Anda di halaman 1dari 18

PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS MENGGUNAKAN

ADSORBEN LIMBAH JAGUNG

PROPOSAL PENELITIAN

Disusun Oleh:

Nama : Meiga Dila Mumpuni

NIM : 115025

AKADEMI KIMIA INDUSTRI ST. PAULUS SEMARANG

SEMARANG

2017
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Minyak goreng adalah zat makanan yang penggunaannya hampir tidak
dapat dilepaskan dari aktivitas manusia, utamanya yang berkaitan dengan
konsumsi bahan pangan. Minyak goreng berperan sebagai media untuk
perpindahan panas yang cepat dan merata pada permukaan yang digoreng.
Selama menggoreng terjadi perubahan sifat baik dari makanan yang
digoreng maupun dari minyak gorengnya. Minyak yang telah digunakan
untuk menggoreng mengalami kerusakan karena terjadi proses hidrolisis,
oksidasi dan reaksi pencoklatan. Kerusakan minyak selama proses
penggorengan mempengaruhi kualitas dan nilai gizi makanan yang digoreng.
Minyak yang dipakai berulang-ulang untuk menggoreng kualitasnya turun
dan bila digunakan dapat mempengaruhi kesehatan, yakni dapat
mengakibatkan keracunan dalam tubuh dan berbagai macam penyakit,
misalnya diare, pengendapan lemak dalam pembuluh darah dan kanker hati.
Kualitas minyak goreng bekas ini antara lain dilihat dari aroma menjadi
kurang enak, kadar asam lemak bebas dan bilangan peroksida yang tinggi,
serta warna menjadi lebih gelap.
Salah satu metode untuk memperbaiki (memurnikan) kualitas minyak
goreng bekas adalah metode adsorpsi. Adsorpsi merupakan proses yang
paling banyak digunakan pada pemurnian minyak goreng bekas karena
biayanya relatif lebih murah, prosesnya sederhana dan efisien.
Pada penelitian ini akan digunakan adsorben dari limbah hasil pertanian
berupa tongkol jagung dan klobot jagung karena bahan tersebut mudah
didapat dan tersedia dalam jumlah yang cukup besar. Bahan tersebut
mengandung selulosa dan lignin, yang secara alami akan memberikan
struktur berpori sehingga dapat digunakan sebagai adsorben tanpa
diarangkan.
B. Perumusan Masalah
Minyak goreng yang digunakan berulang-ulang akan menjadikan
minyak bersifat karsiogenik sehingga tidak aman untuk dikonsumsi. Salah
satu cara untuk memurnikan minyak goreng bekas yaitu dengan adsorpsi.
Dalam hal ini akan diteliti pengaruh berbagai jenis perlakuan terhadap
kemampuan adsorpsi limbah jagung untuk meningkatkan kualitas minyak
goreng bekas.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimum jenis
adsorben dari limbah jagung (tongkol, klobot dan campuran keduanya) dan
suhu adsorpsi pada proses pemurnian minyak goreng bekas dalam upaya
meningkatkan kualitas minyak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Minyak Goreng Bekas


