Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap individu tidak terlepas dari aktivitas atau pekerjaan untuk


memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian aktivitas dan pekerjaan tersebut
membutuhkan energi dan kekuatan otot yang cukup besar sehingga dapat
menimbulkan berbagai macam keluhan, salah satunya adalah nyeri pinggang
bawah. Hampir semua orang pernah mengalami nyeri pinggang. Sekitar 80%
setiap orang dalam hidupnya pernah mengalami nyeri pada daerah pinggang
bawah karena kesalahan postural tanpa mengenal jenis kelamin, tingkat sosial dan
pekerjaan.[1]

Angka kejadian nyeri pinggang bawah atau dalam bahasa Inggris disebut
Low Back Pain (LBP), hampir sama pada semua populasi masyarakat di seluruh
dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Dari hasil penelitian
Cropcord Indonesia pada tahun 2004 menunjukkan bahwa penderita LBP pada
jenis kelamin pria prevalensinya sebesar 18,2% dan pada wanita sebesar 13,6%.
Sedangkan dari populasi pernah mengalami nyeri pinggang bawah sekali dan
lebih selama hidupnya antara 60% hingga 90%. [1]

1.2 Tujuan Penulisan


1. Melengkapi syarat tugas stase neurologi
2. Melengkapi syarat kepaniteraan klinis senior (KKS) di RSUD Solok
1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui dan memahami tentang Low Back Pain

1.2.2 Tujuan Khusus

1
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang definisi, etiologi, klasifikasi,
patogenesa, diagnosa, dan penatalaksanaan Low Back Pain.

1.3. Manfaat
1. Sebagai sumber media informasi mengenai Low Back Pain.
2. Sebagai laporan kasus yang menyajikan analisis kasus tentang Low Back
Pain.
3. Untuk memenuhi tugas case report kepanitraan klinik senior di Bagian
Neurologi RSUD Solok 2017.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI

Sakit pinggang atau biasa dikenal dengan sebutan “low back pain” (LBP)
merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan gejala utama berupa rasa nyeri
atau perasaan lain yang tidak enak yang terjadi di daerah punggung bagian bawah
dan dapat menjalar ke kaki terutama bagian belakang dan samping luar, umumnya
merupakan masalah yang terjadi karena gangguan pada otot bagian belakang.

Keluhan ini dapat demikian hebatnya sehingga seringkali pasien mengalami


kesulitan dalam setiap pergerakan dan pasien harus beristirahat. LBP termasuk
salah satu gangguan muskuloskeletal, gangguan psikologis dan akibat dari
mobilisasi yang salah. LBP menyebabkan timbulnya rasa pegal, linu, ngilu, atau
tidak enak pada daerah lumboskaral dan sakroiliaka yang dapat ditimbulkan oleh
berbagai sebab, kadang-kadang disertai dengan penjalaran nyeri kearah tungkai
dan kaki. Nyeri punggung bawah lebih sering terjadi pada pekerja yang sehari-
harinya melakukan kegiatan mengangkat, memindahkan, mendorong atau menarik
benda berat.(1

2.2 ANATOMI DAN FISIOLOGI TULANG BELAKANG

Tulang vertebra terdri dari 33 tulang: 7 buah tulang servikal, 12 buah


tulang torakal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sakral. Tulang servikal, torakal
dan lumbal masih tetap dibedakan sampai usia berapapun, tetapi tulang sakral dan
koksigeus satu sama lain menyatu membentuk dua tulang yaitu tulang sakum dan
koksigeus. [2]

3
Kolumna vertebralis mempunyai lima fungsi utama, yaitu: (1) menyangga
berat kepala dan dan batang tubuh, (2) melindungi medula spinalis, (3)
memungkinkan keluarnya nervi spinalis dari kanalis spinalis, (4) tempat untuk
perlekatan otot-otot, (5) memungkinkan gerakan kepala dan batang . [2]

Tulang vertebra secara gradual dari cranial ke caudal akan membesar


sampai mencapai maksimal pada tulang sakrum kemudian mengecil sampai apex
dari tulang koksigeus. Struktur demikian dikarenakan beban yang harus
ditanggung semakin membesar dari cranial hingga caudal sampai kemudian beban
tersebut ditransmisikan menuju tulang pelvis melalui articulatio sacroilliaca.

Korpus vertebra selain dihubungkan oleh diskus intervertebralis juga oleh


suatu persendian sinovialis yang memungkinkan fleksibilitas tulang punggung,
kendati hanya memungkinkan pergerakan yang sedikit untuk mempertahankan
stabilitas kolumna vertebralis guna melindungi struktur medula spinalis yang
berjalan di dalamnya. Stabilitas kolumna vertebralis ditentukan oleh bentuk dan
kekuatan masing-masing vertebra, diskus intervertebralis, ligamen dan otot-otot.
[2]

Vertebra lumbalis terletak diregio punggung bawah antara regio torakal


dan sakrum. Vertebra pada regio ini ditandai dengan korpus vertebra yang
berukuran besar, kuat dan tiadanya costal facet. Vertebra lumbal ke 5 (VL5)

4
merupakan vertebra yang mempunyai pergerakan terbesar dan menanggung beban
tubuh bagian atas .

Setiap vertebra lumbal dibagi atas 3 set elemen fungsional yaitu :

1. Elemen anterior atau korpus vertebra

Merupakan komponen utama dari kolumna vertebralis. Berfungsi untuk


mempertahankan diri dari beban kompresi yang tiba pada kolumna vertebra bukan
saja dari berat badan, tetapi juga dari kontraksi otot-otot punggung.

2. Elemen posterior

Elemen posterior berfungsi untuk mengatur kekuatan pasif dan aktif yang
mengenai kolumna vertebralis dan juga mengatur gerakannya. Prosesus artikularis
memberikan mekanisme locking yang menahan tergelincirnya ke depan dan
terpilinnya korpus vertebra. Prosesus spinosus, transversus, mamilaris dan
aksesorius menjadi tempat melekatnya otot sekaligus menyusun pengungkit untuk
memperbesar kerja otot-otot tersebut. Lamina merambatkan kekuatan dari
prosesus spinosus dan prosesus artikularis superior ke pedikel sehingga ia rentan
terhadap trauma seperti fraktur pars artikularis.

