Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH NEGARA HUKUM

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 7

NAMA NIM

AMINUDDIN HASIBUAN

ARJONO GULTOM 5162122005

MUHAMMAD ISHAK

RISWANTO

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul Negara
Hukum dengan tepat waktu.

Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapatkan arahan dan


bimbingan dari berbagai pihak, baik material, spiritual, maupun informasi. Untuk
itu penulis banyak mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu
pelajaran ini terkhusus bagi Ibu Dosen Nelly Armayanti, SP, M.Sp. selaku dosen
pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.

Tugas ini telah diselesaikan dengan usaha yang maksimal, namun


demikian penulis menyadari bahwa tugas ini masih terdapat banyak kekurangan
dan jauh dari yang sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan
kritik dari pihak yang membaca. Demikian tugas ini penulis perbuat semoga
bermanfaat bagi para pembaca sekian dan terimakasih.

Medan, Februari 2018

Kelompok 7

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ........................................................................................... ii

Daftar isi ..................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .......................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3

A. Pengertian negara hukum ............................................................... 3


B. Sejarah negara hukum .................................................................... 3
C. Unsur unsur negara hukum ........................................................... 6
D. Ciri- ciri negara hukum ................................................................. 7
E. Prinsip Negara Hukum ................................................................ 10
F. Negara Hukum di Indonesia.......................................................... 11
G. Macam-macam Bidang Hukum di Indonesia ................................ 12
H. Kondisi Negara Hukum di Indonesia ............................................ 14

BAB III PENUTUP .................................................................................. 18

Kesimpulan ............................................................................................... 18

Saran .......................................................................................................... 18

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Negara hukum adalah negara berdasarkan atas hukum dan keadilan bagi
warganya. Maksudnya adalah segala kewenangan dan tindakan alat-alat
perlengkapan negara dengan kata lain diatur oleh hukum. Istilah Negara Hukum
baru dikenal pada Abad XIX tetapi konsep Negara Hukum telah lama ada dan
berkembang sesuai dengan tuntutan keadaan. Dimulai dari zaman Plato hingga
kini, konsepsi Negara Hukum telah banyak mengalami perubahan yang
mengilhami para filsuf dan para pakar hukum untuk merumuskan apa yang
dimaksud dengan Negara Hukum dan hal-hal apa saja yang harus ada dalam
konsep Negara Hukum.

Pemerintahan berberdasarkan hukum adalah suatu prinsip yang menyatakan


bahwa hukum adalah suatu prinsip yang menyatakan bahwa hukum adalah
otoritas tertinggi dan bahwa semua warga negara termasuk para pejabat dan
pemerintah tunduk pada hukum dan sama-sama berhak atas perlindungannya.
Dalam tradisi negara liberal dikatakan bahwa kebebasab sipil dan hak-hak sipil
(yang mencakup kebebasan berpikir dan berpendapat, kebebasan berkumpul dan
berserikat, kebebasan beragama serta kebebasan pers) akan sulit diwujudkan jika
hukum disebuah negara tidak diberlakukan secara tegas dan pada semua orang,
termasuk pejabat pemerintah. Dengan kata lain, supremasi hukum dalam rule of
law merupakan unsur utama yang mendasari terciptanya masyarakat yang
demokratis dan adil.

Dengan demikian, perbedaan yang kuat dan lemah tidak lagi memainkan peran.
Orang dapat memperoleh apa yang menurut hukum menjadi haknya, entah dia
kuat ataupun lemah. Secara sederhana , supremasi hukum bisa dikatakan bahwa
kekuasaan pihak yang kuat diganti dengan kekuasaan berdasarkan keadilan dan
rasional.Negara Indonesia merupakan negara yang merdeka tanggal 17 Agustus
1945. Dengan perjuangan yang mengorbankan segala- galanya demi kemerdekaan
tersebut. setelah merdeka maka dibuatkan sebuah konstitusi sebagai dasar negara,
yang dijadikan sebagai pedoman bagi setiap elemen (negara) untuk
mewujudkannya. Tetapi perjuangan bangasa Indonesia setelah merdeka ternyata
tidak memuaskan public. Faktanya adalah pada tahun 1999-2002 adanya
amandemen perubahan untuk mengubah konstitusi negara Indonesia, karena
sudah tidak sesuai dengan zamannya dan banyak kesewenang- wenangan yang
terjadi pada masa sebelumnya, maka dari itu dizaman reformasi menginginkan
adanya amandemen UUD NRI yang menyebutkan bahwa "Indonesia ialah negara
yang berdasar atas Hukum".

1
Dengan lahirnya negara hukum yang diamanatkan konstitusi ini, Indonesia
sebagai negara tidak sewenang- wenang dalam menjalankan kekuasaannya. Dan
melahirkan perkembangan baru bagi penguasa berkewajiban dalam mewujudkan
tujuan negara yang termaktub dalam pembukaan alinea keempat UUD 1945.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan negara hukum ?
2. Bagaimana sejarah negara hukum ?
3. Apa unsur unsur negara hukum ?
4. Bagaimana ciri- ciri negara hukum ?
5. Bagaimana prinsip Negara Hukum ?
6. Bagaimana sistem hukum di Indonesia ?
7. Bagaimana Indonesia sebagai negara hukum?

C. Tujuan

Tujuan makalah ini adalah supaya mahasiswa dapat mengerti apa yang dimaksud
dengan negara hukum, bagaimana sejarah negara hukum, apa saja unsur negara
hukum, bagaimana ciri- ciri negara hukum, bagaimana prinsip negara hukum, dan
sistem hukum di Indonesia serta bagaimana Indonesia sebagai negara hukum.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Negara Hukum

Negara hukum adalah Negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin keadilan
kepada warga negaranya yang mana keadilan tersebut merupakan syarat bagi
tercapainya kebahagiaan hidup untuk warga Negara dan sifat keadilan itu perlu
diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar dapat membuat warganegara
suatu bangsa menjadi baik.

