Anda di halaman 1dari 26

BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
A. Nama/Kelamin/Umur : Tn. M/ Laki-laki / 63 tahun
B. Pekerjaan : Pensiunan PNS
C. Alamat : Rt 11 Olak Kemang

II. Latar Belakang Sosial-ekonomi-demografi-lingkungan-keluarga


a. Status Perkawinan : Menikah
b. Jumlah anak : 3 orang
c. Status ekonomi keluarga : Cukup
d. KB yang diikuti :-
e. Kondisi rumah

Pasien tinggal dirumah


panggung, terbuat dari kayu,
lantai kayu dan dinding kayu.

Pencahayaan baik dengan


jendela 6 buah dan ventilasi 6
buah. Ruang tamu tampak
kosong, terdapat 3 kamar tidur

Ruang tengah bersaman dengan


ruang makan, masak
menggunaka kompor, sumber air
PDAM dan sumur, WC
menggunakan leher angsa, air
berwarna keruh tetapi tidak
beraa dan berbau.

1
f. Kondisi lingkungan di sekitar rumah :
Pasien tinggal bersama istri, mertua dan 3 orang anak perempuannya, rumah
pasien jauh dari jalan raya, sekitar 300 meter dari MTS n Olak Kemang, jalan
setapak.

III. Aspek Perilaku dan Psikologis dalam Keluarga


Pasien merupakan seorang Ayah yang baik, hubungan dengan keluarga besar
baik. Hubungan dengan tetangga berjalan baik, pasien seorang tetangga yang
ramah.
IV. Keluhan Utama :
Nyeri dada kiri yang bertambah sering sejak ±2 hari yang lalu

V. Riwayat Penyakit Sekarang :


± 1 tahun yang lalu, pasien pernah merasakan nyeri dada kiri hilang
timbul dengan durasi, nyeri seperti ditekan di daerah dada kiri, tidak menjalar
dan tidak tembus ke belakang, tidak dipengaruhi gerakan tubuh atau tekanan,
nyeri dirasakan ketika beraktivitas terutama aktivitas berat dan menghilang
ketika beristirahat, keringat dingin (-), berdebar (-), sesak napas (-), mual
muntah (-), rasa terbakar (-). Pasien tidak berobat. Keluhan menghilang,
pasien mengurangi untuk merokok.

2
±1 minggu ini, nyeri dada dirasakan lebih sering terutama 2 hari
terakhir, sehingga pasien menghitung berapa lama keluhan terjadi, keluhan
dirasakan sekitar < 10 menit, nyeri seperti ditekan pada dada kiri dan terasa
tembus kebelakang, nyeri sepeti ditekan, kadang disertai menjalar ke dada
belakang atau tangan kanan dan kadang tidak, nyeri dirasakan saat
beraktivitas , terutama saat pasien memasukkan ternak ke dalam kandang,
karena kadang harus berlarian mengerjar ternak. Saat beristirahat keluhan
menghilang, sehingga pasien tidak berobat, tidak disertai keringat dingin (-),
berebar (-), sesak napas (-), mual (-), muntah (-).
2 hari sebelum ke Puskesmas, karena nyeri lebih sering timbul dari
biasanya terutama saat aktivitas berternak dan membuat kandang ternak,
sehingga pasien berniat untuk berobat.

VI. Riwayat Penyakit Dahulu :


- Riwayat sakit serupa : Ada 6 bulan
yang lalu, tapi pasien tidak berobat
- Riwayat alergi : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat trauma : disangkal
- Riwayat tekanan darah tinggi : Ada, sejak 2 tahun yang lalu
- Riwayat penyakit gula : disangkal

VII. Riwayat Penyakit Keluarga :


- Riwayat sakit serupa : disangkal
- Riwayat tekanan darah tinggi : Ada, Ayah pasien
- Riwayat penyakit gula : disangkal
- Riwayat alergi : disangkal

VIII. Riwayat makan, alergi, obat obatan, perilaku kesehatan dll yang relevan
Pasien seorang pensiunan PNS sehingga kerjaan terkadang membantu
tetangga dalam mengurus ternak Ayam, pasien seorang yang jarang
berolahraga, pasien sering mengkonsumsi santan dan mengkonsumsi daging
hanya sesekali, pasien setiap hari makan gorengan sebagai sarapan pagi.
Pasien seorang perokok selama 25 tahun yang lalu, dan sudah berhenti
sekitar 2 tahun ini, tapi masih sering sesekali merokok kembali. Beberapa

3
hari yang lalu pasien bekerja lebih berat untuk membantu tetangga nya
membuat kandang ternak ayam.

