Disusun oleh :
FAKULTAS TEKNIK
2017M/1439H
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada
waktu yang telah ditentukan. Makalah ini diharapkan dapat memberikan
tambahan edukasi tentang RELASI ANTAR LEMBAGA PEMERINTAHAN
DALAM PENGELOLAAN KASUS KORUPSI
2. Teman -teman, narasumber yang dapat dipercaya, serta semua pihak yang
ikut membantu dalam pencarian data dan informasi, baik secara
langsung maupun tidak langsung, cetak maupun elektronik, yang tidak
dapat kami sebutkan satu per satu. Terimakasih atas semuanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
iii
iv
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
B. Identifikasi Masalah
C. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah ditulis, maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana Perkembangan Lembaga Anti Korupsi di Indonesia dari
masa ke masa?
2. Sebutkan dan Jelaskan fungsi lembaga-lembaga pemerintah yang
menangani kasus korupsi di Indonesia?
3
D. Manfaat Makalah
Makalah ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis
Untuk pengembangan ilmu Pendidikan Pancasila khususnya hubungan
lembaga-lembaga pemerintahan terhadap pengelolaan kasus korupsi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat Penelitian ini bertujuan agar masyarakat
mengetahui akan bagaimana relasi lembaga-lembaga pemerintahan di
Indonesia yang menangani kasus korupsi
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Lembaga
1. Menurut Macmillan
Menurut Macmillan, lembaga adalah seperangkat hubungan norma-norma,
keyakinan-keyakinan, dan nilai-nilai nyata, yang terpusat pada kebutuhan
sosial dan serangkaian tindakan yang pentig dan berulang.
2. Menurut Koentjaraningrat
Menurut Koentjaraningrat, lembaga sama dengan pranata yang di bagi ke
dalam 8 golongan berdasarkan kebutuhan hidup manusianya.
3. Menurut Hendropuspito
Menurut Hendropuspito, lembaga sebagai bentuk lain organisasi yang
tersusun secara tetap dari pola-pola kelakuan, peranan-peranan dan relasi
sebagai cara yang mengikat guna tercapainya kebutuhan-kebutuhan sosial
dasar.
B. Pengertian Pemerintah
1. Menurut Suradinata
4
5
1. Orde Lama
2. Orde Baru
Pada zaman orde baru setidaknya tercatat tiga kali keputusan presiden dalam
membentuk tim pemberantas korupsi. Pertama, pada tahun 1967 dibentuk Tim
Pemberantas Korupsi melalui Keppres 228/1967. Tim ini dilengkapi pula dengan
satuan tugas yang terdiri dari unsur kejaksaan, ke-4 angkatan, ahli ekonomi,
keuangan, perbankan, pers, dan kesatuan-kesatuan aksi. Kedua, pada tahun 1970
dibentuk Komisi Empat dengan Keppres 12/1970 tertanggal 31 januari
1970. Komisi ini mempunyai tugas dan sasaran menghubungi pejabat atau
instansi pemerintah, swasta, sipil atau militer. Selain itu juga bertugas memeriksa
dokumen-dokumen administrasi pemerintah, swasta, dan lain-lain dengan
meminta bantuan aparatur negara baik pusat maupun daerah. Ketiga, pada tahun
10
8
1997 sebagai respon atas peristiwa Malari tahun 1974 dan desakan masyarakat
terhadap maraknya praktik korupsi, pemerintah mengeluarkan Keppres No. 9 /
1977 mengenai Opstib (Operasi Ketertiban) yang didalamnya termasuk
mmemberantas korupsi dan berbagai pungutan liar yang merajalela. Sebagai
koordinator pelaksana ditingkat pusat adalah MenPAN dengan pelaksana
operasional Pangkobkamtib dan didukung Kapolri dan Jaksa Agung sebagai
ketua.
Pasca rezim orde baru upaya pemerintah dalam menindaklanjuti kasus korupsi
saat pemerintahan diambil alih oleh Habibie dinilai oleh banyak kalangan telah
gagal dalam mengemban amanat TAP MPR Nomor IX / MPR / 1998 tentang
penyelenggaraan Negara yang bersih dan bebas dari korupsi, Kolusi, dan
Nepotisme sehingga pertanggungjawabannya pun ditolak. Meskipun di era
Habibie ini telah dikeluarkan peraturan perundang-undangan dan lembaga yang
secara khusus dimaksudkan untuk memberantas korupsi.
Secara de facto saat ini sudah ada empat badan institusi negara yang memiliki
tugas dan kewenangan yang berhubungan dengan upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia, yaitu:
(1) kepolisian, (2) kejaksaan, (3) KPK (Komisi Pembarantas Korupsi), (4)
Timtastipikor (Tim Pemberantas Tindak Pidana Korupsi).