3. Elemen tengah

Elemen tengah terdiri dari pedikel. Pedikel berfungsi menghubungkan elemen


posterior dan anterior, memindahkan kekuatan yang mengontrol dari elemen
posterior ke anterior.

Persendian pada kolumna vertebralis ada 2 yaitu persendian antara 2


korpus vertebra (amphiarthrodial) dan antara 2 arkus vertebra (arthrodial).
Persendian antara 2 vertebra disebut persendian amfiartrodial dimana permukaan
tulang dihubungkan baik oleh fibrokartilago diskus atau oleh ligamen interoseus,
sehingga pergerakan menjadi terbatas tetapi bila keseluruhan vertebra bergerak
maka rentang gerakan dapat diperhitungkan.

5
Persendian amfiartrodial melibatkan komponen-komponen sebagai berikut:

1. Diskus intervertebralis

Diskus intervertebralis merupakan suatu bantalan penghubung antar dua korpus


vertebra yang di desain untuk menahan beban peredam getaran (shock absorbers)
selama berjalan, melompat, berlari dan memungkinkan terjadinya gerakan
kolumna vertebralis.

Diskus intervertebralis terdiri dari 3 komponen yaitu :

1) Nukleus sentralis pulposus gelatinous

Nukleus pulposus terdiri dari matrik proteoglikans yang mengandung


sejumlah air (±80%), semitransparan, terletak ditengah dan tidak mempunyai
anyaman jaringan fibrosa.

2) Anulus fibrosus yang mengelilingi nukleus pulposus

Anulus fibrosus merupakan suatu cincin yang tersusun oleh lamellae


fibrocartilogenea yang konsentris yang membentuk circumfereria dari diskus
intervertebralis. Cincin tersebut diselipkan di cincin epifisis pada fasies artikularis
korpus vertebra. Serabut-serabut yang menyusun tiap lamella berjalan miring dari
satu vertebra ke vertebra lainnya, serabut-serabut dari suatu lamella secara khas
berjalan pada sisi kanan menuju yang berdekatan. Pola seperti ini, walaupun
memungkinkan terjadinya suatu gerakan antar dua vertebra yang berdekatan juga
berfungsi sebagai pengikat yang erat antar dua vertebra tersebut.

3) Sepasang vertebra endplate yang mengapit nukleus

Sepasang vertebra endplate adalah merupakan permukaan datar teratas dan


terbawah dari suatu diskus intervertebralis.

Fungsi mekanik diskus intervertebralis mirip dengan balon yang diisi air yang
diletakkan di antara ke dua telapak tangan . Bila suatu tekanan kompresi yang
merata bekerja pada vertebra maka tekanan itu akan disalurkan secara merata ke
seluruh diskus intervertebralis. Bila suatu gaya bekerja pada satu sisi yang lain,

6
nukleus polposus akan melawan gaya tersebut secara lebih dominan pada sudut
sisi lain yang berlawanan. Keadaan ini terjadi pada berbagai macam gerakan
vertebra seperti fleksi, ekstensi, laterofleksi. Diskus intervertebralis sendiri
merupakan jaringan non innervasi dan non vaskuler sehingga apabila terjadi
kerusakan tidak bisa terdeteksi oleh pasien meskipun sudah berlangsung dalam
waktu lama.

2. Ligamen longitudinal anterior

Ligamen longitudinal anterior melapisi dan menghubungkan bagian


anterolateral korpus vertebra dan diskus intervertebralis, terbentang dari
permukaan anterior sakrum hingga ke tuberkulum anterior vertebra servikal 1 dan
tulang oksipital di sebelah anterior foramen magnum. Ligamen ini melekat pada
korpus vertebra dan diskus intervertebralis Fungsi ligamen anterior tersebut
adalah untuk memelihara stabilitas pada persendian korpus vertebralis dan
mencegah hiperekstensi kolumna vertebralis.

3. Ligamen longitudinal posterior

Ligamen longitudinal posterior lebih sempit dan lebih lemah dari ligamen
anterior, terbentang dalam kanalis vertebralis di dorsal dari korpus vertebralis.
Ligamen ini melekat pada diskus intervertebralis dan tepi posterior dari korpus
vertebra mulai vertebra servikal 1 sampai sakrum. Ligamentum ini dilengkapi
akhiran saraf nyeri (nociceptor). Ligamen posterior berperan mencegah hiperfleksi
kolumna vertebralis serta mencegah herniasi diskus intervertebralis.

Persendian antara 2 arkus vertebra (arthrodial) dibentuk oleh prosesus


artikularis superior dari 1 vertebra dengan prosesus artikularis inferior vertebra di
atasnya disebut sebagai zygapophyseal joint/facet joint atau sendi faset. Arah
permukaan sendi faset mencegah/membatasi gerakan yang berlawanan arah
dengan permukaan sendi faset. Di regio lumbal, sendi fasetnya memiliki arah arah
sagital dan medial, sehingga memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi dan
lateral fleksi, namun tidak memungkinkan terjadinya gerakan rotasi. Pada sikap
lordosis lumbalis (hiperekstensi lumbal) kedua faset saling mendekat sehingga
gerakan kelateral, obique dan berputar terhambat, tetapi pada posisi sedikit fleksi

7
kedepan (lordosis dikurangi) kedua faset saling menjauh sehingga memungkinkan
gerakan ke lateral berputar.

Ligamen-ligamen yang memperkuat persendian di kolumna vertebralis regio


lumbal adalah :

a. Ligamen flavum

Ligamen flavum merupakan ligamen yang menghubungkan lamina dari dua arkus
vertebra yang berdekatan. Ligamen ini panjang, tipis dan lebar diregio servikal,
lebih tebal di regio torakal dan paling tebal di regio lumbal. Ligamen ini
mencegah terpisahnya lamina arkus vertebralis dan juga mencegah terjadinya
cidera di diskus intervertebralis. Ligamen flavum yang kuat dan elastis membantu
mempertahankan kurvatura kolumna vertebralis dan membantu menegakkan
kembali kolumna veretbralis setelah posisi fleksi.

b. Ligamen interspinosus

Ligamen interspinosus merupakan ligamen yang menghubungkan prossesus


spinosus mulai dari basis hingga apex, merupakan ligamen yang lemah hampir
menyerupai membran .

c. Ligamen intertranversus

Ligamen intertranversus adalah ligamen yang menghubungkan prossesus


tranversus yang berdekatan. Ligamen ini di daerah lumbal tipis dan bersifat
membranosa.

d. Ligamen supraspinosus

8
Ligamen supraspinosus menghubungkan prosesus spinosus di daerah apex
vertebra servikal ke 7 (VC7) sampai dengan sakrum. Ligamen ini dibagian kranial
bergabung dengan ligamen nuchae. Ligamen supraspinosus ini kuat, menyerupai
tali (Yanuar, 2002).

