Anda di halaman 1dari 12

TINJAUAN TEORI

a. Definisi hipertensi

Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg
Hipertensi sering disebut sebagai the silent killer atau sering disebut sebagai “pembunuh
diam-diam”.
Menurut data WHO, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni
bumi mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun
2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di Negara maju dan 639 sisanya
berada di Negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Hasil survey di Asia
menunjukkan prevalsensi hipertensi diduduki oleh India (40 %), Jerman (60 %) dan
Indonesia menduduki peringkat ke 7 di asia. WHO memperkirakan prevalensi hipertensi
lebih dari 20 % populasi penduduk dunia.

Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik, hipertensi
diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)
merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan
umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan
pada arteri apabila jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan
tekanan maksimum dalam arteri dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai
tekanan atas yang nilainya lebih besar.
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan diastolik
tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa
muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak
normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan
meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri
bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran
merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.

b. Penyebab dan faktor resiko

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:


a. Hipertensi primer
Sekitar 95% pasien dengan
hipertensi merupakan hipertensi
esensial (primer). Penyebab hipertensi
esensial ini masih belum diketahui,
tetapi faktor genetik dan lingkungan
diyakini memegang peranan dalam
menyebabkan hipertensi esensial.
Faktor genetik dapat menyebabkan
kenaikan aktivitas dari sistem renin-
angiotensin-aldosteron dan sistem saraf
simpatik serta sensitivitas garam
terhadap tekanan darah. Selain faktor
genetik, faktor lingkungan yang
mempengaruhi antara lain yaitu
konsumsi garam, obesitas dan gaya
hidup yang tidak sehat, serta konsumsi
alkohol dan merokok.
Penurunan ekskresi natrium
pada keadaan tekanan arteri normal
merupakan peristiwa awal dalam hipertensi esensial. Penurunan ekskresi natrium dapat
menyebabkan meningkatnya volume cairan, curah jantung, dan vasokonstriksi perifer
sehingga tekanan darah meningkat. Faktor lingkungan dapat memodifikasi ekspresi gen pada
peningkatan tekanan. Stres, kegemukan, merokok, aktivitas fisik yang kurang, dan konsumsi
garam dalam jumlah besar dianggap sebagai faktor eksogen dalam hipertensi.
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder diderita sekitar 5% pasien hipertensi. Hipertensi sekunder
disebabkan oleh adanya penyakit komorbid atau penggunaan obat-obat tertentu yang dapat
meningkatkan tekanan darah. Obat-obat tertentu, baik secara langsung ataupun tidak, dapat
menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi. Penghentian penggunaan obat tersebut
atau mengobati kondisi komorbid yang menyertainya merupakan tahap pertama dalam
penanganan hipertensi sekunder.
 Faktor risiko tekanan darah tinggi
Dari penelitian epidemiologi telah dibuktikan bahwa sejumlah faktor risiko hipertensi
diketahui mempunyai hubungan yang erat dengan timbulnya manifestasi penyakit. Hipertensi
esensial dipengaruhi beberapa faktor yaitu :ciri individu seperti umur, jenis kelamin, faktor
riwayat keluarga serta faktor lingkungan yang meliputi obesitas, stres, konsumsi garam,
merokok, konsumsi alkohol. Adapun gambaran faktor resiko tersebut dapat dilihat dibawah
ini :
1. Umur
