Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A. Meningitis

1. Definisi

Meningitis adalah inflamasi yang terjadi pada meninges, suatu


membran yang menyelimuti otak dan spinal cord (sumsum tulang
belakang). Meningitis dapat terjadi karena infeksi bakteri, virus, fungi,
juga karena kejadian noninfeksi seperti inflamasi karena pengobatan,
cochlear implant, atau keganasan (Mehlhorn dan Sucher, 2005).
Meningitis selanjutnya di klasifisikan sebagai asepsis, sepsis, dan
tuberkulosa. Meningitis asepsis mengacu pada salah satu mengitis virus
atau menyebabkan iritasi meningen yang disebabkan oleh abses otak,
ensefalitis, limfoma, leukemia atau darah di ruang subarakhnoid.
Meningitis sepsis menunjukkan meningitis yang disebabkan oleh
mikroorganisme seperti meningekokus, stafilokokus atau basilus
influenza. Meningitis tuberkulosa disebabkan oleh basilus tuberkel.
Infeksi meningeal umumnya dihubungkan dengan satu atau dua
jalan : melalui salah satu aliran darah sebagai konsekuensi dari infeksi-
infeksi bagian lain, seperti selulitis atau penekanan langsung seperti di
dapat setelah cedera traumatik tulang wajah.
Meningitis bakteri adalah penyakit infeksi parah yang disebabkan
oleh bakteri pada selaput otak dan sumsum tulang belakang. Bentuk
penularan nya melalui kontak langsung , yang mencakup droplet dan
sekret dari hidung dan tenggorokan yang membawa kuman atau infeksi
dari orang lain. Pada hasilnya, banyak yang tidak dikembangkan menjadi
infeksi tetapi menjadi carrier. Insiden tertinggi pada meningitis disebabkan
oleh bakteri gram negatif yang terjadi pada lansia, sama seperti pada
seseorang yang menjalani bedah saraf atau seseorang yang mengalami
gangguan respon imun (Brunner & Suddarth, 2001).

4
2. Etiologi
Banyak faktor yang mempengaruhi etiologi penyakit meningitis
bakteri. Beberapa faktor yang mempengaruhi, antara lain usia, faktor-
faktor risiko (seperti gangguan imunitas, sinusitis, trauma kepala, dan
sickle cell disease), serta variasi musim dapat menjadi faktor predisposisi
terjadinya meningitis bakteri.
Organisme penyebab meningitis bakteri pada anak terbagi atas
beberapa golongan umur, yaitu:
1. Neonatus: Escherichia coli, Streptococcus beta hemolitikus,
Listeria monocytogenesis.
2. Anak di bawah 4 tahun: Haemophilus influenza,
Meningococcus, Pneumococcus.
3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa: Meningococcus,
Pneumococcus.

3. Manifestasi Klinis
Gejala meningitis di akibatkan dari infeksi dan peningkatan
TIK, adapun gejala yang timbul diantaranya :

5
1. Sakit kepala dan demam adalah gejala wal yang sering, sakit
kepala di hubungkan dengan meningitis yang selalu berat
dan sebagai akibat iritasi meningen, demam akan ada dan
tetap tinggi selama perjalanan penyakit.
2. Perubahan pada tingkat kesadaran di hubungkan dengan
meningitis bakteri. Disoreintasi dan gangguan memori
merupakan gejala awal adanya penyakit
3. Manifestasi perilaku juga umum berjadi seperti letargik,
tidak responsif, dan koma
4. Iritasi meningen
5. Rigiditas nukal (kaku leher) adalah tanda awal, adanya
upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran karena
adanya spasme otot-otot leher. Fleksi paksaan menyebabkan
nyeri berat
6. Tanda kernig positif, ketika pasien di baringkan dengan paha
dalam fleksi ke arah abdomen, kaki tidak dapat di
ekstensikan sempurna.
7. Tanda brudzinski, bila leher di fleksikan, maka di hasilnya
fleksi lutut dan pinggul bila dilakukan fleksi pasif pada
ekstremitas bawah pada salah satu sisi.
8. Fotofobia, sensitif yang berlebihan terhadap cahaya
9. Kejang dan peningkatan TIK. Peningkatan TIK akibat
eksudat purulen dan edema serebral. Pernapasan tidak
teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan kesadaran
10. Adanya ruam peteki dengan lesi purpura pada meningitis
meningokokal (neisseria meningitis)
11. Infeksi fulminating : demam tinggi yang tiba-tiba muncul,
lesi purpura pada wajah dan ekstremitas, syok, dan tanda
koangulopati intravaskular (Padmosantjojo, 2003)

