METALURGI FISIK
Laporan ini telah disetujui sebagai laporan praktikum metalurgi fisik sesuai dengan
syarat yang telah ditentukan.
Menyetujui
Asisten I Asisten II
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan ini telah dinyatakan sah sebagai laporan metalurgi fisik sesuai dengan syarat
yang telah ditentukan.
Mengesahkan
iii
KATA PENGANTAR
Laporan ini telah kami susun sesuai hasil praktikum. Hal ini bertujuan untuk
memenuhi tugas Praktikum Metalurgi fisik
Dengan selesainya laporan resmi praktikum ini, maka kami tidak lupa
mengucapkan banyak terima kasih. Kami juga menyampaikan terima kasih kepada
semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan praktikum Metalurgi fisik
ini. Khususnya kepada :
1. Kepada Bapak Windarta, ST, MT, selaku kepala jurusan Teknik Mesin
Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Kepada Bapak Sulis Yulianto MT, MM, ketua laboratorium Teknik Mesin
yang berkenan meminjamkan tempat selama praktikum.
3. Kepada saudara M. Aji Santoso dan Reno Prabowo selaku asisten
laboratorium Teknik Mesin yang selalu sabar dan perhatian menghadapi
kelompok kami selama praktikum.
4. Orang tua yang telah memberikan dukungan dan bantuan sehingga laporan ini
dapat terselesaikan
5. Seluruh teman-teman kelas yang berkenan saling membantu menyelesikan
laporan praktikum Metalurgi fisik.
Demikian laporan praktikum ini kami buat. Disadari atau tidak, mungkin dalam
penulisan laporan praktikum ini masih sangat jauh dari kata sempurna. Kami mohon
maaf apabila masih ada banyak kekurangan.
Semoga laporan praktikum Metalurgi Fisik yang telah kami susun berdasarkan
hasil penelitian yang telah kami laksanakan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Khususnya bagi kami selaku kelompok 4.
iv
Jakarta, 09 November 2017
Penyusun,
Kelompok 4
v
DAFTAR ISI
vi
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 21
vii
3.2 Prosedur Praktikum ............................................................................................ 11
viii
LAPORAN PRAKTIKUM METALURGI FISIK
UJI TARIK
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui kekuatan tarik suatu logam dengan cara memberi atau
menerapkan beban tarik pada logam.
2. Untuk mengetahui perilaku deformasi selama mendapat gaya tarik sumbu
serta sifat-sifat mekanik yang berkaitan.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengertian
Untuk mengetahui sifat-sifat suatu bahan, tentu kita harus mengadakan
pengujian terhadap bahan tersebut. Ada empat jenis uji coba yang biasa dilakukan,
yaitu uji tarik (tensile test), uji tekan (compression test), uji torsi (torsion test), dan uji
geser (shear test). Dalam tulisan ini kita akan membahas tentang uji tarik dan sifat-
sifat mekanik logam yang didapatkan dari interpretasi hasil uji tarik.
Uji tarik mungkin adalah cara pengujian bahan yang paling mendasar.
Pengujian ini sangat sederhana, tidak mahal dan sudah mengalami standarisasi di
seluruh dunia, misalnya di Amerika dengan ASTM E8 dan Jepang dengan JIS 2241.
Dengan menarik suatu bahan kita akan segera mengetahui bagaimana bahan tersebut
bereaksi terhadap tenaga tarikan dan mengetahui sejauh mana material itu bertambah
panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus memiliki cengkeraman (grip) yang
kuat dan kekakuan yang tinggi (highly stiff). Brand terkenal untuk alat uji tarik antara
lain adalah antara lain adalah Shimadzu, Instron dan Dartec.
Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus menarik
suatu bahan (dalam hal ini suatu logam) sampai putus, kita akan mendapatkan profil
tarikan yang lengkap yang berupa kurva seperti digambarkan pada Gbr.1. Kurva
ini menunjukkan hubungan antara gaya tarikan dengan perubahan panjang. Profil ini
sangat diperlukan dalam desain yang memakai bahan tersebut.
3
Gbr.1 Gambaran singkat uji tarik dan datanya
4
Stress adalah beban dibagi luas penampang
bahan dan strain adalah pertambahan panjang dibagi panjang awal
bahan.
