Efek Perawat Kritis-2
Efek Perawat Kritis-2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perawat unit perawatan kritis telah lebih meyakini fokus dari berbagai
macam penelitian dibandingkan dengan perawat di tempat lain. Ada banyak
alasan yang menyebabkan hal tersebut. Salah satu alasan yang utama adalah
bahwa unit perawatan kritis adalah tempat dimana terdapat usaha perjuangan
hidup melawan kematian. Semua dokter adalah tumpuan utama para pasien
tetapi perawat lebih menjadi tumpuan karena karena keberadaannya yang
terus menerus. Sesuai dengan itu, maka secara terus menerus bertanggung
jawab untuk mempertahankan homeostasis pasien.
Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas lebih dalam mengenai
efek-efek dari unit perawatan kritis pada perawat.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran perawat unit perawatan kritis?
2. Apa efek stres pada perawat di unit perawatan kritis?
3. Bagaimana bersosialisasi sebagai perawat unit perawatan kritis?
4. Apa faktor-faktor penyebab stress di unit perawatan kritis?
5. Apa sifat-sifat kepribadian tradisional perawat di unit perawatan kritis?
6. Bagaimana sifat kepribadian berpengaruh terhadap mekanisme koping
perawat di unit perawatan kritis?
7. Bagaimana gaya koping perawat unit perawatan kritis?
8. Apa faktor-faktor stress keperawatan yang teridentifikasi dalam riset unit
perawatan kritis?
9. Bagaimana mengurangi stress perawat di unit perawatan kritis?
C. Tujuan
1. Mengetahui gambaran umum perawat unit perawatan kritis.
2. Memahami efek stress pada perawat unit perawatan kritis.
3. Memahami cara bersosialisasi perawat unit perawatan kritis.
4. Mengetahui faktor-faktor penyebab stress di unit perawatan kritis.
2
BAB II
PEMBAHASAN
akibat dari bekerja dalam linkungan yang penuh stress. Pekerja akhirnya
merasa menyerah, tidak efektif dan putus asa karena bekerja pada
lingkungan tersebut. Akibat dari kejenuhan adalah bahwa pekerja
meninggalkan pekerjaan mereka atau tetap pada posisi fungsi yang tidak
efektif. Kejenuhan adalah tahap kurangnya energy.
Ada hal penting lain yang menyebabkan kejenuhan. Alfin Toffler
dalam Future Shock, menduga bahwa kita hidup di lingkungan teknologi
tinggi dan frekuensi lebih cepat. Hasilnya adalah bahwa pngetahuan yang
diperlukan oleh perawat keperawatan kritis dan kompleksitas pasien yang
mereka rawat secara menerus meningkat, dan stress lebih besar pada
lingkungan yang sudah penuh dengan stress.
Bila ratio perawat-pasien diubah menjadi bentuk proporsional
terhadap peningkatan kompleksitas perawatan, perawat akan siap
beradaptasi dengan stress di unit perawatan kritis. Di lain pihak,
kekurangan staf yang berkepanjangan tetap terjadi. Efek kekurangan staf
banyak terjadi frustasi. Frustasi terjadi jika perawat terus menerus berada
di bawah tekanan dan secara berulang-ulang merasa bahwa mereka tidak
dapat memberikan asuhan keperawatan secara utuh sesuai kebutuhan
pasien. Bentuk frustasi seperti ini banyak menyebabkan kejenuhan.
Kejenuhan menyebabkan banyak perawat meninggalkan
keperawatan, masalah kejenuhan memerlukan lebih banyak perhatian
baik dari professional maupun sector yang mendasari. Sebagai perawat
penting bagi kita untuk memahami penyebab kejenuhan. Dan ini
merupakan akar dari masalah-masalah. Sampai tahun 1970-an perawat
merupakan korban dari kejenuhan yang disebabkan oleh beban kerja atau
karena represi diri, mereka sering tetap berada di posisinya, tetapi dalam
status yang menurun. Pada masa kini, perawat berespons secara berbeda
dalam masyarakat.
