Anda di halaman 1dari 4

RESUME

BE4203 - TEKNOLOGI ENERGI BIOMASSA


Perbandingan Konversi Ampas Tebu untuk Produksi Etanol dengan Metode
Hidrolisis Fermentasi Terpisah dan Sakarifikasi Serentak Fermentasi
Ragil Anas Islamudin (11215010), Enjelina Nababan (11215014)

1. Latar Belakang sumber energi yang potensial sebagai


Pertumbuhan manusia dan campuran dan atau substitusi untuk
perubahan gaya hidup ke lebih praktis BBM konvensional.
dan modern, menyebabkan kebutuhan Etanol dibedakan konversinya
energi yang terus bertambah. berdasarkan substratnya, yaitu substrat
Kebutuhan energi yang terus pati dan gula pada generasi pertama,
bertambah, menyebabkan perlunya substrat lignoselulosa dari limbah
eksplorasi lebih dalam sumber energi. pertanian dan hutan untuk generasi
Oleh karena itu sumber energi baru kedua dan substrat alga untuk generasi
sangat dinanti perkembangannya, ketiga. Di dalam resume ini akan
terutama di Indonesia. mengambil beberapa metode konversi
Dewan Energi Nasional Indonesia etanol menggunakan substrat
(2016) menyatakan kebutuhan energi lignoselulosa ampas tebu dan melihat
untuk tahun 2015 sebesar 128,8 juta ton perbandingan hasil dari metode
minyak ekuivalen. Namun pada tahun konversi tersebut.
2050 proyeksi kebutuhan energi akan
meningkat hingga 682,3 juta ton minyak 2. Metode Konversi
ekuivalen apabila konsumsi energi tetap Pada produksi etanol dari substrat
seperti saat ini. Dengan melihat lignoselulosa, terdapat serangkaian
distribusi kebutuhan energi untuk tiap proses sebelum fermentasi glukosa
sektor, maka sektor transportasi menjadi etanol oleh mikroorganisme.
memiliki kebutuhan yang besar yaitu Rangkaian proses tersebut adalah
sekitar 33,4 % dari total kebutuhan pretreatment, hidrolisis dan fermentasi.
energi pada tahun 2050. Detail untuk Di dalam resume ini akan dibahas dua
sektor transportasi, kebutuhan sumber metode pretreatment, hidrolisis dan
energi masih didominasi oleh bahan fermentasi yang berbeda. Namun, agen
bakar minyak (BBM) lebih dari 90%. mikroorganisme yang digunakan untuk
Etanol merupakan salah satu dari proses fermentasi sama.
bahan kimia organik dengan densitas
energi sebesar 66 – 71 % densitas A. Metode I
energi BBM (Gable & Scott, 2017). i. Material
Nilai densitas energi etanol yang Substrat yang digunakan ampas
mendekati dengan BBM konvensional, tebu dengan kandungan air 50%. Ragi
menjadikan etanol sebagai salah satu yang digunakan Saccharomyces
alternatif untuk kendaraan bermotor. cerevisiae. Enzim yang digunakan yaitu
Keuntungan menggunakan dari etanol selulase Celtic Ctec2.
yaitu polusi yang dihasilkan lebih
sedikit dan proses pembuatan etanol ii. Pretreatment
dari biomassa tumbuhan yang 0,5 kg ampas tebu diberikan
sustainable. Melihat dari jumlah dan ledakan uap air dalam wadah 10 L
variasi biomassa tanaman yang besar reaktor stainless steel. Pretreatment
Indonesia, etanol merupakan alternatif dilakukan secara tiba-tiba pada kondisi
suhu sebesar 195oC durasi 7,5 menit. menghilangkan lignin, mengurangi
Ampas tebu hasil pretreatment kristalinitas selulosa, dan meningkatkan
kemudian dimasukkan ke dalam corong porositas bahan. Perlakuan pendahuluan
Buchner dan difilter. Serat ampas tebu adalah salah satu tahap yang paling
