a. Definisi hipertensi
Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali
pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.
Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure sebagai tekanan yang lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg
Hipertensi sering disebut sebagai the silent killer atau sering disebut sebagai “pembunuh
diam-diam”.
Menurut data WHO, di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni
bumi mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun
2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di Negara maju dan 639 sisanya
berada di Negara sedang berkembang, termasuk Indonesia. Hasil survey di Asia
menunjukkan prevalsensi hipertensi diduduki oleh India (40 %), Jerman (60 %) dan
Indonesia menduduki peringkat ke 7 di asia. WHO memperkirakan prevalensi hipertensi
lebih dari 20 % populasi penduduk dunia.
Hipertensi dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu hipertensi sistolik, hipertensi
diastolik, dan hipertensi campuran. Hipertensi sistolik (isolated systolic hypertension)
merupakan peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan tekanan diastolik dan
umumnya ditemukan pada usia lanjut. Tekanan sistolik berkaitan dengan tingginya tekanan
pada arteri apabila jantung berkontraksi (denyut jantung). Tekanan sistolik merupakan
tekanan maksimum dalam arteri dan tercermin pada hasil pembacaan tekanan darah sebagai
tekanan atas yang nilainya lebih besar.
Hipertensi diastolik (diastolic hypertension) merupakan peningkatan tekanan diastolik
tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik, biasanya ditemukan pada anak-anak dan dewasa
muda. Hipertensi diastolik terjadi apabila pembuluh darah kecil menyempit secara tidak
normal, sehingga memperbesar tahanan terhadap aliran darah yang melaluinya dan
meningkatkan tekanan diastoliknya. Tekanan darah diastolik berkaitan dengan tekanan arteri
bila jantung berada dalam keadaan relaksasi di antara dua denyutan. Hipertensi campuran
merupakan peningkatan pada tekanan sistolik dan diastolik.
Gejala-gejala penyakit yang biasa terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada
seseorang dengan tekanan darah yang hipertensi yaitu sakit kepala, pusing, gelisah, jantung
berdebar, perdarahan hidung, sukar tidur, sesak nafas, cepat marah, telinga berdenging, tekuk
terasa berat, berdebar dan sering kencing di malam hari (Sarasty, 2011).
d. Penatalaksanaan
Menurut JNC VII, tahap awal pengobatan hipertensi derajat satu yaitu dengan terapi
tunggal. Hal ini disebabkan hipertensi derajat satu masih dapat diturunkan dengan satu
macam obat antihipertensi. Tekanan darah yang lebih tinggi (hipertensi derajat dua) kurang
dapat diturunkan dengan satu macam obat sehingga tahap awal dengan terapi kombinasi.
Terapi kombinasi dapat menurunkan tekanan darah lebih besar dengan efek samping yang
minimal.
Diet yang dianjurkan adalah DASH (Dietary Approaches to Stop Hypertension) yang terdiri
atas diet tinggi buah, tinggi sayur dan produk susu yang rendah lemak. Kurangi juga asupan
garam sampai dengan enam gram NaCl (garam dapur) per hari (Sinaga, 2012). Tujuan dari
penatalaksanaan diet, antara lain membantu menurunkan tekanan darah secara bertahap dan
mempertahankan tekanan darah menuju normal, mampu menurunkan tekanan darah secara
multifaktoral, menurunkan faktor risiko lain seperti BB berlebih, tingginya kadar asam
lemak, kolesterol dalam darah, mendukung pengobatan penyakit penyerta seperti penyakit
ginjal, dan DM (Yogiantoro, 2006).
Yang dimaksud dengan diet rendah garam adalah garam natrium seperti yang terdapat di
dalam garam dapur (Nacl), soda kue (NaHCO³), baking powder, natrium benzoate, dan vetsin
(mono sodium glutamate). Makanan sehari-hari biasanya cukup mengandung natrium yang
dibutuhkan, sehingga tidak ada penetapan kebutuhan natrium sehari.