Penyebab lain dari kejenuhan di unit perawatan kritis dapat di
sebabkan oleh tidak berfungsinya komunikasi. Dinamika manajemen staf
dalam unit perawatan kritis dapat merupakan tantangan peran bagi
manajer keperawatan. Jika masalah-masalah penting tentang
12
Perbedaan antara seorang yang pasif dan asertif adalah, orang yang
pasif “bersikap setia” terhadap orang lain yang tidak menyadari
kebutuhan atau keinginan orang yang pasif. Orang-orang pasif nampak
lebih sebagai bukan seseorang. Pada kenyataannya mereka sering
menempatkan keyakinan mereka pada orang lain untuk mengetahui apa
yang mereja perlukan, biasanya dengan harapan yang tak diekspresikan
(juga disebut sebagai agenda tersembunyi). Jika orang lain gagal
melaksanakan hal tersebut, maka hasilnya adalah:
a. Mereka akan menenggelamkan “diri sendiri” dan kebutuhan-
kebutuhan mereka. Makna implisitnya adalah “saya tidak berarti
apa-apa”
b. Mereka memendam kemarahan “mengapa mereka melakukan hal
tersebut pada saya?” kenyataannya, orang lain tidak mengerti
kebutuhan yang tidak diekspresikan.
16
Ini penting untuk diingat tidak seorangpun dapat membuat orang lain
merasa bersalah. Meskipun seseorang atau institusi dapat menyatakan
kebutuhannya pada seseorang, hanya orang tersebut yang dapat
menyebabkan dirinya sendiri merasa bersalah atau tidak. Makin
tingginya intelektual seseorang, dia akan memiliki kemampuan yang
lebih untuk menghindari tuntutan yang lain yang tidak rasional terhadap
dirinya. Ini kadang-kadang masuk dalam tindakan.
Dalam keperawatan, perasaan bersalah ini merupakan penyebab
ketidakmampuan perawat untuk lari dari perilaku pasif. Penting untuk
dipahami bagaimana cara menekan ke luar perasaan bersalah yang tidak
berguna sebelum kita belajar menjadi asertif, manusia yang benar-benar
utuh.
5. Menunjukkan diri sebenarnya
Konsep lain yang penting dalam proses merasa nyaman dengan
keasertifan adalah salah satu yang dijelaskan oleh Bowen sebagai pseudo
self dan solid self. Pseudo self adalah sisi diri kita sendiri yang kita
biarkan orang lain mengetahuinya. Beberapa orang semuanya pseudo
self. Mereka menganggap diri mereka untuk anggota kelaurga mereka,
teman, pasien dan dokter karena mereka mengharapkan demikian.
Kebutuhan-kebutuhan mereka sendiri, keinginan, dan sebagainya
ditenggelamkan untuk memenuhi harapan orang lain.
Solid self adalah siapa diri anda sesungguhnya. Banyak perawat
mengalami kesulitan untuk menentukan siapa dirinya sebenarnya, karena
hampir seluruhnya dikerahkan untuk memenuhi kebutuhan orang lain.
Diri yang sesungguhnya harus digali dan dikembangkan kembali. Ini
masih tetap ada. Ini dapat kembali dan menjadi lebih besar dan lebih baik
dari sebelumnya. Semua ini memrlukan kerja keras dan konsentrasi serta
kerugian besar intelektual untuk memutuskan rantai kepasifan.
Tantangan terbesar untuk keberhasilan anda akan sama dengan keluarga,
teman, pasien, dokter yang sebelumnya telah sukses “menarik anda.”
Menjadi asertif berarti membicarakan apa yang anda butuhkan, yang
18
anda pikirkan, dan apa yang anda yakini tentang mengenali diri anda
sebenarnya.
6. Koping: mempertahankan secara keseluruhan
Koping adalah kata yang terkenal digunakan selama tahun 1980-an.
Kata ini tampaknya seringkali ada pada artikel-artikel tentang respons
perawat unit perawatan kritis terhadap lingkungannya. Akan membantu
bila meninjau kembali konsep koping sebelum berlanjut lebih jauh.
Koping adalah “Kombinasi strategi secara sadar dalam kesuksesan
pemecahan masalah dimasa lampau dengan mekanisme pertahanan yang
tidak disadari untuk menurunkan tingkat stress yang sedang dialami
seseorang.