𝐹
Stress: 𝜎 = 𝐴
Dimana:
F: gaya tarikan,
A: luas penampang
∆𝐿
Strain: 𝜀 = 𝐿
Dimana:
L: panjang awal
𝜎
𝐸 =
𝜀
5
Gbr.2 Kurva tegangan-regangan
Bentuk bahan yang diuji, untuk logam biasanya dibuat spesimen dengan
dimensi seperti pada Gbr.3 berikut.
6
2.3 Sifat mekanik logam
7
b. Batas proporsional σp (proportional limit)
Titik sampai di mana penerapan hukum Hook masih bisa ditolerir. Tidak
ada standarisasi tentang nilai ini. Dalam praktek, biasanya batas proporsional
sama dengan batas elastis.
8
i. Regangan total (total strain)
Merupakan gabungan regangan plastis dan regangan elastis, εT =
εe+εp. Perhatikan beban dengan arah OABE. Pada titik B, regangan yang ada
adalah regangan total. Ketika beban dilepaskan, posisi regangan ada pada titik
E dan besar regangan yang tinggal (OE) adalah regangan plastis.
Gbr.6 Penentuan tegangan luluh (yield stress) untuk kurva tanpa daerah linier
Perlu untuk diingat bahwa satuan SI untuk tegangan (stress) adalah Pa
(Pascal, N/m2) dan strain adalah besaran tanpa satuan.
9
Selanjutnya akan kita bahas beberapa istilah lain yang penting seputar
interpretasi hasil uji tarik.
a. Kelenturan ( ductility )
Merupakan sifat mekanik bahan yang menunjukkan derajat
deformasi plastis yang terjadi sebelum suatu bahan putus atau gagal
pada uji tarik. Bahan disebut lentur (ductile) bila regangan plastis
yang terjadi sebelum putus lebih dari 5%, bila kurang dari itu suatu
bahan disebut getas (brittle).
10
e. Tegangan sejati , regangan sejati ( true stress, true strain )
Dalam beberapa kasus definisi tegangan dan regangan seperti yang telah
dibahas di atas tidak dapat dipakai. Untuk itu dipakai definisi tegangan dan
regangan sejati, yaitu tegangan dan regangan berdasarkan luas penampang
bahan secara real time. Detail definisi tegangan dan regangan sejati ini dapat
dilihat pada Gbr.7.
11
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
2. Jangka Sorong
3. Besi ST 37
4. Alumunium
2. Gambarlah bentuk dan ukuran – ukuran benda uji memakai satuan milimeter
dengan tanda – tanda d0 , l0 , lz , h , D , L untuk batang bulat.
3. Ukurlah panjang ( l0 ) dan bagilah dalam 6 bagian yang sama panjang dan beri
tanda ( l1,l2,l3,….., l6 ), dan diameter dengan symbol ( d1,d2,d3,….., d6 ) dan
tentukanlah luas penampangnya, penandaan ini tidak boleh menyebabkan
goresan dan tidak boleh terhapus.
4. Pasanglah benda uji pada mesin uji tarik dan berilah beban secara kontinyu.
5. Selama benda uji mengalami penarikan, lakukan pengamatan pada dial gauge
pada setiap perubahan beban tarik dan langsung mencatatnya.
6. Setelah sample uji tarik putus, lakukan hal – hal sebagai berikut :
12
b. Ukur penampang disetiap tempat semula yang telah diberi tanda ( untuk
penampang bulat d1f,d2f,d3f,……, d6f )
c. Ukur panjang bagian benda kerja ( l1f, l2f, l3f,…..., l6f ) disetiap bagian yang
semula diberi tanda disepanjang gauge length.
