PENDAHULUAN
Angka kejadian nyeri pinggang bawah atau dalam bahasa Inggris disebut
Low Back Pain (LBP), hampir sama pada semua populasi masyarakat di seluruh
dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Dari hasil penelitian
Cropcord Indonesia pada tahun 2004 menunjukkan bahwa penderita LBP pada
jenis kelamin pria prevalensinya sebesar 18,2% dan pada wanita sebesar 13,6%.
Sedangkan dari populasi pernah mengalami nyeri pinggang bawah sekali dan
lebih selama hidupnya antara 60% hingga 90%. [1]
1
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang definisi, etiologi, klasifikasi,
patogenesa, diagnosa, dan penatalaksanaan Low Back Pain.
1.3. Manfaat
1. Sebagai sumber media informasi mengenai Low Back Pain.
2. Sebagai laporan kasus yang menyajikan analisis kasus tentang Low Back
Pain.
3. Untuk memenuhi tugas case report kepanitraan klinik senior di Bagian
Neurologi RSUD Solok 2017.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Sakit pinggang atau biasa dikenal dengan sebutan “low back pain” (LBP)
merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan gejala utama berupa rasa nyeri
atau perasaan lain yang tidak enak yang terjadi di daerah punggung bagian bawah
dan dapat menjalar ke kaki terutama bagian belakang dan samping luar, umumnya
merupakan masalah yang terjadi karena gangguan pada otot bagian belakang.
3
Kolumna vertebralis mempunyai lima fungsi utama, yaitu: (1) menyangga
berat kepala dan dan batang tubuh, (2) melindungi medula spinalis, (3)
memungkinkan keluarnya nervi spinalis dari kanalis spinalis, (4) tempat untuk
perlekatan otot-otot, (5) memungkinkan gerakan kepala dan batang . [2]
4
merupakan vertebra yang mempunyai pergerakan terbesar dan menanggung beban
tubuh bagian atas .
2. Elemen posterior
Elemen posterior berfungsi untuk mengatur kekuatan pasif dan aktif yang
mengenai kolumna vertebralis dan juga mengatur gerakannya. Prosesus artikularis
memberikan mekanisme locking yang menahan tergelincirnya ke depan dan
terpilinnya korpus vertebra. Prosesus spinosus, transversus, mamilaris dan
aksesorius menjadi tempat melekatnya otot sekaligus menyusun pengungkit untuk
memperbesar kerja otot-otot tersebut. Lamina merambatkan kekuatan dari
prosesus spinosus dan prosesus artikularis superior ke pedikel sehingga ia rentan
terhadap trauma seperti fraktur pars artikularis.
3. Elemen tengah
5
Persendian amfiartrodial melibatkan komponen-komponen sebagai berikut:
1. Diskus intervertebralis
Fungsi mekanik diskus intervertebralis mirip dengan balon yang diisi air yang
diletakkan di antara ke dua telapak tangan . Bila suatu tekanan kompresi yang
merata bekerja pada vertebra maka tekanan itu akan disalurkan secara merata ke
seluruh diskus intervertebralis. Bila suatu gaya bekerja pada satu sisi yang lain,
6
nukleus polposus akan melawan gaya tersebut secara lebih dominan pada sudut
sisi lain yang berlawanan. Keadaan ini terjadi pada berbagai macam gerakan
vertebra seperti fleksi, ekstensi, laterofleksi. Diskus intervertebralis sendiri
merupakan jaringan non innervasi dan non vaskuler sehingga apabila terjadi
kerusakan tidak bisa terdeteksi oleh pasien meskipun sudah berlangsung dalam
waktu lama.
Ligamen longitudinal posterior lebih sempit dan lebih lemah dari ligamen
anterior, terbentang dalam kanalis vertebralis di dorsal dari korpus vertebralis.
Ligamen ini melekat pada diskus intervertebralis dan tepi posterior dari korpus
vertebra mulai vertebra servikal 1 sampai sakrum. Ligamentum ini dilengkapi
akhiran saraf nyeri (nociceptor). Ligamen posterior berperan mencegah hiperfleksi
kolumna vertebralis serta mencegah herniasi diskus intervertebralis.