Bahan pangan yang diigoreng merupakan sebagian besar menu makanan
manusia. Dalam proses penggorengan, minyak berfungsi sebagai medium
penghantar panas, menambah rasa gurih, serta menambah nilai gizi dan kalori
dalam bahan pangan (Ketaren,1986:131).
Minyak goreng selama proses penggorengan mengalami berbagai reaksi
kimia, di antaranya hidrolisis, oksidasi, isomerisasi, dan polimerisasi yang akan
menghasilkan zat-zat yang dapat mempengaruhi kesehatan dan mutu makanan
goreng yang dihasilkan, baik ditinjau dari segi rupa, cita rasa, maupun nilai
gizinya. Pemanasan minyak pada suhu tinggi dan berulang-ulang dapat
menghasilkan isomer asam lemak trans yang banyak dikaitkan dengan gangguan
kesehatan (Winarno, 1999:124)
Penurunan kualitas minyak goreng bekas antara lain dilihat dari kadar asam
lemak bebas, bilangan peroksida, dan kadar air yang lebih tinggi dari syarat mutu
minyak goreng yang layak dikonsumsi menurut SII (Tabel 2.1).
Berikut merupakan tabel syarat mutu minyak goreng menurut SII :
Tabel 2.1. Syarat Mutu Minyak Goreng (SII 0003-72)
Komponen Max
Air 0,3%
Bilangan peroksida 1,0 mg oksigen/100g
Asam lemak bebas (sebagai asam palmitat) 0,3%
Logam-logam berbahaya (Pb, Cu, Hg, As) Negatif
Minyak pelikan Negatif
Keadaan (bau, rasa, warna) Normal
Sumber: Winarno, F.G. 1999:120
2.1.1. Analisis minyak
Beberapa jenis ester berada dalam bentuk padat, cair, mudah menguap atau
terdiri dari senyawa jenuh dan tidak jenuh. Masing-masing ester tersebut
menentukan sifat fisiko-kimia dari minyak, sehingga jumlah dan jenis ester
menentukan sifat fisiko-kimia minyak. Kegunaan dari minyak dan lemak
ditentukan oleh sifat fisiko-kimianya.
Pengujian sifat fisiko-kimia juga digunakan untuk identifikasi jenis dan
penilaian mutu minyak dan lemak, yang meliputi pengujian kemurnian terutama
terhadap pelarut organik, sifat penyabunan, jumlah ikatan rangkap atau derajat
ketidakjenuhan, ketengikan dan lain-lain. Uji tersebut bersifat kuantitatif atau
kualitatif (Ketaren, 1986:35).
2.2.1. Penentuan Kualitas Minyak
a. Angka asam lemak bebas (FFA)
Asam lemak bebas ditentukan sebagai kandungan asam lemak yang
terdapat paling banyak dalam minyak tertentu. Demikian asam lemak
bebas sebagai berikut ini dipakai sebagai tolok ukur jenis minyak tertentu :
Tabel 2.2. Jenis-jenis Asam Lemak Bebas
Asam lemak bebas
Sumber minyak Bobot molekul
terbanyak
Kelapa sawit Palmitat C16H32O2 256
Kelapa, inti sawit Laurat C12H24O2 200
Susu Oleat C18H34O2 282
Jagung, kedele Linoleat C18H32O2 278
Sumber: Sudarmadji, dkk., 1996:115
Hubungan kadar asam lemak (%FFA) dengan angka asam dapat dituliskan
sebagai berikut:
BM KOH
Angka Asam = x % FFA
BM Asam lemak bebas⁄
10
Angka asam = Faktor konversi x % FFA
Faktor konversi untuk Oleat = 1,99
Faktor konversi untuk Palmitat = 2,19
Faktor konversi untuk Laurat = 2,80
Faktor konversi untuk Linoleat = 2,01
b. Bilangan Peroksida
Kerusakan lemak atau minyak yang utama adalah karena peristiwa
oksidasi dan hidrolitik, baik ensimatik maupun non-ensimatik. Di antara
kerusakan minyak yang mungkin terjadi ternyata kerusakan karena
autoksidasi yang paling besar pengaruhnya terhadap cita rasa. Hasil yang
diakibatkan oksidasi lemak antara lain peroksida, asam lemak, aldehid dan
keton. Bau tengik atau ransid terutama disebabkan oleh aldehid dan keton
(Sudarmadji, dkk., 1997:115-116).