6
4. Patofisiologis
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan
diikuti dengan septikemia, menyebar ke meningen otak dan medula
spinalis bagian atas.
Faktor-faktor predisposisi mencangkup infeksi jalan nafas
bagian atas, otitis media, mastoiditis, anemia sel sabit dan
hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan
pengaruh immunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior,
telinga bagian tengah, dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran
vena-vena maningen; semuanay ini penghubung yang menyongkong
perkembangan bakteri.
Organisme masuk kedalam aliran darah dan menyebabkan
reaksi radang di dalam maningen dan dibawah daerah korteks, yang dapat
menyebabkan trombus dan penurunan aliran darah serebral. Jaringan
serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat meningen,
vaskulitis, dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar
otak dan medula spinalis. Radang juga, menyebar ke dinding membran
ventrikel serebral. Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan
fisiologis intrakranial, yang terdiri dari peningkatan permeabilitas pada
darah, daerah pertahanan otak (barier otak), edema serebral dan
peningkatan TIK.

Pada infeksi akut pasien meninggal akibat toksin bakteri sebelm


terjadi meningitis. Infeksi terbanyak dari pasien ini dengan kerusakan
adrenal, kolaps sirkulasi dan dihubungkan dengan meluasnya hemoragi
(pada sindrom waterhouse-friderichen) sebagai akibat terjadinya
kerusakan endotel dan nekrosis pembuluh darah yang disebabkan oleh
meningokus.

5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang berhasil tergantung pada pemberian antibiotik
yang melewati darah-barier otak kedalam ruang subarakhnoid dalam

7
konsentrasi yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri.
Cairan serepbrospinal (CSS) dan darah perlu dikultur, dan terapi
antimikroba segera dimulai. Dapat digunakan penisilin, ampisilin atau
khoramfenikol, atau satu jenis dari sefalosporins. Antibiotik lain
digunakan jika diketahui streinbakteri resisten. Pasien dipertahankan
pada dosis besar antibiotik yang tepat per intravena.Dehidrasi atau syok
diobati dengan penambahan volume cairan. Kejang dapat terjadi pada
awal penyakit, dikontrol dengan menggunakan diazepam atau fenition.
Diuretik osmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk megobati
edema serebral (Brunner & Suddarth, 2001).
B. Encefalitis

1. Definisi

Encephalitis adalah peradangan pada jaringan otak dan


meningen, yang dapat disebabkan karena virus, bakteri, jamur dan
parasit. Encephalitis karena bakteri dapat masuk melalui faktur
tengkorak. Sedangkan pada virus disebabkan karena gigitan serangga,
nyamuk (arbo virus) yang kemudian masuk ke susunan saraf pusat
melalui peredaran darah. Jenis-jenis encefalitis :

a. Infeksi virus yang bersifat endemik, Golongan


enterovirus : Poliomyelitis, virus Coxsackie,
virus ECHO. Golongan virus Arbo : Western
equine encephalitis, St. Louis encephalitis,
Eastern equine encephalitis, Japanese B
encephalitis, Russian spring summer
encephalitis, Murray valley encephalitis.
b. Infeksi virus yang bersifat sporadik : Rabies,
Herpes simpleks, Herpes zoster,
Limfogranuloma, Mumps, Lymphocytic
choriomeningitis, dan jenis lain yang dianggap
disebabkan oleh virus tetapi belum jelas.