Otot punggung bawah dikelompokkan kesesuai dengan fungsi gerakannya.


Otot yang berfungsi mempertahankan posisi tubuh tetap tegak dan secara aktif
mengekstensikan vertebrae lumbalis adalah : m. quadraus lumborum, m.
sacrospinalis, m. intertransversarii dan m. interspinalis. Otot fleksor lumbalis
adalah muskulus abdominalis mencakup : m. obliqus eksternus abdominis, m.
internus abdominis, m. transversalis abdominis dan m. rectus abdominis, m. psoas
mayor dan m. psoas minor. Otot latero fleksi lumbalis adalah m. quadratus
lumborum, m. psoas mayor dan minor, kelompok m. abdominis dan m.
Intertransversarii. Jadi dengan melihat fungsi otot punggung di bawah berfungsi
menggerakkan punggung bawah dan membantu mempertahankan posisi tubuh
berdiri).[2]

Medulla spinalis dilindungi oleh vertebra. Radik saraf keluar melalui


kanalis spinalis, menyilang diskus intervertebralis di atas foramen intervertebralis.
[2,3]

Ketika keluar dari foramen intervertebralis saraf tersebut bercabang dua


yaitu ramus anterior dan ramus posterior dan salah satu cabang saraf tersebut
mempersarafi sendi faset. Akibat berdekatnya struktur tulang vertebra dengan
radik saraf cenderung rentan terjadinya gesekan dan jebakan radik saraf tersebut.
Semua ligamen, otot, tulang dan sendi faset adalah struktur tubuh yang sensitif
terhadap rangsangan nyeri, karena struktur persarafan sensoris. Kecuali ligamen
flavum, diskus intervertebralis dan ligamentum interspinosum, karena tidak
dirawat oleh saraf sensoris. Dengan demikian semua proses yang mengenai
struktur tersebut di atas seperti tekanan dan tarikan dapat menimbulkan keluahan
nyeri. Nyeri punggung bawah sering berasal dari ligamentum longitudinal anterior
atau posterior yang mengalami iritasi. Nyeri artikuler pada punggung bawah
berasal dari fasies artikularis vertebra beserta kapsul persendiannya yang sangat
peka terhadap nyeri. Nyeri yang berasal dari otot dapat terjadi oleh karena

9
aktivitas motor neuron, ischemia muscular dan peregangan miofasial pada waktu
otot berkontraksi kuat. [3]

2.3 FAKTOR RESIKO

Banyak faktor yang dapat meningkatkan resiko terjadinya Nyeri Punggung


Bawah :
1. Lifestyle seperti pengguna tembakau, kurangnya latihan atau olahraga dan
juga inadekuat nutrisi yang dapat mempengaruhi kesehatan diskus
2. Usia, perubahan biokimia yang natural menyebabkan diskus menjadi lebih
kering yang akhirnya menyebabkan kekakuan atau elastisitas dari diskus
3. Postur tubuh yang tidak proporsional yang dikombinasikan dengan
mekanisme gerak tubuh yang tidak benar dapat menyebabkan stres dari
lumbal spine
4. Berat tubuh
5. Trauma
Beberapa membagi faktor resiko menjadi :
1. Faktor resiko fisiologis : usia 20-50 tahun, kurangnya latihan fisik, postur
tubuh yang tidak anatomis, kegemukan, scoliosis berat (Kurvutura berat
>80), HNP, spondilitis, spinal stenosis, osteoporosis, merokok
2. Faktor resiko lingkungan : duduk terlalu lama, terlalu lama menerima
getaran, terpelintir.
3. Faktor resiko psikososial : ketidaknyamanan bekerja, depresi dan stres.

2.4 ETIOLOGI

Etiologi low back pain (LBP) dapat dihubungkan dengan hal-hal sebagai berikut :

1. Proses Degeneratif

Proses degeneratif, meliputi: spondilosis, spondilolistesis, HNP, stenosis spinalis,


osteoartritis. Perubahan degeneratif pada vertebrate lumbosakralis dapat terjadi
pada korpusvertebrae berikut arkus dan prosessus artikularis serta ligamenta yang

10
menghubungkan bagian-bagian ruas tulang belakang satu dengan yang lain. Dulu
proses ini dikenal sebagai osteoartrosis deforman, tapi kini dinamakan
spondilosis. Perubahan degeneratif ini juga dapat menyerang annulus fibrosis
diskus intervertebralis yang bila tersobek dapat disusul dengan protusio diskus
intervertebralis yang akhirnya menimbulkan hernia nukleus pulposus (HNP).
Unsur tulang belakang lain yang sering dilanda proses degeneratif ini adalah
kartilago artikularis yang dikenal sebagai osteoartritis.

2. Penyakit Inflamasi

LBP akibat inflamasi terbagi 2 yaitu arthritis rematoid yang sering timbul sebagai
penyakit akut dengan ciri persendian keempat anggota gerak terkena secara
serentak atau selisih beberapa hari/minggu, dan yang kedua adalah pada
spondilitis angkilopoetika, dengan keluhan sakit punggung dan sakit pinggang
yang sifatnya pegal-kaku dan pada waktu dingin dan sembab linu dan ngilu
dirasakan.

3. Osteoporotik

Sakit pinggang pada orang tua dan jompo,terutama kaum wanita, seringkali
disebabkan oleh osteoporosis. Sakit bersifat pegal, tajam atau radikular.

4. Kelainan Kongenital

Anomali kongenital yang diperlihatkan oleh foto rontgen polos dari vertebrae
lumbosakralissering dianggap sebagai penyebab LBP meskipun tidak selamanya
benar.Contohnya adalah lumbalisasi atau adanya 6 bukan 5korpus vertebrae
lumbalis merupakan variasi anatomik yang tidak mengandung artipatologik.
Demikian pula pada sakralisasi, yaitu adanya 4 bukan 5 korpus vertebrae
lumbalis.

