Anda di halaman 1dari 5

Nomer subjek : 5

1. Gambar 4 merupakan gambaran dari model atom modern. Karena menurut sejaraah
penemuannya, model atom tersebut paling akhir ditemukan. Model atom modern atau
model atom mekanika gelombang ini menyatakan bahwa elektron tidak dapat
ditemukan secara pasti keberadaannya dalam suatu atom, yang dapat ditentukan
hanyalan kebolehjadian menemukannya. Adapun urutan waktu ditemukannya model-
model atom menurut sejarah adalah:
Gambar 5  gambar 1  gambar 2  gambar 3  gambar 4
Jadi, model atom yang ditunjkkan pada gambar 4 adalah model atom yang paling baru
(modern) saat ini. Sedangkan pada gambar 5 (model atom Dalton), gambar 1 (model
atom Thomson), gambar 2 (model atom Rutherford), dan gambar 3 (model atom
Bohr) adalah model-model atom yang ditemukan lebih dulu.
2. Atom bermuatan netral karena jumlah elektron dan jumlah protonnya sama. Proton
merupakan partikel subatomik penyusun atom yang bermuatan positif. Sedangkan
elektron merupaan partikel suatomik penyusun atom yang bermuatan negatif.
Sehingga, secara netto atom tifdak bermuata jika jumlah proton dan elektronnya
sama, karena masing-masing muatan yang berlawanan dianggap saling meniadakan.
Apabila dalam suatu atom jumlah elektronnya lebih banyak daripada protonnya maka
secara netto atom tersebt bermuatan negatif. Begitupula jika jumlah protonnya lebih
banyak daripada elektronnya maka secara netto atom tersebut bermuatan positif.
3. Dalam model atom modern, kebolehjadian ditemukannya elektron adalah pada orbit.
Karena orbit adalah tempat dimana elektron dapat bergerak mengorbit inti atom dan
orbit ini bukan lintasan elektron yang jelas letaknya sehingga tak dapat ditentukan
dengan jelas tempat orbit tersebut, berbeda dengan model atom Bohr yang
menggambarkan secara jelas lintasan elektronnya dan letak elektron dalam
lintasannya. Sedangkan untuk orbital sendiri adalah tempat dimana elektron itu berda,
jadi sudah jelas bahwa di orbital itu terdapat elektron.
4. Massa suatu atom terpusat pada inti atom. Partikel subatomik peyusun inti atom
adalah proton dan neutrn, sehingga penentu massa suatu atom adalah massa relatif
dari proton dan neutron. Sedangkan massa elektron sendiri dianggap tidak
berpengaruh terhadap massa atom karena massanya yang sangat kecil. Namun hal ini
tidak berlaku pada atom H yang hanya memiliki proton di intinya, sehingga massa
atom H hanya ditentukan oleh protonnya saja karena tidak memiliki neutron.
5. Unsur-unsur yang memiliki jumlah elektron valensi yang sama ditempatkan dalam
golongan yang sama dalam SPU. Sedangkan unsur-unsur yang memiliki jumlah kulit
yang sama, diletakkan di periode yang sama dalam SPU. Elektron valensi dan jumlah
kulit suatu unsur dapat dientukan oleh jumlah elektron yang dimilikinya, dan massa
atom merupakan bilangan yang menyatakan jumlah elektron ang dimiliki suatu unsur.
Maka letak suatu unsur dalam SPU dapat ditentukan oleh nomor atomnya. Sedangkan
nomor massa digunakan untuk menentukan jumlah dari proton dan neutron yang ada
didalam inti atom, karena nomor massa menyatakan massa atom.
6. Ion X2+ tanda 2+ pada simbol X menyatakan bahwa suatu unsur X telah melepaskan
elektron sebanyak 2 buah sehingga unsur X memiliki kelebihan matan positif karena
jumlah elektronnya berkurang.