IX. Pemeriksaan Fisik


Keadaan Umum
Keadaan sakit : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Suhu : 36,7°C
Tekanan darah : 160/90 mmHg
Nadi : 98 x/menit
Pernafasan : 22 x/menit
Berat badan : 75 kg
Tinggi badan : 170 cm

1. Pemeriksaan Organ
a. Kepala Bentuk : Normocephal
Simetri : Simetris
b. Hidung : Tak ada kelainan
c. Telinga : Tak ada kelainan
d. Mulut Bibir : Lembab
Bau pernafasan: Normal
Gigi geligi : Lengkap
Palatum : Deviasi (-)
Gusi : Warna merah muda, perdarahan (-)
Selaput Lendir: Normal
Lidah : Putih kotor, ulkus (-)
e. Leher KGB : Tak ada pembengkakan
Kel.tiroid : Tak ada pembesaran
f. Pulmo
Pemeriksaan Kanan Kiri
Inspeksi Statis & dinamis: Statis & dinamis :
simetris simetris

4
Palpasi Stem fremitus normal Stem fremitus normal
Perkusi Sonor Sonor
Batas paru-hepar :ICS
VI kanan
Auskultasi Wheezing (-), rhonki (-) Wheezing (-), rhonki (-)

g. Jantung
Inspeksi Ictus cordis terlihat di ICS V linea midclavicula kiri
Palpasi Ictus cordis teraba di ICS V linea midclavicula kiri

Perkusi Batas-batas jantung :


Atas : ICS II kiri
Kanan : linea sternalis kanan
Kiri : ICS VI 2 jari bergeser ke lateral dari linea
midclavicula kiri
Auskultasi BJ I/II regular, murmur (-), gallop (-)

h. Abdomen
Inspeksi Datar, skar (-), venektasi (-), spidernevi (-)
Palpasi Nyeri tekan regio epigastrium (-), defans musculer
(-), , hepatomegali (-), splenomegali (-), nyeri ketok
costovertebra (-/-)
Perkusi Timpani
Auskultasi Bising usus (+) normal

Pemeriksaan Ekstremitas
Superior : atrofi (-/-), akral hangat (+), sianosis (-)
Inferior : atrofi (-/-), akral hangat (+), sianosis (-)

X. Pemeriksaan Laboratorium di Puskesmas


Tidak dilakukan pemeriksaan
XI. Usulan Pemeriksaan Penunjang :
EKG, Foto Thoraks, Pemeriksaan lipid lengkap
XII. Diagnosa Kerja
Angina Pektoris Kode ICD X I20.9 Angina pectoris, unspecified

XIII. Diagnosa Banding

5
 Infark miokard ICD X 121.9
 GERD kode ICD X K 21.9
XIV. Manajemen.
a. Promotif :
1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyebab, perjalanan penyakit,
maupun tatalaksana penyakit, dan penyulit
2. Menjelaskan kepada pasien untuk selalu mengkonsumsi makanan dengan
mengurangi makanan bersantan dan mengandung lemak tinggi
3. Memberikan penjelasan kepada pasien, tanda jika gejala memberat dan
butuh penolongan segera

b. Preventif :
1. Hindari aktivitas yang berat, dan olahraga yang berat
2. Mengkonsumsi obat penurun darah
3. Hindari stress
4. Berhenti merokok secara penuh
5. Mengontrol stres

c. Kuratif :
Non Farmakologis
1. Istirahat
2. Kurangi konsumsi makanan berlemak
3. Menjaga berat badan ideal
4. Mengatur pola makan
5. Melakukan olah raga ringan secara teratur
6. Melakukan kontrol terhadap kadar serum lipid.
7. Mengontrol tekanan darah.
Farmakologis :
1. Nitrat 10 mg (SL), dilanjutkan 5 mg SL (saat nyeri dada)
2. Bisoprolol 1 x 5 mg
3. Aspirin 1 x 80 mg
FOHAI
Pegagan : herba dikeringkan dibawah snar matahari hingga memperoleh
simplisia, lalu ditimbang 0.6 g tmbahkan 300 cc air mendidih, didinginkan
dan diminum 2 kali sehari setengah gelas
d. Rehabilitatif
1. Menjaga diet rendah lemak
2. Tandai gejala yang makin parah dari serangan