hasil filter direndam air selama satu mahal dalam proses konversi biomassa
jam. Rendaman serat ampas tebu difilter selulosa menjadi gula.
kembali dengan corong Buchner. Serat Salah satu pretreatment yang
ampas tebu hasil filter dioven 105 oC dapat dilakukan adalah menggunakan
dan disimpan dalam wadah vakum Green Liquor (GL). Pretreatment
untuk hidrolisis. dengan GL ini dinilai efektif untuk
menhilangkan lignin. Lignin yang
iii. Hidrolisis dihilangkan dapat mencapai 95.3% pada
Hidrolisis ampas tebu hasil temperatur 160˚.
pretreatment dilakukan menggunakan Pretreatment menggunakan
enzim selulase dalam tabung reaktor politetrafluoroetilen (PTFE)
Erlenmeyer 100 mL. Kondisi yang berkapasitas 200 mL . Ampas tebu
diatur yaitu dalam temperatur 50oC dan sebesar 5 gram dicampur dengan
pH 4,8 selama 72 jam dalam campuran etanol dan air dengan
menggunakan shaker. Konsentrasi perbandingan 1:1 yang mengandung
enzim yang digunakan 62.5 mg g-1 liquor loading (1.5 mg/L) dan 1%
untuk 12% berat kering ampas tebu. antraquonin. Dimasukkan dalam reaktor
Yield hidrolisis dikuantifikasi dan lalu dicampur. Sistem reaktor
dianalisis menggunakan HPLC. dipanaskan pada temperatur 140oC dan
diputar dengan kecepatan 100 rpm.
iv. Fermentasi Setelah 3 jam, ampas tebu difiltrasi dan
Fermentasi dilakukan secara SHF dicuci dengan 100 mL (v/v) campuran
(Separate Hydrolysis and etanol-air. Terakhir, residu solid dicuci
Fermentation). Substrat sebanyak 20 dengan air distilasi sampai pHnya
mL difermentasi dalam medium tumbuh netral.
ragi. Medium tumbuh ragi terdiri atas
glukosa 50 gL-1 NH4)2PO4, 0.5 gL-1 iii. Sakarifikasi Serentak dan
MgSO4 0.025 gL-1 dan ragi 1 gL-1 pada Fermentasi (SSF)
pH 4,8. Fermentasi dilakukan selama 12 Pada proses SSF, hidrolisis
jam pada suhu 35oC. selulosa dan fermentasi gula tidak
dilakukan secara terpisah atau bertahap,
B. Metode II tetapi secara simultan. Jenis
i. Material mikroorganisme yang digunakan pada
Substrat yang digunakan adalah proses SSF adalah Saccharomyces
ampas tebu, mikroorganisme cerevisiae dengan komposisi medium
Saccharomyces cerevisiae dan Green (NH4)2HPO4, 0.5 gL-1 dan
Liquor (GL). GL terdiri atas sodium MgSO4.7H2O, 0.025 gL-1.. Enzim Celtic
karbonat, sodium hidroksida, besi dan Ctec2 yang digunakan memiliki
kalsium. Enzim hidrolisis yang konsentrasi 20 FPU/g. Substrat, enzim
digunakan yaitu enzim Celtic Ctec2. dan organisme dicampurkan secara
langsung. Proses tersebut dilakukan
ii. Pretreatment selama 72 jam dalam kondisi suhu
Perlakuan pendahuluan 35oC, pH 5.5 dan putaran 150 rpm.
(pretreatment) bertujuan untuk
3. Hasil Konversi berpengaruh negatif terhadap hidrolisis
Hasil konversi kedua metode ini enzimatis. Pengaruh negatif ini
adalah etanol. Namun, kedua metode ini menurun jika menggunakan metode
mempunyai yield yang berbeda. Untuk SSF.
metode I (SHF), dapat menghasilkan Namun, ada beberapa kendala
yield etanol sebesar 42.9 - 46.7 % yang perlu diatasi pada proses SSF
sedangkan untuk metode II (SSF) dapat yaitu:
menghasilkan yield etanol hingga 30.16 1. Suhu hidrolisis dan fermentasi yang
%. Dari segi waktu, metode I (SHF) tidak sama.
membutuhkan waktu sekitar 96 jam 2. Toleransi terhadap etanol,
sampai etanol terbentuk. Sedangkan 3. Penghambatan kerja enzim oleh
metode II (SSF) membutuhkan waktu etanol