Negara Hukum bersandar pada keyakinan bahwa kekuasaan negara harus


dijalankan atas dasar hukum yang adil dan baik. Ada dua unsur dalam negara
hukum, yaitu pertama: hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah
tidak berdasarkan kekuasaan melainkan berdasarkan suatu norma objektif, yang
juga mengikat pihak yang memerintah; kedua: norma objektif itu harus memenuhi
syarat bahwa tidak hanya secara formal, melainkan dapat dipertahankan
berhadapan dengan idea hukum.

Hukum menjadi landasan tindakan setiap negara. Ada empat alasan mengapa
negara menyelenggarakan dan menjalankan tugasnya berdasarkan hukum:

1. Demi kepastian hukum


2. Tuntutan perlakuan yang sama
3. Legitimasi demokrasi
4. Tuntutan akal budi

Negara hukum berarti alat-alat negara mempergunakan kekuasaannya hanya


sejauh berdasarkan hukum yang berlaku dan dengan cara yang ditentukan dalam
hukum itu. Dalam negara hukum, tujuan suatu perkara adalah agar dijatuhi
putusan sesuai dengan kebenaran. Tujuan suatu perkara adalah untuk memastikan
kebenaran, maka semua pihak berhak atas pembelaan atau bantuan hukum.

B. Sejarah Negara Hukum

Aristoteles, merumuskan Negara hukum adalah Negara yang berdiri di atas


hukum yang menjamin keadilan kepada warga negaranya. Keadilan merupakan
syarat bagi tercapainya kebahagiaan hidup untuk warga Negara dan sebagai
daripada keadilan itu perlu diajarkan rasa susila kepada setiap manusia agar ia
menjadi warganegara yang baik. Peraturan yang sebenarnya menurut Aristoteles
ialah peraturan yang mencerminkan keadilan bagi pergaulan antar warga
negaranya .maka menurutnya yang memerintah Negara bukanlah manusia
melainkan “pikiran yang adil”. Penguasa hanyalah pemegang hukum dan
keseimbangan saja.

3
Ditinjau dari sudut sejarah, pengertian Negara hukum berbeda-beda diantaranya :
1. Negara Hukum Eropa Kontinental
Negara Hukum Eropa Kontinental ini dipelopori oleh Immanuel Kant. Tujuan
Negara hukum menurut Kant adalah menjamin kedudukan hukum dari individu-
individu dalam masyarakat. Konsep Negara hukum ini dikenal dengan yaitu ;

Negara hukum liberal, karena Kant dipegaruhi oleh faham liberal yang menentang
kekuasaan absolute raja pada waktu itu.

Negara hukum dalam arti sempit, karena pemerintah hanya bertugas dan
mempertahankan hukum dengan maksud menjamin serta melinungi kaum
“Boujuis” (tuan tanah) artinya hanya ditujukan pada kelompok tertentu saja.

Nechtwakerstaat ( Negara penjaga malam ), karena Negara hanya berfungsi


menjamin dan menjaga keamanan dalam arti sempit( kaum Borjuis).
Menurut Kant, untuk dapat disebut sebagai Negara hukum harus memiliki dua
unsure pokok, yaitu :
 Adanya perlindungan terhadap Hak Azasi Manusia
 Adanya pemisahan kekuasaan
Dalam perkembangan selanjutnya, ternyata model Negara hukum ini belum
memuaskan dan belum dapai mencapai tujuan, kalau hanya dengan 2 unsur
tersebut tidaklah cukup. Maka Negara hukum sebagai paham liberal berubah ke
faham Negara kemakmuran ( Welfarestaat atau Social Service State ) yang
dipelopori oleh “FJ STAHL”.
Menurut Stahl, seuatu Negara hukum harus memenuhi 4 unsur pokok,
yaitu :
1) adanya perlindungan terhadap Hak Azasi Manusia
2) adanya pemisahan kekuasaan
3) pemerintah haruslah berdasarkan peraturan-peraturan hukum
4) adanya peradilan administrasi
2. Negara Hukum Anglo Saxon (Rule Of Law)
Negara Anglo Saxon tidak mengenal Negara hukum atau rechtstaat, tetapi
mengenal atau menganut apa yang disebut dengan “ The Rule Of The Law” atau
pemerintahan oleh hukum atau government of judiciary.
Menurut A.V.Dicey, Negara hukum harus mempunyai 3 unsur pokok :
1 Supremacy Of Law
Dalam suatu Negara hukum, maka kedudukan hukum merupakan posisi tertinggi,
kekuasaan harus tunduk pada hukum bukan sebaliknya hukum tunduk pada
kekuasaan, bila hukum tunduk pada kekuasaan, maka kekuasaan dapat
membatalkan hukum, dengan kata lain hukum dijadikan alat untuk membenarkan
kekuasaan. Hukum harus menjadi “tujuan” untuk melindungi kepentingan rakyat.

4
2 Equality Before The Law
Dalam Negara hukum kedudukan penguasa dengan rakyat dimata hukum adalah
sama (sederajat), yang membedakan hanyalah fungsinya, yakni pemerintah
berfungsi mengatur dan rakyat yang diatur. Baik yang mengatur maupun yang
diatur pedomannya satu, yaitu undang-undang. Bila tidak ada persamaan hukum,
maka orang yang mempunyai kekuasaan akan merasa kebal hukum. Pada
prinsipnya Equality Before The Law adalah tidak ada tempat bagi backing yang
salah, melainkan undang-undang merupakan backine terhadap yang benar.
3 Human Rights
Human rights, maliputi 3 hal pokok, yaitu :
a. the rights to personal freedom ( kemerdekaan pribadi), yaitu hak untuk
melakukan sesuatu yang dianggan baik badi dirinya, tanpa merugikan orang lain.
b. The rights to freedom of discussion ( kemerdekaan berdiskusi), yaitu hak untuk
mengemukakan pendapat dan mengkritik, dengan ketentuan yang bersangkutan
juga harus bersedia mendengarkan orang lain dan bersedia menerima kritikan
orang lain.
c. The rights to public meeting ( kemerdekaan mengadakan rapat), kebebasan ini
harus dibatasi jangan sampai menimbulkan kekacauan atau memprovokasi.
Persamaan Negara hukum Eropa Kontinental dengan Negara hukum Anglo saxon
adalah keduanya mengakui adanya “Supremasi Hukum”.
Perbedaannya adalah pada Negara Anglo Saxon tidak terdapat peradilan
administrasi yang berdiri sendiri sehingga siapa saja yang melakukan pelanggaran
akan diadili pada peradila yang sama. Sedangkan nagara hukum Eropa
Kontinental terdapat peradilan administrasi yang berdiri sendiri.
Selanjutnya, konsep Rule Of Law dikembangkan dari ahli hukum (juris) Asia
Tenggara & Asia Pasifik yang berpendapat bahwa suatu Rule Of Law harus
mempunyai syarat-syarat :
1. Perlindungan konstitusional, artinya selain menjamin hak-hak individu harus
menentukan pula cara / prosedur untuk perlindungan atas hak-hak yang dijamin.
2. Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak.
3. Kebebasan untuk menyatakan pendapat.
4. Pemilihan umum yang bebas.
5. Kebebasan untuk berserikat / berognanisasi dan beroposisi.
6. Pendidikan civic / politik.