8
c. Encephalitis pasca-infeksi : pasca-morbili,
pasca-varisela, pasca-rubela, pasca-vaksinia,
pasca-mononukleosis infeksius, dan jenis-jenis
lain yang mengikuti infeksi traktus respiratorius
yang tidak spesifik

2. Etiologi
Untuk mengetahui penyebab Encephalitis perlu pemeriksaan
bakteriologik dan virulogik pada spesimen feses, sputum, serum darah
ataupun cairan serebrospinalis yang harus diambil pada hari-hari
pertama. Encephalitis dapat disebabkan karena :
a. Infeksi-infeksi Virus
1) Gondongan
2) Campak
3) Kelompok virus entero (poliovirus, herpes zoster)
4) Rubela
5) Kelompok Virus Herpes
6) Kelompok virus poks : vaksinia dan variola
7) Virus arbo : menyebar ke manusia melalui nyamuk
8) Rabies
9) Virus herpes Simiae (virus “B”) : saliva kera
10) Keriomeningitis limfositik : tinja binatang pengerat

9
b. Infeksi-infeksi Non virus
1) Riketsia
2) Mycoplasma pneumoniae
3) Bakteri
4) Jamur (fungus blastomyces dermatitidis).
5) Protozoa (Plasmaodium Sp; Tyypanosoma Sp;
naegleria Sp; Acanthamoeba; Toxoplasma gondii)

3. Tanda dan Gejala


Meskipun penyebabnya berbeda-beda, gejala klinis ensefalitis
lebih kurang sama dan khas, sehingga dapat digunakan sebagai kriteria
diagnosis. Secara umum, gejala berupa trias ensepalitis yang terdiri dari
demam, kejang dan kesadaran menurun, sakit kepala, kadang disertai
kaku kuduk apabila infeksi mengenai meningen, dapat terjadi gangguan
pendengaran dan penglihatan Setelah masa inkubasi kurang lebih 5-10
hari akan terjadi kenaikan suhu yang mendadak, seringkali terjadi
hiperpireksia, nyeri kepala pada anak besar, menjerit pada anak kecil.
Ditemukan tanda perangsangan SSP (koma, stupor, letargi), kaku kuduk,
peningkatan reflek tendon, tremor, kelemahan otot dan kadang-kadang
kelumpuhan (Smeltzer, 2001).
Menurut Batticaca, 2012 tanda dan gejala ensefalitis sebagai
berikut :
a. Suhu yang mendadak naik
b. Kesadaran dengan cepat menurun
c. Muntah
d. Kejang- kejang yang dapat bersifat umum, fokal atau
twiching saja (kejang-kejang di muka)

10
e. Gejala-gejala serebrum lain, yang dapat timbul sendiri-
sendiri atau bersama-sama, misal paresis atau paralisis,
afasia, dan sebagainya.

Inti dari sindrom ensefalitis adalah adanya demam akut, demam


kombinasi tanda dan gejala : kejang, delirium, bingung, stupor atau
koma, aphasia hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan tanda
babinski, gerakan infolunter, ataxia, nystagmus, kelemahan otot-otot
wajah.
Pemeriksaan penunjang :
a. Pemeriksaan serologis : Pada pemeriksaan serologis
dapat diketahui reaksi antibodi tubuh, IgM dapat
dijumpai pada awal gejala penyakit timbul.
b. Pemeriksaan darah : terjadi peningkatan leukosit.
c. EEG / Electroencephalography EEG sering
menunjukan aktivitas listrik yang merendah sesuai
dengan kesadaran yang menurun, adanya
kejang,koma,tumor,infeksi sistem saraf, bekuan darah,
abses, jaringan parut otak, dapat menyebabkan
aktivitas listrik berbeda dari pola normal irama dan
kecepatan. (Smeltzer, 2002).
d. Pemeriksaan cairan serebrospnalis analisis jumlah sel
darah putih, kultul cairan serebrospinalis adanya
mikroorganisme sesuai etiologi.
e. CT scan atau MRI ; kemungkinan menunjukkan
adanya perdarahan dan edema serebri, abses otak