7
kedepan (lordosis dikurangi) kedua faset saling menjauh sehingga memungkinkan
gerakan ke lateral berputar.
a. Ligamen flavum
Ligamen flavum merupakan ligamen yang menghubungkan lamina dari dua arkus
vertebra yang berdekatan. Ligamen ini panjang, tipis dan lebar diregio servikal,
lebih tebal di regio torakal dan paling tebal di regio lumbal. Ligamen ini
mencegah terpisahnya lamina arkus vertebralis dan juga mencegah terjadinya
cidera di diskus intervertebralis. Ligamen flavum yang kuat dan elastis membantu
mempertahankan kurvatura kolumna vertebralis dan membantu menegakkan
kembali kolumna veretbralis setelah posisi fleksi.
b. Ligamen interspinosus
c. Ligamen intertranversus
d. Ligamen supraspinosus
8
Ligamen supraspinosus menghubungkan prosesus spinosus di daerah apex
vertebra servikal ke 7 (VC7) sampai dengan sakrum. Ligamen ini dibagian kranial
bergabung dengan ligamen nuchae. Ligamen supraspinosus ini kuat, menyerupai
tali (Yanuar, 2002).
9
aktivitas motor neuron, ischemia muscular dan peregangan miofasial pada waktu
otot berkontraksi kuat. [3]
2.4 ETIOLOGI
Etiologi low back pain (LBP) dapat dihubungkan dengan hal-hal sebagai berikut :
1. Proses Degeneratif
10
menghubungkan bagian-bagian ruas tulang belakang satu dengan yang lain. Dulu
proses ini dikenal sebagai osteoartrosis deforman, tapi kini dinamakan
spondilosis. Perubahan degeneratif ini juga dapat menyerang annulus fibrosis
diskus intervertebralis yang bila tersobek dapat disusul dengan protusio diskus
intervertebralis yang akhirnya menimbulkan hernia nukleus pulposus (HNP).
Unsur tulang belakang lain yang sering dilanda proses degeneratif ini adalah
kartilago artikularis yang dikenal sebagai osteoartritis.
2. Penyakit Inflamasi
LBP akibat inflamasi terbagi 2 yaitu arthritis rematoid yang sering timbul sebagai
penyakit akut dengan ciri persendian keempat anggota gerak terkena secara
serentak atau selisih beberapa hari/minggu, dan yang kedua adalah pada
spondilitis angkilopoetika, dengan keluhan sakit punggung dan sakit pinggang
yang sifatnya pegal-kaku dan pada waktu dingin dan sembab linu dan ngilu
dirasakan.
3. Osteoporotik
Sakit pinggang pada orang tua dan jompo,terutama kaum wanita, seringkali
disebabkan oleh osteoporosis. Sakit bersifat pegal, tajam atau radikular.
4. Kelainan Kongenital
Anomali kongenital yang diperlihatkan oleh foto rontgen polos dari vertebrae
lumbosakralissering dianggap sebagai penyebab LBP meskipun tidak selamanya
benar.Contohnya adalah lumbalisasi atau adanya 6 bukan 5korpus vertebrae
lumbalis merupakan variasi anatomik yang tidak mengandung artipatologik.
Demikian pula pada sakralisasi, yaitu adanya 4 bukan 5 korpus vertebrae
lumbalis.
5. Gangguan Sirkulatorik
Aneurisma aorta abdominalis dapat membangkitkan LBP yang hebat dan dapat
menyerupai sprung back atau HNP. Gangguan sirkulatorik yang lain adalah
trombosis aorta terminalis yang perlu mendapat perhatian karena mudah
didiagnosa sebagai HNP. Gejalanya disebut sindrom Lerichie. Nyeri dapat
menjalar sampai bokong,belakang paha dan tungkai kedua sisi.
11
6. Tumor
7. Toksik
8. Infeksi
9. Problem Psikoneurotik
2.5 PATOFISIOLOGI
12
Mengangkat beban berat pada posisi membungkuk menyamping
menyebabkan otot tidak mampu mempertahankan posisi tulang belakang thorakal
dan lumbal, sehingga pada saat facet joint lepas dan disertai tarikan dari samping,
terjadi gesekan pada kedua permukaan facet joint menyebabkan ketegangan otot
di daerah tersebut yang akhirnya menimbulkan keterbatasan gesekan pada tulang
belakang. Obesitas, masalah postur, masalah struktur, dan perengangan berlebihan
pendukung tulang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis paling
berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan faset akan mengakibatkan
penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis, yang menyebabkan
nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut.