Unsur-unsur Negara Hukum


1. Hak asasi manusia dihargai sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai
manusia.
2. Adanya pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak
itu.
3. Pemerintahan dijalankan berdasarkan peraturan perundang-undangan.

5
4. Adanya peradilan administrasi dalam perselisihan antara rakyat dengan
pemerintahannya.

Sedangkan A.V.Dicey berpendapat bahwa Negara hukum harus mempunyai 3


unsur pokok, yakni :

1) Supremacy Of Law (Supremasi hukum)


Kedudukan hukum merupakan posisi tertinggi, kekuasaan harus tunduk pada
hukum bukan sebaliknya hukum tunduk pada kekuasaan. Dengan kata lain hukum
harus menjadi tujuan untuk melindungi kepentingan rakyat.

2) Equality Before The Law (Persamaan dalam hukum)


Dalam Negara hukum kedudukan penguasa dengan rakyat dimata hukum adalah
sama (sederajat), yang membedakan hanyalah fungsinya, yakni pemerintah
berfungsi mengatur dan rakyat yang diatur. Baik yang mengatur maupun yang
diatur pedomannya satu, yaitu undang-undang.

3) Human Rights (Kebenaran hukum)


Human rights lebih menekankan pada seorang warga negara untuk dapat
melakukan kebebasan atau kemerdekaan dalam menjalani kehidupannya, seperti
kemerdekaan pribadi, kemerdekaan diskusi, dan kemerdekaan mengadakan rapat.

C. Ciri-ciri Negara Hukum


1. Kekuasaan dijalankan sesuai dengan hukum positif yang berlaku
2. Kegiatan negara berada dibawah kontrol kekuasaan kehakiman yang
efektif
3. Berdasarkan sebuah undang-undang yang menjamin HAM
4. Menuntut pembagian kekuasaan

Fredrich Julius Stahl dari kalangan ahli hukum Eropa Kontinental memberikan
ciri-ciri Rechtsstaat sebagai berikut:
1. Hak asasi manusia
2. Pemisahan antara pembagian kekuasaan untuk menjamin HAM yang biasa
dikenal sebagai Trias Politika
3. Pemerintahan berdasarkan peraturan-peraturan
4. Peradilan administrasi
Dalam perselisihan AV Dicey dari kalangan ahli hukum Anglo Saxon
memberikan ciri-ciri Rule of Law sebagai berikut :
1. Supremasi hukum, dalam arti tidak boleh ada kesewenang-wenangan,
sehingga seseorang hanya boleh dihukum jika melanggar hukum
2. Kedudukan yang sama di depan hukum, baik bagi rakyat biasa maupum
bagi pejabat

6
3. Terjaminnya hak-hak manusia dalam undang-undang atau keputusan
pengadilan

Ciri-ciri Rechsstaat dan Rule of Law di atas masih dipengaruhi oleh konsep
Negara hukum formal atau Negara hukum dalam arti sempit. Sebuah komisi para
juris yang tergabung dalam International Commision of Jurits pada konferensinya
di Bangkok tahun 1965 merumuskan ciri-ciri pemerintahan yang demokratis di
bawah Rule of Law yang dinamis. Ciri-ciri tersebut adalah:
1.Perlindungan konstitusional, dalam arti bahwa konstitusi selain menjamin hak-
hak indvidu harus menentukan pula cara procedural untuk memperoleh
perlindungan atas hak-hak yang dijamin
2.Badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
3.Kebebasan untuk menyatakan pendapat
4.Pemilihan umum yang bebas
5.Kebebasan untuk berorganisasi dan beroposisi
6.Pendidikan civics (kewarganegaraan)
Menurut Stahl, model negara hukum ada empat, yaitu :
1. adanya perlindungan terhadap Hak Azasi Manusia
2. adanya pemisahan kekuasaan
3. pemerintah haruslah berdasarkan peraturan-peraturan hukum
4. adanya peradilan administrasi

D. Prinsip Negara Hukum


Para Sarjana Eropa Kontinental yang diwakili oleh Julius Stahl menuliskan
prinsip negara hukum (Rechtsstaat) dengan mengimplementasikan:
1. Perlindungan hak asasi manusia
2. Pembagian kekuasaan
3. Pemerintahan berdasarkan undang-undang
4. Peradilan Tata Usaha Negara.

International Comission of Jurists pada konfrensinya di Bangkok (1965) juga


menekankan prinsip-prinsip negara hukum yang seharusnya dianut oleh sebuah
negara hukum, yaitu:
1. Perlindungan konstitusional, artinya, selain menjamin hak-hak individu,
konstitusi harus pula menentukan cara prosedural untuk memperoleh
perlindungan atas hak-hak yang dijamin
2. Badan-badan kehakiman yang bebas dan tidak memihak
3. Pemilihan umum yang bebas
4. Kebebasan menyatakan pendapat
5. Kebebasan berserikat/berorganisasi dan beroposisi
6. Pendidikan kewarganegaraan

7
Jimly Ashshiddiqie menuliskan kembali prinsip-prinsip negara hukum dengan
menggabungkan pendapat dari sarjana-sarjana Anglo-Saxon dengan sarjana-
sarjana Eropa Kontinental. Menurutnya dalam negara hukum pada arti yang
sebenarnya, harus memuat dua belas prinsip, yakni:
1. Supremasi Hukum (Suprermacy of Law)
Dalam perspektif supremasi hukum, pada hakekatnya pemimpin tertinggi negara
yang sesungguhnya bukanlah manusia, tetapi konstitusi yang mencerminkan
hukum yang tertinggi, The Rule of Law and not of man.

