Bab Ii
Bab Ii
TINJAUAN PUSTAKA
A. Meningitis
1. Definisi
4
2. Etiologi
Banyak faktor yang mempengaruhi etiologi penyakit meningitis
bakteri. Beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain usia, faktor-
faktor risiko (seperti gangguan imunitas, sinusitis, trauma kepala, dan
sickle cell disease), serta variasi musim dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya meningitis bakteri.
Organisme penyebab meningitis bakteri pada anak terbagi atas
beberapa golongan umur, yaitu:
1. Neonatus: Escherichia coli, Streptococcus beta hemolitikus,
Listeria monocytogenesis.
2. Anak di bawah 4 tahun: Haemophilus influenza,
Meningococcus, Pneumococcus.
3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa: Meningococcus,
Pneumococcus.
3. Manifestasi Klinis
Gejala meningitis di akibatkan dari infeksi dan peningkatan
TIK, adapun gejala yang timbul diantaranya :
5
1. Sakit kepala dan demam adalah gejala wal yang sering, sakit
kepala di hubungkan dengan meningitis yang selalu berat
dan sebagai akibat iritasi meningen, demam akan ada dan
tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
2. Perubahan pada tingkat kesadaran di hubungkan dengan
meningitis bakteri. Disoreintasi dan gangguan memori
merupakan gejala awal adanya penyakit
3. Manifestasi perilaku juga umum berjadi seperti letargik,
tidak responsif, dan koma
4. Iritasi meningen
5. Rigiditas nukal (kaku leher) adalah tanda awal, adanya
upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena
adanya spasme otot-otot leher. Fleksi paksaan menyebabkan
nyeri berat
6. Tanda kernig positif, ketika pasien di baringkan dengan paha
dalam fleksi ke arah abdomen, kaki tidak dapat di
ekstensikan sempurna.
7. Tanda brudzinski, bila leher di fleksikan, maka di hasilnya
fleksi lutut dan pinggul bila dilakukan fleksi pasif pada
ekstremitas bawah pada salah satu sisi.
8. Fotofobia, sensitif yang berlebihan terhadap cahaya
9. Kejang dan peningkatan TIK. Peningkatan TIK akibat
eksudat purulen dan edema serebral. Pernapasan tidak
teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan kesadaran
10. Adanya ruam peteki dengan lesi purpura pada meningitis
meningokokal (neisseria meningitis)
11. Infeksi fulminating : demam tinggi yang tiba-tiba muncul,
lesi purpura pada wajah dan ekstremitas, syok, dan tanda
koangulopati intravaskular (Padmosantjojo, 2003)
6
4. Patofisiologis
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan
diikuti dengan septikemia, menyebar ke meningen otak dan medula
spinalis bagian atas.
Faktor-faktor predisposisi mencangkup infeksi jalan nafas
bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan
hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan
pengaruh immunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior,
telinga bagian tengah, dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran
vena-vena maningen; semuanay ini penghubung yang menyongkong
perkembangan bakteri.
Organisme masuk kedalam aliran darah dan menyebabkan
reaksi radang di dalam maningen dan dibawah daerah korteks, yang dapat
menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan
serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen,
vaskulitis, dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar
otak dan medula spinalis. Radang juga, menyebar ke dinding membran
ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan
fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada
darah, daerah pertahanan otak (barier otak), edema serebral dan
peningkatan TIK.
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang berhasil tergantung pada pemberian antibiotik
yang melewati darah-barier otak kedalam ruang subarakhnoid dalam
7
konsentrasi yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri.
Cairan serepbrospinal (CSS) dan darah perlu dikultur, dan terapi
antimikroba segera dimulai. Dapat digunakan penisilin, ampisilin atau
khoramfenikol, atau satu jenis dari sefalosporins. Antibiotik lain
digunakan jika diketahui streinbakteri resisten. Pasien dipertahankan
pada dosis besar antibiotik yang tepat per intravena.Dehidrasi atau syok
diobati dengan penambahan volume cairan. Kejang dapat terjadi pada
awal penyakit, dikontrol dengan menggunakan diazepam atau fenition.
Diuretik osmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk megobati
edema serebral (Brunner & Suddarth, 2001).
