Risiko yang ditimbulkan oleh Struktur Modal yang menggunakan modal pinjaman (utang)
sebagai berikut:
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi Struktur Modal antara lain :
Struktur Aktiva (Tangibility)
Kebanyakan perusahaan industri yang sebagian besar modalnya tertanam dalam aktiva
tetap , akan mengutamakan pemenuhan modalnya dari modal yang permanen yaitu modal
sendiri, sedangkan hutang bersifat pelengkap. Perusahaan yang semakin besar aktivanya terdiri
dari aktiva lancar akan cenderung mengutamakan pemenuhan kebutuhan dana dengan utang. Hal
ini menunjukkan adanya pengaruh struktur aktiva terhadap struktur modal suatu perusahaan
Growth Opportunity
Perusahaan besar cenderung akan melakukan diversifikasi usaha lebih banyak dari pada
perusahaan kecil. Oleh karena itu kemungkinan kegagalan dalam menjalankan usaha atau
kebangkrutan akan lebih kecil. Ukuran perusahaan sering dijadikan indicator bagi kemungkinan
terjadinya kebangkrutan bagi suatu perusahaan, dimana perusahaan dalam ukuran lebih besar
dipandang lebih mampu menghadapi krisis dalam menjalankan usahanya.
Profitabiltas
Teori Pecking Order mengatakan bahwa perusahaan lebih menyukai internal funding.
Perusahaan dengan frofitalitas yang tinggi tentu memiliki dana internal yang lebih banyak dari
pada perusahaan dengan profitalitas rendah. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang
tinggi investasi menggunakan utang yang relative kecil (Bringham & Houston, 2001). Tingkat
pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan
pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Hal ini menunjukkan bahwa profitalitas
berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh
berarti semakin rendah utang.
Risiko Bisnis
Dalam menganalisis Struktur Modal terdapat lima pendekatan yaitu Pendekatan Laba
Bersih, Pendekatan Laba Operasi, Pendekatan Tradisional, Pendekatan MM, dan Pendekatan
EBIT – EPS. Secara umum, konsep yang mendasari perhitungan Struktur Modal secara
matematis ditunjukkan pada Persamaan 8.1 dan Persamaan 8.2 sebagai berikut:
ko = ke ( E +ED ) + k ( E +ED )( 8 . 1 )
1
EBIT
ko =
V , diamana V = E + D (8.2)
Pada pendekatan ini, sebagian laba atas pemegang saham dikapitalisasi dengan suatu tingkat
kapitalisasi yang konstan yaitu ke (biaya modal sendiri)
Biaya utang (kl) dan biaya modal sendiri (ke) adalah konstan waupun struktur modal berubah.
Biaya utang sebelum pajak (kd) lebih rendah dari biaya modal sendiri (ke)
ke
ko
ki
0 D/E Ratio
___________________________________
Pada Pendekatan Net Operating Income (NOI), tingkat biaya modal rata-rata tertimbang (ko)
adalah konstan. Asumsi yang mendasari pendekatan ini adalah biaya utang (kl) dan biaya modal
keseluruhan (ko) konstan. Pada pendekatan NOI, perubahan struktur modal, tidak mempengaruhi
nilai total perusahaan sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 8.2.
ke
ko
ki
0 D/ERatio
___________________________________
Pada pendekatan ini, mengaggap bahwa biaya modal sendiri (ke) akan naik apabila ratio utang
meningkat dan biaya utang (kl) akan meningkat apabila melebihi tingkat ratio utang tertentu. Hal
ini sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 8.3.
ke
ko
ki
0 D/ERatio
___________________________________
Informasi yang tersedia bagi semua investor dan dapat diperoleh tanpa biaya
Perusahaan beroperasi dalam kondisi yang sama dan risiko yang sama.
Pendekatan EBIT-EPS menentukan hubungan antara laba per lembar saham (earning per share =
EPS) dengan laba sebelum bunga dan pajak (earning before interest and tax = EBIT) pada
beberapa alternatif pembelanjaan yang berbeda-beda dan titik kesamaan (indifference points)
masing-masing alternatif pembelanjaan tersebut.
Untuk menentukan titik (indifference point) digunakan Persamaan 8.3 sebagai berikut:
Keterangan:
Untuk mengoperasikan Pendekatan EBIT – EPS dapat digunakan pola sebagaimana ditunjukkan
pada Skema 8.1.
EBIT = XXXXXXXXX
(-) PD = XXXXXXXXX
Contoh 8.1.
PT MENTARI mempunyai modal sebesar Rp 10.000.000,00 yang terdiri atas modal sendiri
seluruhnya. Saat ini, pihak perusahaan melakukan ekspansi usaha dan memerlukan tambahan
dana sebesar Rp 5.000.000,00. Tiga alternatif pembelanjaan sebagai berikut:
Saat ini, EBIT sebesar Rp 1.400.000,00, tarif pajak sebesar 22% dan saham biasa yang telah
beredar sebanyak 200.000 lembar saham dengan harga sebesar Rp 5.000,00 per lembar.
Tentukan:
Penyelesaian:
Berdasarkan Skema 8.1 di atas dapat dihitung Pola EBIT – EPS sebagaimana ditunjukkan pada
Tabel 8.2.
Sebelum Ekspansi
PD (Rp) 0
NS (lembar) 2.000
Setelah Ekspansi
Berdasarkan Skema 8.1 di atas dapat dihitung Pola EBIT – EPS sebagaimana ditunjukkan pada
Tabel 8.3.
PD (Rp) 0 0 500.000
Berdasarkan hasil perhitungan di atas menunjukkan bahwa sumber pendanaan yang memberikan
hasil yang paling baik adalah Utang oleh karena menghasilkan EPS yang paling besar yaitu Rp
604,50 per lembar. Dan EPS ini lebih besar jika dibandingkan sebelum ekspansi yang hanya
menghasilkan EPS sebesar Rp 546,00 per lembar.
Dengan menggunakan Persamaan 8.3 dapat dihitung indifference point sebagai berikut: