Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN FILARIASIS DAN PEMBAGIAN


OBATNYA DI DESA LUBUK KARET KEC. BETUNG KAB. BANYUASIN

OLEH:
Sella Pramudita

PROGRAM STUDI S1 FARMASI


STIK SITI KHADIJAH
TAHUN 2016
HALAMAN PENGESAHAN
USULAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

1. Judul kegiatan : Penyuluhan Pencegahan Filariasis dan Pembagian Obatnya di Desa


Lubuk Karet Kec. Betung Kab. Banyuasin Tahun 2016.
2. Ketua Pelaksana
a) Nama Lengkap : Drs.H.Masnir Alwi, Apt.MARS
b) NIK/NIDN :
c) Program Studi : S1 Farmasi
d) Bidang Keahlian : Kefarmasian
e) No.Telepon :-
f) Anggota Pelaksana :
Nama Anggota : Sella Pramudita
g) Lokasi Kegiatan : Desa Lubuk Karet Kec.Betung Kab.Banyuasin
h) Lama Pelaksanaan : 1 hari
i) Biaya : Rp.3.500.000,-
j) Sumber Dana : STIK Siti Khadijah

Palembang, September 2016

Ka Lembaga PKM Ketua Pelaksana

Drs.H.MasnirAlwi,Apt.MARS
NIDN. NIDN.

Mengetahui/Menyetujui,
Ketua STIK Siti Khadijah

NIDN.
PENYULUHAN TENTANG PENCEGAHAN FILARIASIS DAN PEMBAGIAN
OBATNYA DI DESA LUBUK KARET KEC. BETUNG KAB. BANYUASIN

RINGKASAN
Penyuluhan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan masyarakat tentang Pencegahan
Filariasis dan Pembagian Obatnya pada masyarakat Desa Lubuk Karet Kec. Betung Kab.
Banyuasin. Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini berlangsung selama 1 hari
dilaksanakan pada tanggal 21 September 2016. Penyuluhan dilakukan dengan metode
ceramah, sesi tanya jawab dan pembagian obat. Jumlah peserta yang ikut kegiatan ini
sebanyak 40 orang dari masyarakat Desa Lubuk Karet. Dalam kegiatan ini berlangsung
dengan lancar berkat kerjasama yang baik dengan pihak Kepala Desa dan para peserta
dengan antusias mengikuti proses kegiatan dari awal hingga akhir.
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala Puji bagi Allah yang telah memberikan rahmat serta petunjuk-
Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan proposal ”Laporan Kegiatan Promosi Kesehatan”
ini. Proposal laporan kegiatan ini disusun dengan maksud untuk mempermudah para
pembaca khususnya para mahasiswa dan masyarakat pada umumnya.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan proposal ini, khususnya kepada pihak terkait yang telah ikut membantu
dalam memberikan arahan dan bimbingan sehingga proposal ini dapat terselesaikan.
Kami menyadari bahwa proses penyusunan proposal laporan kegiatan ini tidaklah
mudah sehingga memungkinkan adanya banyak kekurangan dan kesalahan dalam teknik
penulisan, tata bahasa maupun isinya. Oleh karena itu, kami sangat harapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun, guna penyempurnaan proposal yang selanjutnya.
Semoga proposal laporan kegiatan promosi kesehatan ini dapat bermanfaat. Akhir
kata, kami ucapkan terima kasih.

