Lapsus 3 Asma Kel 4
Lapsus 3 Asma Kel 4
Oleh:
KELOMPOK 4
Nurhidayah Hasan (C11114061)
Ainun Aniah Hasyim (C11114085)
Astri Dewi (C11114087)
Farnida Jamhal (C11114095)
Nur Fadhilah Rahmah (C11114104)
Adeirma Suriyani Y. Pasau (C11114105)
Mateus Michael Tunardi (C11113302)
Andi Shafa Nadia Alyani Syahrir (C11114115)
RESIDEN PEMBIMBING:
dr. Armita Dewi
A. IDENTITAS
Nama : Iradia
Tanggal Lahir : 03-02-1964
Usia : 54 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
No. Rekam Medik : 831762
Tanggal Masuk : 28-01-2018/23.48 WITA
Ruangan : Lontara 1 belakang kamar 5 bed 3
B. RIWAYAT PENYAKIT
Anamnesis
Keluhan Utama: Sesak Napas
Anamnesis Terpimpin:
Sesak napas sejak 3 jam yang lalu sebelum MRS dan dirasakan terus menerus,
mengganggu aktifitas dan tidur pasien, gejala lebih dari satu kali dalam
seminggu dan dipengaruhi oleh cuaca, debu dan kondisi pengap. Sesak disertai
batuk dan dahak berwarna putih.
Nyeri dada disangkal
Sakit kepala tidak ada
Demam tidak ada
Nyeri ulu hati ada disertai mual
Muntah tidak ada
BAB dan BAK lancar
Riwayat penyakit dahulu:
Riwayat alergi ada (debu dan cuaca)
Riwayat asma ada (sejak usia 20 tahun dan telah menggunakan inhaler sekitar 3
tahun terakhir)
Riwayat Hipertensi tidak ada
Riwayat DM tidak ada
Riwayat penyakit jantung tidak ada
Riwayat pengobatan OAT tidak ada
Riwayat berobat (rawat jalan) dan puskesmas dengan keluhan yang sama (sesak)
Pemeriksaan Fisis
Keadaan umum : Sakit sedang /Gizi lebih/ Compos mentis (GCS=E4M6V5)
Berat badan : 60 kg
Tinggi badan : 152 cm
Indeks massa tubuh : 26 kg/m2 (obes 1)
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 110/60 mmHg
Denyut jantung : 82 x/menit
Frekuensi pernafasan : 28 x/menit
Suhu Tubuh : 36 °C
Paru-paru
Inspeksi : Bentuk dada normal, pergerakan dada simetris pada keadaan statis
dan dinamis, tidak tampak jejas dan massa tumor
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan dan tidak teraba massa tumor,Vocal fremitus
dalam batas normal
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan paru, batas paru hepar setinggi ics 6
Auskultasi :
Bunyi pernapasan : Bronkovesikuler
Bunyi tambahan : wheezing ada pada ekspirasi
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Pekak,
Batas atas jantung ICS II Dextra
Batas kanan jantung ICS IV linea parasternalis dextra
Batas kiri jantung ICS V linea axillaris anterior sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung S I/II regular, murmur tidak ada
Abdomen
Inspeksi : permukaan datar dan ikut gerak napas, tidak terdapat jaringan parut
dan dilatasi vena, tidak tampak pembesaran organ/massa
Palpasi : tidak ditemukan nyeri tekan, hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : tympani, tidak ditemukan ascites
Auskultasi : peristaltik kesan normal
Ekstremitas
Inspeksi : tidak ditemukan wasting, edema pretibial dan clubbing finger
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium (29/1/2018)
WBC 7,1 (10^3/UL) (4-10 x 103/UL) HCT 42,8 % 37-48%
HGB 14,3 12-16 g/dl LYMP 31,2 % 20-40%
MCV 90 80-97 fl MONO 6,9 % 2-8%
MCH 30,2 26.5-33.5 pg EOS 7,3 % 1-3 %
MCHC 32,5 32 – 36 g/dL BASO 0,6 % 0-1%
2,79
RBC 4,76 (10^6/UL) (4-6x106/UL) PLT (150-400)
(10^3/UL)
NEUT 54 % 52-75%
Kimia darah
121 mg/dl <140 mg/dl
GDS
Fungsi ginjal
15 mg/dl 10-50 mg/dl
-Ureum
1,00 mg/dl L (1,3 m/dl) P (<1,1 mg/dl)
-Kreatinin
Fungsi Hati
23 U/L <38 U/L
-SGOT
22 U/L <41 U/L
-SGPT
Analisis Gas Darah
SO2 96,6
ctO2 19,1
ctCO2 26,8
BE 0,8 -2 s/d 2
Pemeriksaan Spirometri