2.2. Jagung
Jagung merupakan salah satu tanaman pangan penghasil karbohidrat yang
penting di dunia selain gandum dan padi. Bagi penduduk Amerika Tengah dan
Selatan, bulir jagung adalah pangan pokok, sebagaimana bagi sebagian penduduk
Afrika dan beberapa daerah di Indonesia. Di masa kini, jagung juga sudah
menjadi komponen penting pakan ternak. Penggunaan lainnya adalah sebagai
sumber minyak pangan dan bahan dasar tepung maizena. Berbagai produk
turunan hasil jagung menjadi bahan baku berbagai produk industri. Beberapa di
antaranya adalah bioenergi, industri kimia, kosmetika, farmasi, dll.
Jagung merupakan tanaman semusim. Satu siklus hidupnya diselesaikan
dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan tahap pertumbuhan
vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif. Tinggi tanaman
jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya berketinggian 1 m
sampai 3 m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6 m. Tinggi tanaman biasa
diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum bunga jantan.
Sedangkan untuk klasifikasi ilmiah dari jagung dapat di lihat pada tabel 2.3
dibawah ini.
Tabel 2.3. Klasifikasi Ilmiah Dari Jagung
Kerajaan Plantae
Divisi Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas Liliopsida (berkeping satu/monokotil)
Ordo Poales
Famili Poaceace (suku rumput-rumputan)
Genus Zea
Sumber : http://www.sumberajaran.com/2012/12/klasifikasi-jagung.html
Indonesia pada tahun 2012 menempati peringkat ke-8 produsen jagung
(pipilan kering) dunia. Provinsi penyumbang produksi terbanyak jagung adalah
Jawa Timur 5 jt ton, Jawa Tengah 3,3 jt ton; Lampung 2 jt ton; Sulawesi Selatan
1,3 jt ton; Sumatera Utara 1,2 jt ton; Jawa Barat 700 – 800 rb ton, dan sisanya
yang signifikan adalah NTT, NTB, Jambi, dan Gorontalo. Rata-rata produksi per
tahun jagung nasional adalah 16 jt ton per tahun.
2.2.1. Tongkol Jagung
Tanaman jagung mempunyai satu atau dua tongkol, tergantung varietas.
Tongkol jagung diselimuti oleh daun atau kelobot. Tongkol jagung yang terletak
pada bagian atas umumnya lebih dahulu terbentuk dan lebih besar dibandingkan
dengan yang terletak pada bagian bawah. Setiap tongkol terdiri atas 10-16 baris
biji yang jumlahnya selalu genap. Tongkol jagung mengandung selulosa (45%),
hemiselulosa (35%) dan lignin (15%). Tongkol jagung muda, disebut juga
babycorn, dapat dimakan dan dijadikan sayuran. Tongkol yang tua ringan namun
kuat, dan menjadi sumber furfural, sejenis monosakarida dengan lima atom
karbon (www.jagungbisi.com/morfologi-tanaman-jagung).
2.2.2. Kulit Jagung (Klobot Jagung)
Kulit jagung atau klobot jagung merupakan kulit terluar yang menutupi
bulir jagung. Kulit jagung ini juga merupakan lembaran modifikasi daun yang
membungkus tongkol jagung. Secara morfologi, kulit atau klobot jagung ini
mempunyai permukaan yang kasar dan berwarna hijau muda sampai hijau tua.
Jumlah rata-rata kulit jagung dalam satu tongkol adalah 12-15 lembar. Komposisi
kimia dari kulit jagung yang telah dikeringkan dapat dilihat pada tabel 2.4,
sedangkan karakteristik dari serat kulit jagung dapat dilihat pada tabel 2.5.
Tabel 2.4. Komposisi Kimia Kulit Jagung Kering