6
Resep
Dinas Kesehatan Kota Jambi
Puskesmas Olak Kemang
dr. Ivo Amrina Rasyada
SIP. G1a216032

Tanggal: 27/01/2018

Dinas Kesehatan Kota Jambi Dinas Kesehatan Kota Jambi


Puskesmas Olak Kemang Puskesmas Olak Kemang
dr. Ivo Amrina Rasyada dr. Ivo Amrina Rasyada
SIP. G1a216032 SIP. G1a216032

Tanggal: 27/01/2018 Tanggal: 27/01/2018

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Angina Pektoris


Angina pectoris berasal dari bahasa yunani yang berarti “cekikan
dada” yaitu gangguan yang sering terjadi karena atherosclerotic heart
disease. Terjadinya serangan angina menunjukan adanya iskemia. Iskemia
yang terjadi pada angina terbatas pada durasi serangan dan tisak menyebabkan
kerusakan permanaen jaringan miokard. Namun, angina merupakan hal yang
mengancam kehidupan dan dapat menyebabkan disritmia atau berkembang
menjadi infark miokard.1-5
Angina pektoris adalah keadaan klinik yang ditandai dengan rasa tidak
enak atau nyeri di dada akibat iskemia jaringan otot jantung. Secara klinik
bentuk angina dibedakan atas dua bentuk, yaitu angina stabil dan tidak stabil.
Angina tidak stabil merupakan bentuk yang lebih berat yang dapat
berkembang menjadi dan/atau merupakan bentuk awal infark miokard
sehingga penderita perlu diperiksa dan diobservasi lebih lanjut di rumah sakit.
Angina pektoris merupakan suatu syndrome klinis yang ditandai
dengan episode atau perasaan tertekan di depan dada akibat kurangnya aliran
darah koroner, menyebabkan suplai oksigen ke jantung tidak adekuat atau
dengan kata lain, suplai kebutuhan oksigen jantung meningkat
Angina pektoris adalah suatu sindrom kronis dimana klien mendapat
serangan sakit dada yang khas yaitu seperti ditekan atau terasa berat di dada
yang seringkali menjalar ke lengan kiri. Sakit dada tersebut biasanya timbul

8
pada waktu pasien melakukan suatu aktivitas dan segera hilang bila pasien
menghentikan aktivitasnya.6

B. Klasifikasi Angina Pektoris


Klasifikasi klinis angina pada dasarnya berguna untuk mengevaluasi
mekanisme terjadinya iskemik. Walaupun patogenesa angina mengalami
perubahan dari tahun ke tahun, akan tetapi pada umumnya dapat dibedakan 3
tipe angina:7
1. Classical effort angina (angina klasik)
Pada nekropsi biasanya didapatkan aterosklerosis koroner. Pada keadaan
ini, obstruksi koroner tidak selalu menyebabkan terjadinya iskemik seperti
waktu istirahat. Akan tetapi bila kebutuhan aliran darah melebihi jumlah
yang dapat melewati obstruksi tersebut, akan tetapi iskemik dan timbul
gejala angina. Angina pektoris akan timbul pada setiap aktifitas yang dapat
meningkatkan denyut jantung, tekanan darah dan atatus inotropik jantung
sehingga kebutuhan O2 akan bertambah seperti pada aktifitas fisik, udara
dingin dan makan yang banyak.
2. Variant angina (angina Prinzmetal)
Bentuk ini jarang terjadi dan biasanya timbul pada saat istirahat, akibat
penurunan suplai O2 darah ke miokard secara tiba-tiba. Penelitian terbaru
menunjukkan terjadinya obsruksi yang dinamis akibat spasme koroner
baik pada arteri yang sakit maupun yang normal. Peningkatan obstruksi
koroner yang tidak menetap ini selama terjadinya angina waktu istirahat
jelas disertai penurunan aliran darah arteri koroner.
3. Unstable angina (angina tak stabil / ATS)
Istilah lain yang sering digunakan adalah Angina preinfark, Angina
dekubitus, Angina kresendo. Insufisiensi koroner akut atau Sindroma
koroner pertengahan. Bentuk ini merupakan kelompok suatu keadaan yang
dapat berubah seperti keluhan yang bertambah progresif, sebelumnya
dengan angina stabil atau angina pada pertama kali. Angina dapat terjadi
pada saat istirahat maupun bekerja. Pada patologi biasanya ditemukan
daerah iskemik miokard yang mempunyai ciri tersendiri.