5. Gangguan Sirkulatorik

Aneurisma aorta abdominalis dapat membangkitkan LBP yang hebat dan dapat
menyerupai sprung back atau HNP. Gangguan sirkulatorik yang lain adalah
trombosis aorta terminalis yang perlu mendapat perhatian karena mudah
didiagnosa sebagai HNP. Gejalanya disebut sindrom Lerichie. Nyeri dapat
menjalar sampai bokong,belakang paha dan tungkai kedua sisi.

11
6. Tumor

Dapat disebabkan oleh tumor jinak seperti osteoma, penyakit Paget,


osteoblastoma, hemangioma, neurinoma, meningioma. Atau tumor ganas yang
primer seperti myeloma multipel maupun sekunder seperti macam-macam
metastasis.

7. Toksik

Keracunan logam berat, misalnya radium.

8. Infeksi

Akut disebabkan oleh kuman piogenik (stafilokokus, streptokokus) dan kronik


contohnya pada spondilitis tuberculosis (penyakit Pott), jamur, osteomielitis
kronik.

9. Problem Psikoneurotik

Histeria atau depresi, malingering, LBP kompensatorik. LBP yang tidak


mempunyai dasar organik dan tidak sesuai dengan kerusakan jaringan atau batas-
batas anatomis.

2.5 PATOFISIOLOGI

Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis yang


tersusun atas banyak unit rigid (vertebrae) dan unit fleksibel (diskus
intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset, berbagai
ligamen dan otot paravertebralis. Konstruksi punggung yang unik tersebut
memungkinkan fleksibelitas sementara disisi lain tetap dapat memberikan
perlindungan yang maksimal terhadap sumsum tulang belakang. Lengkungan
tulang belakang akan menyerap goncangan vertikal pada saat berlari dan
melompat. Batang tubuh membantu menstabilkan tulang belakang. Otot-otot
abdominal dan toraks sangat penting pada aktivitas mengangkat beban. Bila tidak
pernah dipakai akan melemahkan struktur pendukung ini. [6]

12
Mengangkat beban berat pada posisi membungkuk menyamping
menyebabkan otot tidak mampu mempertahankan posisi tulang belakang thorakal
dan lumbal, sehingga pada saat facet joint lepas dan disertai tarikan dari samping,
terjadi gesekan pada kedua permukaan facet joint menyebabkan ketegangan otot
di daerah tersebut yang akhirnya menimbulkan keterbatasan gesekan pada tulang
belakang. Obesitas, masalah postur, masalah struktur, dan perengangan berlebihan
pendukung tulang dapat berakibat nyeri punggung.

Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia


bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago
dengan matrik gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat dan
tak teratur.

Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis paling
berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan faset akan mengakibatkan
penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang menyebabkan
nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut.

2.6 TANDA DAN GEJALA

Berdasarakan pemeriksaan yang cermat, LBP dapat dikategorikan ke dalam kelompok :

a. Simple Back Pain (LBP sederhana) dengan karakteristik :


1. Adanya nyeri pada daerha lumbal atau lumbosacral tanpa penjalaran atau
keterlibatan neurologis
2. Nyeri mekanik, derajat nyeri bervariasi setiap waktu, dan tergantung dari
aktivitas fisik
3. Kondisi kesehatan pasien secara umum adalah baik.
b. LBP dengan keterlibatan neurologis, dibuktikan dengan adanya 1 atau lebih tanda
atau gejala yang mengindikasikan adanya keterlibatan neurologis
- Gejala : nyeri menjalar ke lutut, tungkai, kaki ataupun adanya rasa baal di
daerah nyeri
- Tanda : adanya tanda iritasi radikular, gangguan motorik maupun
sensorik/refleks.
c. Red flag a LBP dengan kecurigaan mengenai adanya cedera atau kondisi
patologis yang berat pada spinal. Karakteristik umum :

13
- Trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian ataupun kecelakaan
kendaraan bermotor
- Nyeri non mekanik yang konstan dan progresif
- Ditemukan nyeri abdomen dan atau thoracal
- Nyeri hebat pada malam hari yang tidak membaik dengan posisi
terlentang
- Riwayat atau adanya kecurigaan kanker, HIV, atau keadaan patologis
lainnya yang dapat menyebabkan kanker
- Penggunaan kortikosteroid jangka panjang
- Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya, menggigil dan atu
demam
- Fleksi lumbal sangat terbatas dan persisten
- Saddle anestesi, dan atau adanya inkonentinensia urin
- Risiko terjadinya kondisi yang lebih berat adalah awitan NPB pada usia
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 55 tahun.

2.7 DIAGNOSIS

Anamnesa

 Kapan mulai sakit, sebelumnya pernah tidak?


 Apakah nyeri diawali oleh suatu kegiatan fisik tertentu?apa pekerjaan sehari-
hari?adakah suatu trauma?
 Dimana letak nyeri?sebaiknya penderita sendiri yang disuruh menunjukkan
dimana letak nyerinya.Ada tidak penjalaran?
 Bagaimana sifat nyeri ?apakah nyeri bertambah pada sikap tubuh tertentu?
Apakah bertambah pada kegiatan tertentu
 Apakah nyeri berkurang pada waktu istirahat?
 Adakah keluarga dengan riwayat penyakit serupa?
 Ada tidak perubahan siklus haid, atau perdarahan pervaginam. Ada tidak
gangguan miksi dan defekasi atau penurunan libido

14
2.7 PEMERIKSAAN FISIK

Inspeksi

Pada inspeksi yang peru diperhatikan :

- Kurvatura yag berlebihan, pendataran arkus lumbal, adanya


angulasi, pelvis yang miring atau asimetris, muskular paravertebral
atau pantat yang asimetris, postur tungkai yang abnormal
- Observasi punggung, pelvis, dan tungkai selama bergerak apakah
ada hambatan selama melakukan gerakan
- Pada saat penderita menanggalkan atau mengenakan pakaian,
apakah ada gerakan yang tidak wajar atau terbatas
- Observasi penderita saat berdiri, duduk, bersandar maupun
berbaring dan bangun dari berbaring
- Perlu dicari kemungkinan adanya atrofi otot, fasikulasi,
pembengkakan, perubahan warna kulit.

Palpasi dan perkusi

- Pada palpasi, terlebih dahulu diraba daerah yang sekitarnya paling


ringan rasa nyerinya, kemudian menuju ke arah daerah yang terasa
paliag nyeri.
- Ketika meraba kolumna vertebralis sejogjanya dicari kemungkinan
adanya deviasi ke lateral atau anterior – posterior

Pemeriksaan Neurologik

Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri pinggang
bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab yang lain.