13
- Trauma fisik berat seperti jatuh dari ketinggian ataupun kecelakaan
kendaraan bermotor
- Nyeri non mekanik yang konstan dan progresif
- Ditemukan nyeri abdomen dan atau thoracal
- Nyeri hebat pada malam hari yang tidak membaik dengan posisi
terlentang
- Riwayat atau adanya kecurigaan kanker, HIV, atau keadaan patologis
lainnya yang dapat menyebabkan kanker
- Penggunaan kortikosteroid jangka panjang
- Penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya, menggigil dan atu
demam
- Fleksi lumbal sangat terbatas dan persisten
- Saddle anestesi, dan atau adanya inkonentinensia urin
- Risiko terjadinya kondisi yang lebih berat adalah awitan NPB pada usia
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 55 tahun.
2.7 DIAGNOSIS
Anamnesa
14
2.7 PEMERIKSAAN FISIK
Inspeksi
Pemeriksaan Neurologik
Tujuan pemeriksaan ini adalah untuk memastikan apakah kasus nyeri pinggang
bawah adalah benar karena adanya gangguan saraf atau karena sebab yang lain.
1. Pemeriksaan sensorik
Bila nyeri pinggang bawah disebabkan oleh gangguan pada salah satu
saraf tertentu maka biasanya dapat ditentukan adanya gangguan sensorik
dengan menentukan batas-batasnya, dengan demikian segmen yang
15
terganggu dapat diketahui. Pemeriksaan sensorik ini meliputi pemeriksaan
rasa rabaan, rasa sakit, rasa suhu, rasa dalam dan rasa getar (vibrasi). Bila
ada kelainan maka tentukanlah batasnya sehingga dapat dipastikan
dermatom mana yang terganggu.
2. Pemeriksaan motorik
Dengan mengetahui segmen otot mana yang lemah maka segmen mana
yang terganggu akan diketahui, misalnya lesi yang mengenai segmen L4
maka musculus tibialis anterior akan menurun kekuatannya. Pemeriksaan
yang dilakukan :
16
4. Tes-tes yang lazim digunakan pada penderita low back pain
a. Tes lasegue (straight leg raising)
Tungkai difleksikan pada sendi coxa sedangkan sendi lutut tetap
lurus. Saraf ischiadicus akan tertarik. Bila nyeri pinggang
dikarenakan iritasi pasa saraf ini maka nyeri akan dirasakan pada
sepanjang perjalanan saraf ini, mulai dari pantat sampai ujung kaki.
b. Crossed lasegue
Bila tes lasegue pada tungkai yang tidak sakit menyebabkan rasa
nyeri pada tungkai yang sakit maka dikatakan crossed lasegue
positif. Artinya ada lesi pada saraf ischiadicus atau akar-akar saraf
yang membentuk saraf ini.
c. Tes kernig
Sama dengan lasegue hanya dilakukan dengan lutut fleksi, setelah
sendi coxa 90 derajat dicoba untuk meluruskan sendi lutut
17
Setelah ini dilakukan penekanan pada sendi lutut hingga terjadi
rotasi keluar. Bila timbul rasa nyeri maka hal ini berarti ada suatu
sebab yang non neurologik misalnya coxitis.
g. Ober’s sign
Penderita tidur miring ke satu sisi. Tungkai pada sisi tersebut
dalam posisi fleksi. Tungkai lainnya di abduksikan dan diluruskan
lalu secara mendadak dilepas. Dalam keadaan normal tungkai ini
akan cepat turun atau jatuh ke bawah. Bila terdapat kontraktur dari
fascia lata pada sisi tersebut maka tungkainya akan jatuh lambat.
h. Neri’s sign
Penderita berdiri lurus. Bila diminta untuk membungkuk ke depan
akan terjadi fleksi pada sendi lutut sisi yang sakit.
i. Percobaan Perspirasi
Percobaan ini untuk menunjukkan ada atau tidaknya gangguan
saraf autonom, dan dapat pula untuk menunjukkan lokasi kelainan
yang ada yaitu sesuai dengan radiks atau saraf spinal yang terkena.
