Anda di halaman 1dari 11

I.

KONSEP- KONSEP DASAR STRUKTUR MODAL

Suatu perusahaan dalam menjalankan usahanya sejalan dengan perkembangan yang


dialami selalu membutuhkan modal yang digunakan untuk membiayai dalam kegiatan
operasional perusahaan itu sehari-hari, baik untuk melakukan investasi maupun untuk keperluan
yang lainnya. Besar kecilnya modal yang dibutuhkan oleh suatu perusahaan tergantung dari besar
kecilnya biaya akan dikeluarkan oleh perusahaan itu sendiri.
Modal ( Capital ) adalah dana yg digunakan untuk membiayai pengadaan asset dan
operasional suatu perusahaan. Modal dapat dilihat di neraca sisi kanan: hutang, saham biasa,
saham preferen dan laba ditahan.
Struktur modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbangan hutang jangka
panjang terhadap modal sendiri.
Bambang Riyanto (2001) dalam penelitian Hasa Nurrohim (2008), struktur modal adalah
pembelanjaan permanen yang mencerminkan pertimbangan atau perbandingan antara utang
jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal menunjukkan proposi atas penggunaan
hutang untuk membiayai investasinya, sehingga dengan mengetahui struktur modal, investor
dapat mengetahui keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian investasinya.
Menurut Ahmad Rodoni dan Herni Ali (2010), struktur modal adalah proposi dalam
menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh
menggunakan kombinasi atau paduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri
dari dua sumber utama yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan. Struktur modal
merupakan proporsi atau perbandingan dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja
perusahaan, apakah dengan cara menggunakan utang, ekuitas, atau dengan menerbitkan saham
(Birgham: 1996) dalam penelitian Tinjung Desy Nursanti (2004).
Menurut J. Fred Weston dan Thomas E Copeland (1996) mengatakan bahwa struktur
modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen, dan
modal pemegang saham.
Menurut Keown et.al (2000), struktur modal adalah paduan atau kombinasi sumber dana
jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan.
(Menurut Farah Margaretha (2004), Struktur modal menggambarkan pembiayaan
permanen perusahaan yang terdiri atas utang jangka panjang dan modal sendiri
Menurut Handono Mardiyanto (2009), struktur modal didefinisikan sebagai komposisi
dan proposi utang jangka panjang dan ekuitas (saham preferen dan saham biasa) yang ditetapkan
perusahaan.
Tujuan dari manajemen struktur modal atau capital structure management adalah
menggabungkan sumber – sumber dana yang digunakan perusahaan untuk membiayai operasi.
Dengan kata lain, tujuan ini dapat dilihat sebagai pencarian gabungan dana yang akan
meminimumkan biaya modal dan dapat memaksimalkan harga saham.Struktur modal yang
demikian, dapat kita sebut sebagai struktur modal yang optimal (Ahmad Rodoni dan Herni
Ali, 2010).
Jadi, yang dapat saya simpulkan dari pengertian struktur modal merupakan proporsi atau
perbandingan dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan, apakah dengan cara
menggunakan utang, ekuitas, atau dengan menerbitkan saham atau dari dana internal dan
eksternal. Melalui struktur modal pula lah dapat dilihat nilai suatu perusahaan yaitu dengan
mengetahui seberapa besar manfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang tersebut. Jika hutang
perusahaan lebih kecil dari manfaat yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai
suatu perusahaan meningkat, begitupun dengan sebaliknya.

II. RISIKO KEUANGAN STRUKTUR MODAL

Risiko yang ditimbulkan oleh Struktur Modal yang menggunakan modal pinjaman (utang)
sebagai berikut:

1. Risiko tidak mampu membayar kewajiban-kewajiban finansial


Meningkatkan modal pinjaman (utang) atau saham preferen di dalam struktur modal
mengakibatkan meningkatnya biaya tetap, seperti biaya bunga,dll.

2. Risiko semakin kecilnya deviden


Meningkatkan modal pinjaman (utang) akan meningkat beban tetap (bunga) yang akhirnya
mengakibatkan semakin kecilnya laba yang akan dibagikan sebagai deviden.

III. FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL

Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Struktur Modal antara lain :
 Struktur Aktiva (Tangibility)

Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva
tetap , akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu modal
sendiri, sedangkan hutang bersifat pelengkap. Perusahaan yang semakin besar aktivanya terdiri
dari aktiva lancar akan cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dengan utang. Hal
ini menunjukkan adanya pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal suatu perusahaan

 Growth Opportunity

Yaitu kesempatan perusahaan untuk melakukan investasi pada hal-hal yang


menguntungkan. Teori Agency menggambarkan hubungan yang negative antara Growth
Opprtunity dan leverage. Perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung akan
melewatkan kesempatan dalam berinvestasi pada kesempatan investasi yang menguntungkan.

 Ukuran Perusahaan (Firm Size)

Perusahaan besar cenderung akan melakukan diversifikasi usaha lebih banyak dari pada
perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan dalam menjalankan usaha atau
kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran perusahaan sering dijadikan indicator bagi kemungkinan
terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dalam ukuran lebih besar
dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya.

 Profitabiltas

Teori Pecking Order mengatakan bahwa perusahaan lebih menyukai internal funding.
Perusahaan dengan frofitalitas yang tinggi tentu memiliki dana internal yang lebih banyak dari
pada perusahaan dengan profitalitas rendah. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang
tinggi investasi menggunakan utang yang relative kecil (Bringham & Houston, 2001). Tingkat
pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan
pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Hal ini menunjukkan bahwa profitalitas
berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh
berarti semakin rendah utang.
 Risiko Bisnis

Risiko Bisnis akan mempersulit perusahaan dalam melaksanakan pendanaan eksternal,


sehingga secara teori akan berpengaruh negative terhadap leverage perusahaan.

IV. PENDEKATAN DALAM STRUKTUR MODAL

Dalam menganalisis Struktur Modal terdapat lima pendekatan yaitu Pendekatan Laba
Bersih, Pendekatan Laba Operasi, Pendekatan Tradisional, Pendekatan MM, dan Pendekatan
EBIT – EPS. Secara umum, konsep yang mendasari perhitungan Struktur Modal secara
matematis ditunjukkan pada Persamaan 8.1 dan Persamaan 8.2 sebagai berikut:

ko = ke ( E +ED ) + k ( E +ED )( 8 . 1 )
1

EBIT
ko =
V , diamana V = E + D (8.2)

Pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam menganalisis Struktur Modal dapat dijelaskan


sebagai berikut:

a) Pedekatan Net Income (NI)

Pada pendekatan ini, sebagian laba atas pemegang saham dikapitalisasi dengan suatu tingkat
kapitalisasi yang konstan yaitu ke (biaya modal sendiri)

Asumsi yang mendasari pendekatan Net Income adalah:

Biaya utang (kl) dan biaya modal sendiri (ke) adalah konstan waupun struktur modal berubah.

Biaya utang sebelum pajak (kd) lebih rendah dari biaya modal sendiri (ke)

Secara grafis ditunjukkan pada Gambar 8.1.


Biaya Modal (%)

ke

ko

ki

0 D/E Ratio

___________________________________

Gambar 8.1. Pendekatan Laba Bersih

b) Pendekatan Net Operating Income (NOI)

Pada Pendekatan Net Operating Income (NOI), tingkat biaya modal rata-rata tertimbang (ko)
adalah konstan. Asumsi yang mendasari pendekatan ini adalah biaya utang (kl) dan biaya modal
keseluruhan (ko) konstan. Pada pendekatan NOI, perubahan struktur modal, tidak mempengaruhi
nilai total perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 8.2.

Biaya Modal (%)

ke

ko

ki

0 D/ERatio

___________________________________

Gambar 8.2. Pendekatan Laba Bersih Operasi


c) Pendekatan Tradisional

Pada pendekatan ini, mengaggap bahwa biaya modal sendiri (ke) akan naik apabila ratio utang
meningkat dan biaya utang (kl) akan meningkat apabila melebihi tingkat ratio utang tertentu. Hal
ini sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 8.3.

