S2 2014 325108 Chapter1 PDF
S2 2014 325108 Chapter1 PDF
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hepatitis B merupakan penyakit yang banyak ditemukan sebagai penyebab
utama terjadinya kesakitan dan kematian, serta tetap menjadi masalah kesehatan
masyarakat di seluruh dunia. Virus Hepatitis B (VHB) dapat menyerang semua
umur dan semua suku bangsa, bahkan dapat menimbulkan berbagai macam
manifestasi klinis (Siregar, 2001). Hepatitis B adalah infeksi virus yang
menyerang hati dan dapat menyebabkan penyakit hati akut maupun kronis (WHO,
2008).
World Health Organization memperkirakan lebih 2 milyar penduduk
dunia telah terinfeksi virus hepatitis B, dimana 378 juta atau 4,8% terinfeksi yang
bersifat carier kronis dengan angka kematian 620,000 jiwa setiap tahun. Lebih
dari 4,5 juta kasus infeksi baru virus hepatitis B terjadi setiap tahun, dan ¼ dari
kejadian kasus tersebut berkembang menjadi penyakit hati sirosis hepatis dan
karsinoma hepatoseluler primer (Franco et al., 2012).
Penyakit hepatitis B saat ini sudah menjadi penyakit endemis di berberapa
negara termasuk Indonesia. Angka prevalensi infeksi virus hepatitis B di
Indonesia antara 3-20% (Fauzah, 1997). Hal ini berhubungan dengan penularan
virus hepatitis B secara vertikal dari ibu dengan HBsAg positif kepada bayi yang
dilahirkannya terjadi sebanyak 25-45%.
Penularan secara horizontal terjadi pada anak sebanyak 25-50%. Anak
terinfeksi sebelum usia 5 tahun dengan daya tular tertinggi pada usia 3-5 tahun
66,7%. Keadaan ini menjadi penting, semakin muda usia terinfeksi VHB maka
efek carier kronis semakin menetap (Gunawan, 1991). Indonesia digolongkan ke
dalam kelompok daerah endemisitas sedang sampai tinggi, dan termasuk negara
yang sangat dihimbau oleh WHO untuk segera melaksanakan usaha pencegahan
terhadap hepatitis B (Soejoenoes, 2001).
1
2
200
150
100
50
0
2008 2009 2010 2011
Hepatitis B 57 74 117 170
110
100
90
80
70
Cakupan 60
Imunisasi 50
40
30
20
10
0
2010 2011 2012
HB 0-7 hr 98,7 94,4 95,9
DPT/HB 1 103,1 99,4 98,5
DPT/HB 3 102,5 99,2 99,4
Risiko kronisitas hepatitis B jauh lebih besar apabila infeksi virus terjadi
pada masa awal kehidupan dibandingkan bila infeksi pada usia dewasa. Infeksi
virus hepatitis B pada masa bayi risiko kronisitas 90-95%, dimana 25-30%
diantaranya berkembang menjadi sirosis hepatis atau karsinoma hepatoseluler.
Umumnya infeksi virus hepatitis B tidak menampakkan gejala klinis
(asimtomatik), sehingga sulit diketahui. Ini menyebabkan tingginya angka
penyakit hati kronis dan keganasan hati pada orang dewasa (Dusheiko, 2007).
Pencegahan primer dengan vaksinasi untuk meningkatkan kekebalan
tubuh tetap menjadi kekuatan utama dalam pengendalian infeksi virus hepatitis B
pada orang-orang yang rentan, memutus transmisi penularan dan mengobati
infeksi kronis. Vaksinasi telah tersedia selama lebih dari dua dekade, karena
risiko tinggi infeksi virus hepatitis B banyak Negara Asia telah mengadopsi
vaksinasi massal sejak tahun 1980 (Marfin & Gubler, 2005).
4
kekebalan selular dan humoral dibandingkan dengan bayi berat lahir normal dan
lahir cukup bulan ≥37 minggu (Saari, 2003).
Peneltian yang sama Schillie & Murphy, (2013) dan Golebiowska et al.,
(1999) menemukan bahwa bayi berat lahir rendah <2000 gram memiliki proporsi
median respon antibodi lebih rendah 93% dibanding bayi berat lahir ≥2000 gram
setelah vaksinasi hepatitis B 3 dosis. Soares et al., (2002) menemukan bayi
prematur umur kehamilan <37 minggu memiliki titer anti-HBs lebih rendah
dibandingkan bayi lahir cukup bulan ≥37 minggu.
Peneltian berbeda Ome et al., (2010) menemukan bahwa tidak ada
perbedaan signifikan dalam tingkat respon antibodi setelah vaksinasi dasar
hepatitis 3 dosis antara bayi prematur <37 minggu 93,4% dibandingkan dengan
bayi lahir cukup bulan ≥37 minggu 95,2% dan tidak ada hubungan berat lahir
terhadap titer anti-HBs.
Bayi berat lahir rendah dan bayi prematur pembentukan respon imun
kurang dibawah ambang pencegahan (<10 IU/L) bila dibandingkan bayi berat
lahir normal dan matur terhadap imunisasi hepatitis B (IDAI, 2011). Bayi berat
lahir rendah juga berpengaruh pada serokonversi. Pada pemberian vaksin
hepatitis B dan diprediksi titer antibodi anti-HBs menurun bila dibandingkan
dengan bayi berat lahir normal.
