DIAGNOSIS PENYAKIT AKIBAT KERJA YANG DISEBABKAN OLEH
GETARAN
Efek getaran mekanis terhadap kesehatan selain dapat dikelompokkan
berdasarkan besar kecilnya frekuensi getaran juga dapat dibedakan berdasarkan jenis getaran.
a. Getaran lengan tangan (Hand Arm Vibration)
Pekerja yang terpajan getaran lengan dan tangan secara terus menerus dalam kadar yang tinggi, dan secra jangka panjang dapt menderita gangguan aliran darah pada jari-jari dang gangguan fungsi neurologi dan lokomotor pada lengan dan tanganya. Sindrom kompleks ini kemudian disebut dengan istilah sindrom getaran lengan dan tangan atau Hand Arm Vibration syndrome (HAVS). Sindrom getaran lengan dan tangan seara periodik menyerang sirkulasi darah sehingga dapat mengganggu pada saat bekerja dan lenih jauh lagi pada kehidupan sehari-hari. Gangguan yang menyerang pembuluh darah (Vascular disorders), gangguan saraf (neuorological disorders), maupun ketidaknormalan tulang dan persendian menyebabkan getaran yang ditransmisikan ke lengan dan tangan menjadi penyakit akibat kerja yang patut diwaspadai. 1) Angioneurosis jari jari tangan Fenomena Raynauld (jari-jari putih) adalah syndrome akibat getaran yang paling sering di wilayah dunia yang dingin. Gejala gejala non spesifik pertama adalah akroprestesia pada tangan dan perasaan kebal pada jari jari tangan disaat bekerja atau sebentar sesudahnya. Pada stadium ini, selain gangguan kepekaan terhadap getaran, tidak ditemukan perubahan objektif lainnya. Pada fase berikutnya, diamati kepucatan paroksismal sporadic pada ujung ujung jari tangan. Paroksisme disebabkan oleh spasme lokal arteriol dan kapiler, serta dicetuskan oleh paparan terhadap suhu dingin local atau umum. Biasanya terjadi pada musim dingin dan sepenuhnya pulih kembali 15-30 menit setelah tangan dihangatkan. Selama paroksime kepekaan nyeri taktil sangat berkurang. Fase ini menimbulkan kesulitan diagnostic yang besar,karena penyakit yang dilaporkan tidak selalu dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan diruang konsultasi dokter. Observasi secara langsung suatu serangan di tempat kerja mempermudah guna diagnose (Wijaya:175-176). Stadium lebih lanjut dari penyakit ini adalah kepucatan paroksismal, tidak hanya pada ujung jari,tetapi menyebar pada hampir seluruh jari namun jarang mengenai ibu jari. Paroksisme dapat diprovokasi oleh suhu yang sedikit dingin, bahkan dapat timbul pada suhu lingkungan. Pada stadium yang lebih lanjut, angiospasme diganti oleh paresis dinding pembuluh kecil yang mengakibatkan akrosianosis. Gejala-gejala yang menonjol adalah kebal ditangan, gangguan kecepatan jari dan gangguan sensivitas. Juga dapat timbul perubahan tonus local. Uji diagnostik yang paling umum digunakan adalah induksi paroksisme jari dengan air dingin. Baik tangan maupun lengan bawah (sampai siku) direndam selama 10 menit dalam air yang didinginkan dengan kubus es (beberapa dokter menambah sensai dingin dengan meletakkan handuk basah pada bahu). Hendaknya dijelaskan bahwa metode ini lebih jarang menginduksi paroksisme jari tangan dibandingkan dengan getaran pada situasi kerja nyata. Kadang kala hanya dapat terlihat pengembalian darah ke kapiler yang melambat seperti : ujung jari dididtal kuku perlu ditekan sebentar dan dicatat waktu yang diperlukan oleh darah untuk kembali ke titik anoksemik. Metode pemeriksanaan laboratorium yang cocok pada pemeriksaan pencegahan adalah plestimografi jari (gangguan denyut akibat dingin), mikroskopi kapiler dan pengukuran suhu kulit (thermometer kontak atau termografi). Mungkin terdapat penurunan suhu kulit permulaan atau terlambatnya pemulihan suhu jari normal setelah tes air dingin 2) Carpal Tunnel Syndrome (CTS) Efek getaran ini menimbulkan efek rasa geli, mati rasa, dan tangann lemah yang bisa mengurangi kemampuan bekerja di kondisi dingin atau basah. Gejala dari dua efek kesehatan di atas bisa datang dan pergi namun dengan pajanan HAV yang terus-menerus, efek tersebut bisa berlangsung lama dan permanen dan menyebabkan sakit, menyusahkan, dan gangguan tidur. Hal ini bisa terjadi hanya dalam beberapa bulan pemajanan, namun kebanyakan kasus bisa terjadi lebih dari beberapa tahun. Uji diagnosis CTS dilakukan dengan beberapa tahap, yang pertama melakukan pemeriksaan fisik. Dokter perlu melakukan penilaian terhadap pergelangan tangan dan tangan pasien. Mereka akan menekan titik-titik tertentu untuk mengetahui apakah ada bagian yang