PROPOSAL PENELITIAN
Disusun Oleh:
NIM : 115025
SEMARANG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Minyak goreng adalah zat makanan yang penggunaannya hampir tidak
dapat dilepaskan dari aktivitas manusia, utamanya yang berkaitan dengan
konsumsi bahan pangan. Minyak goreng berperan sebagai media untuk
perpindahan panas yang cepat dan merata pada permukaan yang digoreng.
Selama menggoreng terjadi perubahan sifat baik dari makanan yang
digoreng maupun dari minyak gorengnya. Minyak yang telah digunakan
untuk menggoreng mengalami kerusakan karena terjadi proses hidrolisis,
oksidasi dan reaksi pencoklatan. Kerusakan minyak selama proses
penggorengan mempengaruhi kualitas dan nilai gizi makanan yang digoreng.
Minyak yang dipakai berulang-ulang untuk menggoreng kualitasnya turun
dan bila digunakan dapat mempengaruhi kesehatan, yakni dapat
mengakibatkan keracunan dalam tubuh dan berbagai macam penyakit,
misalnya diare, pengendapan lemak dalam pembuluh darah dan kanker hati.
Kualitas minyak goreng bekas ini antara lain dilihat dari aroma menjadi
kurang enak, kadar asam lemak bebas dan bilangan peroksida yang tinggi,
serta warna menjadi lebih gelap.
Salah satu metode untuk memperbaiki (memurnikan) kualitas minyak
goreng bekas adalah metode adsorpsi. Adsorpsi merupakan proses yang
paling banyak digunakan pada pemurnian minyak goreng bekas karena
biayanya relatif lebih murah, prosesnya sederhana dan efisien.
Pada penelitian ini akan digunakan adsorben dari limbah hasil pertanian
berupa tongkol jagung dan klobot jagung karena bahan tersebut mudah
didapat dan tersedia dalam jumlah yang cukup besar. Bahan tersebut
mengandung selulosa dan lignin, yang secara alami akan memberikan
struktur berpori sehingga dapat digunakan sebagai adsorben tanpa
diarangkan.
B. Perumusan Masalah
Minyak goreng yang digunakan berulang-ulang akan menjadikan
minyak bersifat karsiogenik sehingga tidak aman untuk dikonsumsi. Salah
satu cara untuk memurnikan minyak goreng bekas yaitu dengan adsorpsi.
Dalam hal ini akan diteliti pengaruh berbagai jenis perlakuan terhadap
kemampuan adsorpsi limbah jagung untuk meningkatkan kualitas minyak
goreng bekas.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimum jenis
adsorben dari limbah jagung (tongkol, klobot dan campuran keduanya) dan
suhu adsorpsi pada proses pemurnian minyak goreng bekas dalam upaya
meningkatkan kualitas minyak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.2. Jagung
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang
penting di dunia selain gandum dan padi. Bagi penduduk Amerika Tengah dan
Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana bagi sebagian penduduk
Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Di masa kini, jagung juga sudah
menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan lainnya adalah sebagai
sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung maizena. Berbagai produk
turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai produk industri. Beberapa di
antaranya adalah bioenergi, industri kimia, kosmetika, farmasi, dll.
Jagung merupakan tanaman semusim. Satu siklus hidupnya diselesaikan
dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan
vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman
jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian 1 m
sampai 3 m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6 m. Tinggi tanaman biasa
diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan.
Sedangkan untuk klasifikasi ilmiah dari jagung dapat di lihat pada tabel 2.3
dibawah ini.
Tabel 2.3. Klasifikasi Ilmiah Dari Jagung
Kerajaan Plantae
Divisi Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas Liliopsida (berkeping satu/monokotil)
Ordo Poales
Famili Poaceace (suku rumput-rumputan)
Genus Zea
Sumber : http://www.sumberajaran.com/2012/12/klasifikasi-jagung.html
Indonesia pada tahun 2012 menempati peringkat ke-8 produsen jagung
(pipilan kering) dunia. Provinsi penyumbang produksi terbanyak jagung adalah
Jawa Timur 5 jt ton, Jawa Tengah 3,3 jt ton; Lampung 2 jt ton; Sulawesi Selatan
1,3 jt ton; Sumatera Utara 1,2 jt ton; Jawa Barat 700 – 800 rb ton, dan sisanya
yang signifikan adalah NTT, NTB, Jambi, dan Gorontalo. Rata-rata produksi per
tahun jagung nasional adalah 16 jt ton per tahun.
2.2.1. Tongkol Jagung
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.
Tongkol jagung diselimuti oleh daun atau kelobot. Tongkol jagung yang terletak
pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibandingkan
dengan yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris
biji yang jumlahnya selalu genap. Tongkol jagung mengandung selulosa (45%),
hemiselulosa (35%) dan lignin (15%). Tongkol jagung muda, disebut juga
babycorn, dapat dimakan dan dijadikan sayuran. Tongkol yang tua ringan namun
kuat, dan menjadi sumber furfural, sejenis monosakarida dengan lima atom
karbon (www.jagungbisi.com/morfologi-tanaman-jagung).