Palembang, September 2016

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman judul................................................................................................................ I
Halaman pengesahan ..................................................................................................... II
Abstrak...........................................................................................................................III
Kata pengantar.............................................................................................................. IV
Daftar isi ......................................................................................................................... V
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................ 1
A. Latar Belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Kegiatan ........................................................................................... 2
D. Manfaat Kegiatan ......................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................... 3
A. Definisi Penyakit Kaki Gajah ...................................................................... 3
B. Penyebab Penyakit Kaki Gajah ................................................................... 3
C. Cara Penularan ............................................................................................. 3
D. Prinsip Fatologis Penyakit Filarasis ............................................................ 4
E. Gejala Klinik ................................................................................................. 5
F. Diagnosa Penyakit Filarasis ......................................................................... 5
G. Upaya Pencegahan Filariasis ....................................................................... 6
H. Upaya Pengobatan Filariasis ....................................................................... 6
I. Upaya Rehabilitasi Filariasis ....................................................................... 7
BAB III METODE KEGIATAN ................................................................................... 8
A. Waktu dan Tempat ....................................................................................... 8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ 9
BAB V PENUTUP......................................................................................................... 10
A. Kesimpulan .................................................................................................. 10
B. Saran ............................................................................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 11
LAMPIRAN KEGIATAN ............................................................................................ 12
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Filariasis (penyakit kaki gajah) atau juga dikenal dengan elephantiasis adalah
penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang
ditularkan melalui gigitan berbagai spesies nyamuk. Di Indonesia, vektor penular
filariasis hingga saat ini telah diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus Anopheles,
Culex, Mansonia, Aedes, dan Armigeres. Filariasis dapat menimbulkan cacat menetap
berupa pembesaran kaki, tangan, dan organ kelamin.
Filariasis merupakan jenis penyakit reemerging desease, yaitu penyakit yang
dulunya sempat ada, kemudian tidak ada dan sekarang muncul kembali. Kasus penderita
filariasis khas ditemukan di wilayah dengan iklim sub tropis dan tropis (Abercrombie et
al, 1997) seperti di Indonesia. Filariasis pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun
1877, setelah itu tidak muncul dan sekarang belum diketahui perkembangannya.
Filariasis tersebar luas hampir seluruh Propinsi di Indonesia. Berdasarkan laporan dari
hasil survei pada tahun 2000 yang lalu tercatat sebanyak 1553 desa di 647 Puskesmas
tersebar di 231 Kabupaten 26 Propinsi sebagai lokasi yang endemis, dengan jumlah
kasus kronis 6233 orang.
Upaya pemberantasan filariasis tidak bisa dilakukan oleh pemerintah semata.
Masyarakat juga harus ikut memberantas penyakit ini secara aktif. Dengan mengetahui
mekanisme penyebaran filariasis dan upaya pencegahan, pengobatan serta
rehabilitasinya, diharapkan program Indonesia Sehat Tahun 2010 dapat terwujud salah
satunya adalah terbebas dari endemi filariasis.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, dapat ditarik suatu rumusan masalah antara lain
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan filariasis?
2. Bagaimana mekanisme filariasis?
3. Bagaimana upaya pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi filariasis?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan filariasis.
2. Untuk mengetahui mekanisme terjadinya filariasis.
3. Untuk mengetahui upaya pencegahan, pengobatan dan rehabilitasi filariasis.

D. Manfaat
1. Masyarakat mendapat pengetahuan berkaitan dengan filariasis.
2. Masyarakat yang tidak terkena filariasis dapat menerapkan lebih dini cara
pencegahannya, dan diharapkan tidak terkena filariasis.
3. Mahasiswa/i STIK Siti Khadijah dapat melaksanakan kegiatan pengabdian kepada
masyarakat sebagai salah satu dari Tridharma Perguruan Tinggi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Filariasis
Filariasis atau yang lebih dikenal juga dengan penyakit kaki gajah merupakan
penyakit menular menahun yang disebabkan oeleh infeksi cacing filaria dan ditularkan oleh
berbagai jenis nyamuk. Penyakit ini dapat menimbulkan cacat seumur hidup berupa
pembesaran tangan, kaki, payudara, dan buah zakar. Cacing filaria hidup di saluran dan
kelenjar getah bening. Infeksi cacing filaria dapat menyebabkan gejala klinis akut dan atau
kronik (Depkes RI, 2005).

B. Penyebab Filariasis
Lingkungan sosial, ekonomi dan budaya adalah lingkungan yang timbul sebagai
akibat adanya interaksi antara manusia, termasuk perilaku, adat istiadat, budaya, kebiasaan,
dan perilaku penduduk. Kebiasaan bekerja di kebun pada malam hari, keluar pada malam
hari, dan kebiasaan tidur berkaitan dengan intensitas kontak vektor. Insiden filarisis pada
laki-laki lebih tinggi daripada perempuan karena umumnya laki-laki sering kontak dengan
vektor pada saat bekerja (Depkes RI, 2005).