Terdapat kesepakatan dari para peneliti bahwa prevalensi hipertensi akan meningkat
dengan bertambahnya umur. Hal ini disebabkan karena pada usia tua diperlukan keadaan
darah yang meningkat untuk memompakan sejumlah darah ke otak dan alat vital lainya. Pada
usia tua pembuluh darah sudah mulai melemah dan dinding pembuluh darah sudah menebal.
2. Riwayat keluarga
Peran faktor riwayat keluarga terhadapa hipertensi esensial dapat dengan berbagai
fakta yang dijumpai, seperti adanya bukti bahwa kejadian hipertensi lebih banyak dijumpai
pada pasien kembar monozigot daripada heterozigot, jika salah satunya diantaranya
menderita hipertensi. Hipertensi akibat dari riwayat keluarga juga disebabkan faktor genetik
pada keluarga tersebut. Beberapa peneliti mengatakan terdapat kelainan pada gen
angiotensinogen tetapi mekanismenya mungkin bersifat poligenik. Gen angiotensinogen
berperan penting dalam produksi zat penekan angiotensin, yang mana zat tersebut dapat
meningkatkan tekanan darah. Terjadinya perubahan bahan angiostensinogen menjadi menjadi
angiotensin I dan di dalam sirkulasi pulmonal angiotensin I diubah menjadi angiotensin II
dan selanjutnya bahan angiostensin II inilah yang berperan merangsang beberapa pusat yang
penting dan mengakibatkan terjadinya perubahan tekanan darah. Dalam mekanismenya,
bahan angiotensin II mempengaruhi dan merangsang pusat haus dan minum di bagian
hypothalamus di dalam otak, sehingga menyebabkan rangsangan yang meningkatkan
masukan air dan selain itu juga merangsang pusat vasomotor dengan akibat meningkatkan
rangsangan syaraf simpatis kepada arteriola, myocardium dan pacu jantung yang
mengakibatkan tekanan darah tinggi atau hipertensi.
3. Obesitas
Obesitas adalah keadaan dimana terjadi penumpukan lemak yang berkelebihan di
dalam tubuh dan dapat diekspresikan dengan perbandingan berat badan serta tinggi badan
yang meningkat. Obesitas atau kegemukan merupakan faktor risiko yang sering dikaitkan
dengan hipertensi. Risiko terjadinya hipertensi pada individu yang semula normotensi
bertambah dengan meningkatnya berat badan. Individu dengan kelebihan berat badan 20%
memiliki risiko hipertensi 3-8 kali lebih tinggi dibandingkan dengan individu dengan berat
badan normal (Suarthana dkk, 2001). WHO telah merekomendasikan bahwa obesitas dapat
diukur dengan Body Mass Indeks (BMI) yang digunakan dalam penentuan status gizi orang
dewasa. Body Mass Indeks digunakan dalam kesehatan masyarakat dan perawatan kesehatan
sebagai indikator untuk mengetahui berat badan normal < 25.Pada obesitas didapatkan
adanya peningkatan volume plasma dan curah jantung yang akan meningkatkan tekanan
darah.
4. Stres
Stres menurut Greenberg (2002) adalah interaksi antara seseorang dengan lingkungan
termasuk penilaian seseorang terhadap tekanan dari suatu kejadian dan kemampuan yang
dimiliki untuk menghadapi tekanan tersebut, keadaan ini diikuti respon secara psikologis,
fisiologis, dan perilaku. Respon secara psikologis antara lain berupa emosi, kecemasan,
depresi, dan perasaan stres. Sedangkan respon secara fisiologis dapat berupa rangsangan fisik
meningkat, perut mulas, badan berkeringat, jantung berdebar-debar. Respon secara perilaku
antara lain mudah marah, mudah lupa, susah berkonsentrasi.
Stres akan mempengaruhi fungsi tubuh yang meliputi saraf parasimpatik (otot-otot
pembuluh darah, misalnya muka menjadi merah karena malu atau marah, pucat karena kaget
atau takut), fungsi otot polos (buang air besar atau kencing di celana karena takut), saraf
simpatis (jantung berdebar karena tegang atau takut), sekresi ekstern (berkeringat karena
tegang atau terangsang), sekresi intern (pengeluaran adrenalin pada ancaman bahaya
sehingga tonus/ kontraksi otot ringan dan terusmenerus meningkat), dan kesadaran (pingsan