9
C. Etiologi Angina Pektoris Stabil
Angina Pektoris yaitu rasa nyeri dada yang disebabkan oleh ketidak
cukupan suplai oksigen ke otot jantung (myocardinal ischemic). Dada terasa
ada beban berat ditambah dengan suhu badan panas seperti terbakar. Gerah
menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, hingga tembus ke punggung. Biasanya
juga disertai sesak napas, mual muntah, keringat dingin dan jika semakin berat
akan mengakibatkan pingsan.
Penyebab Angina Pektoris dipengaruhi berbagai faktor yang beresiko
(faktor Perdiposisi dan faktor presipitasi)1
1. Faktor Perdiposisi
a. Merokok
Perokok berat, sangat beresiko terkena angina pektoris dan
serangan jantung, sebab dengan merokok, nikotin,
karbonmonoksida dan zat lainnya yang terkadung dalam rokok
berpotensi menimbulkan kerusakan dinding pembuluh darah. Hal
ini mempermudahkan kolesterol untuk melekat di dinding
pembuluh darah yang mengalami kerusakan hingga akhirnya
membentuk plak dalam koroner. Selain itu, merokok juga bisa
menimbulkan kejang atau pemendekan otot arteri sehingga
mengurangi aliran darah ke jantung.
b. Kolesterol
Kolesterol tinggi bisa menyebabkan terjadinya ateroklerosis
(penimbunan deposit lemak) atau plak pada arteri koroner
(pembuluh darah jantung). Akibatnya, arteri koroner semakin
menyempit karena dindingnya bertambah tebal dan keras oleh
timbunan lemak sehingga aliran darah menjadi kurang lancar.
c. Hipertensi
Tekanan darah tinggi menimbulkan aliran darah terlampau kuat
yang lama – kelamaan mengakibatkan pengikisan pada dinding
arteri koroner. Dinding yang rusak memudahkan terjadinya
endapan kolesterol. Peningkatan tekanan darah sistemik
meningkatkan resistensi vaskuler terhadap pemompaan darah dari
ventrikel kiri. Akibatnya kerja jantung bertambah, sehingga

10
ventrikel kiri hipertrofi untuk meningkatkan kekuatan pompa. Bila
proses aterosklerosis terjadi, maka penyediaan oksigen untuk
miokard berkurang. Tingginya kebutuhan oksigen karena
hipertrofi jaringan tidak sesuai dengan rendahnya kadar oksigen
yang tersedia.
d. Stress
Stress bisa meningkatkan kadar hormon epinefrin yang
menyebabkan peningkatan tekanan darah dan denyut jantung. Hal
itu mempermudah terjadinya kerusakan pada dinding pembuluh
darah.
e. Aktivitas
Aktivitas fisik terlalu berat dapat memicu serangan dengan cara
meningkatkan kebutuhan oksigen jantung.kebutuhan

2. Faktor Presipitasi
a. Usia
Angina pektoris biasanya menyerang orang yang lebih tua dari 65
tahun karena jika usianya sudah tua maka akan lebih rentan
terkena angina sebab elastisitas dari otot-otot telah berkurang,
regenerasi sel telah berkurang, hormon dan kerja jaringan telah
berkurang pula, tetapi dapat pula terjadi pada orang dengan usia
20-an atau 30-an tahun. Hal ini disebabkan oleh gaya hidup yang
tidak sehat meski masih di usia muda. Hindari kebiasaan merokok
dan atasi masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi, diabetes,
obesitas, dan kolesterol tinggi sejak dini. Penyakit-penyakit
tersebut dapat meningkatkan risiko penyakit pada jantung.
b. Jenis Kelamin
Yang sering berisiko terkena angina pektoris adalah pria, karena
pria beraktivitas lebih berat daripada wanita, dan karena aktivitas
yang terlalu berat dapat meningkatkan kebutuhan oksigen jantung.
c. Hereditas (Genetik)
Faktor keturunan berhubungan dengan angina pektoris serta
penyakit jantung lainnya. Tetapi faktor keturunan mungkin saja
disebabkan oleh kecendrungan bawaan terhadap kolestrol tinggi

11
dalam darah sebagai akibat memakan makanan yang mengandung
lebih banyak kolesterol. Kecendrungan menuju penyakit jantung
bawaan juga bisa tercermin dari faktor risiko, seperti diabetes,
hipertensi dan obesitas bawaan.