18
Pemeriksaan Non Neurologik Pada Sindrom Nyeri Punggung Bawah
1. Pemeriksaan rectal
Pertimbangkan adanya gangguan karsinoma prostate yang mungkin akan
menimbulkan nyeri bila sudah metastase tulang, piriformis sindrom,
penyakit urilogik atau ginekologik yang berada di panggul
2. Pemeriksaan vaginal
Kemungkinan adanya gangguan pada uteroscral ligament, misalnya
penjalaran karsinoma uteri, malposisi uterus, myoma uteri.
19
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan Darah
2. Leukositosis
Pada proses keradangan (infeksi tulang pyogenik terjadi leukositosis)
Pada tumor myelum mungkin dijumpai kenaikan jumlah protein tanpa kenaikan
jumlah sel. Pada keradangan myelum justru akan dijumpai kenaikan jumlah sel
dalam cairan otak. Mungkin juga ditemukan sel-sel ganas dalam cairan otak.
Pemeriksaan Radiologi
3. Discografi
20
Untuk mendapatkan sumber nyeri berdasarkan anatomi dari pasien.
Dengan ini dapat diketahui adanya penyakit degenaratif pada discus yang
dapat menimbulkan nyeri. Discogram juga dapat digunakan untuk
perencanaan preoperative lumbar spinal fusion.5
4. CT-Scan
Dapat memperlihatkan beberapa kelainan seperti stenosis kanal sentral,
lateral recess entrapment, fraktur, tumor, infeksi. Dapat juga dilakukan CT
Scan kontras dengan memasukkan radioaktif marker IV.4,5
5. MRI
TABEL 2
indikasi selektif untuk pemeriksaan radiologi
Defisit neuromotor
Riwayat kankertory
Penggunaan kortikosteroid
Kunjungan terbaru dalam 1 bulan dgn keluhan sama dan tdk ada perbaikan
Adapted with permission from Deyo RA, Diehl AK. Lumbar spine films in primary care: current use
and effects of selective ordering criteria. J Gen Intern Med 1986;1:20-5.
2.8 PENATALAKSANAAN
21
Nyeri punggung yang paling rendah dapat diobati tanpa operasi.
Pengobatan melibatkan menggunakan analgesik, mengurangi peradangan,
memulihkan fungsi yang tepat dan kekuatan ke belakang, dan mencegah
kambuhnya cedera. Kebanyakan pasien dengan nyeri punggung sembuh tanpa
kehilangan fungsional residual. Pasien harus menghubungi dokter jika tidak ada
penurunan nyata dalam rasa sakit dan peradangan setelah 72 jam perawatan diri.
[7]
Bed rest - 1-2 hari paling banyak. Pasien harus melanjutkan kegiatan
sesegera mungkin. Pada malam hari atau selama istirahat, pasien harus berbaring
di satu sisi, dengan bantal di antara lutut (beberapa dokter menyarankan
beristirahat di belakang dan menempatkan bantal di bawah lutut).
Obat yang sering digunakan untuk mengobati nyeri punggung akut dan
kronis rendah. Nyeri yang efektif mungkin melibatkan kombinasi obat resep dan
obat over-the-counter. Pasien harus selalu memeriksa dengan dokter sebelum
mengambil obat untuk menghilangkan rasa sakit. Obat-obatan tertentu, bahkan
mereka dijual di atas meja, tidak aman selama kehamilan, mungkin bertentangan
dengan obat lain, dapat menyebabkan efek samping termasuk mengantuk, atau
dapat menyebabkan kerusakan hati. [7,8]
22
Analgesik, termasuk obat anti-inflamasi non steroid (aspirin, naproxen,
dan ibuprofen), diambil secara lisan untuk mengurangi kekakuan,
pembengkakan, dan peradangan dan untuk meringankan sakit punggung
ringan rendah sampai sedang. Analgesik topikal juga dapat mengurangi
peradangan dan merangsang aliran darah. Pada setiap kerusakan sel akan
menghasilkan prostaglandin (PG) yang dapat menyebabkan rasa nyeri,
OAINS bekerja menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi
asam arakhidonat menjadi prostaglandin terhambat. Banyak dari senyawa
ini mengandung salisilat, bahan yang sama ditemukan dalam obat nyeri
oral yang mengandung aspirin.