Component %
Lignin 15
Ash 5,09
Alcohol-cyclohexane solubility (1:2 v/v) 4,57
Cellulose 44,08
Sumber: Taiwo K.F dkk, April 2014
Tabel 2.5. Karakteristik Serat Kulit Jagung
Fibre property Dimension
Fibre Length (mm) L 1.71 ± 0.5
Fibre diameter (µm) D 21.89 ± 5.1
Cell wall thickness (µm) CW 7.63 ± 2.3
Lumen width (µm) LW 6.63 ± 3.5
Sumber: Taiwo K.F dkk, April 2014
2.3. Adsorpsi
Adsorpsi adalah suatu peristiwa fisik atau kimia pada permukaan yang
dipengaruhi oleh afinitas spesifik (specific affinity) atau reaksi kimia antara bahan
pengadsorp (adsorben) zat yang diadsorp (adsorbat). Proses adsorpsi dapat terjadi
antara padatan dan padatan, gas dan padatan, gas dan cairan, cairan dan cairan,
dan cairan dan padatan (Winarno, 1999:130)
Proses adsorpsi zat terlarut oleh zat (adsorben) padat dipengaruhi beberapa
faktor yaitu :
a. Jenis adsorben
Kemampuan serap adsorben satu dengan yang lain terhadap adsorbat
tertentu besarnya belum tentu sama karena masing-masing adsroben
memiliki struktur dan karakteristik berbeda.
b. Jenis adsorbat
Untuk suatu adsorben tertentu, kapasitas adsorpsinya tidak sama untuk
jenis adsorbat yang berbeda karena ukuran dan karakteristik setiap
adsorbat berbeda satu dengan yang lain.
c. Luas permukaan adsorben
Makin luas permukaan adsorben, makin banyak adsorbat yang dapat
diserap. Makin kecil ukuran partikel adsorben makin luas permukaannya.
d. Konsentrasi
Jumlah zat yang diserap setiap adsorben, tergantung konsentrasi dari
zat terlarut (adsorbat). Semakin tinggi konsentrasi adsorbat semakin
banyak yang terserap. Namun demikian, bila adsorben sudah jenuh,
konsentrasi tidak lagi berpengaruh.
e. Suhu
Makin tinggi suhu, makin kecil daya serap. Namun demikian
pengaruh suhu tidak sebesar seperti adsorpsi gas.
f. Pengadukan
Jika dilakukan pengadukan, semakin cepat pengadukan maka molekul
adsorbat dan adsorben akan saling bertumbukan sehingga akan
mempercepat adsorpsi (Alberty & Daniels, 1992).
2.4. Adsorben
Adalah suatu bentuk karbon yang telah diaktifkan menggunakan panas uap
air atau bahan kimia sehingga daya adsorpsinya lebih tinggi. Karbon aktif
mengandung 5-15% air, 2-3% abu, dan sisanya terdiri atas karbon. Dapat dibuat
dari bermacam-macam bahan baku yang banyak mengandung karbohidrat
terutama selulosa seperti kayu, sekam padi, tongkol jagung, dan tempurung
kelapa.
Daya adsorpsi dari karbon aktif disebabkan karena karbon aktif sangat
berpori (porous). Pori-pori tersebut menyebabkan permukaan arang sangat luas,
yaitu berkisar antara 500-1400 m2/g. Selain luas permukaan ada faktor lain yang
dapat berpengaruh pada proses adsorpsi, yaitu sifat kimia alami dari permukaan
karbon aktif. Sifat kimia atau polaritas bervariasi pada tiap jenis karbon aktif dan
dapat mempengaruhi gaya tarik antara molekul adsorben dan zat yang diadsorpsi
(Winarno, 1999:131-132)
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara eksperimental di Laboratorium Kimia
Organik dan dirancang menggunakan Rancangan Acak Lengkap Faktorial
(RALF) dengan 2 variabel bebas, masing-masing perlakuan diulang 2x.
Rancangan penelitian yang akan dilakukan disajikan pada Tabel 3.1
Tabel 3.1. Variabel Penelitian