karena kaget atau kecemasan, misalnya karena kematian anak, suami, atau keluarga yang
lain). Hal yang mempengaruhi fungsi tubuh diatas dipercaya dapat meningkatkan tekanan
darah menjadi hipertensi.
5. Merokok
Menurut WHO (1999), individu yang terus menerus menggunakan tembakau
cenderung meningkatkan risiko hipertensi, hal ini disebabkan karena adanya konsumsi
komulatif dari penggunaan tembakau. Penelitian lain yand dilakukan Lee dkk (2001)
mendapatkan bahwa orang yang merokok yang diikuti selama 3 tahun mempunyai risiko
hipertensi sebesar 3,5 kali dibandingkan orang yang tidak merokok. Apapun yang
menimbulkan ketegangan pembuluh darah dapat menaikkan tekanan darah, termasuk nikotin
yang ada dalam rokok. Nikotin merangsang sistem saraf simpatik, sehingga pada ujung saraf
tersebut melepaskan hormon stres norephinephrine dan segera mengikat hormon receptor
alpha. Hormon ini mengalir dalam pembuluh darah ke seluruh tubuh. Oleh karena itu, jantung
akan berdenyut lebih cepat dan pembuluh darah akan mengkerut. Selanjutnya akan
menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan menghalangi arus darah secara normal,
sehingga tekanan darah akan meningkat.
6. Konsumsi Alkohol
Alkohol juga dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah. Peminum alkohol
berat akan cenderung hipertensi meskipun mekanisme timbulnya hipertensi yang pasti belum
diketahui. Beberapa studi menunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan
alkohol, dan diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak
apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3 gelas ukuran standar setiap harinya
(Karyadi,2002). Alkohol juga diduga empunyai efek pressor langsung pada pembuluh darah,
karena alkohol menghambat natrium dan kalium, sehingga terjadi peningkatan natrium
intrasel dan menghambat pertukaran natrium dan kalsium seluler yang akan memudahkan
kontraksi sel otot. Otot pembuluh darah akan menjadi lebih sensitive terhadap zat-zat pressor
seperti angiotensin dan katekolamin.
7. Konsumsi minuman yang mengandung kafein
Kafein ialah senyawa kimia yang dijumpai secara alami di dalam makanan contohya
biji kopi, teh, biji kelapa, buah kola (Cola nitida),guarana, dan maté. Ia terkenal dengan
rasanya yang pahit dan berlaku sebagai perangsang sistem saraf pusat, jantung, dan
pernafasan. Kafein juga bersifat diuretik (dapat dikeluarkan melalui air kencing). Minuman
yang mengandung kafein, seperti minuman suplemen, sudah sejak lama dianggap tidak
terlalu menguntungkan bagi kesehatan tubuh. Apalagi bila diminum secara berlebihan. Para
ahli juga memperbincangkan bahwa kafein punya potensi menyebabkan kanker dan penyakit
hati.
Kafein bekerja di dalam tubuh dengan mengambil alih reseptor adenosin dalam sel
saraf yang akan memacu produksi hormon adrenalin dan menyebabkan peningkatan tekanan
darah, sekresi asam lambung, dan aktifitas otot, serta perangsangan hati untuk melepaskan
senyawa gula pada aliran darah untuk menghasilkan energi ekstra.
8. Kurang Olahraga
Faktor ini bisa Anda kendalikan. Kurang olahraga dan bergerak bisa menyebabkan
tekanan darah dalam tubuh meningkat. Olahraga teratur mampu menurunkan tekanan darah
tinggi Anda namun jangan melakukan olahraga yang berat jika Anda menderita tekanan darah
tinggi.
9. Garam
Faktor ini bisa Anda kendalikan. Garam dapat meningkatkan tekanan darah
dengan cepat pada beberapa orang, khususnya bagi penderita diabetes,
penderita hipertensi ringan, orang dengan usia tua, dan mereka yang berkulit
hitam.
10. Kolesterol
Faktor ini bisa Anda kendalikan. Kandungan lemak yang berlebih dalam darah
Anda, dapat menyebabkan timbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah.
Hal ini dapat membuat pembuluh darah menyempit dan akibatnya tekanan
darah akan meningkat.