D. Patofisiologi Angina Pektoris Stabil


Mekanisme timbulnya angina pektoris didasarkan pada ketidak
adekuatan suplai oksigen ke sel-sel miokardium yang diakibatkan karena
kekakuan arteri dan penyempitan lumen arteri koroner (aterosklerosis
koroner). Tidak diketahui secara pasti apa penyebab ateriosklerosis, namun
jelas bahwa tidak ada faktor tunggal yang bertanggungjawab atas
perkembangan ateriosklerosis.
Aterosklerosis merupakan penyakit arteri koroner yang paling sering
ditemukan. Sewaktu beban kerja suatu jaringan meningkat, maka kebutuhan
oksigen juga meningkat. Apabila kebutuhan meningkat pada jantung yang
sehat maka arteri koroner berdilatasi dan megalirkan lebih banyak darah dan
oksigen ke otot jantung.
Namun apabila arteri koroner mengalami kekakuan atau menyempit
akibat aterosklerosis dan tidak dapat berdilatasi sebagai respon terhadap
peningkatan kebutuhan akan oksigen, maka terjadi iskemik (kekurangan
suplai darah) miokardium.
Angina Pectoris adanya endotel yang cedera mengakibatkan hilangnya
produksi NO (nitrat Oksida) yang berfungsi untuk menghambat berbagai zat
yang reaktif. Dengan tidak adanya fungsi ini dapat menyababkan otot polos
berkontraksi dan timbul spasmus koroner yang memperberat penyempitan
lumen karena suplai oksigen ke miokard berkurang.
Penyempitan atau blok ini belum menimbulkan gejala yang begitu
nampak bila belum mencapai 75 %. Bila penyempitan lebih dari 75 % serta
dipicu dengan aktifitas berlebihan maka suplai darah ke koroner akan
berkurang.

12
Sel-sel miokardium menggunakan glikogen anaerob untuk memenuhi kebutuhan
energi mereka. Metabolisme ini menghasilkan asam laktat yang menurunkan pH
miokardium dan menimbulkan nyeri. Apabila kebutuhan energi sel-sel jantung
berkurang, maka suplai oksigen menjadi adekuat dan sel-sel otot kembali
fosforilasi oksidatif untuk membentuk energi. Proses ini tidak menghasilkan asam
laktat. Dengan hilangnya asam laktat nyeri akan reda.2,7

E.
Manifestasi
Klinis
Angina Pektoris Stabil
Angina Pektoris yaitu rasa nyeri dada yang disebabkan oleh ketidak
cukupan suplai oksigen ke otot jantung (myocardinal ischemic). Dada terasa
ada beban berat ditambah dengan suhu badan panas seperti terbakar. Gerah
menjalar ke lengan kiri, leher, rahang, hingga tembus ke punggung. Biasanya
juga disertai sesak napas, mual muntah, keringat dingin dan jika semakin berat
akan mengakibatkan pingsan.
Rasa nyeri hebat sekali sehingga penderita gelisah, takut, berkeringat
dingin dan lemas. Pasien terus menerus mengubah posisinya di tempat tidur.
Hal ini dilakukan untuk menemukan posisi yang dapat mengurangi rasa sakit,
namun tidak berhasil. Kulit terlihat pucat dan berkeringat, serta ektremitas
biasanya terasa dingin.6
Angina Pektoris memiliki keluhan nyeri dada yang mempunyai ciri khas
sebagai berikut:4

13

Lokasi nyeri. Pasien merasakan nyeri dada di daerah sternum (tulang
dada) atau di bawah sternum (substernal), atau dada sebelah kiri dan
kadang-kadang menjalar ke lengan kiri sampai kelingking, dapat
menjalar ke punggung, rahang, leher. Nyeri dada juga dapat timbul di
tempat lain seperti di daerah ulu hati.

Kualitas nyeri. merupakan nyeri yang tumpul, seperti rasa tertindih
atau berat di dada, rasa desakan yang kuat, seperti diremas-remas atau
dada mau pecah dan biasanya pada keadaan yang berat disertai
keringat dingin dan sesak napas. Tidak jarang keluhan hanya berupa
rasa tidak enak di dada.