2. Persamaan dalam hukum (Equality before the Law)


Setiap orang berkedudukan sama dalam hukum dan pemerintahan. Sikap
diskrimatif dilarang, kecuali tindakan-tindakan yang bersifat khusus dan
sementara yang disebut affirmative action, yakni tindakan yang mendorong dan
mempercepat kelompok warga masyarakat tertentu untuk mengejar kemajuan,
sehingga mencapai perkembangan yang lebih maju dan setara dengan kelompok
masyarakat kebanyakan yang telah lebih maju.

3. Asas Legalitas (Due Process of Law)


Segala tindakan pemerintahan harus didasarkan atas peraturan perundang-
undangan yang sah dan tertulis. Setiap perbuatan administrasi harus didasarkan
atas aturan atau rules and procedurs (regels). Namun, disamping prinsip ini ada
asas frijsermessen yang memungkinkan para pejabat administrasi negara
mengembangkan dan menetapkan sendiri beleid-regels atau policy rules yang
berlaku secara bebas dan mandiri dalam rangka menjalankan tugas jabatan yang
dibebankan oleh peraturan yang sah.

4. Pembatasan kekuasaan
Adanya pembatasan kekuasaan negara dan organ-organ negara dengan cara
menerapkan prinsip pembagian secara vertikal atau pemisahan kekuasaan secara
horizontal. Kekuasaan harus selalu dibatasi dengan cara memisahkan kekuasaan
ke cabang-cabang yang bersifat checks and balances dalam kedudukan yang
sederajat dan saling mengimbangi serta mengendalikan satu sama lain. Dapat
juga dilakukan pembatasan dengan cara membagikan kekuasaan negara secara
vertikal, dengan begitu kekuasaan negara tidak tersentralisasi dan terkonsentrasi
yang bisa menimbulkan kesewenang-wenangan. Akhirnya falsafah power tends to
corrupt, and absolut power corrupts absolutly bisa dihindari.

5. Organ-organ eksekutif independen


Independensi lembaga atau organ-organ dianggap penting untuk menjamin
demokrasi, karena fungsinya dapat disalahgunakan oleh pemerintah untuk
melanggengkan kekuasaannya. Misalnya, tentara harus independen agar fungsinya

8
sebagai pemegang senjata tidak disalahgunakan untuk menumpas aspirasi pro-
demokrasi.

6. Peradilan bebas dan tidak memihak (independent and impartial judiciary)


Dalam menjalankan tugas yudisialnya, hakim tidak boleh dipengaruhi oleh
siapapun juga, baik karena kepentingan jabatan (politik) maupun kepentingan
uang (ekonomi). Untuk menjamin keadilan dan kebenaran, tidak diperkenankan
adanya intervensi ke dalam proses pengambilan putusan keadilan oleh hakim, baik
intervensi dari lingkungan kekuasaan eksekutif maupun legislatif ataupun dari
kalangan masyarakat dan media massa. Namun demikian, hakim harus tetap
terbuka dalam pemeriksaan perkara dan menghayati nilai-nilai keadilan dalam
menjatuhkan putusan.

7. Peradilan Tata Usaha Negara


Dalam setiap negara hukum, harus terbuka kesempatan bagi setiap warga negara
untuk menggugat keputusan pejabat administrasi negara dan dijalankannya
putusan hakim tata usaha negara (administrative court) oleh pejabat administrasi
negara. Pengadilan administrasi negara ini juga menjadi penjamin bagi rakyat agar
tidak di zalimi oleh negara melalui keputusan pejabat administrasi negara.

8. Peradilan Tata Negara (Constitutional Court)


Pentingnya Constitutional Court adalah dalam upaya untuk memperkuat sistem
checks and balances antara cabang-cabang kekuasaan yang sengaja dipisahkan
untuk menjamin demokrasi.

9. Perlindungan hak asasi manusia


Perlindungan terhadap hak asasi manusia dimasyarakatkan secara luas dalam
rangka mempromosikan penghormatan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi
manusia sebagai ciri yang penting suatu negara hukum yang demokratis.

10. Bersifat demokratis (democratische rechtsstaat)


Negara hukum yang bersifat nomokratis harus dijamin adanya demokrasi,
sebagaimana di dalam setiap negara demokratis harus dijamin
penyelenggaraannya berdasar atas hukum. Jadi negara hukum (rechtsstaat) yang
dikembangkan bukanlah negara hukum yang absolut (absolute rechtsstaat)
melainkan negara hukum yang demokratis (democratische rechtsstaat).

11. Berfungsi sebagai sarana mewujudkan tujuan bernegara (Welfare Rechtsstaat)


Sebagaimana cita-cita nasional Indonesia yang dirumuskan dalam pembukaan
UUD 1945, tujuan bernegara Indonesia dalam rangka melindungi segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia

9
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Negara hukum
berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan dan mencapai keempat tujuan negara
Indonesia tersebut. Dengan demikian, pembangunan negara Indonesia tidak
terjebak pada rule-driven, melainkan mission driven, tetapi mission driven yang
didasarkan atas aturan.

12. Transparansi dan kontrol sosial


Adanya transparansi dan kontrol sosial yang terbuka terhadap setiap proses
pembuatan dan penegakan hukum, sehingga kelemahan dan kekurangan yang
terdapat dalam mekanisme kelembagaan resmi dapat dilengkapi secara
komplementer oleh peran serta masyarakat secara langsung.

E. Sistem hukum di dunia


Ada berbagai jenis sistem hukum yang berbeda yang dianut oleh negara-
negara di dunia pada saat ini, antara lain sistem hukum Eropa Kontinental,
common law system, sistem hukum Anglo-Saxon, sistem hukum adat, sistem
hukum agama.
Sistem hukum Eropa Kontinental
Sistem hukum Eropa Kontinental adalah suatu sistem hukum dengan ciri-ciri
adanya berbagai ketentuan-ketentuan hukum dikodifikasi (dihimpun) secara
sistematis yang akan ditafsirkan lebih lanjut oleh hakim dalam penerapannya.
Hampir 60% dari populasi dunia tinggal di negara yang menganut sistem hukum
ini.