Bayi berat lahir rendah adalah faktor yang paling penting diantara
karakteristik bayi baru lahir utama lainnya pada tubuh dan kapasitas
pertumbuhan organ, yang mempengaruhi pada pertumbuhan bayi pada periode
sesudah lahir. Pertumbuhan di dalam rahim yang tidak optimal berimplikasi pada
kehidupan dewasa (Donma & Donma, 2003).
Kondisi yang mempengaruhi keberhasilan tanggap kebal atau respon
imun setelah vaksinasi hepatitis B pada bayi dengan berat lahir rendah adalah
status pejamu seperti umur, jenis kelamin, kenaikan berat badan 6 bulan pertama
kehidupan. Ada perbedaan jenis kelamin pada respon imun, perempuan
mempunyai respon imun yang baik dari pada laki-laki (Fauzah, 1997).
6
927 bayi atau 4,4% dan tahun 2012 adalah 862 bayi atau 4,3%, hal ini secara
substansial meningkatkan risiko infeksi penyakit kronis di masa dewasa
kehidupan anak.
Pengamatan setelah vaksinasi dasar hepatitis B diharapkan tingkat
perlindungan di atas 95%, atau titer anti-HBs mencapai perlindungan optimal.
Peneltian serologi pada anak setelah menerima vaksinasi dasar hepatitis B serta
dalam rangka menilai dampak BBLR terhadap tanggap kebal vaksin hepatitis B
perlu diamati.
Untuk melihat tanggap kebal vaksin hepatitis B pada bayi berat lahir
rendah dan bayi berat lahir normal, serta faktor yang mempengaruhi
pembentukan respon imun vaksin hepatitis B penting dilakukan penelitian
tentang tanggap kebal vaksin hepatitis B pada bayi berat lahir rendah dan bayi
berat lahir normal setelah vaksinasi dasar hepatitis B di Kabupaten Magelang
Provinsi Jawa Tengah.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas :
1. Transmisi VHB secara vertikal yaitu penularan dari ibu ke bayi pada masa
perinatal terjadi 25-45%.
2. Transmisi VHB secara horizontal yaitu penularan dari anak ke anak 25-50%
terinfeksi sebelum usia 5 tahun.
3. Daya tular tertinggi terjadi pada usia 3-5 tahun 66,7% keadaan ini menjadi
penting semakin muda usia terinfeksi VHB maka risiko efek kronisitas
semakin menetap.
4. Melihat dan mengetahui penelitian terdahulu, setelah vaksinasi dasar hepatitis
B pada bayi berat lahir rendah dan bayi berat lahir normal ada yang
mempengaruhi, ada pula yang tidak mempengaruhi respon imun setelah
vaksinasi hepatitis B.
Untuk memutus rantai penularan infeksi VHB secara horizontal
dibutuhkan tanggap kebal optimal melalui vaksinasi dasar hepatitis B pada
anak umur 13-15 bulan, sehingga dalam penelitian ini dirumuskan
permasalahan penelitian adalah:
8
Apakah tanggap kebal vaksin hepatitis B pada bayi berat lahir rendah
sama dibandingkan bayi berat lahir normal setelah pemberian satu seri
vaksinasi dasar hepatitis B?. Faktor apa saja yang berhubungan pembentukan
tanggap kebal atau respon imun?.
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
E. Keaslian penelitian
1. Lau et al., (2000), penelitian ini tentang response of preterm infants to
hepatitis B vaccine in Hongkong. Tujuan adalah membandingkan respon imun
bayi prematur dengan berat lahir <2000 gram di imunisasi hepatitis B dengan
bayi berat lahir normal menurut dua periode waktu saat bayi lahir dan 1 bulan
dan berat badan mencapai >2000 gram. Persamaan penelitian adalah
mengukur respon imun dengan melihat titer anti-HBs dan usia kehamilan.
Perbedaan penelitian terletak pada variabel independen yaitu berat lahir, umur
vaksinasi, status HBsAg ibu, dan status HBsAg bayi. Subjek penelitian bayi
prematur, desain penelitian crossectional. Hasil adalah respon imun bayi
prematur yang diberi 3 dosis vaksin hepatitis B di mulai berat lahir 1000 gram,
2000 gram lebih rendah dibandingkan dengan bayi berat lahir normal.
2. Kim et al., (2013), penelitian tentang immunogenicity of hepatitis B vaccine in
pretem infants in Philadelphia. Tujuan adalah menentukan respon imun
vaksin hepatitis B pada bayi prematur ketika dosis pertama saat lahir dan
vaksinasi ditunda sampai selesai perawatan di rumah sakit pada BBLR dan
dosis ke 2, 3 umur 1 dan 6 bulan. Persamaan penelitian ini adalah mengukur
titer anti-HBs dan umur kehamilan. Perbedaan terletak pada variabel
penelitian yaitu berat lahir, nilai apsgar score, ras, penggunaan steroid, jumlah
transfusi, dan infeksi bakteri sebelum inisiasi vaksinasi. Desain penelitian
10