Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung jumlah bakteri hidup di suatu sampel produk
farmasi.
DASAR TEORI
Bakteri merupakan mikro uniseluler. Pada umumnya bakteri tidak mempunyai klorofil. Ada
beberapa yang fotosintetik dan reproduksi aseksualnya secara pembelahan. Bakteri tersebar
luas di alam, di dalam tanah, di atmosfer, di dalam endapan-endapan lumpur, di dalam lumpur
laut, dalam air, pada sumber air panas, di daerah antartika, dalam tubuh manusia, hewan, dan
tanaman. Jumlah bakteri tergantung pada keadaan sekitar. Misalnya, jumlah bakteri di dalam
tanah tergantung jenis dan tingkat kesuburan tanah.
Menurut Soeroso (1993) secara garis besar, untuk menghitung jumlah bakteri dapat
dilakukan dengan dua macam cara yaitu:
a. Cara langsung, pada cara ini kita dapat mengetahui jumlah bakteri pada saat perhitungan. Cara
ini dilakkukan untuk mengtahui seluruh jumlah bakteri baik yang masih hidup maupun yang
sudah mat. Dua macam mikroskopik yang dapat dilakukan adalah:
1. pembuatan preparat sederhana yang diwarnai
2. menggunakan ruang hitung
b. Cara tidak langsung, pada cara itu hasil perhitungan bakteri baru diperoleh setelah diadakan
perlakuan. Cara ini dilakukan untuk mengetahui jumlah bakteri yang masih hidup saja. Ada
empat cara yang termasuk perhitungan tidak langsung, yaitu:
1. Menghitung jumalah seluruh bakteri atau total bakteri yang ada (TPC/ Total Plate Count).
2. Cara pengenceran
3. Memperkirakan jumlah terkecil jazat renik yang ada (NPM/ Most Probable Number)
4. Cara kekeruhan atau turbiditi
Menurut Waluyo (2007), pengamatan bakteri dapat dilakukan secara individual, satu
per satu, maupun secara kelompok dalam bentuk koloni. Bila bakteri yang ditumbuhkan di
dalam medium yang tidak cair, maka akan terjadi suatu kelompok yang dinamakan koloni.
Bentuk koloni berbeda-beda untuk setiap spesies, dan bentuk tersebut merupakan ciri khas bagi
suatu spesies tertentu.
Fardiaz (1993) menyatakan ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menghitung
atau mengukur jumlah jasad renik di dalam suatu suspensi atau bahan. Cara tersebut dibedakan
atas beberapa kelompok yaitu: perhitungan jumlah sel, terdiri dari hitungan
mikroskopik, hitungan cawan, MPN (Most Probable Number); perhitungan massa sel secara
langsung, terdiri dari volumetrik, gravimetrik, kekeruhan (turbidimetri); perhitungan massa sel
secara tidak langsung, terdiri dari analisis komponen sel, analisis produk katabolisme, dan
analisis konsumsi nutrien.
Sedangkan menurut Irianto (2007), ada beberapa cara penghitungan jumlah mikroba
yaitu cara penghitungan pada lempeng pembiakan, cara menghitung langsung (metode kaca
objek), metode ukur kekeruhan, metode turbidimetri dan nefelometri serta dengan jumlah
perkiraan terdekat (JPT). Cara penghitungan pada lempeng pembiakan disebut juga metode
penghitungan bakteri hidup atau metode penghitungan koloni. Pada penghitungan koloni,
dilakukan penyimpanan pada suhu yang sesuai. Oleh karena itu, suatu bakteri dapat tumbuh
menjadi satu koloni yang terhitung mewakili jumlah bakteri hidup yang terdapat dalam tiap
volume pengenceran yang digunakan.
Prinsip dari metode hitungan cawan adalah menumbuhkan sel mikroba yang masih hidup
pada metode agar, sehingga sel mikroba tersebut akan berkembang biak dan membentuk koloni
yang dapat dilihat langsung dengan mata tanpa menggunakan mikroskop. Metode hitungan
cawan dapat dibedakan atas dua cara yaitu: metode tuang (pour plate) dan metode
permukaan/sebar (surface/spread plate) (Fardiaz, 1993). Untuk memenuhi persyaratan statistik,
cawan yang dipilih untuk dihitung mengandung 30-300 koloni. Untuk memenuhi persyaratan
tersebut dilakukan sederatan pengenceran dan pencawan. Jumlah mikroba dalam sampel
ditentukan dengan mengalikan jumlah koloni dengan faktor pengenceran pada cawan yang
bersangkutan. Satuan yang digunakan untuk menyatakan jumlah koloni atau bakteri adalah
cfu/mL (cfu = colony forming units)
Penghitungan jumlah bakteri hidup (tidak langsung) dengan metode Plate
Count (hitungan cawan). Plate count/viable count didasarkan pada asumsi bahwa setiapsel
mikroorganisme hidup dalam suspensi akan tumbuh menjadi satu koloni setelah ditumbuhkan
dalam media pertumbuhan dan lingkungan yang sesuai. Setelahdiinkubasi, jumlah koloni yang
tumbuh dihitung dan merupakan perkiraan ataudugaan dari jumlah mikroorganisme dalam
suspensi tersebut. Koloni yang tumbuhtidak selalu berasal dari satu sel mikroorganisme karena
beberapa mikroorganisme tertentu cenderung membentuk kelompok atau berantai.
Berdasarkan hal tersebut digunakan istilah Coloni Forming Units (CFU’s) per ml.
Koloni yang tumbuh berasaldari suspensi yang diperoleh menggunakan pengenceran
bertingkat dari sebuahsampel yang ingin diketahui jumlah bakterinya. Syarat koloni yang
ditentukan untukdihitung adalah sebagai berikut :
1. Satu koloni dihitung 1 koloni.
2. Dua koloni yang bertumpuk dihitung 1 koloni.
3. Beberapa koloni yang berhubungan dihitung 1 koloni.
4. Dua koloni yang berhimpitan dan masih dapat dibedakan dihitung 2koloni.
5. Koloni yang terlalu besar (lebih besar dari setengah luas cawan)tidah dihitung.
6. Koloni yang besarnya kurang dari setengah luas cawan dihitung 1koloni.
7. Cara menghitung sel relatif / CFU’s per ml CFU’s / ml = jumlah koloni X faktor pengenceran.
Alat
1. Cawan petri
2. Pipet ukur
3. Bunsen
4. Korek api
5. Tabung reaksi
6. Koloni counter
7. Rak tabung reaksi
8. Tabung durham
9. Pipet volume
10. Korek api
11. Inkubator
Bahan
VI. Kesimpulan
Jumlah sel mikroba yang tumbuh dalam suatu cawan sangat bergantung pada jumlah generasi
yang ada dan waktu generasi bakteri tertentu, sehingga pengamat harus mengetahui waktu
generasi bakteri yang ia biakan agar dapat memprediksi jumlah sel bakteri denagan baik. Pada
media NA dengan bakteri Bacillus terjadi Fase Krmatian pada waktu ke pengamatan ke 10 atau
30 jam setelah penanaman, jumlah optimum yang terjadi mencapai 567. Pada media MC
dengan bakteri E-coli pada pengamatan terakhir masi pada fase eksponensial.