2.2.2. Kulit Jagung (Klobot Jagung)
Kulit jagung atau klobot jagung merupakan kulit terluar yang menutupi
bulir jagung. Kulit jagung ini juga merupakan lembaran modifikasi daun yang
membungkus tongkol jagung. Secara morfologi, kulit atau klobot jagung ini
mempunyai permukaan yang kasar dan berwarna hijau muda sampai hijau tua.
Jumlah rata-rata kulit jagung dalam satu tongkol adalah 12-15 lembar. Komposisi
kimia dari kulit jagung yang telah dikeringkan dapat dilihat pada tabel 2.4,
sedangkan karakteristik dari serat kulit jagung dapat dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.4. Komposisi Kimia Kulit Jagung Kering
Component %
Lignin 15
Ash 5,09
Alcohol-cyclohexane solubility (1:2 v/v) 4,57
Cellulose 44,08
Sumber: Taiwo K.F dkk, April 2014
Tabel 2.5. Karakteristik Serat Kulit Jagung
Fibre property Dimension
Fibre Length (mm) L 1.71 ± 0.5
Fibre diameter (µm) D 21.89 ± 5.1
Cell wall thickness (µm) CW 7.63 ± 2.3
Lumen width (µm) LW 6.63 ± 3.5
Sumber: Taiwo K.F dkk, April 2014
2.3. Adsorpsi
Adsorpsi adalah suatu peristiwa fisik atau kimia pada permukaan yang
dipengaruhi oleh afinitas spesifik (specific affinity) atau reaksi kimia antara bahan
pengadsorp (adsorben) zat yang diadsorp (adsorbat). Proses adsorpsi dapat terjadi
antara padatan dan padatan, gas dan padatan, gas dan cairan, cairan dan cairan,
dan cairan dan padatan (Winarno, 1999:130)
Proses adsorpsi zat terlarut oleh zat (adsorben) padat dipengaruhi beberapa
faktor yaitu :
a. Jenis adsorben
Kemampuan serap adsorben satu dengan yang lain terhadap adsorbat
tertentu besarnya belum tentu sama karena masing-masing adsroben
memiliki struktur dan karakteristik berbeda.
b. Jenis adsorbat
Untuk suatu adsorben tertentu, kapasitas adsorpsinya tidak sama untuk
jenis adsorbat yang berbeda karena ukuran dan karakteristik setiap
adsorbat berbeda satu dengan yang lain.
c. Luas permukaan adsorben
Makin luas permukaan adsorben, makin banyak adsorbat yang dapat
diserap. Makin kecil ukuran partikel adsorben makin luas permukaannya.
d. Konsentrasi
Jumlah zat yang diserap setiap adsorben, tergantung konsentrasi dari
zat terlarut (adsorbat). Semakin tinggi konsentrasi adsorbat semakin
banyak yang terserap. Namun demikian, bila adsorben sudah jenuh,
konsentrasi tidak lagi berpengaruh.
e. Suhu
Makin tinggi suhu, makin kecil daya serap. Namun demikian
pengaruh suhu tidak sebesar seperti adsorpsi gas.
f. Pengadukan
Jika dilakukan pengadukan, semakin cepat pengadukan maka molekul
adsorbat dan adsorben akan saling bertumbukan sehingga akan
mempercepat adsorpsi (Alberty & Daniels, 1992).
2.4. Adsorben
Adalah suatu bentuk karbon yang telah diaktifkan menggunakan panas uap
air atau bahan kimia sehingga daya adsorpsinya lebih tinggi. Karbon aktif
mengandung 5-15% air, 2-3% abu, dan sisanya terdiri atas karbon. Dapat dibuat
dari bermacam-macam bahan baku yang banyak mengandung karbohidrat
terutama selulosa seperti kayu, sekam padi, tongkol jagung, dan tempurung
kelapa.
Daya adsorpsi dari karbon aktif disebabkan karena karbon aktif sangat
berpori (porous). Pori-pori tersebut menyebabkan permukaan arang sangat luas,
yaitu berkisar antara 500-1400 m2/g. Selain luas permukaan ada faktor lain yang
dapat berpengaruh pada proses adsorpsi, yaitu sifat kimia alami dari permukaan
karbon aktif. Sifat kimia atau polaritas bervariasi pada tiap jenis karbon aktif dan
dapat mempengaruhi gaya tarik antara molekul adsorben dan zat yang diadsorpsi
(Winarno, 1999:131-132)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental di Laboratorium Kimia
Organik dan dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial
(RALF) dengan 2 variabel bebas, masing-masing perlakuan diulang 2x.