1. Pemeriksaan sensorik
Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu
saraf tertentu maka biasanya dapat ditentukan adanya gangguan sensorik
dengan menentukan batas-batasnya, dengan demikian segmen yang

15
terganggu dapat diketahui. Pemeriksaan sensorik ini meliputi pemeriksaan
rasa rabaan, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi). Bila
ada kelainan maka tentukanlah batasnya sehingga dapat dipastikan
dermatom mana yang terganggu.

2. Pemeriksaan motorik
Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen mana
yang terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai segmen L4
maka musculus tibialis anterior akan menurun kekuatannya. Pemeriksaan
yang dilakukan :

a. Kekuatan : fleksi dan ekstensi tungkai atas, tungkai bawah, kaki,


ibu jari, dan jari lainnya dengan menyuruh penderita melakukan
gerakan fleksi dan ekstensi, sementara pemeriksaan menahan
gerakan tadi.
b. Atrofi : perhatikan atrofi otot
c. Perlu perhatikan adanya fasikulasi ( kontraksi involunter yang
bersifat halus) pada otot – otot tertentu.
3. Pemeriksaan reflek
Reflek tendon akan menurun pada atau menghilang pada lesi motor neuron
bawah dan meningkat pada lesi motor atas. Pada nyeri punggung bawah
yang disebabkan HNP maka reflek tendon dari segmen yang terkena akan
menurun atau menghilang

- Refleks lutut/patela : lutut dalam posisi fleksi ( penderita dapat


berbaring atau duduk dengan tungkai menjuntai), tendo patla
dipukul dengan palu refleks. Apabila ada reaksi ekstensi tungkai
bawah, maka refleks patela postitif. Pada HNP lateral di L4-L5,
refleksi ini negatif.
- Refleks tumit/achiles : penderita dalam posisi berbaring, lutut
dalam posisi fleksi, tumit diletakkan di atas tungkai yang satunya,
dan ujung kaki ditahan dalam posisi dorsofleksi ringan, kemudian
tendo achiles dipukul. Apabila terjadi gerakan plantar fleksi maka
refleks achiles positif. Pada HNP lateral L5-S1, refleksi ini negatif.

16
4. Tes-tes yang lazim digunakan pada penderita low back pain
a. Tes lasegue (straight leg raising)
Tungkai difleksikan pada sendi coxa sedangkan sendi lutut tetap
lurus. Saraf ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri pinggang
dikarenakan iritasi pasa saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada
sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.

b. Crossed lasegue
Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit menyebabkan rasa
nyeri pada tungkai yang sakit maka dikatakan crossed lasegue
positif. Artinya ada lesi pada saraf ischiadicus atau akar-akar saraf
yang membentuk saraf ini.

c. Tes kernig
Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut fleksi, setelah
sendi coxa 90 derajat dicoba untuk meluruskan sendi lutut

d. Patrick sign (FABERE sign)


FABERE merupakan singkatan dari fleksi, abduksi, external,
rotasi, extensi. Pada tes ini penderita berbaring, tumit dari kaki
yang satu diletakkan pada sendi lutut pada tungkai yang lain.

17
Setelah ini dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga terjadi
rotasi keluar. Bila timbul rasa nyeri maka hal ini berarti ada suatu
sebab yang non neurologik misalnya coxitis.

e. Chin chest maneuver


Fleksi pasif pada leher hingga dagu mengenai dada. Tindakan ini
akan mengakibatkan tertariknya myelum naik ke atas dalam canalis

]spinalis. Akibatnya maka akar-akar saraf akan ikut tertarik ke atas


juga, terutama yang berada di bagian thorakal bawah dan lumbal
atas. Jika terasa nyeri berarti ada gangguan pada akar-akat saraf
tersebut

f. Viets dan naffziger test


Penekanan vena jugularis dengan tangan (viets)atau dengan manset
sebuah alat ukur tekanan darah hingga 40 mmhg(naffziger)

g. Ober’s sign
Penderita tidur miring ke satu sisi. Tungkai pada sisi tersebut
dalam posisi fleksi. Tungkai lainnya di abduksikan dan diluruskan
lalu secara mendadak dilepas. Dalam keadaan normal tungkai ini
akan cepat turun atau jatuh ke bawah. Bila terdapat kontraktur dari
fascia lata pada sisi tersebut maka tungkainya akan jatuh lambat.

h. Neri’s sign
Penderita berdiri lurus. Bila diminta untuk membungkuk ke depan
akan terjadi fleksi pada sendi lutut sisi yang sakit.

i. Percobaan Perspirasi
Percobaan ini untuk menunjukkan ada atau tidaknya gangguan
saraf autonom, dan dapat pula untuk menunjukkan lokasi kelainan
yang ada yaitu sesuai dengan radiks atau saraf spinal yang terkena.

18
Pemeriksaan Non Neurologik Pada Sindrom Nyeri Punggung Bawah

1. Pemeriksaan rectal
Pertimbangkan adanya gangguan karsinoma prostate yang mungkin akan
menimbulkan nyeri bila sudah metastase tulang, piriformis sindrom,
penyakit urilogik atau ginekologik yang berada di panggul

2. Pemeriksaan vaginal
Kemungkinan adanya gangguan pada uteroscral ligament, misalnya
penjalaran karsinoma uteri, malposisi uterus, myoma uteri.

3. Pemeriksaan untuk mengetahui mobilitas dari sacroiliac joint


Bila diduga ada penekanan di daerah sacroiliac. Biasa dilakukan oleh
bagian ortopedi.

19
Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Darah

1. Laju endap darah


Pada proses keganasan ataupun keradangan akan dijumpai peningkatan
laju endap darah yang menyolok.

2. Leukositosis
Pada proses keradangan (infeksi tulang pyogenik terjadi leukositosis)

3. Protein elektroporesis dan imunoelektroporesis


Pada multiple myeloma akan dijumpai protein yang abnormal

4. Serum kalsium, alkali dan acid pospatase (pria), rheumatoid faktor.

Pemeriksaan Cairan Otak

Pada tumor myelum mungkin dijumpai kenaikan jumlah protein tanpa kenaikan
jumlah sel. Pada keradangan myelum justru akan dijumpai kenaikan jumlah sel
dalam cairan otak. Mungkin juga ditemukan sel-sel ganas dalam cairan otak.