13
BAB IV
Gambar (4.1.1)
l5 = 13,04 mm ; l6 = 13,04 mm
d5 = 1,88 mm ; d6 = 1,88 mm
drata-rata = 1,88 mm
14
gambar (4.1.2)
l5 = 11,8 mm ; l6 = 11,8 mm
d5 = 1,71 mm ; d6 = 1,71 mm
drata-rata = 1,71 mm
15
Ukuran specimen benda uji Alumunium setelah dilakukan percobaan:
16
Dari percobaan yang dilakukan didapatkan nilai tekanan dan perpanjangan
benda sampai benda uji putus :
MATERIAL
FERRO ST 37 ALUMUNIUM
40 0 10 0
25 0 40 0
45 0 45 0
135 0 49 0
152 0 50 0
159 0,75 57 0
161 1 67 0,15
69 0,6
62 0,9
47 1,2
17
Dari tabel tekanan dan perpanjangan beda uji diatas kita bisa menghitung besar
tegangan dan regangan dengan rumus yang ada, maka didapatkan tabel tegangan-
regangan sebagai berikut :
No TEGANGAN REGANGAN
(N/cm2) (%)
1 98 0
2 392 0
3 441 0
4 480,2 0
5 490 0
6 558,6 0
7 607,6 0,12
8 676,2 0,19
9 695,8 0,25
10 725,2 0,57
11 676,2 0,7
12 607,6 1,1
13 460,6 1,5
18
Tabel Tegangan-Regangan FERRO ST 37
No TEGANGAN REGANGAN
(N/cm2) (%)
1 392 0
2 245 0
3 441 0
4 1.323 0
5 1.489,6 0
6 1.558,2 1
7 1.597,4 1,26
8 1577,8 1,4
9 1.509,2 1,47
10 1421 1,61
11 1.283,8 1,75
12 980 2,03
19
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
2. Selama benda uji ditarik dengan beban yang dibawah batas elastis maka
hukum hooke masih berlaku dan perbandingan antara tegangan dan
regangannya masih proporsional, tetapi jika benda uji diberi beban tarik diatas
batas elastis maka hukum hooke tidak berlaku dan perbandingan antara
tegangan dan regangan tidak proporsional lagi
5.2 Saran
Untuk mendapatkan hasil percobaan yang lebih akurat disarankan agar dapat
memahami semua materi tentang uji Tarik dan faktor – faktor yang mempengaruhi
hasil percobaan seperti temperature, tekanan dan efek radiasi.
20
DAFTAR PUSTAKA
http://www.infometrik.com/2009/09/mengenal-uji-tarik-dan-sifat-sifat-mekanik-
logam/
21
LAPORAN PRAKTIKUM METALURGI FISIK
UJI IMPACT
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui kualitas suatu logam dengan cara memberi beban secara
impact pada logam.
2. Untuk mengetahui daya tahan benda suatu logam saat terkena impact pada
suhu tertentu.
1. Berapakah daya tahan suatu logam saat terkena impact pada suhu
kamar 100℃, 0℃,dan -2℃ ?
2. Bagaimana bentuk suatu logam setelah diberi beban impact pada suhu
kamar 100℃, 0℃,dan -2℃ ?
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Pada uji impact terjadi proses penyerapan energi yang besar ketika beban
menumbuk spesimen. Energi yang diserap material ini dapat dihitung dengan
menggunakan prinsip perbedaan energi potensial. Dasar pengujiannya yakni
penyerapan energi potensial dari pendulum beban yang berayun dari suatu ketinggian
tertentu dan menumbuk benda uji sehingga benda uji mengalami deformasi. Pada
pengujian impak ini banyaknya energi yang diserap oleh bahan untuk terjadinya
perpatahan merupakan ukuran ketahanan impak atau ketangguhan bahan tersebut.
3
Cara menghitung energi yang diserap sebagai berikut :
Untuk keadaan awal benda uji memiliki sudut simpangan sebesar α dan pada
keaadaan akhir memiliki sudut simpangan β. Mesin uji memiliki jari jari sebesarR.
Maka nilai h1=R-Rcos α dan nilai h2=R-Rcos β. Sehingga :
Sifat keuletan suatu bahan dapat diketahui dari pengujian tarik dan pengujian
impact, tetapi dalam kondisi beban yang berbeda. Beban pada pengujian impact
seperti yang telah dijelaskan diatas adalah secara tiba-tiba, sedangkan pada pengujian
tarik adalah perlahan-lahan. Dari hasil pengujian tarik dapat disimpulkan perkiraan
dari hasil pengujian impact. Tetapi dari pengujian impact dapat diketahui sifat
ketangguhan logam dan harga impact untuk temperatur yang berbeda-beda, mulai
4
dari temperatur yang sangat rendah ( -30℃ ) sampai temperatur yang tinggi.
Sedangkan pada percobaan tarik, temperatur kerja adalah temperatur kamar.
Ada dua macam metode uji impact, yakni metode charpy dan izod, perbedaan
mendasar dari metode itu adalah pada peletakan spesimen, Pengujian dengan
menggunkan charpy lebih akurat karena pada izod pemegang spesimen juga turut
menyerap energi, sehingga energi yang terukur bukanlah energi yang mampu di serap
material seutuhnya.