NO PEMERIKSAAN
HASIL PREDIKSI PREDISI
(Normal)
1 Kapasitas Vital 1 1 Ml
1984 ml 71.4 %
4
2
0
2 1400 Ml
3 1400 Ml
3 900 Ml
4 VEP1/KVP 81.8 %
Normal 75%
3 1.1 Ml
D. DIAGNOSIS KERJA
1. Asma Akut Ringan-Sedang Pada Asma Persisten Sedang
2. Obes I (gizi berlebih-resiko sedang)
3. Dyspepsia
E. DAFTAR MASALAH
PLANNING
NO ASSESMENT PLANNING
THERAPY
1. Asma Akut Ringan-Sedang pada Spirometri Kontrol O2 (O2 3L
Asma Persisten Sedang uji provokasi / menit)
Pengukuran status IVFD NaCl 0,9 %
S: Sesak napas sejak 3 jam yang lalu
alergi 28 tpm
sebelum MRS dan dirasakan terus
Exhaled nitric Pulmicort(budeson
menerus, mengganggu aktifitas dan
oxide (NO) ide) /8jam/inhalasi
tidur pasien, gejala lebih 1x dalam
Combivent
seminggu dan dipengaruhi oleh cuaca,
(salbutamol dan
debu dan kondisi pengap. Riwayat
ipratropium
alergi ada (debu dan cuaca). Riwayat
bromide) 1 mg /
asma ada (sejak usia 20 tahun dan
8jam / inhalasi
telah menggunakan inhaler sekitar 3
tahun terakhir
-
O:
Eosinofil : meningkat
Thorax :
I: Bentuk dada
normal, pergerakan
dada simetris pada
keadaan statis dan
dinamis, tidak
tampak jejas dan
massa tumor
A : wheezing ada
pada inspirasi dan
ekspirasi
SpO2: 98 tanpa O2
Imt : 26 kg/m2
• Konjungtiva
anemis tidak
ada
• Sklera ikterik
tidak ada
• Thorax:
• Konjungtiva
anemis tidak
ada
• Sklera ikterik
tidak ada
• Thorax:
I: Bentuk dada
normal, pergerakan
dada simetris pada
keadaan statis dan
dinamis, tidak
tampak jejas dan
massa tumor
A : wheezing ada
pada inspirasi dan
ekspirasi
Lab :
Darah rutin
SpO2: 98 tanpa O2
Imt : 26 kg/m2
• Konjungtiva
anemis tidak
ada
• Sklera ikterik
tidak ada
• Thorax:
• Konjungtiva
anemis tidak
ada
• Sklera ikterik
tidak ada
• Thorax:
I: Bentuk dada
normal, pergerakan
dada simetris pada
keadaan statis dan
dinamis, tidak
tampak jejas dan
massa tumor
A : wheezing ada
pada inspirasi dan
ekspirasi
AGD :
ASMA
I. DEFENISI
2. Inflamasi Kronik
Berbagai sel terlibat dan teraktivasi pada inflamasi kronik.Sel tersebut ialah
limfosit T, eosinofil, makrofag, sel mast, sel epitel, fibroblast dan otot polus
bronkus
Llimfosit T
Limfosit T yang berperan pada asma ialah limfosit T-CD4+ subtype Th2.
Limfosit T ini berperan sebagai orchestra inflamasi saluran napas dengan
mengeluarkan sitokin antara lain IL-3, IL-4, IL,5, IL-13, dan GM-CSF,
interleukin-4 berperan dalam menginduksi Th0 ke arah Th2 dan bersama-sama IL-
13 menginduksi menginduksi sel sel limfosit B mensintesis IgE. IL-3, IL-5 serta
GM-CSF berperan pada maturasi aktivasi serta memperpanjang ketahanan hidup
eosinofil.
Epitel
Sel epitel teraktivasi mengeluarkan a.l 15-HETE, PGE2 pada penderita
asma.Sel epitel ini dapat mengekspresikan membran markers seperti molekul
adhesi, endothelin, nitric oxide synthase, sitokin atau khemokin.
Epitel paa asma sebagian mengalami sheeding.Mekanisme terjadinya masih
diperdebatkan tetapi dapat disebabkan oleh eksudasi plasma, eosinophil granule
protein, oxygen free-radical, TNF-alfa, mast-cell proteolytic enzyme dan
metaloprotease sel epitel.
Eosinofil
Eosinofil jaringan (tissue eosinophil) karakterisitk untuk asma tetapi tidak
spesifik.Eosinofil yang ditemukanpada saluran napas penderita asma adalah dalam
keadaan teraktivasi. Eosinofil berperan sebagai efektor dan mensintesis sejumlah
sitokin antara lain IL-3, IL-5, IL-6, GM-CSF, TNF-alfa serta mediator lipid antara
lain LTC4 dan PAF. Sebaliknya IL-3, IL-5 dan GM-CSF meningkatkan maturasi
aktivasi dan memperpanjang ketahanan hidup eosinofil.