Nyeri berhubungan dengan aktivitas (seperti olahraga, terburu-buru),
hilang dengan istirahat. Nyeri juga dapat dipresipitasi oleh stress fisik,
stress emosional, kemarahan, ketakutan, atau frustasi

Kuantitas nyeri. Nyeri yang pertama kali timbul biasanya agak nyata,
dari beberapa menit sampai kurang dari 20 menit. Menurut ESC
Guideline 2006, nyeri dada ini biasanya terjadi singkat, yaitu dari 1-10
menit5. Bila lebih dari 20 menit dan berat maka harus dipertimbangkan
sebagai angina tak stabil (unstable angina pectoris = UAP) dan
dimasukkan kedalam sindrom koroner akut. Nyeri dapat dihilangkan
dengan nitrogliserin sublingual dalam hitungan detik sampai beberapa
menit. Nyeri tidak terus menerus tetapi hilang timbul dengan intensitas
yang makin bertambah atau makin berkurang sampai terkontrol.

14
Gradasi beratnya nyeri dada berdasarkan Canadian Cardiovaskuler Society sebagai berikut :1,4

Klas I Aktivitas sehari-hari seperti jalan kaki, berkebun, naik tangga 1-2 lantai
dan lain-lain tak menimbulkan nyeri dada. Nyeri dada baru timbul pada
latihan yang berat, berjalan cepat serta terburu-buru waktu kerja atau
berpergian
Klas II Aktivitas sehari-hari agak terbatas, misalnya AP timbul bila melakukan
aktivitas lebih berat dari biasanya, seperti jalan kaki 2 blok, naik tangga
lebih dari 1 lantai atau terburu-buru, berjalan menanjak atau melawan
angin dan lain-lain

Klas III Aktivitas sehari-hari nyata terbatas. AP timbul bila berjalan 1-2 blok, naik
tangga 1 lantai dengan kecepatan yang biasa

Klas IV AP bisa timbul waktu istirahat sekalipun. Hampir semua aktivitas dapat
menimbulkan angina, termasuk mandi, menyapu, dan lain-lain

A. Pemeriksaan Diagnostik Angina Pektoris Stabil


1. Pemeriksaan EKG
Setiap penderita dengan gejala yang mengarah pada angina harus
dilakukan EKG 12 lead. Namun hasil EKG akan normal pada 50 % dari
penderita dengan angina pectoris. Depresi atau elevasi segmen ST
menguatkan kemungkinan adanya angina dan menunjukkan suatu
ischemia pada beban kerja yang rendah.4
2. Foto thoraks
Pada penderita angina pectoris biasanya normal. Foto thoraks lebih sering
menunjukkan kelainan pada penderita dengan riwayat infark miokard atau
penderita dengan nyeri dada yang bukan berasal dari jantung. Manfaat
pemeriksaan foto thorak secara rutin pada penderita angina masih
dipertanyakan.4
3. Pemeriksaan laboratorium
tidak begitu penting dalam diagnosis angina pektoris. Walaupun demikian
untuk menyingkirkan diagnosis infark jantung akut sering dilakukan
pemeriksaan enzim CPK, SGOT atau LDH. Enzim tersebut akan
meningkat kadarnya pada infark jantung akut sedangkan pada angina
kadarnya masih normal. dan penanda inflamasi akut jika nyeri dada cukup
berat dan lama (enzim CK, CKMB, CRP/hs CRP, troponin). Pemeriksaan

15
lipid darah seperti kolesterol, HDL, LDL, trigliserida dan pemeriksaan
gula darah perlu dilakukan untuk mencari faktor risiko seperti
hiperlipidemia dan/atau diabetes melitus.4
4. Ekokardiografi
dilakukan untuk menentukan adanya stenosis aorta, luasnya iskemia saat
nyeri dada berlangsung, menganalisis fungsi miokardium segmental. Bila
ekokardiografi dilakukan dalam waktu sampai 30 menit setelah serangan
angina, dapat terlihat adanya segmen miokardium yang mengalami
disfungsi. Segmen ini akan pulih kembali setelah hilangnya iskemia akut.4
5. Uji latih beban
Uji latih beban dengan monitor EKG merupakan prosedur yang sudah
baku. Dari segi biaya, tes ini merupakan termurah bila dibandingkan
dengan tes echo. Untuk mendapatkan informasi yang optimal, protocol
harus disesuaikanuntuk masing-masing penderita agar dapat mencapai
setidaknya 6 menit. Selama EKG, frekwensi, tekanan darah harus
dimonitor dengan baik dan direkam pada tiap tingkatan dan juga pada saat
abnormallitas segmen ST. metode yang dipakai pada uji beban yaitu
dengan menggunakan treadmill dan sepeda statis. Interpretasi EKG uji
latih beban yang paling penting adalah adanya depresi dan elevasi segmen
ST lebih dari 1 mm. Biasanya uji latih beban dihentikan bila mencapai
85% dari denyut jantung maksimal berdasarkan umur, namun perlu
diperhatikan adanya variabilitas yang besar dari denyut jantung maksimal
pada tiap individu. Indikasi absolute untuk menghentikan uji beban adalah
penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 10 mmHg dari tekanan darah
awal meskipun beban latihan naik jika diikuti tanda ischemia yang lain :
angina sedang sampai berat , ataxia yang meningkat, kesadaran menurun,
tanda-tanda penurunan perfusi seperti sianosis.
Pada penderita yang tidak bisa di diagnosa dengan uji latih beban
berdasarkan EKG, maka dilakukan uji latih beban dengan pencitraan.
Isotop yang biasa digunakan adalah thalium-210. Tes uji latih
ekokardiografi dianalisa berdasarkan penilaian penebalan miokard pada
saat uji latih dibandingkan dengan saat istirahat. Gambaran ekokardiografi