Variabel Bebas
Run T Pengadukan Variabel Tetap Variabel Terikat
Jenis Adsorben
(⁰C)
1 Tongkol Jagung 25
2 50
3 75
4 100
5 Klobot Jagung 25 Ukuran adsorben (80 mesh)
6 50 Berat adsorben (2 gr) Kadar FFA
7 75 Kecepatan pengadukan(200rpm) Bilangan Peroksida
8 100 Waktu pengadukan (30 menit)
9 Tongkol:Klobot (1:1) 25
10 50
11 75
12 100

B. Bahan Dan Alat


Bahan
1) Limbah Jagung (Tongkol dan Klobot)
Limbah jagung dalam penelitian ini diperoleh dari sisa pembuatan
jagung bakar serut di daerah Pleburan, Semarang, Jawa Tengah.
2) Minyak Goreng Bekas
Minyak goreng bekas dalam penelitian ini diperoleh dari sisa
penggorengan rumah tangga.
3) Bahan-bahan kimia yang diperlukan :
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh
dari Laboratorium Kimia Organik AKIN St. Paulus Semarang.
a) NaOH
b) HCl
c) Alkohol netral 95%
d) KOH
e) Asam asetat glasial
f) Kloroform
g) KI
h) Indikator amilum
i) Na2S2O3
j) K2Cr2O7
k) Asam oksalat
l) Indikator PP
m) Aquadest
Alat
1) Timbangan digital
2) Erlenmeyer 300 cc
3) Beaker glass 600 cc
4) Labu takar 500 cc
5) Pipet mata
6) Pipet volume
7) Termometer
8) Corong
9) Oven
10) Magnetic stirrer
Gambar 3.1. Uji kemampuan adsorben
Sumber: http://biosan.lv/en/product/katalog/-magnetic-mechanical-stirrers/-msh-300-
magnetic-stirrer-with-hot-plate
C. Prosedur
a) Persiapan bahan untuk adsorben
Tongkol jagung dan klobot jagung dicuci, dikeringkan di bawah sinar
matahari kemudian dipotong kecil-kecil. Adsorben yang sudah kering
tersebut kemudian dihancurkan dengan hammer mill. Adsorben diayak
dengan menggunakan sieveshaker dan diambil yang berukuran 80 mesh.
1) Adsorben dihilangkan ligninnya
Tongkol jagung, klobot jagung, dan campuran keduanya (1:1)
ditambahkan larutan NaOH dan didiamkan selama 1 jam.
Selanjutnya dinetralkan dan dikeringkan
b) Persiapan minyak goreng
Minyak goreng bekas disaring dengan kain tipis atau kertas saring
untuk menghilangkan kotoran yang berupa padatan atau remah-remah.
Setelah itu minyak goreng bekas dianalisis secara kimia.
c) Uji kemampuan adsorben
Kedalam labu erlenmeyer berisi 100 cc minyak goreng, dimasukkan 2
gr adsorben dari tongkol jagung, klobot jagung, dan campuran keduanya
(1:1) kemudian diaduk selama 30 menit pada variasi suhu 250C, 500C,
750C dan 1000C. Selanjutnya minyak disaring dan diambil sampel untuk
dianalisis secara kimia.
d) Analisis kimia
Analisis kimia minyak goreng bekas sebelum dan setelah adsorpsi
dilakukan terhadap kadar FFA dan bilagan peroksida (metode
Sudarmadji, dkk. 1996).
D. Analisa Data
Untuk mengkaji apakah jenis adsorben limbah jagung memberikan
pengaruh terhadap penurunan kadar FFA dan bilangan peroksida dilakukan
uji secara statistik dengan analisis varians (anava). Apabila terdapat
pengaruh maka dilanjutkan dengan uji beda DMRT (Duncan Multiple Range
Test) untuk menentukan kondisi optimum jenin adsorben dan suhu adsorpsi
yang dapat memberikan penurunan kadar FFA dan bilangan peroksida.
BAB IV
JADWAL PELAKSANAAN

Minggu ke-
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Studi literatur & pembuatan proposal √ √
2 Persiapan bahan √ √
3 Pelaksanaan penelitian √ √ √ √
4 Pengolahan data √ √
5 Pembuatan laporan, artikel √ √ √
6 Seminar hasil penelitian √
DAFTAR PUSTAKA

_______.Jagung. www.wikipedia.org/wiki/jagung
Nugraheni, A.K, dkk. 2008. Pengaruh Perlakuan Awal Sekam Padi dan Ampas
Tebu Sebagai Adsorben Untuk Meningkatkan Kualitas Minyak Goreng
Bekas. Akademi Kimia Industri “Santo Paulus” Semarang. Semarang.
Ketaren, S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Ed.1.
Universitas Indonesia
Sudarmadji, dkk. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Ed.2. Liberty
Yogyakarta
Winarno, E.G. 1999. Minyak Goreng : Dalam Menu Masyarakat. Cet.1. Jakarta :
Balai Pustaka
LAMPIRAN
Analisis Kimia
1) Bilangan asam
Angka asam dinyatakan sebagai jumlah mg KOH yang diperlukan
untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam satu gr minyak
atau lemak.
Angka asam yang besar menunjukkan asam lemak bebas yang besar
yang berasal dari hidrolisa minyak ataupun karena proses pengolahan yang
kurang baik. Makin tinggi angka asam makin rendah kualitasnya.
Cara penentuan:
Minyak atau lemak sebanyak 10-20 gr ditambah 50 ml alkohol netral
95% kemudian dipanaskan 10 menit dalam penangas air sambil diaduk dan
ditutup pendingin balik. Alkohol berfungsi untuk melarutkan asam lemak.
Setelah didinginkan kemudian dititrasi dengan KOH 0,1N menggunakan
indikator phenolphthalein sampai tepat warna merah jambu.
ml KOH x N KOH x BM KOH
Angka asam =
bobot sampel (gr)