Sel mast
Sel mast mempunyai reseptor IgE dengan afiniti yang tinggi. Cross linking
reseptor IgE dengan “factors” pada sel mast mengaktifkan sel mast. Terjadi
granulasi sel mast yang mengeluaarkan preformed mediator seperti histamine dan
protease setra newly generated mediators antara lain prostaglandin D2 dan
leukotriene. Sel mast juga mengeluarkan sitokin antara lain TNF-alfa, IL-3, IL-4,
IL-5 dan GM-CSF.
Makrofag
Merupakan sel terbanyak didapatkan pada organ pernapasan, baik pada orang
normal maupun penderita asma, didapatkan di alveoli dan seluruh percabangan
bronkus. Makrofag dapat menghasilkan bebagai mediator antara lain leukotriene,
PAF serta sejumlah sitoin. Selain berperan dalam proses inflamasi, makrofag juga
berperan pada regulasi airway remodellign. Peran tersebut melalui a.1 sekresi
growth-promoting factors untuk fibroblast, sitokin, PDGF dan TGF-β.
Airway remodeling
Proses inflamasi kronik pada asma pada menimbulkan kerusakan jaringan yang
secara fisiologis akan diikuti oleh proses penyembuhan (healing process) yang
menghasilkan perbaikan (repair) dan pergantian sel-sel mati/rusak sengan sel-sel
yang baru. Proses penyenbuhan tersebut melibatkan regeneasi/perbaikan jaringan
yang ruak dengan jenis sel parenkim yang sama dan pergantian jaringan yang
rusak dengan jaringan penyambung yang menghasilkan kjaringan skar. Pada asma,
kedua proses ini berkontribusi dalam proses penyembuhan dan inflamasi yang
kemudia menghasilkan perubahan struktur yang mempunyai mekanisme sangat
kompleks dan belum banyak diketahui dikenal dengan airway remodeling.11
III. FAKTOR RISIKO ASMA
1. Faktor Host12
a. Atopi/alergi
Hal yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya. Dengan adanya bakat alergi ini, penderita sangat
mudah terkena penyakit asma bronchial jika terpajan dengan faktor pencetus.
b. Hiperreaktivitas bronkus
Saluran napas sensitive terhadap berbagai rangsangan allergen maupun iritan.
c. Jenis kelamin
Pria merupakan risiko untuk asma pada anak. Sebelum usia 14 tahun, prevalensi
asma pada anak laki-laki adalah 1,5-2 kali dibanding anak perempuan. Tetapi
menjelang dewasa perbandingan tersebut lebih kurang sama dan pada masa
menopause perempuan lebih banyak.
2. Faktor lingkungan12
a. Allergen
Bisa dari allergen dalam rumah (tungau, debu rumah, spora jamur, kecoak,
serpihan kulit binatang seperti anjing, kucing).Alergen luar rumah seperti serbuk
sari bunga.Alergen makanan seperti telur, susu, udang, kepiting, ikan laut,
kacang-kacangan, coklat, penyedap makanan, pengawet makanan.Alergen obat-
obatan tertentu seperti penisilin, sefalosporin, golongan betalaktam
lainnya.Bahan yang mengiritasi seperti parfum, household spray.
b. Exercise-induced asthma
c. Asap rokok
d. Polusi udara
e. Perubahan cuaca
Cuaca yang lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma.Atmosfer yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Serangan kadang-kadang berhubungan dengan musim, seperti :
musim hujan, musim kemarau, musim bunga (serbuk sari beterbangan).
IV. KLASIFIKASI ASMA
lasifikasi asma menurut derajat berat berguna untuk menentukan obat yang
diperlukan pada awal penanganan asma. Menurut derajat berat asma diklasifikasikan
sebagai intermitten, persisten ringan, persisten sedang dan persisten berat (Tabel 1).12
Tabel 1. Klasifikasi Derajat Asma Berdasarkan Gejala.12
Klasifikasi Derajat Asma Berdasarkan Gejala
Intermiten
Gejala < 1x/mgg
Serangan singkat
Gejala malam ≤ 2x/bln
FEV1 atau PEF ≥ 80% nilai prediksi
Variability PEF atau FEV1 < 20%
Persisten ringan
Gejala > 1x/mgg tapi < 1x/hari
Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
Gejala malam > 2x/bln
FEV1 atau PEF ≥ 80% nilai prediksi
Variability PEF atau FEV1 20-30%
Persisten sedang
Gejala setiap hari
Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
Gejala malam > 1x/mgg
Menggunakan inhalasi SABA setiap hari
FEV1 atau PEF 60-80% nilai prediksi
Variability PEF atau FEV1 >30%
Persisten berat
Gejala setiap hari
Serangan sering
Gejala malam sering
Aktivitas fisik terbatas
FEV1 atau PEF ≤60% nilai prediksi
Variability PEF atau FEV1 >30%
V. DIAGNOSIS ASMA
A. Anamnesis13
1. Gejala kunci :
a. Batuk, mengi dan sesak atau frekuensi napas cepat, produksi sputum, sering
waktu malam, respons terhadap bronkodilator
2. Gambaran Gejala :
a. Perenial, musiman atau keduanya; terus-menerus, episodik, atau keduanya;
awitan, lama, frekuensi, variasi diurnal terutama nocturnal dan waktu bangun
pagi hari
3. Faktor presipitasi :
a. Infeksi virus,
b. Exposure terhadap allergen lingkungan; dalam rumah (jamur, tungau debu
rumah, kecoa, bulu hewan atau produk sekretorinya) dan outdoor (serbuk
sari/pollen)
c. Iritan (asap rokok, bau menyengat, polutan udara, debu, uap, gas)
d. Stress
e. Obat (aspirin, antiinflamasi, β-blocker termasuk tetes mata)
f. Makanan, aditif, pengawet
g. Perubahan udara, udara dingin
h. Faktor endokrin (haid, hamil, penyakit tiroid)
4. Perkembangan penyakit :
a. Usia awitan dan diagnosis
b. Progress penyakit
c. Penanganan sekarang dan respon, antara lain penanganan eksaserbasi
d. Frekuensi menggunakan SABA
e. Keperluan oral steroid dan frekuensi penanganannya
5. Riwayat keluarga :
a. Riwayat asma, alergi, sinusitis, eksim pada anggota keluarga dekat
6. Riwayat sosial :
a. Perawatan/daycare, tempat kerja, sekolah
b. Faktor sosial yang berpengaruh
c. Derajat pendidikan
d. Pekerjaan
7. Riwayat eksaserbasi :
a. Tanda prodromal dan gejala
b. Cepatnya awitan, lama, frekuensi, derajat berat, jumlah eksaserbasi dan
beratnya/tahun
c. Penanganan biasanya
8. Efek asma terhadap penderita :
a. Episode perawatan di luar jadwal (gawat darurat, dirawat di RS)
b. Keterbatasan aktivitas terutama latihan jasmani, riwayat bangun malam
c. Efek terhadap perilaku, sekolah, pekerjaan, pola hidup dan efek ekonomi
B. Pemeriksaan Fisis13,14
Untuk menegakkan diagnosis asma, harus dilakukan anamnesis dan
pemeriksaan fisik secara rinci, menentukan adanya episode gejala dan obstruksi
saluran napas. Pada pemeriksaan fisik pasien asma, sering ditemukan perubahan
cara bernapas, dan terjadi perubahan bentuk toraks. Pada inspeksi dapat ditemukan
napas cepat, kesulitan bernapas, menggunakan otot napas tambahan dileher, perut
dan dada. Pada palpasi biasanya tidak ada kelainan yang nyata (pada serangan berat
dapat terjadi pulsus paradoksus). Pada perkusi biasanya tidak ada kelainan yang
nyata. Padaauskultasi dapat ditemukan mengi dan ekspirasi memanjang.
VII. PENATALAKSANAAN
I. DEFINISI
1. Infeksi bakterial
Infeksi pada bronkus atau paru, akan diikuti proses destruksi dending bronkus
daerah infeksi dan kemudian timbul bronkiektasis.
2. Obstruksi bronkus
Adanya obstruksi bronkus oleh beberapa penyebab (misalnya tuberculosis
kelenjar limfe pada anak, karsinoma bronkus, korps alienum dalam bronkus)
akan diikuti terbentuknya bronkiektasis. Pada bagian distal obstruksi biasanya
akan terjadi infeksi dan destruksi bronkus, kemudian terjadi bronkiektasis.
Patogenesis bronkiektasis dan infeksidapat dijelaskan dengan adanya infeksi
primer kecuali pada bentuk bronkiektasis kongenital, tiap bronkiektasis
didahului oleh infeksi bronkus (bronkhitis) maupun jaringan paru (pneumonia).
Tiap pasien bronkiektasis tidak selalu didahului infeksi sekunder pada
lesi.Apabila sputum pasien bronkiektasis bersifat mukoid dan putih jernih
menandakan belum ada infeksi sekunder.Sebaliknya apabila sputum pasien
yang semula berwarna putih jernih kemudian berubah warnanya menjadi
kuning atau kehijauan atau berbau busuk berarti telah terjadi infeksi sekunder.9
Keluhan-keluhan:
Batuk
Hemoptisis
Sesak napas
V. PENATALAKSANAAN