Adapun tugas dan kewengan dari tiap institusi negara yang berhubungan
dengan upaya pemberantasan korupsi adalah sebagai berikut:
1. Aparat Kepolisian
2. Kejaksaan
Pembentukan KPK merupakan pola baru dalam menindak lanjuti kasus korupsi
yang sebelumnya ditangani oleh kepolisian dan kejaksaan diniliai belum
maksimal dalam menjalankan tugas sebagai lembaga pemberantas korupsi sehinga
diperlukan suatu lembaga yang independen, profesional, dan akuntabel. Hal ini
sebagaimana yang tertuang dalam UU No. 30 Tahun 2002 huruf b, yaitu bahwa
”Lembaga pemerintah yang menangani perkara tindak pidana korupsi belum
berfungsi secara efektif dan efisien dalam dalam memberantas tidak pidana
korupsi”. KPK dalam menjalankan tugasnya sebagai pemeberantas korupsi tidak
bertanggung jawab terhadap presiden sebagaimana lembaga seniornya yaitu
kepolisian dan kejaksaan tetapi bertanggung jawab langsung terhadap publik atau
masyarakat.
Adapun tugas, kewajiban dan wewenang KPK juga diatur dalam UU N0. 30
Tahun 2002. Dalam pasal 6 dijelaskan bahwa KPK memiliki tugas dan wewenang
: (1) koordinasi dengan instansi yang berwenang melakukan pemberantasan
tindak pidana korupsi, (2) supervisi terhadap instansi yang berwenang melakukan
pemberantasan tindak pidana korupsi, (3) melakukan penyelidikan, penyidikan,
dan penuntutan terhadap tindak pidana korupsi, (4) melakukan tindakan-tindakan
pencegahan tindak pidana korupsi, (5) melakukan monitor terhadap
penyelenggaraan pemerintahan negara. Selain itu dalam menjalankan tugas dan
wewenang penyelidikan dan penyidikan KPK diberi wewenang yang diatur
dalam melihat wewenang yang diberikan terhadap KPK menunjukkan bahwa ia
adalah lembaga superbody yang memiliki wewenang yang dimliki oleh kepolisian
dan kejaksaan. Dalam melakukan tugas dan wewenang di atas, KPK juga
memiliki wewenang dalam mengambil alih penyidikan atau penuntutan terhadap
pelaku tindak pidana korupsi yang sedang dilakukan oleh kepolisian atau
kejaksaan sebagaimana yang tertuang dalam pasal 8. Adapun tugas dan
wewenang KPK meliputi penyelidikan, penyidikan dan penuntutan dalam
memberantas korupsi dibatasi melalui pasal 11, yaitu
12
(1) melibatkan aparat penegak hukum, penyelenggara negara, dan orang lain
yang ada kaitannya dengan tindak pidana korupsi yang dilakukan oleh aparat
penegak hukum atau penyelenggara negara, (2) mendapat perhatian yang
meresahkan masyarakat, (3) menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp.
1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah). Pembatasan yang lain bagi KPK adalah
selama menjalankan wewenangnya KPK tidak berwenang mengeluarkan surat
pemberhentian penyidikan dan penuntutan (Sp3).
4. Timtastipikor
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dari pembahasan, maka penulis
menyimpulkan sebagai berikut :
Selain itu bukan hanya KPK, institusi yang bekerja untuk melawan tindak
pidana kasus korupsi. Ada beberapa institusi lainnya yang juga bekerja
khusus untuk menangani kasus korupsi yaitu kepolisian, kejaksaan, dan
timtastipikor ( sudah dibubarkan ) dari keempat institusi tersebut diatas
mempunyai peran dan wewenang yang hampir sama dalam masalah
pemberantasan kasus korupsi.
5
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut maka penulis menyarankan beberapa hal
sebagai berikut :
1. Diharapkan adanya keselarasan antara lembaga-lembaga
pemerintahan khususnya lembaga pengelolaan terhadap kasus korupsi
dengan perundang-undangan.
2. Bahwa Aparat penegak hukum yaitu Kejaksaan, Kepolisian,
maupun juga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tidak tebang
pilih dalam menangani kasus korupsi. Selain itu penegak hukum
harus bekerja sesuai dengan apa yang diamanatkan dalam UU No.
20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang
PTPK secara maksimal.
.
6
11
DAFTAR PUSTAKA
Nurdjana, IGM, 2005, Korupsi Dalam Praktek Bisnis, Jakarta, Gramedia Pustaka.