Penting untuk diingat bahwa koping meliputi penggunaan
mekanisme pertahanan otomatis oleh ego. Mekanisme otomatis ini,
(contoh penyangkalan, penghindaran dan represi) yang digunakan kapan
pun ego sendiri merasa tentram. Penting juga untuk diingat bahwa
kejadian yang dianggap ancaman bagi seseorang belum tentu menjadi
ancaman bagi orang lain. Berikut ini adalah contoh kasusnya.
Evelyn, Joan, dan Carol bekerja malam hari di unit perawatan
koroner intensif. Evelyn telah bekerja di tempat tersebut selama 12 tahun.
Joan dan Carol baru lulus 6 bulan yang lalu. Joan adalah seorang perawat
yang lihai dan cepat belajar tapi belum yakin terhadap situasi. Carol
masih dalam masa percobaan karena diketahui manajernya bahwa Carol
memiliki kekurangan dalam hal keterampilan dan kemampuan
pengkajian dan pemecahan masalah. Selama tengah malam pasien
mengalami episode takikardi berat. Dalam waktu 5 menit kemudian
pasien mengalami henti jantung. Persepsi dan respons pada ketiga
perawat tersebut adalah: Evelyn terampil dalam semua aspek
kedaruratan, pengkajian dan tindakan. Dia sadar dan memonitor penuh
keadaan awal pasien. Saat pasien lain mengalami henti jantung dengan
cepat dia mengkaji kondisi kedua pasien tersebut, memberikan instruksi
pada joan untuk melakukan tindakan perawatan yang perlu segera
dilakukan, kemudian meminta bantuan dan melakukan resusitasi. Egonya
19
3. Ketahanan
Perawat unit perawatan kritis diketahui lebih mempunyai ketahanan
dibandingkan dengan perawat non-unit perawatan kritis. Ini diduga oleh
penulis bahwa kualitas ini membantu perawat unutk mengatasi adanya
serangan persepsi di unit perawatan kritis. Kapasitas untuk ketahanan ini
didasarkan pada penggunaan mekanisme pertahanan penyangkalan,
represi, intelektualisasi dan mekanisme pertahanan sejenisnya yang
menurunkan tingkat ansietas seseorang yang secara normal akan terasa
terancam dengan situasi seperti itu.
Pada penilitan terdahulu, Maloney telah membandingkan kapasitas
koping perawat unit perawatan kritis dan non-unit perawatan kritis dengan
menguji cara-cara kedua kelompok tersebut dalam menghadapi ansietas.
Ditemukan bahwa perawat unit perawatan kritis mengalami lebih sedikit
ansietas pada situasi normal dan situasi baru dibandingkan perawat non-
unit perawatan kritis. Informasi ini dapat menyebabkan spekulasi bahwa
perawat unit perawatan kritis memiliki kapasitas yang lebih kuat untuk
mengatasi ansietas. Seseorang yang tidak sigap dalam lingkungan unit
perawatan kritis dimotivasi oleh hasrat untuk menghindari ansietas yang
berlebihan.
Penemuan lain dari studi ini adalah perawat non-unit perawatan kritis
meiliki skor yang lebih tinggi pada keluhan-keluhan somatic, masalah
pribadi dan keluarga, dan ketidakpuasan beban kerja. Kesimpulan umum
adalah perawat unit perawatan kritis meiliki kapasitas koping yang lebih
kuat dan adaptasi lebih kuat dibandingkan dengan perawat non-unit
perawatan kritis.
4. Ketabahan, Cara Mencegah Kejenuhan
Ketabahan adalah istilah yang diterapkan untuk menggambarkan sifat-
sifat kepribadian seseorang yang dikemukakan oleh Kobassa dan Puscetti.
Penelitian mereka menujukkan bahwa orang yang merasa bahwa
kehidupan dan pilihan mereka berada di bawah control mereka sendiri,
merasa komit dengan tujuan dan gaya hidupnya, dan menerima stress
hidup sebagai tantangan yang sedikitnya mungkin menyakitkan sebagai
22
akibat kejadian hidup yang penuh stress. Ciri-ciri ini digambarkan oleh
penulis sebagai cara seseorang untuk berespons terhadap stress dengan
perasaan pengontrolan versus ketidakberdayaan, komitemn versus
pelanggaran, dan tantangan versus ancaman.