23
(independen efeknya pada depresi) dan membantu tidur. Antidepresan
mengubah tingkat kimia otak untuk mengangkat suasana hati dan sinyal
nyeri tumpul. Mekanisme dugaan tindakan yang berkaitan dengan
kapasitas TCA ‘untuk memblokir penyerapan serotonergik, yang
menghasilkan potensiasi aktivitas sinaptik noradrenergik di batang otak-
dorsal sistem SSP yang nociceptive-modulasi tanduk.Juga, penelitian pada
hewan menunjukkan bahwa TCA dapat bertindak sebagai anestesi lokal
dengan memblokir saluran natrium di mana debit ektopik dihasilkan. Dua
tinjauan sistematis menemukan bahwa antidepresan mengurangi intensitas
nyeri di LBP.
LAPORAN KASUS
24
Nama : Ny. A
Umur : 52 tahun
Alamat : Talang
3.2. Anamnesa
Pasien merasakan pinggang bagian bawah nyeri 2 tahun yang lalu. Setahun
belakangan ini pasien didiagnosa ca cervic dan harus melakukan kemoterapi
setelah melakukan kemoterapi yang terakhir pasien merasakan nyeri pinggang
menajdi semakin parah. Nyeri di perberat saat pasien berdiri dan berjalan,nyeri
berkurang saat pasien tidur terlentang,pasien mengeluhkan tidur terganggu,nyeri
di ulu hati,kembung mual dan muntah dirasakan.
25
Riwayat Penyakit Keluarga:
Pemeriksaan Fisik
Kooperatif : Kooperatif
Suhu : 36,0 C
Paru
26
Inspeksi : Bentuk dan pergerakan dada simetris kiri dan kanan dalam
keadaan statis dan dinamis
Perkusi : Redup di basal paru dextra dan sinistra , batas paru hepar
setinggi RIC VI linea midclavicularis dextra, batas paru
lambung setinggi RIC VII linea aksilaris anterior
sinistra, dan batas peranjakan paru hepar 2 jari.
Jantung
Perkusi : Batas jantung kanan dalam batas normal, batas jantung kiri 2
jari lateral LMCS RIC VI, pinggang jantung menghilang.
Abdomen
Perkusi : Timpani
Status Neurologis
27
Tanda Rangsangan Meningeal :
Nervus I Olfaktorius
Kanan Kiri
Nervus II Opticus
Kanan Kiri
Kanan Kiri
28
Nervus V
Kanan Kiri
Nervus VII
Kanan Kiri
Nervus VIII
Kanan Kiri
29
Nervus IX dan X
Kanan Kiri
Nervus XI
Kanan Kiri
Nervus XII
Kanan Kiri
30
Mioklonik Negatif Negatif
Sistem Refleks
Fisiologis
Kanan Kiri
Biceps ++ ++
Triceps ++ ++
Patella ++ ++
Achilles ++ ++
31
Patologis
Kanan Kiri
Babinski - -
Hoffman-Tromer - -
Chaddock - -
Oppenhaim - -
- BAK : Normal
- BAB : Normal
Pemeriksaan Laboratorium
Darah Rutin :
- HB :8,3 g/dL
- HT : 25,0 %
Kimia Klinik
- Ureum : 27 mg/dl
- Kreatinin : 1,25 mg/dl
Rencana Pemeriksaan
- Lumbal sacral
- Transfusi
32
DIAGNOSA
TERAPI
UMUM
Breath :-
Brain : Elevasi Kepala 300
Blood : IVFD RL 12 jam / kolf
Diet : MB 1500 kkal RG II
Bowel :-
Bladder :-
Bone and Body Skin :-
KHUSUS
IVFD RL 12 / Kolf
PCT 3 x 500 mg
Ranitidine 2 x 125 mg
Diazepam 3 x 2 mg
Calac 2 x 500 mg
Gabapentine 3 x 100 mg
Sucrafat syr 3 x 1
33
Makanan
MLRG
BAB IV
34
ANALISA KASUS
Riwayat operasi hernia ada, riwayat curatage ada, riwayat polip ada,
riwayat hipertensi disangkal, riwayat diabetes disangkal, riwayat stroke disangkal,
riwayat sakit jantung disangkal.Pasien merupakan IRT, sudah menikah dan
memiliki 3 orang anak. Pasien tinggal bersama anak dan suaminya.Riwayat
kebiasaan minum kopi (-), kebisaaan merokok dan minum alcohol disangkal.
35
DAFTAR PUSTAKA
36
1. Setyohadi. Nyeri Pinggang Bawah (Low Back Pain). Medan. Fakultas .
Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2005.
37