Rancangan penelitian yang akan dilakukan disajikan pada Tabel 3.1
Tabel 3.1. Variabel Penelitian
Variabel Bebas
Run T Pengadukan Variabel Tetap Variabel Terikat
Jenis Adsorben
(⁰C)
1 Tongkol Jagung 25
2 50
3 75
4 100
5 Klobot Jagung 25 Ukuran adsorben (80 mesh)
6 50 Berat adsorben (2 gr) Kadar FFA
7 75 Kecepatan pengadukan(200rpm) Bilangan Peroksida
8 100 Waktu pengadukan (30 menit)
9 Tongkol:Klobot (1:1) 25
10 50
11 75
12 100
Minggu ke-
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Studi literatur & pembuatan proposal √ √
2 Persiapan bahan √ √
3 Pelaksanaan penelitian √ √ √ √
4 Pengolahan data √ √
5 Pembuatan laporan, artikel √ √ √
6 Seminar hasil penelitian √
DAFTAR PUSTAKA
_______.Jagung. www.wikipedia.org/wiki/jagung
Nugraheni, A.K, dkk. 2008. Pengaruh Perlakuan Awal Sekam Padi dan Ampas
Tebu Sebagai Adsorben Untuk Meningkatkan Kualitas Minyak Goreng
Bekas. Akademi Kimia Industri “Santo Paulus” Semarang. Semarang.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Ed.1.
Universitas Indonesia
Sudarmadji, dkk. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Ed.2. Liberty
Yogyakarta
Winarno, E.G. 1999. Minyak Goreng : Dalam Menu Masyarakat. Cet.1. Jakarta :
Balai Pustaka
LAMPIRAN
Analisis Kimia
1) Bilangan asam
Angka asam dinyatakan sebagai jumlah mg KOH yang diperlukan
untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gr minyak
atau lemak.
Angka asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar
yang berasal dari hidrolisa minyak ataupun karena proses pengolahan yang
kurang baik. Makin tinggi angka asam makin rendah kualitasnya.
Cara penentuan:
Minyak atau lemak sebanyak 10-20 gr ditambah 50 ml alkohol netral
95% kemudian dipanaskan 10 menit dalam penangas air sambil diaduk dan
ditutup pendingin balik. Alkohol berfungsi untuk melarutkan asam lemak.
Setelah didinginkan kemudian dititrasi dengan KOH 0,1N menggunakan
indikator phenolphthalein sampai tepat warna merah jambu.
ml KOH x N KOH x BM KOH
Angka asam =
bobot sampel (gr)
gr = 1 gr
1 gr untuk pengilangan lignin 3 jenis adsorben = total NaOH 3 gr
- HCl 0,25N ; 500 ml ; 37%
p x v x kadar 1000
N = x valensi x
BM l
1,19 x v x 0,37 1000
0,25 = x1x
36,6 500
V HCl = 10,37 cc
10,37 cc dalam 500 cc untuk menetralkan 3 jenis adsorben yang telah dihilangkan
ligninnya.
2) Penentuan bilangan asam
Kebutuhan larutan standar KOH 0,1 N ; 1000 cc
gr 1000
N = BM x valensi x cc
gr 1000
0,1 = 56,1 x 1 x 1000
5,61 = gr KOH
Kebutuhan larutan standar primer oksalat 0,1 N ; 200 cc
gr x kadar 1000
N = x valensi x
BM cc
gr x 0,995 1000
0,1 = x2x
126,07 200
12,607 = 9,95 gr
1,267 = gr asam oksalat
Kebutuhan alkohol netral 95%
Sebelum adsorpsi = 2 x 50 cc = 100 cc
Setelah adsorpsi = 24 x 2 x 50 cc = 2400 cc
Total alkohol netral 95% = 2500 cc
3) Penentuan bilangan peroksida
Kebutuhan larutan standar thiosulfat 0,1 N ; 1000 cc
gr 1000
N = x valensi x
BM l
gr 1000
0,1 = x 1 x 1000
248,21
24,821 = gr thiosulfat
Kebutuhan larutan standar K2Cr2O7 0,1 N ; 200 cc
gr x kadar 1000
N = x valensi x
BM cc
gr x 0,999 1000
0,1 = x6x
294,1918 200
29,419 = 29,97 gr
0,981 = gr K2Cr2O7
Kebutuhan asam asetat glasial : kloroform (60% : 40% dalam 30 cc)
Asam asetat glasial = 0,6 x 30 = 18 cc
Kloroform = 0,4 x 30 = 12 cc
Asam asetat sebelum adsorpsi = 2 x 18 cc = 36 cc
Asam asetat setelah adsorpsi = 24 x 2 x 18 = 864 cc
Total asam asetat glasial = 900 cc
Kloroform sebelum adsorpsi = 2 x 12 cc = 24 cc
Kloroform setelah adsorpsi = 24 x 2 x 12 cc = 576 cc
Total kloroform = 600 cc
Kalium Iodida (KI) = 0,5 gr
Sebelum adsorpsi = 2 x 0,5 gr = 1 gr
Setelah adsorpsi = 24 x 2 x 0,5 gr = 24 gr
Total KI = 25 gr