16
yang mendukung adanya ischemia miokard adalah : penurunan gerakan
dinding pada 1 atau lebih segmen ventrikel kiri, berkurangnya ketebalan
dinding saat sistol atau lebih segmen pada saat uji latih beban,
hiperkinesia kompensasi pada segmen dinding yang berkaitan atau yang
tidak ischemia.
6. Kateterisasi jantung dengan angiografi: Diindikasikan pada pasien
dengan iskemia yang diketahui dengan angina atau nyeri dada tanpa kerja,
pada pasien dengan kolesterolemia dan penyakit jantung keluarga yang
mengalami nyeri dada, dan pasien dengan EKG istirahat abnormal. Hasil
abnormal ada pada penyakit katup, gangguan kontrakstilitas, gagal
ventrikel, dan abnormalitas sirkulasi.Catatan: 10% pasien dengan angina
tidak stabil mempunyai arteri koroner yang tampak normal.4
7. Injeksi Ergonovine (Ergotrate): Pasien yang mengalami angina saat
istirahat menunjukkan hiperspastik pembuluh koroner. (pasien dengan
angina istirahat biasanya mengalami nyeri dada, peninggian ST, atau
depresi dan/atau peningkatan LVEDP, penurunan tekanan sistolik
sistemik, dan/atau penyempitan arteri koroner derajat tinggi. (Beberapa
pasien juga mengalami disritmia ventrikuler berat).4

F. Tata Laksana Angina Pektoris Stabil


1. Teknik invasif seperti percutaneous transluminal coronary angioplasty
(PCTA) dan dapat menurunkan serangan angina klasik. Dengan PCTA, lesi
aterosklerotik berdilatasi dengan bantuan kateter yang dimasukkan
menembus kulit ke dalam arteri femoralis atau brakialis dan didorong ke
jantung. Setelah berada di pembuluh yang sakit, balon di dalam kateter
digembungkan. Hal ini akan memecah plak dan meregangkan arteri. Dengan
bedah pintas, potongan arteri koroner yang sakit diikat, dan diambil arteri
atau vena dari tempat lain untuk dihubungkan ke bagian yang tidak sakit.
Aliran darah dipulihkan melalui pembuluh baru ini. Pembuluh yang paling
sering digunakan untuk transplantasi adalah vena safena atau arteri mamaria
interna. Respons awal terhadap PCTA tampaknya baik, tetapi pembuluh

17
sering (20-40%) kembali mengalami sklerosis dalam beberapa bulan.
Pemasangan slang artifisial, atau stent, ke dalam arteri agar tetap terbuka
memperbaiki keberhasilan teknik ini. Stent yang dilapisi obat dapat
menurunkan frekuensi restenosis stent. Bedah pintas koroner menghilangkan
nyeri angina tetapi tampaknya tidak memengaruhi mortalitas jangka
panjang.1,4
2. Pembedahan
Pembedahan dengan coronary artery bypass graft (CABG) tidak menjamin
hidup yang panjang atau mencegah serangan infark miokars, tetapi dapat
mengurangi angina sehingga pasien mampu melakukan kegiatan-kegiatan
dan memulihkan kualitas hidupnya. Tujuan dari bypass adalah memperbaiki
suplai oksigen ke miokardium. Vena yang sering digunakan untuk grafting
adalah vena safena. Dokter juga sering menggunakan arteri mamaria
internal.1,4
3. Karena penyebab angina adalah insufisiensi oksigen untuk memenuhi
kebutuhan energi jantung, pengobatan angina ditujukan untuk menurunkan
kebutuhan energi:

