A. Rangkuman
1. Sosialisasi Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja
merupakan tindak lanjut kegiatan pengembangan Jabatan Fungsional
Pembimbing Kesehatan Kerja dengan terbitnya Permenpan & RB
Nomor 13 Tahun 2013 tentang Jabatan Fungsional Pembimbing
Kesehatan Kerja dan angka kreditnya, serta perubahannya yaitu
Permenpan & RB Nomor 47 Tahun 2013, serta telah ditandatangani
Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara Nomor 50 Tahun 2013 dan Nomor 18 Tahun 2013
tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi RI Nomor 13 Tahun 2013
tentang Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja dan Angka
Kreditnya.
2. Program Kesehatan Kerja sangat strategis mengingat besarnya jumlah
usia angkatan kerja dan tingginya risiko penyakit akibat kerja serta
kecelakaan kerja yang memerlukan penanganan spesifik sehingga perlu
adanya pengembangan jabatan fungsional tertentu, yaitu Jabatan
Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja.
3. Peluang jabatan fungsional pembimbing kesehatan kerja dan profesi
kesehatan kerja sangat besar. Adapun tantangan yang dihadapi
mencakup kualifikasi, apresiasi dalam bentuk tunjangan serta
pendayagunaan dan pengembangannya.
4. Peran pembimbing kesehatan kerja sangat penting dalam meningkatkan
kesehatan masyarakat pekerja yang berpengaruh terhadap produktifitas
kerja. Untuk menjamin pembinaan karir kepangkatan, jabatan dan
peningkatan profesionalisme, serta memacu pengabdiannya, maka
perlu pengangkatan Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja.
5. Peran organisasi profesi PPMKKI (Perhimpunan Profesional
Manajemen Kesehatan Kerja Indonesia) sebagai pengampu jabatan
fungsional kesehatan kerja meliputi
• Pembinaan Pendidikan dan Pelatihan Profesional Kesehatan Kerja
• Pembinaan organisasi
• Perlindungan hukum, pengelolaan hubungan masyarakat industri lain
• Pengembangan kerjasama dalam dan luar negeri
B. Kesepakatan
C. Rekomendasi
1. Pusat diharapkan membuat roadmap target diselesaikannya secara
utuh Jabatan Fungsional Pembimbing Kesehatan Kerja.
2. Dalam rangka pengembangan Jabatan Fungsional pembimbing
Kesehatan Kerja perlu segera disiapkan terkait tunjangan, penempatan,
pengangkatan dan pendayagunaan.
3. Pusat menyusun standar kurikulum dan modul pelatihan Jabatan
Fungsional pembimbing Kesehatan Kerja dan menyampaikannya ke
daerah.
4. Secara konstruktif menyikapi perubahan dan perkembangan nasional
dalam rangka pendayagunaan dan pengembangan Jabatan Fungsional
Pembimbing Kesehatan Kerja.
5. Mengarahkan pendidikan yang tepat untuk pelaku bidang Kesehatan
dan Keselamatan Kerja (K3) agar pendayagunaan maksimal.
Peserta pertemuan