Anda di halaman 1dari 6

Nama : Desi Natalia Masloman

NPM : 0227 1511 009

Siapa Pelaku Kecurangan dan Mengapa?

1. Siapa yang melakukan kecurangan ?

Pelaku kecurangan dpat diklasifikasikan dalam dua kelompok, yaitu


manajemen/ karyawan pegawai. Pihak manajemen biasanya melakukan
kecurangan untuk kepentingan perusahaan yaitu salah saji yang timbul
karena kecurangan pelaporan keuangan (mistatements arising from
fraudulent financial). Sedangakan pegawai atau karyawan melakukan
kecurangan bertujuan untuk keuntungan individu, misalnya salah saji yang
berupa penyalahgunaan aktiva. Sebagaimana penjelasan diatas Pelaku
kecurangan biasannya terdiri atas dua kelompok yaitu karyawan, dan
menejer. Karyawan melakukan kecurangan biasannya untuk keuntungan
individu sedangkan menejer melakukan kecurangan untuk kepentingan
individu (Yuniarti : 9).

Gejala adanya fraud

Fraud yang dilakuakan oleh manajemen umumnya lebih sulit ditemukan


dibandingkan dengan yang dilakukan karyawan. Oleh karena itu, perlu
diketahui gejala yang menunjukkan adanya kecurangan tersebut, adapun
gejala tersebut adalah :

1. Gejala kecurangan pada manajemen

Ketidakcocokkan diantara manajemen puncak, moral dan motivasi


karyawan rendah, departemen akuntansi kekurangan staff, tingkat komplain
yang tinggi terhadap organisasi dari pihak konsumen, kekurangnan staff
secaratidak teratur, penjualan/laba menurun.

2. Gejala kecurangan pada karyawan/pegawai

Pembuatan ayat jurnal penyesuaian tanpa otorisasi manajemen dan


tanpa perincian/penjelasan pendukung, pencatatan yang salah,
penghancuran/penghilangan dokumen pendukung pembayaran.
Ada bebrapa perilaku pelaku fraud yang harus menjadi perhatian karena
dapat merupakan indikasi adanya kecurangan yang dilakukan orang tersebut:

a. Perubahan perilaku secara signifikan seperti : easy going, tidak seperti


biasanya, gaya hidup mewah, mobil atau pakaian mahal
b. Gaya hidup diatas rata-rata
c. Sedang mengalami trauma emosional dirumah atau tempat kerja
d. Penjudi berat
e. Peminum berat
f. Sedang dililit utang

2. Segitiga kecurangan (fraud triangle)

Penelitian tradisional tentang kecurangan dilakuakn pertama kali oleh


Donald Cressey pada tahun 1950 yang menimbulkan pertanyaan mengapa
kecurangan dapat terjadi. Hasil dari penelitian ini memunculkan faktor-faktor
pemicu kecurangan yang dikenal dengan “Fraud Triangle”.

Dalam penelitian tersebut Cressey memutuskan untuk mewancarai


pelaku kecurangan yang menjadi tahanan atas kecurangan berupa
penggelapan. Cressey mewancarai 200 pelaku penggelapan yang sedang
menjalani masa tahanan. Satu dari tujuan utama penelitian ini menyimpulkan
bahwa setiap kecurangan yang dilakukan oleh para pelaku memenuhi tiga
faktor pentinng sebagai pemicu kecurangan yaitu : pressure (menunjukkan
motivasi dan sebagai “unshareableneed”), rationalization (personal ethics),
knowledge dan opportunity.

Selain pernyataan Cressey pada tahun 1950, Albrecht seorang doktor


akuntansi, pada tahun 1980an juga mencetuskan fraud scale yang berisi tiga
faktor yang menyebabkan terjadinya fraud, yaitu tekanan situasional
(situasional pressure), kesempatan untuk melakukan fraud dan integritas
personal. Studi Albrecht ini memperkuat studi Cressey sebelumnya, hanya
saja Albrecht mengganti faktor rationalization dengan personal integrity agar
lebih dapat diobservasi (Puspitasari : 4)

Dari hasil penelitian yang dilakuakn oleh Donald Cressey, memunculkan


banyak pendapat – pendapat lain yang kian beragam, diantaranya :
1. Ramos (2003) dikutip dari Rosyid, menggambarkan penyebab kecurangan
dalam bentuk segitiga (the fraud triangle) sebagai :

a. Penyalahgunaan wewenang / jabatan (occuptional fraud) : keurangan yang


dilakukan oleh individu-individu yang bekerja dalam suatu organisasi untuk
mendapatkan keuntungan pribadi.

b. Kecurangan organisatoris (organisational fraud) : kecurangan yang


dilakukan oleh organisasi itu sendiri demi kepentingan / keuntungan
organisasi itu.

c.Skema kepercayaan (confidence schemes). Dalam kategori ini , pelaku


membuat suatu skema kecurangan dengan menyalahgunakan
kepercayaan korban.