Asupan natrium yang berlebihan, terutama dalam bentuk natrium klorida, dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh, sehingga menyebabkan edema atau
asites dan atau hipertensi. Dalam keadaan demikian asupan garam natrium perlu dibatasi
(Almatsier, 2005).
Tujuan diet garam rendah adalah membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam
jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi (Almatsier, 2005).
3. Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air dan atau
hipertensi (Almatsier, 2005).
Diet garam rendah diberikan kepada pasien dengan edema atau asites dan atau hipertensi
seperti yang terjadi pada penyakit dekompensasio kordis, sirosis hati, penyakit ginjal tertentu,
toksemia pada kehamilan, dan hipertensi esensial. Diet ini mengandung cukup zat-zat gizi.
Sesuai dengan keadaan penyakit dapat diberikan berbagai tingkat diet garam rendah
( Almatsier, 2005).
Diet garam rendah satu diberikan kepada pasien dengan edema , asites dan atau hipertensi
berat. Pada pengolahan makanannya tidak ditambahkan garam dapur. Dihindari bahan
makanan yang tinggi kadar natriumnya.
Diet garam rendah dua diberikan kepada pasien dengan edema, asites, dan atau hipertensi
tidak terlalu berat. Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam rendah satu. Pada
pengolahan makanannya boleh menggunakan ½ sdt garam dapur (dua gr). Dihindari bahan
makanan yang tinggi kadar natrium nya.
Diet garam rendah tiga diberikan kepada pasien dengan edema dan atau hipertensi ringan.
Pemberian makanan sehari sama dengan diet garam rendah satu. Pada pengolahan
makanannya boleh menggunakan satu sdt (empat gr) garam dapur (Almatsier, 2005).
Setiap penurunan berat badan 10 kg dapat mengurangi tekanan darah sebesar 5‒20 mmHg.
Begitu pula dengan diet rendah garam dapat menurunkan 2‒8 mmHg. Latihan fisik atau olah
raga teratur juga dapat menurunkan tekanan darah 4‒9 mmHg (Ariani, 2013).
b. Aktivitas Fisik
Olahraga yang dianjukan adalah olahraga aerobic selama minimal 30 menit per hari dan
harus dilakukan setidak-tidaknya 4‒5 hari dalam seminggu secara rutin. Contoh olahraga
yang baik adalah jalan cepat (brisk walking). Diharapkan tekanan darah sistolik dapat turun
4‒9 mmHg. Olah raga lebih banyak dihubungkan dengan pengobatan hipertensi, karena olah
raga isotonik (spt bersepeda, jogging, aerobic) yang teratur dapat memperlancar peredaran
darah sehingga dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga juga dapat digunakan untuk
mengurangi/ mencegah obesitas dan mengurangi asupan garam ke dalam tubuh (tubuh yang
berkeringat akan mengeluarkan garam lewat kulit).
Dengan berhenti merokok, membatasi konsumsi alcohol dan kopi maka dari upaya ini
diharapkan tekanan darah sistolik dapat turun 2‒4 mmHg. Jika hal-hal tersebut dapat berhasil
mengontrol tekanan darah, maka diperlukan obat-obatan antihipertensi. Namun jika
modifikasi gaya hidup dan pola makanan tidak berhasil menurunkan tekanan darah tinggi,
barulah seseorang membutuhkan intervensi obat. Untuk penggunaan obat-obatan
antihipertensi, sebaiknya dikonsultasikan terlebih dahulu dengan dokter mengenai
pengobatan hipertensi yang tepat.
Hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan pemeriksaan tekanan darah secara berkala. Obat-
obat antihipertensi yang tersedia hanya membantu untuk menurunkan tekanan darah pada
hipertensi sekunder. Hal yang terpenting adalah engeradikasi penyakit primer yang
mencetuskan hipertensi dan mencegah terjadinya komplikasi (Ariani, 2013).