Pemeriksaan Radiologi

1. Plain X-Ray Columna Vertebralis


Dalam posisi AP, lateral, obliq, berdiri, berbaring untuk mendapatkan
gambaran yang lebih jelas dari intervertebral space, foramen
intervetebralis, sacroiliac joint. Gambaran osteoporosis untuk nyeri
punggung bawah kronis bisa didapatkan.

2. X-foto dengan kontras


Untuk memperjelas kelaianan yang kurang jelas pada plain film.

3. Discografi

20
Untuk mendapatkan sumber nyeri berdasarkan anatomi dari pasien.
Dengan ini dapat diketahui adanya penyakit degenaratif pada discus yang
dapat menimbulkan nyeri. Discogram juga dapat digunakan untuk
perencanaan preoperative lumbar spinal fusion.5

4. CT-Scan
Dapat memperlihatkan beberapa kelainan seperti stenosis kanal sentral,
lateral recess entrapment, fraktur, tumor, infeksi. Dapat juga dilakukan CT
Scan kontras dengan memasukkan radioaktif marker IV.4,5
5. MRI
TABEL 2
indikasi selektif untuk pemeriksaan radiologi

usia >50 tahun

Riwayat trauma (+)

Defisit neuromotor

Kehilangan BB tanpa sebab yg jelas (10kg dlm 6 bln)

Suspek ankylosing spondylitis

Penyalahgunaan obat dan alkohol

Riwayat kankertory

Penggunaan kortikosteroid

Temperatur >=37.8°C (100.0°F)

Kunjungan terbaru dalam 1 bulan dgn keluhan sama dan tdk ada perbaikan

Adapted with permission from Deyo RA, Diehl AK. Lumbar spine films in primary care: current use
and effects of selective ordering criteria. J Gen Intern Med 1986;1:20-5.

2.8 PENATALAKSANAAN

21
Nyeri punggung yang paling rendah dapat diobati tanpa operasi.
Pengobatan melibatkan menggunakan analgesik, mengurangi peradangan,
memulihkan fungsi yang tepat dan kekuatan ke belakang, dan mencegah
kambuhnya cedera. Kebanyakan pasien dengan nyeri punggung sembuh tanpa
kehilangan fungsional residual. Pasien harus menghubungi dokter jika tidak ada
penurunan nyata dalam rasa sakit dan peradangan setelah 72 jam perawatan diri.
[7]

Bed rest - 1-2 hari paling banyak. Pasien harus melanjutkan kegiatan
sesegera mungkin. Pada malam hari atau selama istirahat, pasien harus berbaring
di satu sisi, dengan bantal di antara lutut (beberapa dokter menyarankan
beristirahat di belakang dan menempatkan bantal di bawah lutut).

Latihan mungkin cara yang paling efektif untuk mempercepat pemulihan


dari sakit punggung rendah dan membantu memperkuat otot punggung dan perut.
Mempertahankan dan membangun kekuatan otot sangat penting untuk orang
dengan penyimpangan tulang. Dokter dan terapis fisik dapat memberikan daftar
latihan lembut yang membantu menjaga otot-otot bergerak dan mempercepat
proses pemulihan. Rutinitas kegiatan punggung yang sehat mungkin termasuk
latihan peregangan, berenang, berjalan, dan terapi gerakan untuk meningkatkan
koordinasi dan mengembangkan postur tubuh yang tepat dan keseimbangan otot.
Setiap ketidaknyamanan ringan terasa pada awal latihan ini harus menghilang
sebagai otot menjadi lebih kuat. Tapi jika rasa sakit adalah lebih dari ringan dan
berlangsung lebih dari 15 menit selama latihan, pasien harus berhenti berolahraga
dan hubungi dokter .

Obat yang sering digunakan untuk mengobati nyeri punggung akut dan
kronis rendah. Nyeri yang efektif mungkin melibatkan kombinasi obat resep dan
obat over-the-counter. Pasien harus selalu memeriksa dengan dokter sebelum
mengambil obat untuk menghilangkan rasa sakit. Obat-obatan tertentu, bahkan
mereka dijual di atas meja, tidak aman selama kehamilan, mungkin bertentangan
dengan obat lain, dapat menyebabkan efek samping termasuk mengantuk, atau
dapat menyebabkan kerusakan hati. [7,8]

22
 Analgesik, termasuk obat anti-inflamasi non steroid (aspirin, naproxen,
dan ibuprofen), diambil secara lisan untuk mengurangi kekakuan,
pembengkakan, dan peradangan dan untuk meringankan sakit punggung
ringan rendah sampai sedang. Analgesik topikal juga dapat mengurangi
peradangan dan merangsang aliran darah. Pada setiap kerusakan sel akan
menghasilkan prostaglandin (PG) yang dapat menyebabkan rasa nyeri,
OAINS bekerja menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi
asam arakhidonat menjadi prostaglandin terhambat. Banyak dari senyawa
ini mengandung salisilat, bahan yang sama ditemukan dalam obat nyeri
oral yang mengandung aspirin.

 AH-2, termasuk diantaranya adalah ranitidin yang berguna untuk


menghambat sekresi asam lambung. Penggunaan analgesik NSAID
menghambat enzim COX-1 memproduksi prostasiklin yang berfungsi
untuk melindungi mukosa lambung. Dengan demikian penghambatan
sekresi asam lambung membantu untuk melindungi mukosa lambung.

 Muscle Relaxan – Penggunaan pelemas otot perlu dipertimbangkan bila


pasien sudah diberi analgetik tapi tidak ada perbaikan. Beberapa
spasmolytics otot juga berpotensi adiktif dan memiliki potensi
penyalahgunaan, agen tradisional terutama lebih seperti diazepam,
butalbital, dan fenobarbital. Kategori dari relaksan otot termasuk
kelompok heterogen obat yang beberapa ahli membagi menjadi
benzodiazepin dan nonbenzodiazepines. Benzodiazepin mungkin cocok
untuk keadaan kecemasan bersamaan, dan dalam kasus-kasus, clonazepam
harus dipertimbangkan untuk penggunaan klinis. Clonazepam adalah
benzodiazepin yang beroperasi melalui GABA-dimediasi melalui
mekanisme neuron internuncial dari sumsum tulang belakang untuk
memberikan relaksasi otot. Biasa dikombinasikan dengan analgesik.
Pertimbangkan tambahan relaksan otot tetapi hanya untuk jangka pendek,
mengingat bahaya ketergantungan.