Common Law System


Common law system adalah suatu sistem hukum yang digunakan di Inggris yang
mana di dalamnya menganut aliran frele recht lehre yaitu dimana hukum tidak
dibatasi oleh undang-undang tetapi hakim diberikan kebebasan untuk
melaksanakan undang-undang atau mengabaikannya.
Sistem hukum Anglo-Saxon
Sistem Anglo-Saxon adalah suatu sistem hukum yang didasarkan pada
yurisprudensi, yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian
menjadi dasar putusan hakim-hakim selanjutnya. Sistem hukum ini diterapkan di
Irlandia, Inggris, Australia, Selandia Baru, Afrika Selatan, Kanada (kecuali
Provinsi Quebec) dan Amerika Serikat (walaupun negara bagian Louisiana
mempergunakan sistem hukum ini bersamaan dengan sistem hukum Eropa
Kontinental Napoleon). Selain negara-negara tersebut, beberapa negara lain juga
menerapkan sistem hukum Anglo-Saxon campuran, misalnya Pakistan, India dan
Nigeria yang menerapkan sebagian besar sistem hukum Anglo-Saxon, namun juga
memberlakukan hukum adat dan hukum agama.
Sistem hukum anglo saxon, sebenarnya penerapannya lebih mudah terutama pada
masyarakat pada negara-negara berkembang karena sesuai dengan perkembangan

10
zaman.Pendapat para ahli dan prakitisi hukum lebih menonjol digunakan oleh
hakim, dalam memutus perkara.

Sistem hukum adat/kebiasaan


Hukum Adat adalah seperangkat norma dan aturan adat/kebiasaan yang berlaku di
suatu wilayah. misalnya di perkampungan pedesaan terpencil yang masih
mengikuti hukum adat dan memiliki sanksi sesuai dengan aturan hukum yang
berlaku di wilayah tertentu.
Sistem hukum agama
Sistem hukum agama adalah sistem hukum yang berdasarkan ketentuan agama
tertentu. Sistem hukum agama biasanya terdapat dalam Kitab Suci.

F. Negara Hukum Indonesia

1. Landasan Yuridis Negara Hukum Indonesia


Konstitusi kita UUD 1945 secara nyata menyatakan Indonesia sebagai negara
hukum yaitu padapasal 1 ayat (3) UUD 1945 berbunyi : Negara Indonesia negara
hukum. Selain itu, dalam Penjelasan Umum UUD 1945 tentang Sistem
Pemerintahan Negara, dijelaskan bahwa :

• Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (Rechtstaat) tidak


berdasar atas kekuasaan belaka (Machtstaat ).
• Sistem konstitusional,Pemerintah berdasar atas sistem konstitusi
(hukumdasar), tidak bersifat absolutisme (kekuasaan yang tidak terbatas).

Rumusan tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa:


a) Negara Indonesia berdasar atas hukum, bukan berdasarkan kekuasaan
semata
b) Pemerintah negara berdasar atas suatu konstitusi dengan kekuasaan
pemerintah terbatas, tidak absolut

Konsepsi negara hukum Indonesia adalah konsep negara hukum materiil atau
negara hukum arti luas, yang berarti pemerintah berperan aktif membangun
kesejahteraan umum di berbagai lapangan kehidupan.

2. Perwujudan Negara Hukum Indonesia


Di dalam negara hukum, setiap aspek tindakan pemerintahan baik dalam lapangan
pengaturan maupun dalam lapangan pelayanan harus didasarkan pada peraturan
perundang-undangan atau berdasarkan pada legalitas.Artinya, pemerintah tidak
dapat melakukan tindakan pemerintahan tanpa dasar kewenangan. Unsur-unsur
yang berlaku umum bagi setiap negara hukum yakni sebagai berikut:

11
a) Adanya suatu sistem pemerintahan negara yang didasarkan atas kedaulatan
rakyat
b) Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya harus
berdasar atas hukum atau perundang-undangan
c) Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia (warga negara)
d) Adanya pembagian kekuasaan dalam negara
e) Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan yang bebas dan mandiri,
dalam arti lembaga peradilan tersebut benar-benar tidak memihak dan
tidak berada di bawah pengaruh eksekutif
f) Adanya peran nyata dari anggota-anggota masyarakat atau warga Negara
untuk turut serta mengawasi perbuatan dan pelaksanaan yang dilakukan
oleh pemerintah
g) Adanya sistem perekonomian yang menjamin pembagian yang merata
sumberdaya yang diperlukan bagi kemakmuran warga negara.Unsur-unsur
negara hukum ini biasanya terdapat dalam konstitusi. Oleh karena itu,
perwujudan secara operasional dari konsep nagara hukum adalah
konstitusi negara tersebut.

G. Macam-macam Bidang Hukum di Indonesia

Hukum dapat dibagi dalam berbagai bidang, antara lain hukum pidana/hukum
publik, hukum perdata/hukum pribadi, hukum acara, hukum tata negara, hukum
administrasi negara/hukum tata usaha negara, hukum internasional, hukum adat,
hukum islam, hukum agraria, hukum bisnis, dan hukum lingkungan. Namun akan
dijelaskan 3 bidang hukum yang popular di Indonesia, yaitu : hukum pidana,
hukum perdata, dan hukum acara.
1.Hukum Pidana
Hukum pidana termasuk pada ranah hukum publik.Hukum pidana adalah hukum
yang mengatur hubungan antar subjek hukum dalam hal perbuatan – perbuatan
yang diharuskan dan dilarang oleh peraturan perundang – undangan dan berakibat
diterapkannya sanksi berupa pemidanaan dan/atau denda bagi para
pelanggarnya.Dalam hukum pidana dikenal 2 jenis perbuatan yaitu kejahatan dan
pelanggaran.Kejahatan ialah perbuatan yang tidak hanya bertentangan dengan
peraturan perundang – undangan tetapi juga bertentangan dengan nilai moral, nilai
agama dan rasa keadilan masyarakat.Pelaku pelanggaran berupa kejahatan
mendapatkan sanksi berupa pemidanaan, contohnya mencuri, membunuh, berzina,
memperkosa dan sebagainya. Sedangkan pelanggaran ialah perbuatan yang hanya
dilarang oleh peraturan perundangan namun tidak memberikan efek yang tidak
berpengaruh secara langsung kepada orang lain, seperti tidak menggunakan helm,
tidak menggunakan sabuk pengaman dalam berkendaraan, dan sebagainya. Di
Indonesia, hukum pidana diatur secara umum dalam Kitab Undang-undang
Hukum Pidana (KUHP), yang merupakan peninggalan dari zaman penjajahan