Edukasi pasien merupakan proses mempengaruhi perilaku, mengubah pengetahuan, sikap dan
kemampuan yang dibutuhkan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan. Proses
tersebut dimulai dengan memberikan informasi serta interpretasinya yang terintegrasi secara
praktis sehingga terbentuk perilaku yang menguntungkan kesehatan. Dimana dalam hal ini
diharapkan adanya perubahan pengetahuan pasien dan keluarga. Dukungan keluarga dekat
sangat penting dalam pembentukan perilaku kesehatan yang baik (Rahmat, 2013). Pada
pasien hipertensi penting sekali dukungan keluarga di dalamnya. Intervensi keluarga
dilakukan untuk membantu mengawasi ketaatan pasien dalam berobat dan penyesuian asupan
makanan sesuai untuk penderita hipertensi sehingga tekanan darah pasien terkontrol. Hal ini
dikarenakan pengawasan pengontrolan faktor hipertensi terdapat di lingkungan sekitar
keluarga dan lingkungan rumah (Rahmat, 2013).
Konsumsi makanan berpengaruh terhadap nutrisi seseorang. Nutrisi yang baik atau optimal
terjadi bila tubuh memperoleh cukup nutrisi/zat-zat gizi yang digunakan secara efisien,
sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan
kesehatan secara umum pada tingkat setinggi mungkin. Nutrisi yang kurang terjadi bila tubuh
mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial. Sedangkan, nutrisi lebih terjadi
bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan, sehingga menimbulkan efek
toksis atau membahayakan (Almatsier, 2009).
Pada hipertensi derajat I (sistolik 140-159 mmHg atau diastolik 90-99 mmHg), perubahan
diet dapat dijalankan sebagai perawatan pertama sebelum memulai terapi obat. Banyak pasien
hipertensi yang sedang menjalankan terapi obat, perubahan diet, khususnya mengurangi
konsumsi garam, dapat cepat menurunkan tekanan darah tinggi dan pengobatan dapat
dikurangi (American Heart Association, 2006).
Faktor gizi/nutrisi sama pentingnya seperti terapi farmakologik dalam pengelolaan hipertensi.
Sampai tiga dekade terakhir, pasien dengan hipertensi biasanya meninggal lebih cepat dan
tiba-tiba. Tetapi dengan manajemen farmakologi modern, gizi, dan gaya hidup, pasien dengan
hipertensi dapat menjalani hidup normal (Way III, 1999).
Nutrisi atau zat-zat gizi yang dibutuhkan pasien hipertensi akan dapat terpenuhi dengan
menerapkan diet sehari-hari, antara lain rendah natrium, rendah lemak jenuh dan rendah
asupan karbohidrat, dengan asupan tinggi sayuran dari kelompok pati dan salad dan asupan
tinggi protein (terutama ikan).Mengutamakan pengunaan keju segar daripada keju lama. Gula
sederhana, alkohol, kafein, nikotin, dan olahan karbohidrat harus dikurangi secara drastis atau
dihilangkan (Braverman, 1996).