 Beberapa antidepresan, antidepresan trisiklik (TCA) terutama seperti


amitriptyline dan desipramine, telah ditunjukkan untuk meredakan nyeri

23
(independen efeknya pada depresi) dan membantu tidur. Antidepresan
mengubah tingkat kimia otak untuk mengangkat suasana hati dan sinyal
nyeri tumpul. Mekanisme dugaan tindakan yang berkaitan dengan
kapasitas TCA ‘untuk memblokir penyerapan serotonergik, yang
menghasilkan potensiasi aktivitas sinaptik noradrenergik di batang otak-
dorsal sistem SSP yang nociceptive-modulasi tanduk.Juga, penelitian pada
hewan menunjukkan bahwa TCA dapat bertindak sebagai anestesi lokal
dengan memblokir saluran natrium di mana debit ektopik dihasilkan. Dua
tinjauan sistematis menemukan bahwa antidepresan mengurangi intensitas
nyeri di LBP.

 Opioid seperti kodein, oxycodone, hydrocodone, dan morfin sering


diresepkan untuk mengatasi rasa sakit punggung yang parah akut dan
kronis tetapi harus digunakan hanya untuk waktu singkat dan di bawah
pengawasan dokter. Efek samping bisa termasuk rasa kantuk, penurunan
waktu reaksi, gangguan penilaian, dan potensi untuk kecanduan. Banyak
ahli yakin bahwa penggunaan kronis obat ini merugikan pasien sakit
punggung, menambah depresi dan bahkan meningkatkan rasa sakit.

LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien :

24
Nama : Ny. A

Jenis kelamin : Perempuan

Umur : 52 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Talang

3.2. Anamnesa

Autoanamnesa dan alloanamnesa dilakukan pada tanggal 09 januari 2018


di bangsal neurologi RSUD SOLOK

3.2.1 Keluhan Utama:

Nyeri pinggang dirasakan sejak 2 tahun yang lalu bagian bawah.

3.2.2. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien merasakan pinggang bagian bawah nyeri 2 tahun yang lalu. Setahun
belakangan ini pasien didiagnosa ca cervic dan harus melakukan kemoterapi
setelah melakukan kemoterapi yang terakhir pasien merasakan nyeri pinggang
menajdi semakin parah. Nyeri di perberat saat pasien berdiri dan berjalan,nyeri
berkurang saat pasien tidur terlentang,pasien mengeluhkan tidur terganggu,nyeri
di ulu hati,kembung mual dan muntah dirasakan.

Riwayat Penyakit Dahulu:

1. Riwayat ambeyen : (+)


2. Riwaya operasit hernia : (+)
3. Riwayat curatage : (+)
4. Riwayat polip : (+)
5. riwayat hipertensi : (-)
6. Riwayat DM : (-)
7. Riwayat penyakit jantung : (-)
8. Riwayat penyakit stroke : (-)

25
Riwayat Penyakit Keluarga:

1. riwayat hipertensi : (-)


2. Riwayat DM : (-)
3. Riwayat penyakit jantung : (-)
4. Riwayat penyakit stroke : (-)

Riwayat Pribadi dan Sosial

seorang pasien perempuan umur 52 tahun, akitivitas sehari hari ibu


rumah tangga tinggal bersama anak dan suami. pasien mempunyai 3 anak.Pasien
tinggal di Talang.pasien tidak merokok dan tidak suka minum kopi.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang

Kesadaran : Compos Mentis Cooperatif , GCS = 15 (E4 M5 V6)

Kooperatif : Kooperatif

Tekanan darah : 110/80 mmhg

Frekuensi nadi : 78 x/menit, reguler

Frekuensi nafas : 20 x/menit

Suhu : 36,0 C

Kelenjar Getah Bening

Leher : tidak ada pembesaran

Aksila : tidak ada pembesaran

Inguinal : tidak ada pembesaran

Paru

26
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dada simetris kiri dan kanan dalam
keadaan statis dan dinamis

Palpasi : Fremitus taktil normal kanan=kiri

Perkusi : Redup di basal paru dextra dan sinistra , batas paru hepar
setinggi RIC VI linea midclavicularis dextra, batas paru
lambung setinggi RIC VII linea aksilaris anterior
sinistra, dan batas peranjakan paru hepar 2 jari.

Auskultasi : wheezing -/- RH (-)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba 2 jari lateral LMCS RIC VI

Perkusi : Batas jantung kanan dalam batas normal, batas jantung kiri 2
jari lateral LMCS RIC VI, pinggang jantung menghilang.

Auskultasi : Irama regular BJ 1 dan BJ 2, murmur (-), gallops (-)

Abdomen

Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit , sikatrik (-), venektasi (-),


striae (-)

Palpasi : Supel, NT (-), NL (-)

Perkusi : Timpani

Auskultasi : bising usus (+) normal

Status Neurologis

GCS = 15 (E4 M5 V6)

27
Tanda Rangsangan Meningeal :

Kaku kuduk : (-) Brudzinsky II : (-)

Brudzinsky I : (-) Kernig : (-)

Pupil : isokor 3mm/3mm

Pemeriksaan Nervus Kranial

Nervus I Olfaktorius

Kanan Kiri

Subjektif Normal Normal

Objektif Normal Normal

Nervus II Opticus

Kanan Kiri

Lapang pandang Normal Normal

Funduskopi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Nervus II, IV, dan VI

Kanan Kiri

Kedudukan bola mata Normal Normal

Gerakan bola mata Normal Normal

Nistagmus Tidak ada Tidak ada

Ptosis Tidak ada Tidak ada

Refleks cahaya Positif Positif

28
Nervus V

Kanan Kiri

Motorik Normal Normal

Sensibilitas Normal Normal

Refleks Masseter Normal Normal

Nervus VII

Kanan Kiri

Raut wajah Normal Normal

Sekresi air mata Normal Normal

Fisura palpebra Normal Normal

Mengerutkan dahi Normal Normal

Menutup mata Normal Normal

Mencibir / bersiul Normal Normal

Memperlihatkan gigi Normal Normal

Nervus VIII

Kanan Kiri

Uji Rinne Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Uji Weber Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Uji Swabach Tidak dilakukan Tidak dilakukan