Biaya Modal (%)

ke

ko

ki

0 D/ERatio

___________________________________

Gambar 8.3. Pendekatan Laba Bersih

Pendekatan Modigliani-Miller (MM)

Pendekatan Modigliani-Miller beranggapan bahwa nilai perusahaan independen (tidak


dipengaruhi)oleh struktur modal dalam pasar modal yang sempurna dan tidak ada pajak
penghasilan. Asumsi yang mendasari pendekatan ini adalah:

Informasi yang tersedia bagi semua investor dan dapat diperoleh tanpa biaya

Tidak ada biaya transaksi

Investor dapat melakukan diversifikasi investasi surat berharga secara sempurna.

Semua investor bersikap dan bertindak rasional.

Perusahaan beroperasi dalam kondisi yang sama dan risiko yang sama.

Tidak ada pajak penghasilan.


d) Pendekatan EBIT-EPS

Pendekatan EBIT-EPS menentukan hubungan antara laba per lembar saham (earning per share =
EPS) dengan laba sebelum bunga dan pajak (earning before interest and tax = EBIT) pada
beberapa alternatif pembelanjaan yang berbeda-beda dan titik kesamaan (indifference points)
masing-masing alternatif pembelanjaan tersebut.

Untuk menentukan titik (indifference point) digunakan Persamaan 8.3 sebagai berikut:

( EBIT 1,2 −I 1 )(1−t )−PD 1 ( EBIT 1,2 −I 2 )( 1−t )−PD 2


= ( 8. 3 )
NS1 NS 2

Keterangan:

EBIT1,2 adalah EBIT pada titik kesamaan (indifference point)

I1, I2 adalah besarnya bunga

PD1, PD2 adalah dividen saham preferen

t adalah tarif pajak

NS1, NS2 adalah jumlah lembar saham biasa yang beredar

Untuk mengoperasikan Pendekatan EBIT – EPS dapat digunakan pola sebagaimana ditunjukkan
pada Skema 8.1.

EBIT = XXXXXXXXX

(-) INTEREST EXPENSE (I) = XXXXXXXXX

(=) EBT = XXXXXXXXX

(-) TAX = XXXXXXXXX

(=) EAT = XXXXXXXXX

(-) PD = XXXXXXXXX
Contoh 8.1.

PT MENTARI mempunyai modal sebesar Rp 10.000.000,00 yang terdiri atas modal sendiri
seluruhnya. Saat ini, pihak perusahaan melakukan ekspansi usaha dan memerlukan tambahan
dana sebesar Rp 5.000.000,00. Tiga alternatif pembelanjaan sebagai berikut:

Mengeluarkan saham biasa dengan harga Rp 5.000,00 per lembar.

Menggunakan utang dengan bunga sebesar 9% per tahun.

Mengeluarkan saham preferen dengan deviden 10% dari kebutuhan modal.

Saat ini, EBIT sebesar Rp 1.400.000,00, tarif pajak sebesar 22% dan saham biasa yang telah
beredar sebanyak 200.000 lembar saham dengan harga sebesar Rp 5.000,00 per lembar.
Tentukan:

Besarnya EPS masing-masing alternatif apabila EBIT diestimasi sebesar Rp 2.000.000,00.

Tentukan besarnya Indifference Point. Kemudian jelaskan hasil perhitungan di atas.

Penyelesaian:

Langkah 1. Buat Deskripsi Pendanaan

Deskripsi pendanaan diperlukan untuk mempermudah perhitungan EBIT – EPS sebagaimana


ditunjukkan pada Tabel 8.1.

Tabel 8.1. Deskripsi Pendanaan

Plan Saham Biasa Utang Saham Preferen


Saham Modal 15 juta Modal 0 Modal 0
Biasa
Lembar 3.000 Bunga 0 Dividen 0
Utang Modal 10 juta Modal 5 juta Modal 0
Lembar 2.000 Bunga 450.000 Dividen 0
Saham Modal 10 juta Modal 0 Modal 5 juta
Preferen
Lembar 2.000 Bunga 0 Dividen 500.00
0

Langkah 2. Hitung EPS dengan Pola EBIT – EPS

Berdasarkan Skema 8.1 di atas dapat dihitung Pola EBIT – EPS sebagaimana ditunjukkan pada
Tabel 8.2.