C. Cara Penularan
Proses penularan penyakit kaki gajah ini dimulai saat nyamuk menggigit dan
menghisap darah orang yang mengandung mikrofilaria. Mikrofilaria tersebut masuk ke
dalam pembungkus tubuh nyamuk, kemudian menembus dinding lambung, dan bersarang di
antara otot dada. Bentuk mikrofilaria menyerupai sosis yang disebut larva stadium 1. Dalam
waktu sekitar satu minggu, larva ini berganti kulit. Tubuh menjadi gemuk dan panjang yang
disebut larva stadium II. Pada hari ke-10 dan seterusnya, larva berganti kulit untuk kedua
kalinya sehingga tubuh menjadi panjang dan kurus. Ini adalah larva stadium III. Gerak larva
stadium III ini sangat aktif sehingga larva mulai berpindah. Berawal dari rongga perut
(abdomen) yang kemudian pindah ke kepala dan alat tusuk nyamuk. Mikrofilaria stadium III
inilah yang merupakan bentuk infektif dan dapat masuk menembus kulit ke dalam tubuh
manusia saat nyamuk menggigit seseorang. Dari tempat masuknya, mikrofilaria akan
langsung menuju ke kelenjar limfa lokal di sekitar tempat msuknya. Di dalam pembuluh
limfa inilah, sekitar kurang lebih sembilan bulan, larva mengalami dua kali pergantian kulit
dan tubuh menjadi cacing dewasa yang disebut larva stadium IV dan larva stadium V.
Cacing filaria yang sudah dewasa berada di pembuluh limfa, shingga menyumbat pembuluh
limfa dan dapat menyebabkan penyumbatan aliran limfa (obstruksi). Yang sering terinfeksi
itu biasanya kelenjar di daerah lipat paha (selangkangan). Dan sumbatan aliran limfa dapat
ditemukan dikedua atau salah satu kaki. Tapi dapat pula terjadi infeksi dan sumbatan pada
kelenjar limfa di tempat lain, sehingga tak menutup kemungkinan di kedua tangan pun bisa
terjadi (Depkes RI, 2005).

D. Prinsip Patologis Penyakit Filariasis

Filariasis adalah penyakit menular (Penyakit Kaki Gajah) yang


disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis nyamuk, bermula dari
inflamasi saluran limfe akibat dilalui cacing filaria dewasa (makrofilaria). Cacing dewasa
yang melalu saluran limfe aferen atau sinus-sinus limfe sehingga menyebabkan dilatasi
limfe pada tempat-tempat yang dilaluinya. Dilatasi ini mengakibatkan banyaknya cairan
plasma yang terisi dari pembuluh darah menyebabkan penebalan pembuluh darah
disekitarnya.
Akibat kerusakan pembuluh, akan terjadi infiltrasi sel-sel plasma. Esosinofil, serta
makrofag di dalam dan sekitar pembuluh darah yang terinfeksi. Nah, infiltrasi inilah yang
menyebabkan terjadi poliferasi jaringan ikat dan menyebabkan pembuluh limfe di
seklilingnya menjadi berkelok-kelok serta menyebabkan rusaknya katup-katup di sepanjang
pembuluh limfe tersebut menjadi tak terhindarkan lagi.
E. Gejala Klinik
Apabila seseorang terserang filariasis, maka gejala yang tampak antara lain:
1. Demam berulang-ulang selama 3-5 hari, semam dapat hilang bila si penderita
istirahat dan mucul lagi setelah penderita bekerja berat.
2. Pembengkakan kelenjar limfe (tanpa ada luka) di daerah lipatan paha, ketiak
(lymphadenitis) yang tampak kemerahan. Diikuti dengan radang saluran kelenjar
limfe yang terasa panas dan sakit menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan
ke arah ujung (Retrigrade lymphangtisI yang dapat pecah dan mengeluarkan
nanah serta darah.
3. Pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak
kemerahan dan merasa panas (Early lymphodema).