5
2.3 Metode Izod
Pada gambar yang terletak diatas sebelah kanan merupakan gambar skema
pengujian menurut izod. Metode ini memiliki perbedaan dengan metode Charpy
dalam hal peletakan spesimen yang diletakan secara vertical serta pada dimensi
spesimennya. Panjang spesimen dalam metode ini lebih panjang daripada spesimen
yang dipakai dalam metode Charpy, yaitu 75 mm sedangkan untuk takikannya
diletakan 28 mm dari salah satu ujunganya.
Pada pengujian kali kini kita mengunakan metode Charpy, karena pada
pengujian ini energi yang digunakan seluruhnya digunakan untuk memberikan beban
6
kepada spesimen. Sedangkan menurut metoda izot energi yang digunakan tidak
seluruhnya energi diberikan pada spesimen, tetapi ada energi yang diberikan pada
tempat penampang spesimen. Sehinnga metode charpy lebih banyak digunakan pada
berbagi pengujian impak.
Untuk mengetahui spesimen bersifat ulet atau getas, maka kita lihat permukaan
patahannya. Spesimen yang ulet permukaannya akan berserabut, sedangkan spesimen
getas akan mengkilap. Hal ini dikarenakan spesimen ulet akan patah pada batas
butirnya ( trans granular ), sedangkan spesimen getas akan memotong butirnya itu
sendiri ( inter granular ).
7
Ket : p = panjang spesimen
l = lebar spesimen
t = tinggi spesimen
h = tinggi spesimen dikurangi dalamnya takikan
T = temperatur
Luas = h x l
Patahan yang terjadi pada benda yang getas, misalnya: besi tuang, dapat
dianalisis Permukaan rata dan mengkilap, potongan dapat dipasangkan
kembali, keretakan tidak dibarengi deformasi, nilai pukulan takik rendah
1) Notch
2) Temperatur
8
3) Strainrate
Patahan yang terjadi pada benda yang lunak, misalnya: baja lunak,
tembaga, dapat dianalisis Permukaan tidak rata buram dan berserat, pasangan
potongan tidak bisa dipasang lagi, terdapat deformasi pada keretakan, nilai
pukulan takik tinggi
9
2.4.3. Patahan Campuran
Patahan yang terjadi pada bahan yang cukup kuat namun ulet,
misalnya pada baja temper Gabungan patahan getas dan patahan liat,
permukaan kusam dan sedikit berserat, potongan masih dapat dipasangkan,
ada deformasi pada retakan.
10
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
1. Setiap praktikan diharuskan mempelajari mesin uji impact yang dipakai untuk
percobaan ini untuk membantu didalam pembuatan laporan praktikum, antara
lain :
a. Bagian-bagian utama mesin termasuk dimensinya dan membuat sketsa
mesin yang akan saudara pakai secara keseluruhan
b. Cara pemakaian mesin, seperti memeriksa gesekan pedulum,
meletakan benda kerja pada tempat-tempatnya secara tepat, menaikan
dan menurunkan pedulum, menahan pendulum pada kedudukan siap
jatuh, melepaskan penahan pendulum (handle), mencatat energi yang
ditunjukan oleh jarum penunjuk mesin dan lain sebagainya.
2. Mintalah pada asisten saudara benda kerja yang akan diuji.
3. Catatlah jenis logam benda kerja yang saudara uji
11
4. Ukur dan gambarlah dimensi benda kerja yang saudara uji seperti panjang,
lebar, tebal, dalamnya takikan, dll.
5. Menyiapkan specimen dengan temperature tertentu :
a. Untuk specimen uji temperatur 100°C dengan memanaskannya
kedalam bejana yang berisi media pemanas. Biarkan selama kurang 5
menit bila media yang digunakan adalah gas
b. Untuk specimen uji temperature 0°C dan specimen dibawah
temperature 0°C dengan mendingikannya didalam dry ice
c. Untuk specimen uji temperature ruang bisa langsung disiapkan
6. Setelah benda kerja mencapai temperature yang diinginkan, segera keluarkan
benda uji dan letakan pada asisten saudara
7. Siapkan mesin uji dengan pendulum siap jatuh, atur jarum penunjuk mesin
pada posisi maksimum, tanyakan pada asisten saudara.