Ion X2+ memiliki konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6, yang artinya ion X memiliki
elektron sejumlah10 buah dan memiliki 12 proton. Dapat diketahui bahwa X2+ berasal
dari X yang memiliki elektron sebanyak 12 buah dan proton 12 buah. Artinya X
memiliki konfigurasi 1s2 2s2 2p6 3s2, maka unsur X dapat ditentukan letaknya dari
konfigurasi elektron terluarnya yakni 3s2 yang artinya unsur X berada pada golongan
II periode ke-3.
7. Misalkan unsur 10
X konfigurasi elektronnya 1s2 2s2 2p6  n=2, l= 1, m=-1,s =-1/2,
+1/2 untuk bilangan kuantum n=2, l= 0, m =0 , s = -1/2, dimungkinkan tidak terjadi
karena dibutuhkan energi yang sangat besar untuk melepaskan 8 elektron dari unsur
10
X. Bilangan kuantm spin dapat bernilai -1/2 maupun +1/2 karena tidak dapat
dipastikan secara pasti perputaran elektron dalam orbitalnya. Pelepasan elektron
membentuk X+ masih memungkinkan karena energi yang dibutuhkannya lebih kecil
walaupun pada keadaan normal, X sudah stabil karena elektron valensinya sudah
oktet.
8. Ikatan ion terbentuk karena adanya gaya elektrostatik antara ion positif dan ion
negatiff. Untuk membentuk suatu ikatan ion, maka diperlukan ion-ionnya terlebih
dahulu. Maka dari itu atom netral yang berenergi ionisasi tinggi sehingga atom-atom
yang tadinya netral akan berubah menjadi ion. denga terbentuknya ion ini, maka
ikatan hidrogen apat terbentuk.
9. AgCl merupkan senyawa ionik karena perbedaan keelektronegatifan antara atom Ag
dengan atom cl sangat besar (>1,7). Energi ionisasi Ag pun sangat kecil dibandingkan
dengan energi ionisasi dari cl, ssehingga kemungkinan besar dapat terbentuk ion-ion
saat terjadi kontak, dan dapat membentuk ikatan hiidrogen. Sedangkan untuk
senyawa-senyawa seperti HCl, H2, NH3 dan HF3 perbedaan keelektronegatifan (<1,7)
dan energi ionisasinya sangat kecil sehingga tidak akan berikatan ion.
10. NH3 merupakan senyawa kovalen karena perbedaan keelektronegatifann dan h sangat
kecil. Sedangkan untuk senyawa-senyawa seperti AgNO3 , LiF, LiO2, dan NaNO3
merupakan senyawa ionik yang secara nyata dapat dilihat mudahnya seyawa-senyawa
tersebut dapat larut dalam air (terhidrasi)
11. Senyawa ion dapat menghantarkan listrik saat fasanya cair atau gas, karena pada saat
itu ion-ionnya dapat bergerak secara bebas. Sedangkan dalam fasa pada ion-ionnya
terikat kuat.
12. Karena sifatnya yang tidak rapuh maka logam dapat dibengkokan. Hal ini terjadi
karena dalam logam terdapat ikatan logam yang kuat.
13. CH4 merupakan senyawa nonpolar, sehingga gaya yang akan terjadi antarmolekulnya
adalah gaya london. Gaya london tidak sekuat gaya dipol-dipol (seperti gaya anntar
molekul HI , HBr, dan HCl) maupun ikatan hidrogen (seperti gaya antar molekul
H2O), karena pada gaya london hanya terdapat dipol sesaat pada molekulnya.
14. KBr (l) dapat menghantarkan arus listrik, karena KBr merupakan senyawa ionik yang
dalam fasa cair ion-ion K+ dan Br– nya dapat bergerak bebas. Sedangkan untuk
senyawa-senyawa kovalen seperti C12H22O11, HCl, dan HBr tidak dapat
menghantarkan listrik meskipun dalam fasa cair, karena tidak dapat menghantarkan
listrik saat pada fasa padat karena ion-ionnya terikat satu sama lain dan tak dapat
bergerak bebas.
15. Atom B dalam senyawa BF3 memiliki 3 pasang elekton, sehingga geometri pasangan
elektronnya adalah trigonalplanar. Karena semua pasang elektron dipakai untuk