Tabel 3. Diet DASH (The Dietary Approaches to Stop Hypertension) (Kaplan, 2001)
Padi dan produk 7-8 kali 1 potong roti Roti gandum, Sumber utama
padi-padian per hari muffin, roti pita, energi dan serat
½ cangkir sereal kering roti, sereal,
½ cangkir nasi, pasta, atau bubur jagung,
sereal masak oatmeal
Sayur-sayuran 4-5 kali 1 cangkir sayuran mentah Tomat, kentang, Sumber makanan
per hari wortel, kacang kaya magnesium,
½ cangkir polong, labu, kalium dan
brokoli, lobak
Buah-buahan 4-5 kali 6 ons jus buah Aprikot, pisang, Sumber penting
per hari kurma, anggur, magnesium, kalium
1 potong buah-buahan jeruk, jus jeruk, dan serat
ukuran sedang mangga, melon,
½ cangkir buah kering nanas, kismis,
stroberi, jeruk
½ cangkir buah segar, keprok
beku, atau buah kaleng
Makanan 2-3 kali 8 ons susu Susu skim, Sumber utama
rendah lemak per hari mentega skim protein
atau non lemak 1 cangkir yogurt atau rendah
1 ½ ons keju lemak, yogurt
tanpa lemak atau
rendah lemak,
keju tanpa lemak
Daging, unggas 2 atau 3 ons daging, unggas atau Hanya daging, Sumber yang kaya
dan ikan kurang ikan dimasak sate; panggang, protein dan
dari 2 kali atau rebus magnesium
per hari sebagai
pengganti
goreng;
menghilangkan
kulit dari unggas
Kacang, biji- 4-5 kali 1/5 ons atau 1/3 cangkir Kacang almond, Sumber makanan
bijian dan per hari kacang kacang tanah, yang kaya energi,
kacang polong walnut, biji protein, potassium,
½ ons atau 2 sendok bunga matahari, magnesium, dan
makan biji-bijian kacang merah. serat
½ cangkir kacang polong
dimasak
Hasil diet DASH sangat mengesankan dan mendukung efek antihipertensi dari diet rendah
lemak jenuh, tinggi serat dan mineral dari buah-buahan dan sayuran segar. Selain itu, pada
1.710 laki-laki setengah baya dievaluasi selama 7 tahun, didapatkan penurunan tekanan darah
sistolik secara bermakna dengan diet yang tinggi buah-buahan, sayuran dan rendah daging
merah (Kaplan, 2006).
Terapi Farmakologis
Hipertensi esensial tidak dapat diobati tetapi dapat diberikan pengobatan untuk mencegah
terjadinya komplikasi.
1. Diuretik thiazide biasanya merupakan obat pertama yang diberikan untuk mengobati
hipertensi. Diuretik membantu ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi
volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan tekanan darah. Diuretik juga
menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Diuretik menyebabkan hilangnya kalium melalui
air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan kalium atau obat penahan kalium. Diuretik
sangat efektif pada :
· Kegemukan.
2. Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang terdiri dari alfablocker, beta-
blocker dan alfa-beta-blocker labetalol, yang menghambat efek sistem saraf simpatis. Sistem
saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan segera akan memberikan respon terhadap
stres, dengan cara meningkatkan tekanan darah. Yang paling sering digunakan adalah beta-
blocker, yang efektif diberikan kepada :
· Usia muda.
· Penderita dengan protein dalam air kemihnya yang disebabkan oleh penyakit ginjal
menahun atau penyakit ginjal diabetik.
· Pria yang menderita impotensi sebagai efek samping dari obat yang lain.
· Lanjut usia.
· Diazoxide.
· Nitroprusside.
· Nitroglycerin.
· Labetalol.
Nifedipine merupakan kalsium antagonis dengan kerja yang sangat cepat dan bisa diberikan
per-oral (ditelan), tetapi obat ini bisa menyebabkan hipotensi, sehingga pemberiannya harus
diawasi secara ketat. Pengobatan hipertensi sekunder tergantung kepada penyebabnya.
Mengatasi penyakit ginjal kadang dapat mengembalikan tekanan darah ke normal atau paling
tidak menurunkan tekanan darah.Penyempitan arteri bisa diatasi dengan memasukkan selang
yang pada ujungnya terpasang balon dan mengembangkan balon tersebut. Atau bisa
dilakukanpembedahan untuk membuat jalan pintas (operasi bypass). Tumor yang
menyebabkan hipertensi (misalnya feokromositoma) biasanya diangkat melalui pembedahan.
Komplikasi
Hipertensi yang tidak diobati dapat menimbulkan jantung bekerja lebih keras dan
membiarkan proses perusakan dinding pembuluh darah berlangsung dengan lebih cepat.
Http://Repository.Usu.Ac.Id/Bitstream/123456789/21480/4/Chapter%20ii.Pdf
Direktorat Bina Farmasi Komunitas Dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian Dan Alat Kesehatan
Departemen Kesehatan. 2006. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Hipertensi
.Bakti Husada