F. Diagnosa penyakit Filariasis (Kaki gajah)


Bentuk menyimpang dari filariasis (eosinoffilia tropikal) ditandai oleh hipereosinivilia,
adanya microfilaria di jaringan tetapi tidak terdapat di dalam darah, dan titer antibody
antifilaria yang tinggi. Microfilaria mungkin ditemukan di cairan limphatik. Tes serologi
telah tersedia tetapi tidak dapat diandalkan sepenuhnya. Diagnosa berdasarkan gejala klinis
dan dipastikan dengan pemeriksaan laboratorium:
1. Deteksi parasit yaitu menemukan microfilaria di dalam darah, cairan hirokel atau
cairan chyluria pada pemeriksaan sediaan darah tebal, teknik konsentrasi Knott dan
membran filtrasi.

2. Pengambilan darah dilakukan pada malam hari mengingat periodisitas


mikrofilarianya umumnya nokturna. Pada pemeriksaan histopatologi, kadang-kadang
potongan cacing dewasa dapat dijumpai pada saluran dan kelenjar limpah dari jaringan yang
di curigai sebagai tumor.

3. Diferensiasi spesies dan stadium filarial, yaitu dengan menggunakan pelacak DNA
yang spesies spesifik dan antibody monoclonal untuk mengidentifikasi larva filarial dalam
cairan tubuh dan dalam tubuh nyamuk vektor sehingga dapat membedakan antara larva
filarial yang menginfeksi manusia dengan yang menginfeksi hewan. Penggunaannya masih
terbatas pada penelitian dan survey.
G. Upaya Pencegahan, Pengobatan, dan Rehabilitasi Filariasis

1. Upaya Pencegahan Filariasis

Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk


(mengurangi kontak dengan vektor) misalnya menggunakan kelambu sewaktu tidur,
menutup ventilasi dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk, mengoleskan kulit
dengan obat anti nyamuk, menggunakan pakaian panjang yang menutupi kulit, tidak
memakai pakaian berwarna gelap karena dapat menarik nyamuk, dan memberikan obat anti-
filariasis (DEC dan Albendazol) secara berkala pada kelompok beresiko tinggi terutama di
daerah endemis. Dari semua cara diatas, pencegahan yang paling efektif tentu saja dengan
memberantas nyamuk itu sendiri dengan cara 3M.

2. Upaya Pengobatan Filariasis

Pengobatan filariasis harus dilakukan secara masal dan pada daerah endemis dengan
menggunakan obat Diethyl Carbamazine Citrate (DEC). DEC dapat membunuh mikrofilaria
dan cacing dewasa pada pengobatan jangka panjang. Hingga saat ini, DEC adalah satu-
satunya obat yang efektif, aman, dan relatif murah. Untuk filariasis akibat Wuchereria
bankrofti, dosis yang dianjurkan 6 mg/kg berat badan/hari selama 12 hari. Sedangkan untuk
filariasis akibat Brugia malayi dan Brugia timori, dosis yang dianjurkan 5 mg/kg berat
badan/hari selama 10 hari. Efek samping dari DEC ini adalah demam, menggigil, sakit
kepala, mual hingga muntah. Pada pengobatan filariasis yang disebabkan
oleh Brugiamalayi dan Brugia timori, efek samping yang ditimbulkan lebih berat. Sehingga,
untuk pengobatannya dianjurkan dalam dosis rendah, tetapi pengobatan dilakukan dalam
waktu yang lebih lama. Pengobatan kombinasi dapat juga dilakukan dengan dosis tunggal
DEC dan Albendazol 400mg, diberikan setiap tahun selama 5 tahun. Pengobatan kombinasi
meningkatkan efek filarisida DEC.Obat lain yang juga dipakai adalah ivermektin.
Ivermektin adalah antibiotik semisintetik dari golongan makrolid yang mempunyai aktivitas
luas terhadap nematoda dan ektoparasit. Obat ini hanya membunuh mikrofilaria. Efek
samping yang ditimbulkan lebih ringan dibanding DEC. Terapi suportif berupa pemijatan
juga dapat dilakukan di samping pemberian DEC dan antibiotika, khususnya pada kasus
yang kronis. Pada kasus-kasus tertentu dapat juga dilakukan pembedahan.
3. Upaya Rehabilitasi Filariasis