Menurut Harsono, 1996 Tanda dan gejala encephalitis


tergantung dari penyebabnya, masing-masing berbeda. Namun secara
umum tanda gejala encephalitis :
a. Nyeri kepala, fotofobia, nyeri sendi, nyeri leher dan
nyeri pinggang.
b. Kesadaran menurun, mengantuk.

11
c. Vomitus, demam akut
d. Defisit neurologik, kelumpuhan saraf kranial.
e. Adanya tanda-tanda iritasi serebrar (mioklonus,
reflek patologis ).
f. Hemiparesis dengan asimetri refleks tendon dan
tanda Babinski
g. Peningkatan tekanan intrakranial
h. Gelisah kadang disertai perubahan tingkah laku
i. Gangguan penglihatan, pendengaran, bicara
j. Kejang, tremor, aphasia
k. Retardasi mental
l. Demensia
m. Kebutaan

4. Patofisiologis
Virus atau agen penyebab lainnya masuk ke susunan saraf pusat
melalui peredaran darah, saraf perifer atau saraf kranial, menetap dan
berkembangbiak menimbulkan proses peradangan. Kerusakan pada
myalin pada akson dan white matter dapat pula terjadi. Reaksi
peradangan juga mengakibatkan pendarahan, edema, nekrosis yang
selanjutnya dapat terjadi peningkatan tekanan intrakranial. Kematian
dapat terjadi karena adanya herniasi dan peningkatan tekanan
intrakranial.
5. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan umum
1) Pencegahan dan kontrol peningkatan tekanan
intrakranil (pengurangan edema selebri).
2) Kepatenan respirasi : jika indikasi perlunya
ventilator.
3) Support nutrisi : diet tinggi kalori dan tinggi
protein.

12
4) Keseimbangan cairan dan elektrolit : cairan
intravena
5) Rehabilitasi.
b. Pengobatan
1) Vidarabine : untuk encephalitis karena herpes
simpleks.
2) Asiklovir sebagai anti-virus untuk meringankan
gejala
3) Amphotericin B (fungizone), sulfadiazine,
miconozole, rifampin untuk pengobatan amuba
encephalitis.
4) Glucocorticosteroid : dexamethasone, untuk
mengurangi peradangan
5) Anticolvulsan : phenytoin (dilantin), untuk
mencegah kejang
6) Analgetik : acetaminophen.
7) Diuretik osmotik : manitol.
C. Perbedaan Antara Meningitis dan Encefalitis
Pada penyakit meningitis kesadaran pasien masih relatif baik,
sedangkan pada pasien ensefalitis kesadaran menurun. Pada kasus meningitis
demam akan menjadi naik atau tinggi, sedangkan pada ensefalitis demam
turun. Penderita meningitis mengalami peradangan pada selaput otak, namun
penderita ensefalitis mengalami peradangan pada jaringan otak.
Perbedaan keduanya juga datang dari penyebab terjadi nya kedua
penyakit ini, jika meningitis biasa nya di sebabkan oleh bakteri sedangkan
ensefalitis kebanyakan di sebabkan oleh virus. Meningitis juga dapat di
katagorikan sebagai penyakit mematikan karena adanya radang pada selaput
yang menyelubungi otak dan sumsum tulang belakang, sedangkan pada pasien
ensefalitis kerusakan otak terjadi karena otak terdorong terhadap tengkorak
dan bisa menimbulkan kematian. Dan meningitis bisa menjadi pemicu
tejadinya ensefalitis atau yang di sebut sebagai meningoensefalitis.

13
14

Anda mungkin juga menyukai