c. Tanda dan gejala

Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada
seseorang dengan tekanan darah yang hipertensi yaitu sakit kepala, pusing, gelisah, jantung
berdebar, perdarahan hidung, sukar tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk
terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam hari (Sarasty, 2011).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala selama


bertahun-tahun. Gejala bila ada, biasanya menunjukan adanya kerusakan vaskuler, dengan
manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah
bersangkutan. Pada saat pemeriksaan fisik, mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain
tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
pendarahan, eksudat, penyempitan pembuluh darah dan pada kasus berat, edema upil. Gejala
yang mungkin antara lain: peningkatan tekanan darah, kepala terasa pusing, sering marah,
telinga terasa berdengung, mata berkunang-kunang, sukar tidur dan lainnya (Sinaga, 2012).

d. Penatalaksanaan

Menurut JNC VII, tahap awal pengobatan hipertensi derajat satu yaitu dengan terapi
tunggal. Hal ini disebabkan hipertensi derajat satu masih dapat diturunkan dengan satu
macam obat antihipertensi. Tekanan darah yang lebih tinggi (hipertensi derajat dua) kurang
dapat diturunkan dengan satu macam obat sehingga tahap awal dengan terapi kombinasi.
Terapi kombinasi dapat menurunkan tekanan darah lebih besar dengan efek samping yang
minimal.

Penanganannya dapat secara nonfarmakologi dan farmakologi. Penurunan tekanan


darah berhubungan dengan lifestyle modification. Penanganan hipertensi sebaiknya dimulai
dengan memperbaiki gaya hidup dan mengatur diet (makanan rendah garam dan
mempertahankan berat badan dalam batas normal), latihan yang teratur sepanjang tidak
bertentangan dengan keadaan penyakit yang dialami, berhenti merokok, minum kopi dan
alcohol (Mayo Clinic Staff, 2012 ).

a. Modifikasi diet dan turunkan berat badan

Diet yang dianjurkan adalah DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) yang terdiri
atas diet tinggi buah, tinggi sayur dan produk susu yang rendah lemak. Kurangi juga asupan
garam sampai dengan enam gram NaCl (garam dapur) per hari (Sinaga, 2012). Tujuan dari
penatalaksanaan diet, antara lain membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan
mempertahankan tekanan darah menuju normal, mampu menurunkan tekanan darah secara
multifaktoral, menurunkan faktor risiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam
lemak, kolesterol dalam darah, mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit
ginjal, dan DM (Yogiantoro, 2006).

Yang dimaksud dengan diet rendah garam adalah garam natrium seperti yang terdapat di
dalam garam dapur (Nacl), soda kue (NaHCO³), baking powder, natrium benzoate, dan vetsin
(mono sodium glutamate). Makanan sehari-hari biasanya cukup mengandung natrium yang
dibutuhkan, sehingga tidak ada penetapan kebutuhan natrium sehari.
Asupan natrium yang berlebihan, terutama dalam bentuk natrium klorida, dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh, sehingga menyebabkan edema atau
asites dan atau hipertensi. Dalam keadaan demikian asupan garam natrium perlu dibatasi
(Almatsier, 2005).

Tujuan diet garam rendah adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam
jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi (Almatsier, 2005).

Syarat-syarat Diem Garam Rendah adalah :

1. Cukup energy, protein, mineral, dan vitamin

2. Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit

3. Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air dan atau
hipertensi (Almatsier, 2005).

Diet garam rendah diberikan kepada pasien dengan edema atau asites dan atau hipertensi
seperti yang terjadi pada penyakit dekompensasio kordis, sirosis hati, penyakit ginjal tertentu,
toksemia pada kehamilan, dan hipertensi esensial. Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi.
Sesuai dengan keadaan penyakit dapat diberikan berbagai tingkat diet garam rendah
( Almatsier, 2005).

Diet Garam Rendah I (200‒400 mg Na)

Diet garam rendah satu diberikan kepada pasien dengan edema , asites dan atau hipertensi
berat. Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur. Dihindari bahan
makanan yang tinggi kadar natriumnya.