Selain itu sering dinyatakan sebagai kadar asam lemak bebas


ml KOH x N KOH x BM
%FFA = bobot sampel (gr)x 1000 x100%

BM: Bobot molekul asam lemak (lih.Tabel.2.2)


2) Bilangan peroksida
Cara penentuan
Sejumlah minyak dilarutkan dalam campuran asetat : kloroform (2:1) yang
mengandung KI maka akan terjadi pelepasan iod (I2).
R.COO● + KI  R.CO● + H2O + I2 + K+
Iod yang bebas dititrasi dengan natrium thiosulfat menggunakan indikator
amilum sampai warna biru hilang, titrasi sampel = ts ml.
I2 + Na2S2O3  NaI + Na2S4O6
Dibuat perlakuan blanko, titrasi blanko (tb) ml
(ts−tb)x N Na2S2O3 x 1000
Angka peroksida = bobot sampel (gr)
Kebutuhan bahan
1) Penghilangan lignin
- NaOH 0,25N ; 300 cc
gr 1000
N = BM x valensi x cc
gr 1000
0,25 = x1x
40 300

gr = 1 gr
1 gr untuk pengilangan lignin 3 jenis adsorben = total NaOH 3 gr
- HCl 0,25N ; 500 ml ; 37%
p x v x kadar 1000
N = x valensi x
BM l
1,19 x v x 0,37 1000
0,25 = x1x
36,6 500

V HCl = 10,37 cc
10,37 cc dalam 500 cc untuk menetralkan 3 jenis adsorben yang telah dihilangkan
ligninnya.
2) Penentuan bilangan asam
Kebutuhan larutan standar KOH 0,1 N ; 1000 cc
gr 1000
N = BM x valensi x cc
gr 1000
0,1 = 56,1 x 1 x 1000

5,61 = gr KOH
Kebutuhan larutan standar primer oksalat 0,1 N ; 200 cc
gr x kadar 1000
N = x valensi x
BM cc
gr x 0,995 1000
0,1 = x2x
126,07 200

12,607 = 9,95 gr
1,267 = gr asam oksalat
Kebutuhan alkohol netral 95%
Sebelum adsorpsi = 2 x 50 cc = 100 cc
Setelah adsorpsi = 24 x 2 x 50 cc = 2400 cc
Total alkohol netral 95% = 2500 cc
3) Penentuan bilangan peroksida
Kebutuhan larutan standar thiosulfat 0,1 N ; 1000 cc
gr 1000
N = x valensi x
BM l
gr 1000
0,1 = x 1 x 1000
248,21

24,821 = gr thiosulfat
Kebutuhan larutan standar K2Cr2O7 0,1 N ; 200 cc
gr x kadar 1000
N = x valensi x
BM cc
gr x 0,999 1000
0,1 = x6x
294,1918 200

29,419 = 29,97 gr
0,981 = gr K2Cr2O7
Kebutuhan asam asetat glasial : kloroform (60% : 40% dalam 30 cc)
Asam asetat glasial = 0,6 x 30 = 18 cc
Kloroform = 0,4 x 30 = 12 cc
Asam asetat sebelum adsorpsi = 2 x 18 cc = 36 cc
Asam asetat setelah adsorpsi = 24 x 2 x 18 = 864 cc
Total asam asetat glasial = 900 cc
Kloroform sebelum adsorpsi = 2 x 12 cc = 24 cc
Kloroform setelah adsorpsi = 24 x 2 x 12 cc = 576 cc
Total kloroform = 600 cc
Kalium Iodida (KI) = 0,5 gr
Sebelum adsorpsi = 2 x 0,5 gr = 1 gr
Setelah adsorpsi = 24 x 2 x 0,5 gr = 24 gr
Total KI = 25 gr

Anda mungkin juga menyukai