risiko” setiap saat, maka manajemen risiko harus
melakukan pemantauan berulang kali, serta meninjau kembali setiap langkah dalam
proses manajemen risiko.
Penentuan prioritas risiko dan perencanaan kegiatan, memperhitungkan
laporan insiden internal, informasi audit, keluhan dan isu-isu perorangan, serta
persyaratan dan panduan tingkat nasional. Pimpinan unit layanan secara sistematis
harus menyusun prioritas risiko menurut keparahan risiko (sesuai warna/ bands
risiko), dan melakukan kontrol di tingkat unit layanan.Tindak lanjut dilakukan oleh
manajer level tertentu tergantung tingkat keparahan risiko (sesuai warna/ bands
risiko).
Tujuan utama pemantauan adalah:

13
1. Untuk mengembangkan sebuah daftar risiko (risk register) secara komprehensif
yang diprioritaskan untuk membuat rencana tindakan terhadap risiko yang
signifikan dan moderat
2. Untuk mengembangkan daftar risiko internal dan rencana kegiatan untuk
semua iunit layanan
3. Untuk mengembangkan profil utama risiko dan risiko signifikan yang mungkin
timbul dari kegiatan puskesmas serta untuk menganalisis risiko yang
berdampak terhadap keuangan, kemungkinan risiko yang mungkin muncul
menjadi insiden dan kemungkinan untuk mengontrol.

14
BAB VIII
SISTEM PELAPORAN INSIDEN

Laporan Insiden adalah laporan secara tertulis setiap keadaan yang tidak
konsisten dengan kegiatan/ prosedur rutin yang berlangsung di puskesmas terutama
untuk pelayanan kepada pasien. Saat ini laporan insiden diwajibkan bagi setiap RS
dan puskesmas seperti tercantum dalam UU RS no 44 tahun 2009 pasal 43 dan
Standar Akreditasi RS - KARS.
Secara umum maksud laporan insiden adalah untuk mengingatkan kepada
manajemen risiko bahwa ada keadaan yang mengancam terjadinya klaim.
Identifikasi akan membantu langkah-langkah yang akan diambil puskesmas terhadap
risiko tersebut.
A. Tujuan umum laporan insiden (PMKP Puskesmas):
Menurunnya Insiden Keselamatan Pasien (KTD, KTC, KNC) dan Kondisi
Potensial Cedera (KPC) untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan
pasien.
B. Tujuan Khusus Laporan Insiden (PMKP Puskesmas) :
1) Tim PMKP Puskesmas (Internal)
a. Terlaksananya sistem pelaporan dan pencatatan insiden di Puskesmas
b. Diketahui penyebab insiden sampai pada akar masalah
c. Pembelajaran dan perbaikan asuhan kepada pasien untuk mencegah
kejadian yang sama terulang kembali
2) PMKP- Dinas Kesehatan Kabupaten Klungkung, Bidang Pelayanan
Kesehatan (Eksternal)
a. Diperolehnya data peta angka insiden tingkat kabupaten
b. Pembelajaran untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan
pasien bagi puskesmas lain
c. Ditetapkannya langkah-langkah praktis

Laporan insiden terdiri dari:


1. Laporan insiden Puskesmas (Internal): Pelaporan secara tertulis setiap kondisi
potensial cedera dan insiden yang menimpa pasien, keluarga, pengunjung,
maupun karyawan yang terjadi di puskesmas.
2. Laporan insiden keselamatan pasien eksternal: Pelaporan secara anonim dan
tertulis ke dinas kesehatan setiap kondisi potensial cedera dan insiden
keselamatan pasien, dan telah dilakukan analisa penyebab, rekomendasi, dan
solusinya.

15
Jenis-jenis insiden dan kondisi yang harus dilaporkan sebagai berikut:
1. Kejadian sentinel adalah insiden yang mengakibatkan kematian atau cedera
yang serius sebagai berikut (Standar Akreditasi Internasional RS – JCI ) :
a. Kematian yang tidak terduga dan tidak terkait dengan perjalanan penyakit
pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya (contoh bunuh diri)
b. Kehilangan fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit pasien
atau kondisi yang mendasari penyakitnya
c. Salah tempat, salah prosedur, salah pasien bedah
d. Bayi yang diculik atau bayi yang diserahkan kepada orang lain yang bukan
orang tuanya.
2. Kejadian Tidak Diharapkan, selanjutnya disingkat KTD adalah insiden yang
mengakibatkan cedera pada pasien
3. Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera
4. Kejadian Nyaris Cedera, selanjutnya disingkat KNC adalah terjadinya insiden
yang belum sampai terpapar ke pasien
5. Kondisi Potensial Cedera, selanjutnya disingkat KPC adalah kondisi yang
sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera, tetapi belum terjadi insiden.