berikatan (tidak ada PEB) maka geometri molekulnya adalah bentuk V.
16. Atom N dalam senyawa NH3 maupun NF3 memiliki 4 pasang elektron, sehingga
geometri pasangan elektronnya dalahtetrahedral. Pada NH3 maupun NF3, terdapat 1
PEB sehingga geometri molekul keduanya adalah segitiga piramida. Sesuai dengan
teori VSEPR, sudut ikatan yang dibentuk oleh geometri pasangan elektron tetrahedral
sebesar 109,5o, maka baik NH3 maupun NF3 memiliki sudut ikatan yang sama
meskipun momen dipol N-H lebih kecil dari N-F, karena sudut ikatan terbentuk dari
tolakan terjauh antar atom yang membentuk molekul.
17. Sudut ikatan untuk molekul tertrahedral sebesar 109,5o, karena sudut tersebut
merupakan tolakan terjauh dari atom-atom penyusun molekulnya yang berjumlah 4.
Sudut ikatan untuk setiap bentuk molekul berbeda-beda. Seperti pada molekul planar
yang memiliki sudut ikatan 180o dan molekul segitiga daar yang memiliki sudut
ikatan 120o.
18. HCl dan NaCl bersifat polar karena memiliki keelektronegatifan yang berbeda antar
atom penyusunnya. Sehingga elektron yang dipakai berikatan pada kedua senyawa
tersebut lebih banyak menghabiskan waktu di atom yang keelektronegatifannya lebih
besar. Bentuk molkeul pun mempengaruhi kepolaran dari suatu molkeul yang
menyebabkan momen dipolnya = 0 , seperti pada senyawa CCl4 , trans C2H2Cl2 dan
CH2Cl2.
19. H2O memiliki titik didih tinggi karena antar molekul H2O dapat membentuk ikatan
hidrogen pada keempat sisi, berbeda dengan HF yang hanya dapat berikatan hidrogen
sebanyak 2 kali. Iaktan hidrogen menjadi penentu titik didih suatu molekul karena
ikatan hidrogen merupakan gaya antarmolekul paling kuat dibandingkan dengan gaya
antar molekul lainnya. Hal ini, disebabkan karena keelektronegatifan yang tinggi antar
molekulnya.
20. Senyawa yang pada suhu ruang berwujud cair, menandakan titik leleh dan titik
didihnya rendah dibandingkan dengan senyawa yang berwujud padat. NH3 (l)
memiliki titik didih yang lebih rendah dari H2O (l). Keduanya memiliki ikatan
hidrogen dengan jumlah yang sama, namun keelktronegatifan dari atom O pada air
lebih tinggi dari keelektronegatifan N pada NH3 . sehingga titik didih H2O lebih tinggi
dibandingkan NH3. Pemutusan ikatan hidrogen lebih mudah daripada pemutusan
ikatan ion. maka senyawa ion titik didihnya tinggi.

II. ESSAI

Sampel A mmerupaka senyawa ionik. Karena dapat mebghantarkan listrik dalam


lelehannya yang menandakan adanya ion dalam lelehannya. Sedangkan sampel B
merupakan senyawa kovalen karena tidak dapat menghantarkan listrik dalam lelehannya
yang menandakan tidak adanya ion yang terbentuk. Titik leleh senyawa A lebih tinggi
karena dibutuhkan enenrgi yang tinggi untuk memutuskan ikatan ion dan gaya antar
molekulnya. Namun karena senyawa B merupakan senyawa kovalen yang ikatannya lebih
kuat daripada ikatan ion, ikatan kovalen pada senyawa B tidak lepas meski sudah
meleleh, yang lepas pada senyawa B adalah gaya antar molekulnya. Hal ini terjadi karena,
untuk memutuskan ikatan kovalen diperlukan energi yang lebih tinggi dari enenrgi
pemutusan ikatan ion. karena senyawa B dapat meleleh hanya dengan pemutusan gaya
antarmolekulnya, sehingga titik leleh senyawa B lebih rendah dari senyawa A. Akan
tetapi, kekuatan ikatan senyawa B lebih tinggi dari kekuatan ikatan senyawa A.

Anda mungkin juga menyukai