B. Encefalitis
1. Definisi
8
c. Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili,
pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-vaksinia,
pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis
lain yang mengikuti infeksi traktus respiratorius
yang tidak spesifik
2. Etiologi
Untuk mengetahui penyebab Encephalitis perlu pemeriksaan
bakteriologik dan virulogik pada spesimen feses, sputum, serum darah
ataupun cairan serebrospinalis yang harus diambil pada hari-hari
pertama. Encephalitis dapat disebabkan karena :
a. Infeksi-infeksi Virus
1) Gondongan
2) Campak
3) Kelompok virus entero (poliovirus, herpes zoster)
4) Rubela
5) Kelompok Virus Herpes
6) Kelompok virus poks : vaksinia dan variola
7) Virus arbo : menyebar ke manusia melalui nyamuk
8) Rabies
9) Virus herpes Simiae (virus “B”) : saliva kera
10) Keriomeningitis limfositik : tinja binatang pengerat
9
b. Infeksi-infeksi Non virus
1) Riketsia
2) Mycoplasma pneumoniae
3) Bakteri
4) Jamur (fungus blastomyces dermatitidis).
5) Protozoa (Plasmaodium Sp; Tyypanosoma Sp;
naegleria Sp; Acanthamoeba; Toxoplasma gondii)
10
e. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-
sendiri atau bersama-sama, misal paresis atau paralisis,
afasia, dan sebagainya.
11
c. Vomitus, demam akut
d. Defisit neurologik, kelumpuhan saraf kranial.
e. Adanya tanda-tanda iritasi serebrar (mioklonus,
reflek patologis ).
f. Hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan
tanda Babinski
g. Peningkatan tekanan intrakranial
h. Gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku
i. Gangguan penglihatan, pendengaran, bicara
j. Kejang, tremor, aphasia
k. Retardasi mental
l. Demensia
m. Kebutaan
4. Patofisiologis
Virus atau agen penyebab lainnya masuk ke susunan saraf pusat
melalui peredaran darah, saraf perifer atau saraf kranial, menetap dan
berkembangbiak menimbulkan proses peradangan. Kerusakan pada
myalin pada akson dan white matter dapat pula terjadi. Reaksi
peradangan juga mengakibatkan pendarahan, edema, nekrosis yang
selanjutnya dapat terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Kematian
dapat terjadi karena adanya herniasi dan peningkatan tekanan
intrakranial.
5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan umum
1) Pencegahan dan kontrol peningkatan tekanan
intrakranil (pengurangan edema selebri).
2) Kepatenan respirasi : jika indikasi perlunya
ventilator.
3) Support nutrisi : diet tinggi kalori dan tinggi
protein.
12
4) Keseimbangan cairan dan elektrolit : cairan
intravena
5) Rehabilitasi.
b. Pengobatan
1) Vidarabine : untuk encephalitis karena herpes
simpleks.
2) Asiklovir sebagai anti-virus untuk meringankan
gejala
3) Amphotericin B (fungizone), sulfadiazine,
miconozole, rifampin untuk pengobatan amuba
encephalitis.
4) Glucocorticosteroid : dexamethasone, untuk
mengurangi peradangan
5) Anticolvulsan : phenytoin (dilantin), untuk
mencegah kejang
6) Analgetik : acetaminophen.
7) Diuretik osmotik : manitol.
C. Perbedaan Antara Meningitis dan Encefalitis
Pada penyakit meningitis kesadaran pasien masih relatif baik,
sedangkan pada pasien ensefalitis kesadaran menurun. Pada kasus meningitis
demam akan menjadi naik atau tinggi, sedangkan pada ensefalitis demam
turun. Penderita meningitis mengalami peradangan pada selaput otak, namun
penderita ensefalitis mengalami peradangan pada jaringan otak.
Perbedaan keduanya juga datang dari penyebab terjadi nya kedua
penyakit ini, jika meningitis biasa nya di sebabkan oleh bakteri sedangkan
ensefalitis kebanyakan di sebabkan oleh virus. Meningitis juga dapat di
katagorikan sebagai penyakit mematikan karena adanya radang pada selaput
yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang, sedangkan pada pasien
ensefalitis kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak
dan bisa menimbulkan kematian. Dan meningitis bisa menjadi pemicu
tejadinya ensefalitis atau yang di sebut sebagai meningoensefalitis.
13
14