Diet Garam Rendah II (600‒800 mg Na)

Diet garam rendah dua diberikan kepada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi
tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam rendah satu. Pada
pengolahan makanannya boleh menggunakan ½ sdt garam dapur (dua gr). Dihindari bahan
makanan yang tinggi kadar natrium nya.

Diet Garam Rendah III (1000‒1200 mg Na)

Diet garam rendah tiga diberikan kepada pasien dengan edema dan atau hipertensi ringan.
Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam rendah satu. Pada pengolahan
makanannya boleh menggunakan satu sdt (empat gr) garam dapur (Almatsier, 2005).

Setiap penurunan berat badan 10 kg dapat mengurangi tekanan darah sebesar 5‒20 mmHg.
Begitu pula dengan diet rendah garam dapat menurunkan 2‒8 mmHg. Latihan fisik atau olah
raga teratur juga dapat menurunkan tekanan darah 4‒9 mmHg (Ariani, 2013).

b. Aktivitas Fisik
Olahraga yang dianjukan adalah olahraga aerobic selama minimal 30 menit per hari dan
harus dilakukan setidak-tidaknya 4‒5 hari dalam seminggu secara rutin. Contoh olahraga
yang baik adalah jalan cepat (brisk walking). Diharapkan tekanan darah sistolik dapat turun
4‒9 mmHg. Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah
raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran
darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk
mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang
berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).

c. Berhenti merokok, kurangi konsumsi alcohol dan kopi

Dengan berhenti merokok, membatasi konsumsi alcohol dan kopi maka dari upaya ini
diharapkan tekanan darah sistolik dapat turun 2‒4 mmHg. Jika hal-hal tersebut dapat berhasil
mengontrol tekanan darah, maka diperlukan obat-obatan antihipertensi. Namun jika
modifikasi gaya hidup dan pola makanan tidak berhasil menurunkan tekanan darah tinggi,
barulah seseorang membutuhkan intervensi obat. Untuk penggunaan obat-obatan
antihipertensi, sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter mengenai
pengobatan hipertensi yang tepat.

Hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala. Obat-
obat antihipertensi yang tersedia hanya membantu untuk menurunkan tekanan darah pada
hipertensi sekunder. Hal yang terpenting adalah engeradikasi penyakit primer yang
mencetuskan hipertensi dan mencegah terjadinya komplikasi (Ariani, 2013).

Edukasi pasien merupakan proses mempengaruhi perilaku, mengubah pengetahuan, sikap dan
kemampuan yang dibutuhkan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Proses
tersebut dimulai dengan memberikan informasi serta interpretasinya yang terintegrasi secara
praktis sehingga terbentuk perilaku yang menguntungkan kesehatan. Dimana dalam hal ini
diharapkan adanya perubahan pengetahuan pasien dan keluarga. Dukungan keluarga dekat
sangat penting dalam pembentukan perilaku kesehatan yang baik (Rahmat, 2013). Pada
pasien hipertensi penting sekali dukungan keluarga di dalamnya. Intervensi keluarga
dilakukan untuk membantu mengawasi ketaatan pasien dalam berobat dan penyesuian asupan
makanan sesuai untuk penderita hipertensi sehingga tekanan darah pasien terkontrol. Hal ini
dikarenakan pengawasan pengontrolan faktor hipertensi terdapat di lingkungan sekitar
keluarga dan lingkungan rumah (Rahmat, 2013).

d.Nutrisi yang dibutuhkan untuk memelihara status kesehatan pasien hipertensi

Konsumsi makanan berpengaruh terhadap nutrisi seseorang. Nutrisi yang baik atau optimal
terjadi bila tubuh memperoleh cukup nutrisi/zat-zat gizi yang digunakan secara efisien,
sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan
kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Nutrisi yang kurang terjadi bila tubuh
mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Sedangkan, nutrisi lebih terjadi
bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek
toksis atau membahayakan (Almatsier, 2009).
Pada hipertensi derajat I (sistolik 140-159 mmHg atau diastolik 90-99 mmHg), perubahan
diet dapat dijalankan sebagai perawatan pertama sebelum memulai terapi obat. Banyak pasien
hipertensi yang sedang menjalankan terapi obat, perubahan diet, khususnya mengurangi
konsumsi garam, dapat cepat menurunkan tekanan darah tinggi dan pengobatan dapat
dikurangi (American Heart Association, 2006).