Penderita filariasis yang telah menjalani pengobatan dapat sembuh total. Namun,
kondisi mereka tidak bisa pulih seperti sebelumnya. Artinya, beberapa bagian tubuh yang
membesar tidak bisa kembali normal seperti sedia kala. Rehabilitasi tubuh yang membesar
tersebut dapat dilakukan dengan jalan operasi.
BAB III
METODE KEGIATAN

A. Metode Kegiatan
Penyuluhan dilakukan dengan metode dua arah yaitu penyampaian teori dan
pembagian leaflet Filariasis yang diikuti kegiatan tanya jawab. Dengan memberikan
materi yang mudah dimengerti dan menggunakan bahasa yang mudah dicerna oleh
sasaran. Kami menggunakan metode pendekatan dengan sasaran agar lebih dapat
mengetahui masalah apa yang ada pada sasaran dan sasaran lebih nyaman pada saat
kami memberikan penyuluhan. Leaflet Filariasis yang kami buat dengan kata-kata
yang mudah dimengerti dan mudah dibaca oleh sasaran dan kamipun menyertai
gambar agar sasaran lebih dapat memahami tentang penyaki Filariasis bagi
kesehatan.

Hari dan Tanggal Waktu Kegiatan

Rabu, 21 September 2016 09.00-10.00 WIB Pemaparan materi


penyuluhan

10.00-11.00 WIB
Pembagian Obat DEC
(Diethyl Carbamazine
Citrate)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini mendapat antusias bagi


masyarakat Desa Lubuk Karet, hal ini menandakan adanya keinginan masyarakat untuk
meningkatkan pencegahan filariasis dan menerapkan pola hidup sehat. Ketercapaian tujuan
yaitu mengenalkan apa yang dimaksud dengan filariasis, mekanisme penularan, dan upaya
pencegahan filariasis serta pembagian obat DEC (Diethyl Carbamazine Citrate).
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang hidup dalam
sistem limfe dan ditularkan oleh nyamuk. Bersifat menahun dan menimbulkan cacat
menetap. Gejala klinis berupa demam berulang 3-5 hari, pembengkakan kelenjar
limfe, pembesaran tungkai, buah dada, dan skrotum. Dapat didiagnosis dengan
cara deteksi parasit dan pemeriksaan USG pada skrotum.
2. Mekanisme penularan yaitu ketika nyamuk yang mengandung larva infektif
menggigit manusia, maka terjadi infeksi mikrofilaria. Tahap selanjutnya di dalam
tubuh manusia, larva memasuki sistem limfe dan tumbuh menjadi cacing dewasa.
Kumpulan cacing filaria dewasa ini menjadi penyebab penyumbatan pembuluh
limfe. Akibatnya terjadi pembengkakan kelenjar limfe, tungkai, dan alat kelamin.
3. Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk dan

melakukan 3M. Pengobatan menggunakan DEC dikombinasikan dengan Albendazol

dan Ivermektin selain dilakukan pemijatan dan pembedahan. Upaya rehabilitasi

dapat dilakukan dengan operasi.

B. Saran

Diharapkan pemerintah dan masyarakat lebih serius menangani kasus filariasis

karena penyakit ini dapat membuat penderitanya mengalami cacat fisik sehingga

akan menjadi beban keluarga, masyarakat dan Negara. Dengan penanganan kasus

filariasis ini pula, diharapkan Indonesia mampu mewujudkan program Indonesia

Sehat Tahun 2012.


DAFTAR PUSTAKA

Chaerudin P. Lubis, Syahril Pasaribu. Filariasis dalam Buku Ajar Penyakit Anak. Infeksi
dan Penyakit Tropis. Edisi Pertama. 2002. Jakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI.
435-441

Herdiman T. Pohan. Filariasis dalam Buku Ajar Penyakit Dalam. Jilid I. Edisi III. 2004.
Jakarta. Balai Penerbit FKUI. 525-529

T.H. Rampengan, I.R. Laurents. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. 1997. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran EGC. 233-243

Nelson. Texbook of Pediatric edisi 17, hal 1161-1162

https://www.scribd.com/doc/126361801/makalah-kaki-gajah
LAMPIRAN KEGIATAN

DOKUMENTASI
ABSEN

No Nama TTD

Anda mungkin juga menyukai