Berdasarkan peneilitian ini , terlihat bahwa penggunaaan mekanisme
koping secara sadar, seperti membantu seseorang memandang situasi yang
penuh stress, koping untuk perawat unit perawatan kritis.
Berdasarkan penelitian ini, terlihat bahwa penggunaan mekanisme
koping secara sadar, seperti membantu seseorang memandang situasi yang
penuh stress, koping untuk perawat unit perawatan kritis.
Perubahan dari perasaan ketidakberdayaan, kurangnya komitmen dan
ancaman terhadap persepektif positif dapat membantu mengembalikan
harapan dan meningkatkan perasaan sejahtera.
d. Respons Personal
Bila stresor lingkungan dalam unit keperawatan intensif sulit untuk
berubah atau berdasarkan bentuknya, merupakan faktor yang sifatnya
melekat pada aktivitas bekerja di unit perawatan kritis (contoh
kematian pasien), perawat akan bijaksana bila menujukkan kebutuhan
ini dengan menggunakan baik penurunan emosi/stress atau
pendekatan pemecahan masalah, hal pertama dalam penurunan stress,
seperti ansietas atau kelelahan emosional. Reflex peredaan
menurunkan kelebihan beban emosional yang dapat dialami perawat
saat bekerja di lingkungan penuh stress.
e. Refleks Peredaan
Ada suatu teknik relaksasi yang efektif yang hanya membutuhkan
waktu 6 detik untuk melakukannya, ini disebut refleks peredaan
(quieting reflex). Teknik ini diciptakan oleh Dr. Charles Stroebel, ahli
penelitian psikiatri, yang menciptakannya untuk menurunkan
pengaruh kondisi stess masyarakat kita pada fungsi mental dan fisik
orang normal.
Jika seseorang merasa tertekan dan merasa tidak berdaya, sistem saraf
simpatik akan menghasilkan suatu respons yang dapat menyebabkan
gangguan fisik dan mental. Masalah yang paling umum adalah
gangguan pada saluran pencernaan, sakit tulang dan otot, skait kepala,
masalah hormonal dan stress psikologis. Semua masalah ini berada
dalam suatu kontinum dimulai dari titik distress kadang-kadang, stress
biasa. Yang akan berkembang menjadi masalah yang berat dan kronis,
yang potensial dapat menyebabkan nyeri berat dan akhirnya kematian
jika seseorang menjadi resisten dan benar-benar telah kewalahan.
Reflex peredaan yang diciptakan Stroebel adalah alat koping yang
mampu memutuskan siklus stress. Dia menyarankan untuk sering
menggunakan teknik dalam sehari sebanyak mungkin 75 atau sampai
100 kali. Tujuan ini adalah untuk mempengaruhi neurofisiologis yang
menyebabkan keanehan dan kerusakan pada sistem tubuh. Pada
saatnya tubuh akan secara reflex belajar untuk melindungi dirinya
27
e. Jadwalkan perawat senior dalam dinas pagi untuk merawat pasien yang
ringan; mereka dapat membantu dan mengajar perawat-perawat lain
yang belum berpengalaman.
f. Berikan tambahan honor pada staf terutama saat terjadi kekurangan
tenaga.
g. Tingkatkan rasio perawat pasien sejalan dengan peningkatan teknologi.
h. Berikan waktu 6 minggu untuk orientasi penuh pada staf baru dan
pelatihan dalam periode tertentu.
i. Dibitihkan orang yang bukan staf unit perawatan kritis untuk
menyiapkan pasien yang meninggal ke kamar jenazah.
j. Berikan ruang yang lebih lebar antar tempat tidur pasien
k. Idealnya, buat ruang yang kecil untuk satu atau 2 orang pasien atau buat
pembatas yang permanen diantara unit-unit pasien
l. Bangun tempat istirahat perawat jauh dari pamandangan pasien
ditengah-tengan unit perawatan kritis
m. Pasang jendela di unit. Pasang jam agar bisa terlihat oleh pasien dan
perawat
n. Minta nasehat dari perawat unit perawatan kritis dalam merancang
arsitekturnya
o. Gunakan lebih banyak bahan-bahan yang kedap suara.