12
Belanda, sebelumnya bernama Wetboek van Straafrecht (WvS). KUHP
merupakan lex generalis bagi pengaturan hukum pidana di Indonesia dimana asas-
asas umum termuat dan menjadi dasar bagi semua ketentuan pidana yang diatur di
luar KUHP (lex specialis)
Hukum pidana dalam Islam dinamakan qisas, yaitu nyawa dibalas dengan nyawa,
tangan dengan tangan, tetapi di dalam Islam ketika ada orang yang membunuh
tidak langsung dibunuh, karena harus melalui proses pemeriksaan apakah yang
membunuh itu sengaja atau tidak disengaja, jika sengaja jelas hukumannya adalah
dibunuh jika tidak disengaja wajib membayar di dalam Islam wajib
memerdekakan budak yang selamat, jika tidak ada membayar dengan 100 onta,
jika mendapat pengampunan dari si keluarga korban maka tidak akan terkena
hukuman.
2.Hukum Perdata
Salah satu bidang hukum yang mengatur hubungan-hubungan antara individu-
individu dalam masyarakat dengan saluran tertentu.Hukum perdata disebut juga
hukum privat atau hukum sipil. Salah satu contoh hukum perdata dalam
masyarakat adalah jual beli rumah atau kendaraan .
Hukum perdata dapat digolongkan antara lain menjadi:
 Hukum keluarga
 Hukum harta kekayaan
 Hukum benda
 Hukum Perikatan
 Hukum Waris
3.Hukum Acara
Untuk tegaknya hukum materiil diperlukan hukum acara atau sering juga disebut
hukum formil. Hukum acara merupakan ketentuan yang mengatur bagaimana cara
dan siapa yang berwenang menegakkan hukum materiil dalam hal terjadi
pelanggaran terhadap hukum materiil. Tanpa hukum acara yang jelas dan
memadai, maka pihak yang berwenang menegakkan hukum materiil akan
mengalami kesulitan menegakkan hukum materiil. Untuk menegakkan ketentuan
hukum materiil pidana diperlukan hukum acara pidana, untuk hukum materiil
perdata, maka ada hukum acara perdata.Sedangkan, untuk hukum materiil tata
usaha negara, diperlukan hukum acara tata usaha negara.Hukum acara pidana
harus dikuasai terutama oleh para polisi, jaksa, advokat, hakim, dan petugas
Lembaga Pemasyarakatan.
Hukum acara pidana yang harus dikuasai oleh polisi terutama hukum acara pidana
yang mengatur soal penyelidikan dan penyidikan, oleh karena tugas pokok polisi
menurut hukum acara pidana (KUHAP) adalah terutama melaksanakan tugas
penyelidikan dan penyidikan.Yang menjadi tugas jaksa adalah penuntutan dan
pelaksanaan putusan hakim pidana.Oleh karena itu, jaksa wajib menguasai
terutama hukum acara yang terkait dengan tugasnya tersebut.Sedangkan yang
harus menguasai hukum acara perdata.termasuk hukum acara tata usaha negara

13
terutama adalah advokat dan hakim. Hal ini disebabkan di dalam hukum acara
perdata dan juga hukum acara tata usaha negara, baik polisi maupun jaksa
(penuntut umum) tidak diberi peran seperti halnya dalam hukum acara
pidana.Advokat lah yang mewakili seseorang untuk memajukan gugatan, baik
gugatan perdata maupun gugatan tata usaha negara, terhadap suatu pihak yang
dipandang merugikan kliennya. Gugatan itu akan diperiksa dan diputus oleh
hakim. Pihak yang digugat dapat pula menunjuk seorang advokat mewakilinya
untuk menangkis gugatan tersebut.
Tegaknya supremasi hukum itu sangat tergantung pada kejujuran para penegak
hukum itu sendiri yang dalam menegakkan hukum diharapkan benar-benar dapat
menjunjung tinggi kebenaran, keadilan, dan kejujuran.Para penegak hukum itu
adalah hakim, jaksa, polisi, advokat, dan petugas Lembaga Pemasyarakatan. Jika
kelima pilar penegak hukum ini benar-benar menegakkan hukum itu dengan
menjunjung tinggi nilai-nilai yang telah disebutkan di atas, maka masyarakat akan
menaruh respek yang tinggi terhadap para penegak hukum. Dengan semakin
tingginya respek itu, maka masyarakat akan terpacu untuk menaati hukum.

H. Kondisi Negara Hukum di Indonesia


Kondisi Negara Hukum Indonesia kita dewasa ini sangat memprihatinkan.
Hukum diperlukan agar kebijakan-kebijakan kenegaraan dan pemerintahan dapat
memperoleh bentuk resmi yang bersifat mengikat dan dapat dipaksakan
berlakunya untuk umum. Karena hukum yang baik kita perlukan dalam rangka
pembuatan kebijakan (policy making) yang diperlukan merekayasa,
mendinamisasi, mendorong, dan bahkan mengarahkan guna mencapai tujuan
hidup bersama dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Di samping itu, dalam rangka pelaksanaan
kebijakan-kebijakan tersebut (policy executing), hukum juga harus difungsikan
sebagai sarana pengendali dan sebagai sumber rujukan yang mengikat dalam
menjalankan segala roda pemerintahan dan kegiatan penyelenggaraan negara.
Namun dalam kenyataan praktik, baik dalam konteks pembuatan kebijakan
(policy making) maupun dalam konteks pelaksanaan kebijakan (policy executing),
masih terlihat adanya gejala anomi dan anomali yang belum dapat diselesaikan
dengan baik selama 11 tahun pasca reformasi ini. Dari segi sistem norma,
perubahan-perubahan telah terjadi dimulai dari norma-norma dasar dalam
konstitusi negara yang mengalami perubahan mendasar. Dari segi materinya dapat
dikatakan bahwa UUD 1945 telah mengalami perubahan 300 persen dari isi
aslinya sebagaimana diwarisi dari tahun 1945. Sebagai akibat lanjutannya maka
keseluruhan sistem norma hukum sebagaimana tercermin dalam berbagai
peraturan perundang-undangan harus pula diubah dan diperbarui.
Sebenarnya, upaya pembaruan hukum itu sendiri tentu dapat dikatakan sudah
berjalan selama 11 tahun terakhir ini. Namun demikian, dapat dikatakan bahwa:
Pertama, perubahan-perubahan tersebut cenderung dilakukan secara cicilan