Faktor gizi/nutrisi sama pentingnya seperti terapi farmakologik dalam pengelolaan hipertensi.
Sampai tiga dekade terakhir, pasien dengan hipertensi biasanya meninggal lebih cepat dan
tiba-tiba. Tetapi dengan manajemen farmakologi modern, gizi, dan gaya hidup, pasien dengan
hipertensi dapat menjalani hidup normal (Way III, 1999).

Nutrisi atau zat-zat gizi yang dibutuhkan pasien hipertensi akan dapat terpenuhi dengan
menerapkan diet sehari-hari, antara lain rendah natrium, rendah lemak jenuh dan rendah
asupan karbohidrat, dengan asupan tinggi sayuran dari kelompok pati dan salad dan asupan
tinggi protein (terutama ikan).Mengutamakan pengunaan keju segar daripada keju lama. Gula
sederhana, alkohol, kafein, nikotin, dan olahan karbohidrat harus dikurangi secara drastis atau
dihilangkan (Braverman, 1996).

Tabel 3. Diet DASH (The Dietary Approaches to Stop Hypertension) (Kaplan, 2001)

Jumlah Takaran sajian Contoh Keterangan dari


porsi setiap kelompok
Kelompok makanan dengan
makanan pola diet dash

Padi dan produk 7-8 kali 1 potong roti Roti gandum, Sumber utama
padi-padian per hari muffin, roti pita, energi dan serat
½ cangkir sereal kering roti, sereal,
½ cangkir nasi, pasta, atau bubur jagung,
sereal masak oatmeal

Sayur-sayuran 4-5 kali 1 cangkir sayuran mentah Tomat, kentang, Sumber makanan
per hari wortel, kacang kaya magnesium,
½ cangkir polong, labu, kalium dan
brokoli, lobak

Buah-buahan 4-5 kali 6 ons jus buah Aprikot, pisang, Sumber penting
per hari kurma, anggur, magnesium, kalium
1 potong buah-buahan jeruk, jus jeruk, dan serat
ukuran sedang mangga, melon,
½ cangkir buah kering nanas, kismis,
stroberi, jeruk
½ cangkir buah segar, keprok
beku, atau buah kaleng
Makanan 2-3 kali 8 ons susu Susu skim, Sumber utama
rendah lemak per hari mentega skim protein
atau non lemak 1 cangkir yogurt atau rendah
1 ½ ons keju lemak, yogurt
tanpa lemak atau
rendah lemak,
keju tanpa lemak

Daging, unggas 2 atau 3 ons daging, unggas atau Hanya daging, Sumber yang kaya
dan ikan kurang ikan dimasak sate; panggang, protein dan
dari 2 kali atau rebus magnesium
per hari sebagai
pengganti
goreng;
menghilangkan
kulit dari unggas

Kacang, biji- 4-5 kali 1/5 ons atau 1/3 cangkir Kacang almond, Sumber makanan
bijian dan per hari kacang kacang tanah, yang kaya energi,
kacang polong walnut, biji protein, potassium,
½ ons atau 2 sendok bunga matahari, magnesium, dan
makan biji-bijian kacang merah. serat
½ cangkir kacang polong
dimasak

Hasil diet DASH sangat mengesankan dan mendukung efek antihipertensi dari diet rendah
lemak jenuh, tinggi serat dan mineral dari buah-buahan dan sayuran segar. Selain itu, pada
1.710 laki-laki setengah baya dievaluasi selama 7 tahun, didapatkan penurunan tekanan darah
sistolik secara bermakna dengan diet yang tinggi buah-buahan, sayuran dan rendah daging
merah (Kaplan, 2006).

 Terapi Farmakologis

Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi dapat diberikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya komplikasi.