Hubungan antara stress fisik dan ketidakseimbangan emosi belum
dipahami secara lengkap. Diketahui, bahwa adrenalin dan katekolamin lain
yang berperan sebagai stimulator biokimia terhadap respons stress, juga
bagian integral dari system limbic bagian anatomi dari otak yang
merupakan pusat emosi. Jika adrenalin dan neurotransmitter lain kembali
ke tingkat normal sebagai hasil dari latihan fisik, maka dimungkinkan
bahwa respons dari system limbic juga untuk memperoleh keseimbangan
emosional.
Jika mengalami stress mental tentang pasien tertentu, kesedihan akibat
kehilangan pasien istimewa, atau kehilangan semangat terhadap
lingkungan kerja, maka pemecahan yang terbaik adalah melibatkan diri
dengan aktivitas yang membuat anda secara mental memusatkan diri pada
33
hal lain. Hal ini dapat berupa kursus-kursus akademis, atau sesuatu yang
menyangkut seni atau apapun yang membutuhkan konsentrasi penuh.
Penurunan stress mental sebaiknya selalu diikuti dengan aktivitas
penurunan fisik, seperti berjalan atau jogging.
Stress yang terjadi akibat bekerja di unit perawatan kritis, idealnya
dapat dihilangkan dengan peribahan-perubahan dalam unit perawatan
kritis. Perubahan yang dianjurkan tersebut tidak akan dilakukan oleh
bidang keperawatan tanpa adanya dorongan yang kuat dari staf
keperawatan unit perawatan kritis sendiri.
34
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berbagai stresor di unit perawatan kritis seperti pekerjaan rutin yang
diulang-ulang; setiap langkah harus ditulis; perpindahan perawat dari tempat
lain; situasi krisis akut yang sering ; bahaya fisik (perlindungan dari sinar X,
jarum-jarum, pasien isolasi dan delirium tidak adekuat); mengangkat berat,
pasien tidak sadar; teman sejawat yang bingung; (bunyi-bunyi yang terus
menerus dari rintihan, tangisan, jeritan, suara-suara monitor yang mendengun
dan alarm monitor, suara gelembung alat penghisap, dan mesin respirator)”.
Stres lain yang penting dan tidak boleh diemehkan adalah dimana-mana
terdapat tubuh manusia yang kebanyakan disia-siakan, rusak atau mengalami
perubahan warna. Terdapat pemajaman genitalia dan ekskresi feses, darah,
mukosa dada, muntahan, dan urine. Berapa pasien yang dibalut, dilumuri,
dibasahi oleh cairan purulen atau serosa atau drainase yang mengandung
darah menyebabkan berbagai perasaan di dalam diri perawat yang dapat
berupa perasaan baik dan juga buruk. Berbagai perasaan yang merupakan
efek dari unit perawatan kritis ini bergantung pula pada sifat kepribadian
perawat itu sendiri. Bagi perawat di unit perawatan kritis yang asertif
cenderung merasa damai, harga diri baik dan menghargai hak orang lain
sehingga dihargai. Sedangkan perawat yang pasif lebih sering mengalami
banyak tekanan dikarenakan hanya berharap dimengerti tanpa mampu
mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya sehingga akan cenderung
dikasihani dan membuat orang lain jengkel. Begitu pula dengan perawat yang
agresif yang kerap merasa marah, terhina sehingga membuat orang lain
menjadi sakit hati dan jijik. Cara-cara yang dapat digunakan untuk
mengurangi stress yang merupakan efek dari unit perawatn kritis ini adalah
meperbaiki pola pikir agar menjadi asertif, melakukan pertemuan-pertemuan
kelompok dan perbaikan dalam hal manajamen unit perawatan kritis.
35
B. Saran
Diharapkan bagi para pembaca khususnya perawat di unit perawatan
kritis agar mau mengenali diri sendiri sehingga akan lebih mampu mengenal
hal-hal yang perlu dipertahankan, diperbaiki dan ditingkatkan dalam upaya
meningkatkan kemampuan dalam perawatan di unit keperawatan kritis tanpa
mengalami banyak kendala serta stress yang banyak terjadi. Karena
bagaimanapun juga, apa yang dimiliki oleh perawat baik itu berupa
keterampilan ataupun kemampuan merawat serta kemampuan mengenali dan
mengontrol diri sendiri dari hal-hal yang membuat stress akan berdampak
banyak pada pasien dan keluarga pasien.
36
DAFTAR PUSTAKA