3. Tekanan (Pressure)

Tekanan menunjuk pada sesuatu hal yang terjadi pada kehidupan pribadi
pelaku yang memotivasinya untuk mencuri. Biasanya motivassi tersebut
timbul karena masalah keuangan, tetapi ini dapat menjadi gejala darri faktor-
faktor tekanan lainnya, sehingga tekanan dapat dibagi menjadi dua jenis
yaitu:

1. Financial Pressuren

Masalah keuangan yang dialami pelaku dapat dipecahkan dengan


mencuri uang dan asset lainnya. Berikut faktor-faktor dari tekanan
keuangan :

a. Greed. Keserakahan seseorang akan kekayaan dapat memicu orang


tersebut bertindak curang karena merasa tidak puas dengan apa yang
dimiliki.

b. High personal debts. Hutang yang menumpuk dapat membuat


seseorang tertekan. Ketertekanan akan semakin tinggi ketika hutang
tersebut tidak dapat dilunasi, sehingga akan menghalalkan segala cara
untuk dapat melunasinya.

c. High medical bills. Ketika calon pelaku kecurangan mengalami masalah


kesehatan dan membutuhkan biaya pengobatan yang tingi, sedangkan
si calon pelaku tidak mempunyai cukup dana, maka dari tekanan biaya
tersebut akan mendorong tindakan kriminal/curang sebagai cara
memenuhi biaya tersebut .

d. Kerugian keuangan yang tak terduga

e. Gaya hidup mewah

2. Social pressure

Tekanan yang berasal dari faktor tekanan non-keuangan diantaranya :


vice (kebiassaan berjudi drugs n alcoholic dapat mencipotakan keinginan
keuangan yang besar) dan work related.

3. Other pressure

Tuanakotta menjelaskan komponen pressure sebagai perceived non-


shareable financial need, yang dibagi kedalam enam kelompok : violation of
ascribed obligation, problems resulting from personal failure, business
revesals, physical isolation, status gaining, dan employer-wmployee relations.

4. Opportunity (Kesempatan/Peluang)

Menurut Tuanakotta (2010) yang mengungkapkan bahwa dari penelitian


Cressey, pelaku kecurangan selalu memiliki pengetahuan dan kesempatan
untuk melakukan tindakan tersebut agar tindakan itu tidak terdeteksi. Cressey
berpendapat ada dua komponen dari peluang, yaitu :

1. General informastion, yang merupakan pengetahuan bahwa kedudukan


yang mendukung turst (kepercayaan) dapat dilanggar tanpa konsekuensi.
Pengetahuan ini diperoleh pelaku dari apa yang ia dengar atau lihat,
misalnya dari pengalaman orang lain yang melakukan fraud dan tidak
ketahuan atau tidak dihukum atau tidak tekena sanksi.

Selain itu, faktor yang menciptakan kesempatan adalah lemahnya


pengendalian internal (internal controls) yang telah ada pada perusahaan.
Dalam bukunya “modern auditing” Boynton menyatakan mengenai committe
of sposoring organization (COSO) dan mengidentifikasi lima komponen
pengendalian intern yang saling berhubungan, yaitu :
1. Lingkungan pengendalian (control enviroment)
2. Penilaian resiko (risk assessment)
3. Informasi dan komunikasi (information and communication system)
4. Aktivitas pengendalian (control activities)
5. Pemantauan (monitoring)

5. Rationalization (Justifikasi Melakuakan Kecurangan)

Rasionalisasi adalah komponen kecurangan yang paling krusial.


Rasionalisasi menjadi elemen pentinga dlam terjadinya fraud, diamana
pelaku mencari pembenaran atas tindakannya, misalnya:

1. Tidak ada orang lain yang terluka


2. Saya berhak mendapatkan sesuatu yang lebih
3. Tindakan kecurangan yang ia lakukan bertujuan baik
4. Semua orang melakukan itu, jadi saya melakukannya juga
5. Orang-orang tidak mampu dan tak peduli tentang konsekuensi atas
tindakan atau atas pelakunya yang tidak jujur, dan lainnya.

Simpulan :

Para pelaku kecurangan digolongkan atas dua kelompok yaitu : menejer


dengan motif untuk menguntungkan perusahaan dan karyawan untuk
menguntungkan diri sendiri, fraud pada menejer dapat dilakukan pada dengan
menyalahgunakan laporan keuangan, sedangkan menejer dengan
menyalahgunaan yang berakibat pada salah saji aktiva. Kecurangan yang
dilakukan oleh menejer maupun karyawan dapat diketahui dengan gejala dan
pola perilaku pelaku fraud.

Sebagaimana hasil penelitian cressey pada tahun 1950, yang dilakukan


dengan pendekatan tradisional bahwa penyebab terjadinnya fraud terdiri dari tiga
faktor yaitu : tekanan, kesempatan dan rasionalisation. Selain itu Albrecht tahun
1980an, melakukan penelitian dengan hasil yang sama dan menguatkan
pernyataan cressey yaitu fraud triangle, hanya saja Albrecht mengganti faktor
rationalization dengan personal integrity agar lebih dapat diobservasi, dan masih
banyak penelitian lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Singleton, W.Tommie and Aaron J. Singleton. 2010. Fraud Auditing and forensic
Accounting, 4 th Edition. John Wiley & Sons Inc. Tirtajaya Rini. 2013.
FRAUD!!! APA dan MENGAPA ??. Fakultas Ekonomi Dan Bisnis
Universitas Narotama, Program Studi Akuntansi. (Artikel).
http://sitha27.blogspot.co.id/?m=1 (diakses : 04 Maret 2018)

Yuniarti, Hidayah Suyoso Putra. Akutansi Fakultas Ekonomi UIN Maulana Malik
Ibrahim Malang. Tidak diterbitkan

Puspitasari, Novita. Pengaruh Moralitas Individu Dan Pengendalian Internal


Terhadap Kecenderungan Kecurangan Akuntansi: Studi Eksperimen
Pada Konteks Pemerintahan Daerah . Tidak diterbitkan

Anda mungkin juga menyukai