nyeri atau kebas di daerah tersebut. Mereka juga akan mengecek apakah ada pembengkakan, sensasi, dan kelemahan. Jika nyerinya intens, tes tambahan mungkin diperlukan untuk mengesampingkan kondisi kesehatan lain. Pra-asesmen diperlukan untuk melihat area bersangkutan secara visual sehingga diperoleh indikasi dan petunjuk untuk uji medis lebih lanjut. Dokter mungkin melakukan uji medis Phalen atau tes lorong karpal lain di tempat praktiknya. Selanjutnya akan dilakukan tes darah. Sampel darah untuk melihat masalah medis lainnya, seperti artritis reumatoid, masalah tiroid, atau masalah medis lain yang mendasarinya. Dengan melihat masalah- masalah ini, dokter dapat mendiagnosis masalahnya dengan lebih baik. Jika tes darah telah menunjukkan masalah medis lain, uji sinar X atau Ultra bunyi tambahan mungkin diperlukan. Tes sinar-X biasanya digunakan untuk membantu dalam diagnosis atau melihat penyebab lain nyeri (seperti patah tulang dan artritis). Dokter mungkin menggunakan ultrabunyi untuk melihat struktur saraf median di tangan Anda. Elektromiogram adalah uji medis yang dilakukan dengan menyisipkan jarum-jarum halus ke dalam otot untuk menentukan apakah terjadi kerusakan otot. Selanjutnya adalah Uji konduktivitas medis untuk mendeteksi bagaimana sistem saraf bekerja dan dapat menentukan apakah Anda mengalami sindrom lorong karpal atau tidak. Pada uji medis ini, dua elektroda ditempatkan pada tangan dan pergelangan tangan dan sebuah renjat (shock) kecil dilintaskan pada saraf median untuk mendeteksi apakah impuls-impuls elektris diperlambat pada lorong karpal. Hasilnya dapat mengindikasikan seberapa besar kerusakan yang terjadi pada saraf Anda. 3) Gangguan Tulang, Sendi dan Otot Patolologi osteoartikular sering kali terbatas pada tulang karpal (khususnya lunata dan navikularis), sendi radioulnaris dan sendi siku. Gejala subjektif biasanyanya ringan tetapi pada stadium yang lanjut gangguan fungsional dan cukup berarti. Perubahan radiogram yang paling khas adalah atrosis sendi karpal, radioulnaris dan siku, serta pseudokista (terumatama pada tulang karpal, yang dapat pula memperlihatkan perubahan-perubahan atrofik lain seperti trebekula yang menebal menjadi jarang). Otot tendon disekitar sendi tersebut biasanya juga terlihat gejala subyektif (nyeri) yang disebabkan kelainan ini sering mendahului perubahan radiogram yang jelas (Wijaya C, 1995) 4) Neuropati Kerusakan syaraf yang disebabkan getaran meliputi persyarafan otonom perifer (pada angioneurosis). Beberapa ahli mengemukakan efek-efek pada syaraf perifer (ulnaris, mediamus, radialis). Ahli lainnya menganggap trauma syaraf umumnya sekunder dari iskemik berulang (pada angioneurosis), atau suatu faktor tambahan sering kali neuropati kompresif misalnya osteoartikuler disekitar batang saraf. Terkenannya serat sensoris menyebabkan parastesia atau berkurangnya kepekaan serat motorik, gangguan ketangkasan, dan pada akhirnya atrofi, pengukuran kecepatan konduksi syaraf adalah pemeriksaan terpilih. Suatu bentuk campuran menggabungkan dua otot, tendon, tulang, pembuluh darah dan saraf perifer (Wijaya C, 1995). Diagnosa yang banyak dilakukan adalah memeriksa tangan dan pergelangan tangan yang terkena. b. Getaran seluruh badan(Whole Body Vibration) Paparan WBV, biasanya diawali dengan sakit pungguh bagian bawah dan mengalami tidak nyaman di bagian punggung ketika perjalan. Pada sistem syaraf, yaitu kelainan syaraf sensoris yang menimbulkan paraestesia/ kesemutan, menurunnya sensitivitas, gangguan membedakan (deterionity) selanjutnya atrofi 1) Pada pemaparan jangka pendek / akut menyebabkan : a) Motion sickness/mabuk perjalanan (mual & lelah) b) Pandangan kabur 2) Pada pemaparan jangka panjang / kronis menyebabkan : a) Kerusakan permanen pada tulang dan persendian b) Gangguan pencernaan c) Efek pada tekanan darah yang dapatmenimbulkan masalah pada jantung dan pembuluh darah d) Efek pada sistem syaraf sakit kepala, gangguan tidur, lemah, lelah, lesu. e) Gangguan fungsi reproduksi wanita DAPUS Agus, 2011. Penyakit Akibat Kerja Disebabkan Faktor Fisik. Jurnal Kedokteran Vol. 17 No. 43. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=199274&val=6570&t itle=Penyakit%20Akibat%20Kerja%20Disebabkan%20Faktor%20Fisik (01 Desember 2017) Serasera. 2014. Bahaya Getaran atau vibrasi. HSE Daily journal 20 Nov 2014. https://seraresa.wordpress.com/2014/11/20/bahaya-getaran-atau-vibrasi/ (11 Desember 2016).