Pemberian obat - obatan

1. Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati
hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi
volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. Diuretik juga
menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik menyebabkan hilangnya kalium melalui
air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium. Diuretik
sangat efektif pada :

· Orang kulit hitam.


· Lanjut usia.

· Kegemukan.

· Penderita gagal jantung atau penyakit ginjal menahun

2. Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfablocker, beta-
blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang menghambat efek sistem saraf simpatis. Sistem
saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap
stres, dengan cara meningkatkan tekanan darah. Yang paling sering digunakan adalah beta-
blocker, yang efektif diberikan kepada :

· Penderita usia muda.

· Penderita yang pernah mengalami serangan jantung.

· Penderita dengan denyut jantung yang cepat.

· Angina pektoris (nyeri dada).

· Sakit kepala migren.

3. Angiotensin converting enzyme inhibitor (ACE-inhibitor) menyebabkan penurunan


tekanan darah dengan cara melebarkan arteri.Obat ini efektif diberikan kepada :

· Orang kulit putih.

· Usia muda.

· Penderita gagal jantung.

· Penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit ginjal
menahun atau penyakit ginjal diabetik.

· Pria yang menderita impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain.

4. Angiotensin-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan darah dengan suatu mekanisme


yang mirip dengan ACE-inhibitor.

5. Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh darah dengan mekanisme yang


benar-benar berbeda. Sangat efektif diberikan kepada :

· Orang kulit hitam.

· Lanjut usia.

· Penderita angina pektoris (nyeri dada).

· Denyut jantung yang cepat.

· Sakit kepala migren.


6. Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh darah. Obat dari golongan ini
hampir selalu digunakan sebagai tambahan terhadap obat anti-hipertensi lainnya.

7. Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna) memerlukan obat yang menurunkan


tekanan darah tinggi dengan segera. Beberapa obat bisa menurunkan tekanan darah dengan
cepat dan sebagian besar diberikan secara intravena (melalui pembuluh darah) :

· Diazoxide.

· Nitroprusside.

· Nitroglycerin.

· Labetalol.

Nifedipine merupakan kalsium antagonis dengan kerja yang sangat cepat dan bisa diberikan
per-oral (ditelan), tetapi obat ini bisa menyebabkan hipotensi, sehingga pemberiannya harus
diawasi secara ketat. Pengobatan hipertensi sekunder tergantung kepada penyebabnya.
Mengatasi penyakit ginjal kadang dapat mengembalikan tekanan darah ke normal atau paling
tidak menurunkan tekanan darah.Penyempitan arteri bisa diatasi dengan memasukkan selang
yang pada ujungnya terpasang balon dan mengembangkan balon tersebut. Atau bisa
dilakukanpembedahan untuk membuat jalan pintas (operasi bypass). Tumor yang
menyebabkan hipertensi (misalnya feokromositoma) biasanya diangkat melalui pembedahan.

Komplikasi

Hipertensi yang tidak diobati dapat menimbulkan jantung bekerja lebih keras dan
membiarkan proses perusakan dinding pembuluh darah berlangsung dengan lebih cepat.

1. Penyakit jantung koroner dan arteri


Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan
semakinmengeras, terutama jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering diasosiasikan
dengan kondisi arteri yang mengeras.
2. Gagal jantung
Gagal jantung adalah kondisi jantung tidak mampu lagi memompa darah yang
dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena kerusakan otot jantung atau system listrik
jantung.
3. Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan darah yang
terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah menjadi pecah.
Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak, maka terjadi perdarahan otak yang
dapat berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat sumbatan dari gumpalan
darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit.
4. Kerusakan ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal,
yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan tersebut,
ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali ke darah. Gagal
ginjal dapat terjadi dan diperlukan cangkok ginjal baru.
5. Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga
mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.

Http://Repository.Usu.Ac.Id/Bitstream/123456789/21480/4/Chapter%20ii.Pdf

Dalmartha,Setiawan,Dkk. 2008. Care Your Self Hipertensi. Jakarta : Penebar Plus

Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi
.Bakti Husada

Anda mungkin juga menyukai