Sebelum Ekspansi

Tabel 8.2. Hasil Perhitungan Pola EBIT – EPS (sebelum ekspansi)

EBIT (Rp) Rp 1.400.000

Interest Expense (Rp) 0

EBT (Rp) 1.400.000

Tax 22% (Rp) 308.000

EAT (Rp) 1.092.000

PD (Rp) 0

EACS (Rp) 1.092.000

NS (lembar) 2.000

EPS (Rp/lembar) 546

Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa sebelum PT Mentari melakukan


ekspansi besarnya EPS yang diperoleh adalah Rp 546,00 per lembar.

Setelah Ekspansi
Berdasarkan Skema 8.1 di atas dapat dihitung Pola EBIT – EPS sebagaimana ditunjukkan pada
Tabel 8.3.

Tabel 8.3. Hasil Perhitungan Pola EBIT – EPS (setelah ekspansi)

Plan A. Plan B. Plan C.


Saham Biasa
Utang Saham Preferen
EBIT (Rp) Rp 2.000.000 2.000.000 2.000.000

Interest Expense (Rp) 0 450.000 0

EBT (Rp) 2.000.000 1.550.000 2.000.000

Tax 22% (Rp) 440.000 341.000 440.000

EAT (Rp) 1.560.000 1.209.000 1.560.000

PD (Rp) 0 0 500.000

EACS (Rp) 1.560.000 1.209.000 1.060.000

NS (lembar) 3.000 2.000 2.000

EPS (Rp/lembar) 520 604,5 530

Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa sumber pendanaan yang memberikan
hasil yang paling baik adalah Utang oleh karena menghasilkan EPS yang paling besar yaitu Rp
604,50 per lembar. Dan EPS ini lebih besar jika dibandingkan sebelum ekspansi yang hanya
menghasilkan EPS sebesar Rp 546,00 per lembar.

Langkah 3. Hitung Indifference Point

Dengan menggunakan Persamaan 8.3 dapat dihitung indifference point sebagai berikut:

Indifference Point antara Plan A vs Plan B


( EBIT AB −0 )(1−22 )−0 ( EBIT AB −450 . 000)(1−22 )−0
=
3 . 000 2 .000
0, 78 EBIT AB 0, 78 EBIT AB −351 .000
=
3 . 000 2 . 000
1 .560 EBIT AB=2. 340 EBIT AB −1. 053 . 000. 000
EBIT AB =1. 350. 000

Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa apabila Perusahaan Mentari


menggunakan pendanaan Saham Biasa atau Utang maka EPS akan sama apabila EBIT sebesar
Rp 1.350.000,00.

Indifference Point antara Plan A vs Plan C

( EBIT AC −0 )( 1−22 )−0 ( EBIT AC−0)(1−22 )−500. 000


=
3 . 000 2 .000
0, 78 EBIT AC 0, 78 EBIT AC −500 .000
=
3 . 000 2 . 000
1 .560 EBIT AC =2 . 340 EBIT AC −1. 500. 000 . 000
EBIT AC=1. 923 .077

Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa apabila Perusahaan Mentari


menggunakan pendanaan Saham Biasa atau Saham Preferen maka EPS akan sama apabila EBIT
sebesar Rp 1.923.077,00.

Indifference Point antara Plan B vs Plan C

( EBIT BC −450. 000 )(1−22 )−0 (EBIT BC −0 )(1−22 )−500 . 000


=
2 . 000 2 .000
0, 78 EBIT BC −351 . 000 0,78 EBIT BC −500 . 000
=
2 . 000 2 . 000
1 .560 EBIT BC −702. 000 . 000=1 .560 EBIT BC −1 . 000 .000 . 000
EBIT BC =N / A

Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa apabila Perusahaan Mentari


menggunakan pendanaan Utang atau Saham Preferen maka tidak mempunyai indifference point.

Anda mungkin juga menyukai