14
sepotong-sepotong tanpa peta jalan (road-map) yang jelas. Akibatnya, perubahan
sistem norma hukum kita selama 11 tahun masa reformasi ini belum
menghasilkan kinerja Negara Hukum yang kita diidealkan. Kedua, pembentukan
berbagai peraturan perundang-undang baru telah sangat banyak menghasil norma-
norma hukum baru yang mengikat untuk umum. Akan tetapi norma-norma baru
itu belum secara cepat tersosialisasikan secara umum sehingga pelaksanaannya di
lapangan banyak menghadapi kendala dan kegagalan. Sebaliknya, norma-norma
hukum yang lama, sebagai akibat sudah terbentuknya norma hukum yang baru,
tentu sudah tidak lagi dijadikan rujukan dalam praktik.
Ketiga, di masa reformasi ini banyak sekali lembaga baru yang kita bentuk untuk
maksud yang mulia, yaitu agar kebutuhan dan kepentingan masyarakat yang
sudah berubah sebagai masyarakat demokratis dapat lebih efisien dan efektif
dilayani oleh fungsi-fungsi kekuasaan negara. Pembentukan lembaga-lembaga
baru itu dilakukan sekaligus dengan mengubah fungsi-fungsi lembaga-lembaga
yang ada sebelumnya. Akan tetapi dalam kenyataan praktik sampai sekarang
ternyata banyak sekali lembaga-lembaga baru yang kinerjanya belum berhasil
menempatkan diri secara tepat dalam sistem kenegaraan baru berdasarkan UUD
1945, sementara lembaga-lembaga yang lama sudah lumpuh dan tidak lagi
menjalankan fungsi yang diambil alih oleh lembaga baru. Akibatnya, timbul
gejala tumpang tindih akibat banyaknya lembaga yang menangani satu fungsi
yang sama, sementara di pihak lain banyak fungsi yang ada lembaga yang
menanganinya sama sekali. Karena itu, dapat dikatakan bahwa sesudah 11 tahun
masa reformasi ini, kita menghadapi keadaan anomi dan anomali. Keadaan anomi
mencerminkan keadaan yang seolah-olah ketiadaan norma (a-nomous), sedangkan
keadaan anomali menegaskan adanya kekacauan structural dan fungsional dalam
hubungan antara lembaga dan badan-badan penyelenggara fungsi kekuasaan
negara.
Dalam konteks pembuatan aturan, perhatikanlah bagaimana kinerja lembaga-
lembaga legislasi dan regulasi kita, baik di tingkat pusat maupun daerah.
Kinerjanya sebagian terbesar masih belum professional dan mengarah kepada
upaya perbaikan sistem hukum kita secara keseluruhan. Baik DPR, DPD, DPRD,
biro-biro hukum berbagai instansi pemerintahan masih bekerja secara serabutan
dan tanpa arah yang jelas, melainkan hanya berdasarkan kebutuhan dadakan dan
didasarkan atas pesanan ataupun perintah yang bersifat sesaat dan seperlunya.
Demikian pula di bidang pelaksanaan kebijakan (policy executing), yang
menentukan justru adalah atasan atau pejabat yang berwenang mengambil
keputusan. Sistem birokrasi penerapan hukum kita masih sangat personal, belum
melembaga secara kuat, dan masih sangat tergantung kepada keteladanan
pimpinan.

Begitu pula dalam proses penegakan hukum (law enforcement), aparat penyelidik,
penyidik, penuntut, pembela, hakim pemutus, dan aparatur pemasyarakatan masih

15
bekerja dengan kultur kerja yang tradisional dan cenderung primitif. Lihatlah
bagaimana kasus Bibit dan Chandra memberi tahu kepada kita semua mengenaki
kebobrokan dunia penegakan hukum kita. Dari kasus ini jelas tergambar betapa
buruknya cara kerja lembaga penyidik di Negara kita. Sebaliknya, lihat pula kasus
terungkapnya kasus istana dalam penjara yang melibatkan Artalyta Suryani yang
menikmati kamar tidur mewah yang jelas tidak adil bagi narapidana lain yang
tidak berpunya. Dengan perkataan lain, kita menghadapi banyak masalah mulai
dari lembaga penyidik sampai ke lembaga pemasyarakatan.

Mengenai kasus Bibit dan Chandra, misalnya, telah menyedot perhatian publik
yang sangat luas selama berbulan-bulan. Namun, solusi yang diambil kemudian
adalah penghentian perkaranya oleh Kejaksaan atas tekanan publik. Solusi
demikian juga mencatatkan preseden yang sangat buruk dalam penegakan hukum
yang tunduk kepada tekanan politik. Sekali aparat penegak hukum takluk kepada
tekanan politik yang datang dari bawah (civil society), maka pada saat yang lain
jangan salahkan jika ada orang yang menilai bahwa aparat yang sama akan tunduk
dan takluk pula kepada tekanan politik (state) yang datang dari atas ataupun dari
samping (market). Namun demikian, semua sudah menjadi bubur, apa boleh buat,
kasus Bibit dan Chandra sudah berakhir, dan kita harus siap menutup buku
mengenai hal ini. Akan tetapi, dari kasus Bibit dan Chandra, kasus Istana Artalyta
di LP, serta kasus-kasus lainnya, seperti kasus Bank Century dan sebagainya, kita
dapat berkaca mengenai bobroknya sistem penegakan hukum di Negara kita. Jalan
yang tersedia di hadapan kita hanya satu, yaitu bahwa kita harus melangkah ke
depan untuk memperbaiki sistem hukum dan peradilan di tanah air kita
sebagaimana mestinya dengan cetak biru dan peta jalan (road-map) yang jelas
berdasarkan UUD 1945.