8. Segera tarik handle sehingga lengan pendulum terlepas dan memukul benda
kerja (pemukulan harus terjadi sekitar 5 detik sejak benda kerja dikeluarkan
dari bejana).
9. Catat kedudukan jarum penunjuk mesin yang menyatakan energi yang
diserap oleh benda kerja selama proses berlangsung
10. Amatilah bentuk dan ciri-ciri patahan yang terjadi, menggunakan kaca
pembesar (lup)
11. Ukurlah dimensi A dan B yang terdapat pada patahan benda kerja (gunakan
jangka sorong)
Catatan : bila benda kerja tidak patah sampai terpisah, lakukanlah pemotongan
dengan hati-hati sampai benda kerja menjadi dua bagian.
12
BAB IV
Data dari hasil pengujian besi (Ferro ST 37 ) dan Alumunium denngan berbagai
temperature menggunakan mesin uji impak :
MATERIAL
FERRO ST 37 ALUMUNIUM
30 180 30 115
0 150 0 145
-2 188 -2 70
4.2 Pembahasan
Berdasarkan percobaan uji impak yang telah dilakukan oleh praktikan
didapatkan hasil seperti yang telah tercantum pada tabel 1. Pada percobaan tesebut
benda yang akan diuji terlebih dahulu didinginkan menggunakan es batu hingga
mencapai temperatur 00Cdan -20C. Sedangkan benda uji yang lainnya dipanaskan
menggukanakan air dalam bejana hingga temperaturenya menjadi 1000C. Semua data
yang telah diperoleh oleh praktikan diperoleh pada saat benda diuji pada temperature
yang berbeda-beda seperti keterangan diatas.
.
13
Berikut grafik hubungan antara energi yang diserap oleh benda uji dengan pengaruh
temperatur yang diberikan pada benda uji sebelum proses pengujian impak
berlangsung
14
Dari gambar 5, pada benda uji dengan temperatur 00C, 250C dan 780C setelah
dilakukan uji impak dihasilkan energi yang diserap masing-masing sebesar 34 Joule,
60 Joule dan 82 Joule. Jadi semakin tinggi temperatur benda uji maka akan
menghasilkan energi yang diserap lebih besar dari pada benda uji dengan temperatur
rendah, sehingga semakin tinggi temperatur benda uji maka harga impak yang
dihasilkanpun akan semakin besar.
Benda uji dengan temperatur tinggi dapat menyerap energi lebih tinggi karena
benda uji temperatur tinggi mempunyai sifat keuletan yang relatif lebih tinggi
sehingga membutuhkan energi yang besar untuk terjadinya fracture.
Semakin tinggi temperature benda uji maka akan semakin besar persen
perpatahannya, akan tetapi pada percobaan ini terdapat data yang kurang valid pada
% perpatahan. % perpatahan benda 250C lebih besar dari pada % perpatahan benda
780C yaitu masing-masing sebesar 66% dengan 62%. Penyebab hal tersebut tidak
praktikan ketahui karena data benda uji pada 250C dan 780C diperoleh dari data yang
sudah ada. Menurut praktikan kemungkinan hal tersebut terjadi karena kesalahan
pada saat perhitungan %patahannya. Pada ketiga benda uji yang dipakai, benda uji
kedua yang mempunyai persen perpatahan paling besar yaitu 66%, sedangkan yang
paling rendah dimiliki oleh benda uji pertama yaitu sebesar 0%.
15
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dihasilkan kesimpulan yaitu sebagai
berikut:
1. Semakin tinggi temperatur yang diberikan pada benda uji, maka energi
diserap akan semakin besar.
2. Semakin tinggi temperatur yang diberikan, maka keuletan dan persen
perpatahan benda uji akan semakin meningkat.
3. Semakin rendah harga impak maka jenis perpatahan yang terjadi akan
semakin getas.
5.2 Saran
Praktikan harus lebih teliti pada saat pengamatan jarum pada alat uji impak
supaya data yang dihasilkan lebih akurat. Selain itu pada saat penempatan benda uji
di alat uji impak seharusnya dilakukan dengan cepat supaya temperatur benda uji
tidak berubah karena dapat mempengaruhi data hasil pengujian yang diperoleh.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://widimaterial.blogspot.co.id/2015/03/laporan-praktikum-pengujian
mekanik_69.html
http://abdi94.blogspot.co.id/2014/06/pengujian-impact.html
http://yandoapril.blogspot.co.id/
17