29
Nervus IX dan X

Kanan Kiri

Refleks Muntah Normal Normal

Disfonia Normal Normal

Posisi uvula Di tengah Di tengah

Menelan Normal Normal

Nervus XI

Kanan Kiri

Menoleh Normal Normal

Mengangkat bahu Normal Normal

Nervus XII

Kanan Kiri

Tremor Negatif Negatif

Atrofi Negatif Negatif

Menjulurkan lidah Normal

Pemeriksaan Fungsi Motorik

a. Badan Respirasi Normal Normal

Duduk Normal Normal

b.Berdiri Gerakan spontan

Tremor Negatif Negatif

Atetosis Negatif Negatif

30
Mioklonik Negatif Negatif

Khorea Negatif Negatif

c.Ekstremitas Superior Inferior

Kanan Kiri Kanan Kiri

Gerakan Aktif Aktif Aktif Aktif

Kekuatan 555 555 555 555

Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi

Tonus Eutonus Eutonus Eutonus Eutonus


Pemeriksaan Sensibilitas

Sensibilitas taktil Positif

Sensibilitas nyeri Positif

Sensibilitas termis Positif

Sensibilitas kortikal Tidak dilakukan

Streognosis Tidak dilakukan

Pengenalan rabaan Normal

Pengenalan dua titik Tidak dilakukan

Sistem Refleks

Fisiologis

Kanan Kiri

Biceps ++ ++

Triceps ++ ++

Patella ++ ++

Achilles ++ ++

31
Patologis

Kanan Kiri

Babinski - -

Hoffman-Tromer - -

Chaddock - -

Oppenhaim - -

Susunan saraf otonom

- BAK : Normal
- BAB : Normal

Pemeriksaan Laboratorium

Darah Rutin :

- HB :8,3 g/dL

- HT : 25,0 %

- Leukosit : 4160 /mm3

- Trombosit : 91000 /mm3

Kimia Klinik

- Ureum : 27 mg/dl
- Kreatinin : 1,25 mg/dl

Rencana Pemeriksaan

- Lumbal sacral
- Transfusi

32
DIAGNOSA

Diagnosa Klinis : LBP + Ca-Cervix post kemoterapi

Diagnosa Topik : Lumbal IV-V

Diagnosa Etilogi : Degeneratif

Diagnosa Sekunder : Ca-cervix post kemoterapi,anemia,trombopenia

TERAPI

UMUM


Breath :-


Brain : Elevasi Kepala 300


Blood : IVFD RL 12 jam / kolf


Diet : MB 1500 kkal RG II


Bowel :-


Bladder :-


Bone and Body Skin :-

KHUSUS

IVFD RL 12 / Kolf

 PCT 3 x 500 mg
 Ranitidine 2 x 125 mg
 Diazepam 3 x 2 mg
 Calac 2 x 500 mg
 Gabapentine 3 x 100 mg
 Sucrafat syr 3 x 1

33
Makanan
MLRG

BAB IV

34
ANALISA KASUS

Telah dilaporkan seorang pasien wanita usia 52 tahun dengan


diagnosis akhir LBP (Low Back Pain) dengan diagnose sekunder Ca Cervix Post
kemoterapi + Anemia + Trombositopenia . Diagnosis ditegakkan berdasarkan
anamesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.Dari anamnesa pasien
merasakan pinggang bagian bawah nyeri 2 tahun yang lalu. Setahun belakangan
ini pasien didiagnosa ca cervic dan harus melakukan kemoterapi setelah
melakukan kemoterapi yang terakhir pasien merasakan nyeri pinggang menajdi
semakin parah. Nyeri di perberat saat pasien berdiri dan berjalan,nyeri berkurang
saat pasien tidur terlentang,pasien mengeluhkan tidur terganggu,nyeri di ulu
hati,kembung mual dan muntah dirasakan. Mual muntah tidak ada, nyeri kepala
tidak ada, demam tidak ada, pandangan kabur tidak ada, kejang tidak ada, nyeri
dada tidak ada, sesak nafas tidak ada, BAB dan BAK lancer.

Riwayat operasi hernia ada, riwayat curatage ada, riwayat polip ada,
riwayat hipertensi disangkal, riwayat diabetes disangkal, riwayat stroke disangkal,
riwayat sakit jantung disangkal.Pasien merupakan IRT, sudah menikah dan
memiliki 3 orang anak. Pasien tinggal bersama anak dan suaminya.Riwayat
kebiasaan minum kopi (-), kebisaaan merokok dan minum alcohol disangkal.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum pasien sakit


sedang, kesadaran komposmentis kooperatif dengan GCS 15 (E4M6V5). Tekanan
darah 110/80.Pada pemeriksaan refleks fisiologis didapatkan -/- , pada refleks
babinski didapatkan -/-, dan pada pemeriksaan motorik didapatkan 555/555.

Pemeriksaan laboratorium didapatkan darah rutin dengan Hb 8,3


gr/dl, Ht 25,0 %, dan Leukosit 4160 /mm3. Trombosit 91.000 / mm3. Kimia klinik
didapatkan Ureum 27 mg/dl, Creatinin 1,25 mg/ dl.

Untuk terapi umum pasien diiberikan IVFD RL 12 jam/Kolf, Diet


MB 1500 kkal RG II, PCT 3x500 mg ,Ranitidin 2x125 mg , Diazepam 3x2mg
,Calac 2x500mg ,Gabapentin 3x100mg, Sucrafat syr 3x1 mg.Terapi khusus
Fisioterapi dan tranfusi.

35
DAFTAR PUSTAKA

36
1. Setyohadi. Nyeri Pinggang Bawah (Low Back Pain). Medan. Fakultas .
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2005.

2. Snell, R. Anatomi Vertebrae. In Anatomi Klinik Dasar. Jakarta : EGC. 2010


3. Spinal Anethesia. Anatomy of Vertebrae. Available at :
http://www.nysora.com/regional_anesthesia/neuraxial_techniques/3119-
spinal_anesthesia.html . Access on July 26, 2013.
4. Nursamsu, Handono Kalim. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang.
Malang. Lab./SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Brawijaya. 2004
5. Ullrich, PF. Low Back Pain Symptoms and Causes. Available at :
http://www.spine-health.com/conditions/lower-back-pain/lower-back-pain-
symptoms-and-causes. Access on July 26, 2013.

37

Anda mungkin juga menyukai