Untuk itu, kita dapat mengusulkan kiranya sistem peradilan kita dievalusasi dan
diadakan perubahan mendasar agar proses peradilan dan produk putusan
pengadilan dapat ditingkatkan menjadi lebih bermutu dan benar-benar menjamin
keadilan daripada yang ada sekarang. Misalnya, kita mesti memperbaiki kondisi-
kondisi untuk menjamin independensi peradilan secara benar dan memperbaiki
sistem peradilan yang menjamin mutu putusan seperti dengan menerapkan
kebijakan pembatasan perkara di Mahkamah Agung sambil memperkuat
kedudukan dan peranan Pengadilan Tinggi di setiap ibukota provinsi. Dalam
waktu yang tidak terlalu lama, di lingkungan peradilan, sebaiknya segera diadakan
sistem kamar dalam penanganan perkara, tidak lagi sistem majelis seperti yang
dipraktikkan selama ini. Dengan sistem kamar itu, perkara-perkara (i) pidana, (ii)
perdata umum, (iii) bisnis, (iv) agama, (v) tatausaha Negara, dan (vi) militer dapat
ditangani secara professional oleh hakim yang memang menguasai bidang hukum
terkait.

16
Demikian pula dengan aparat dan aparatur penyelidikan, penyidikan, penuntutan,
pembelaaan, dan pemasyarakatan juga perlu segera direformasi secara mendasar.
Polisi, sejak berpisah dari TNI (ABRI) tentu harus mengubah wataknya menjadi
organisasi sipil. Pendekatannya jangan lagi militeristik. Polisi adalah pengayom
masyarakat bukan bermusuhan dengan masyarakat. Kejaksaan dan lembaga-
lembaga penuntut khusus lain, yaitu KPK juga harus lah bertindak professional
sebagai lembaga penegak keadilan, bukan sekedar merupakan lembaga penegak
peraturan.

Yang tidak kalah peliknya juga adalah profesi advokat yang masih jauh dari
idealitas profesionalnya sebagai penegak hukum. Apalagi sampai sekarang,
persatuan para advokat dalam wadah tunggal sampai sekarang juga terus
menghadapi kendala yang para advokat sendiri tidak juga kunjung dapat
menyelesaikannya sendiri. Padahal para advokat mengimpikan watak
independensi yang kokoh bagi kedudukan professional mereka. Namun, jika para
advokat justru tidak dapat menyelesaikan sendiri masalah internal mereka, apa
alasannya untuk mencegah agar fungsi-fungsi Negara yang relevan ikut berperan
jikalau kepentingan rakyat dan negara justru menuntut berfungsinya organisasi
tunggal para advokat yang oleh UU Advokat telah dikukuhkan sebagai aparat
penegak hukum.

17
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Negara adalah suatu organisasi dari kelompok yang bersama-sama mendiami
suatu wilayah tertentu dan mengakui adanya pemerintahan yang mengurus tata
tertib dan keselamatan kelompok atau beberapa kelompok tersebut. Negara
indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum ,dibangun dan ditegakkan
menurut prinsip-prinsip demokrasi.hukum tidak boleh di buat,di
tetapkan,ditafsirkan,di tegakkan dengan tangan besi,berdasarkan kekuasaan
belaka.prinsip negara hukum tidak boleh ditegakkan dengan mengabaikan prinsip-
prinsip demokrasi yang di atur dalam uud 45.Namun demikian sering pada
pelaksanaannya mengalami kendala yaitu dilema antara menegakkan
hukum,sehingga kalau tidak konsisten maka akan menyiksa bangsa indonesia
sendiri. Negara hukum adalah Negara yang berdiri di atas hukum yang menjamin
keadilan kepada warga negaranya. Ada dua unsur dalam negara hukum, yaitu
pertama: hubungan antara yang memerintah dan yang diperintah kedua: norma
objektif yang harus memenuhi syarat bahwa tidak hanya secara formal, melainkan
dapat dipertahankan berhadapan dengan idea hukum. Negara hukum memiliki
unsur-unsur, ciri-ciri, dan prinsip yang mendasar. Ada berbagai jenis sistem
hukum yang berbeda yang dianut oleh negara-negara di dunia pada saat ini, antara
lain sistem hukum Eropa Kontinental, common law system, sistem hukum Anglo-
Saxon, sistem hukum adat, sistem hukum agama. Konsepsi negara hukum
Indonesia adalah konsep negara hukum materiil atau negara hukum arti luas, yang
berarti pemerintah berperan aktif membangun kesejahteraan umum di berbagai
lapangan kehidupan.

Saran
Sebagai Negara hukum sudah sepatutnya hukum itu harus dipatuhi dan ditaati
agar terciptalah Negara yang sejahtera, agar demikian masyarakat yang ada
didalam dapat terlindungi hukum dari hal-hal yang meresahkan dan tidak
mengenakkan, oleh karena itu sudah seharusnya pemerintah juga turut turun
langsung meninjau apakah seluruh masyarakat sudah mendapatkan hak-nya
dilindungi oleh hukum tanpa pandang bulu apa dia masyarakat yang mampu
ataukah tidak mampu. Karena hukum itu adalah bagian dari masyarakat juga dan
masyarakatlah yang berhak dijamin atas hukum.
Dengan teraplikasnya konsepsi negara hukum di Inionesia, maka Indonesia bisa
menjadi negara yang aman,nyaman, dan terkondisi seperti sebagaimana mestinya.
karena itulah, hendaknya seluruh warga negara, patuh dan taat terhadap hukum
yang ada serta mampu menegakkannya sehingga harapan agar Negara indonesia
yang taat hukum serta harmonis dapat dicapai.

18

Anda mungkin juga menyukai