Tipe Insiden:
1. Administrasi Klinis
2. Proses / Prosedur klinis
3. Dokumentasi
4. Proses Medikasi / Cairan Infus
5. Oxigen
6. Alat Medis
7. Perilaku pasien
8. Pasien jatuh
9. Pasien Kecelakaan
10. Infrastruktur / Sarana / Bangunan
11. Sumber daya / Manajemen
12. Laboratorium

Siapa yang bertanggung jawab dalam pelaporan insiden?


 Petugas Puskesmas yang pertama menemukan kejadian
 Petugas Puskesmas yang terlibat dengan kejadian atau pemberi layanan

16
BAB IX
INVESTIGASI INSIDEN

Invesigasi insiden adalah proses pengkajian ulang laporan insiden dengan


mencatat ringkasan kejadian secara kronologis dan mengidentifikasi masalah
pelayanan / Care Management Problem, mencatat petugas yang terlibat dan
mewawancarai mereka.
Investigasi insiden terdiri dari :
a. Investigasi Sederhana
Dilakukan oleh atasan langsung bila pita/ bands grading risiko berwarna
biru atau hijau.
Langkah-langkah melakukan investigasi sederhana:
1. Pengumpulan data: observasi, dokumentasi dan interview (wawancara)
2. Tentukan penyebab insiden dengan menggunakan 5 why :
- Penyebab langsung (immediate/ direct cause): penyebab yang
berhubungan langsung dengan insiden/ dampak terhadap pasien.
- Akar masalah (root cause): penyebab yang melatarbelakangi
penyebab langsung (underlying cause).
3. Rekomendasi: tentukan penanggung jawab dan tanggal pelaksanaan
4. Tindakan yang akan dilakukan: tentukan penanggung jawab dan
tanggal pelaksanaan
b. Investigasi Komprehensif / Root Cause Analysis
Dilakukan oleh Tim Keselamatan Pasien bila pita/ bands berwarna kuning
atau merah. RCA adalah metode evaluasi terstuktur untuk identifikasi akar
masalah dari kejadian tidak diharapkan dan tindakan adekuat untuk
mencegah kejadian yang sama berulang kembali. Metode proses analisis
yang dapat digunakan secara retrospektif untuk mengidentifikasi faktor-
faktor yang menyebabkan kejadian tidak diharapkan (KTD). Proses RCA
merupakan gambaran kritis sistem manajemen mutu dan keselamatan
karena dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan untuk hal-hal yang
berisiko tinggi, seperti:
- Apa yang terjadi (aktual)
- Apa yang harusnya terjadi (kebijakan)
- Mengapa terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk mencegah agar
tidak terjadi kembali (tindakan/outcome?)
- Bagaimana kita dapat mengetahui bahwa tindakan kita dapat
meningkatkan keselamatan pasien? (melalui pengukuran)

17
Langkah-Langkah RCA / Analisa Akar Masalah :
1. Identifikasi Insiden yang akan di investigasi
2. Tentukan Tim Investigator
3. Kumpulkan data & informasi
- Observasi
- Dokumentasi
- Interview
4. Petakan Kronologi kejadian
- Narrative Chronology
- Timeline
- Tabular Timeline
- Time Person Grid
5. Identifikasi CMP ( Care Management Problem )
- Brainstorming
- Brainwriting
6. Analisis Informasi
- 5 Why’s
- Analisis Perubahan
- Analisis Penghalang
- FishBone / Analisis Tulang Ikan
7. Rekomendasi dan Rencana Kerja untuk Improvement

18
BAB X
EVALUASI PROGRAM MANAJEMEN RISIKO

Program manajemen risiko dan kemajuan untuk mencapai tujuan yang telah
disusun dalam rencana, ditinjau minimal setiap tahun oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten Klungkung.

19

Anda mungkin juga menyukai