72 jam sampai etanol terbentuk. 4. Kesulitan memisahkan sel khamir
Tiap metode yang telah dipaparkan dari sisa lignin dan serat yang dapat
memiliki kelebihan dan kekurangan mengakibatkan kebutuhan khamir
masing-masing. SHF memiliki meningkat sehingga menurunkan
keunggulan untuk memaksimalkan produksi khamir dari sisa lignin dan
proses hidrolisis dan fermentasi pada serat yang dapat mengakibatkan
kondisi optimum. Selain itu sel ragi kebutuhan khamir meningkat
yang digunakan dapat di-recovery sehingga menurunkan produksi
untuk digunakan fermentasi kembali. etanol.
Namun kekurangan dari proses Oleh karena itu, pada proses SSF,
SHF adalah biaya kapital lebih besar. bahan hasil perlakuan pendahuluan
Penyebab dari besarnya biaya kapital dapat langsung diproses tanpa harus
adalah membutuhkan wadah proses memisahkan dulu fraksi cairan dari
hidrolisis dan fermentasi yang berbeda. fraksi padatan.
Proses SSF memiliki keunggulan
dibandingkan dengan proses hidrolisis 4. Kesimpulan
dan fermentasi bertahap. Beberapa Metode I dan metode II memiliki
keunggulan tersebut antara lain: keunggulan dan kekurangan masing-
1. Meningkatkan kecepatan hidrolisis masing. Apabila produksi etanol
dengan mengkonversi gula yang diutamakan pada durasi produksi yang
terbentuk dari hasil hidrolisis singkat dengan hasil konversi yang
selulosa yang menghambat aktivitas tidak terlalu kecil, maka metode II lebih
enzim selulase. menguntungkan. Namun kultur
2. Mengurangi kebutuhan enzim. mikroorganisme secara berkelanjutan
3. Mengurangi kebutuhan kondisi steril dan limbah hasil konversi perlu
karena glukosa langsung dikonversi dipertimbangkan secara matang.
menjadi etanol. Namun apabila produksi etanol
4. Waktu proses lebih pendek, lebih diutamakan pada hasil yang lebih
5. Volume reaktor lebih kecil karena besar, maka metode I lebih disarankan
hanya digunakan satu reaktor disebabkan nilai yield yang lebih tinggi
Proses SSF lebih toleran terhadap walaupun durasi proses lebih lama dan
senyawa inhibitor yang terbentuk atau biaya yang dikeluarkan akan lebih
yang berasal dari proses perlakuan besar.
pendahuluan, yang biasanya terdapat
dalam fraksi cairan. Inhibitor yang
terbentuk, misalnya asam asetat,
Daftar Pustaka
Gable, C., Scott. (2017). Gasoline
Gallon Equivalents (GGE).
Diambil dari tanggal 13 Februari
2018. URL :
https://www.thoughtco.com/fuel-
energy-comparisons-85636
Dewan Energi Nasional. (2016).
Outlook Energi Indonesia 2016.
Jakarta. p 39 – 78.
Hermiati, E., Mangunwidjaja, D.,
Sunarti, T. C., Suparno, O., &
Prasetya, B. (2017). Pemanfaatan
biomassa lignoselulosa ampas
tebu untuk produksi
bioetanol. Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 29(4),
121-130.
Neves, P. V., Pitarelo, A. P., & Ramos,
L. P. (2016). Production of
cellulosic ethanol from sugarcane
bagasse by steam explosion:
Effect of extractives content, acid
catalysis and different
fermentation
technologies. Bioresource
technology, 208, 184-194.
You, Y., Li, P., Lei, F., Xing, Y., &
Jiang, J. (2017). Enhancement of
ethanol production from green
liquor–ethanol-pretreated
sugarcane bagasse by glucose–
xylose cofermentation at high
solid loadings with mixed
Saccharomyces cerevisiae
strains. Biotechnology for
biofuels, 10(1), 92.

Anda mungkin juga menyukai