1. Istirahat memungkinkan jantung memompa lebih sedikit darah


(penurunan volume sekuncup) dengan kecepatan yang lambat
(penurunan kecepatan denyut jantung). Hal ini menurunkan kerja
jantung sehingga kebutuhan oksigen juga berkurang. Posisi duduk
adalah postur yang dianjurkan sewaktu beristirahat. Sebaliknya,
berbaring, meningkatkan aliran balik darah ke jantung sehingga terjadi
peningkatan volume diastolik akhir, volume sekuncup, dan curah
jantung. Mengontrol emosi, mengurangi kerja yang berat dimana
membutuhkan banyak oksigen dalam aktivitasnya, mengurangi
konsumsi makanan berlemak, dan istirahat yang cukup. Disarankan
untuk mengubah gaya hidup antara lain menghentikan konsumsi
rokok, menjaga berat badan ideal, mengatur pola makan, melakukan
olah raga ringan secara teratur, jika memiliki riwayat diabetes tetap

18
melakukan pengobatan diabetes secara teratur, dan melakukan kontrol
terhadap kadar serum lipid.
2. Nitrogliserin dan nitrat lain bekerja sebagai dilator kuat sistem vena
sehingga menurunkan aliran darah vena kembali ke jantung.
Penurunan aliran balik vena menurunkan volume diastolik akhir
sehingga jantung dapat mengurangi volume sekuncupnya. Nitrat
menyebabkan dilatasi sistem arteri, menurunkan afterload (beban
hilir) yang harus dilawan oleh pompa jantung dan meningkatkan aliran
darah koroner. Arteri koroner yang sedang mengalami spasme dapat
berdilatasi. Semua efek ini menurunkan ketidakseimbangan kebutuhan
versus suplai oksigen, dan nitrogliserin yang diberikan secara
sublingual (di bawah lidah) biasanya meredakan angina.
3. Penyekat adrenergik beta meredakan angina dengan menurunkan
kecepatan denyut dan kontraktilitas jantung sehingga kebutuhan
oksigen berkurang. penyekat saluran kalsium menurunkan afterload
yang harus dilawan oleh pompa jantung dengan mendilatasi arteri dan
arteriol di sebelah hilir. Penyekat salluran kalsium tidak boleh
digunakan pada pasien berisiko mengalami gagal jantung.
4. Terapi oksigen untuk mengurangi kebutuhan oksigen jantung.5
5. Obat-obatan. Obat-obatan yang sering digunakan untuk angina
pektoris dapat dilihat pada tabel di bawah ini.3
No Golongan Obat Kegunaan Indikasi KontraIndikasi

1 Vasodilator Nitrogliserin, Vasodilator Pencegahan dan Hipersensitif


Amyl, perifer untuk pengobatan terhadap nitrat
Nitrate, mengurangi angina pektoris organik,
Isosorbide resistensi akibat penyakit hipersensitid
(Sorbitrate) perifer; arteri koroner, terhadap isosobide,
mengurangi gagal jantung nitrogliserin.
tekanan darah kongestif
diastolik; (terutama bila Jangan diberikan
mengurangi disebabkan oleh pada pasien

19
preload; miokard akut, hipovolemia yang
vasodilatasi hipertensi tidak terkoreksi /
koronaria untuk pulmoner, dehidrasi karena
memperbaiki emergensi risiko menginduksi
distribusi suplai hipertensi selama hipotensi.
darah ke operasi PTIK, trauma
miokardium (pembedadahn kepala, anemia berat
jantung)
2 Agens Propanolol Mengurangi Digunakan untuk Berkontra-indikasi
penyekat (Inderal), kebutuhan mengobati atau dengan bradycardia,
beta- Metaprolol oksigen mencegah sebelumnya ada
adrenergik (Lopressor) miokardium gangguan yang tingkatan AV block
dengan meliputi migrain, yang tinggi, sindrom
Nadolol
mengurangi arrhythmias, sakit sinus dan
(Corgard)
kecepatan angina pectoris, kegagalan LV yang
Atenolol denyut jantung; hipertensi, tak stabil.
(Tenormin) menurunkan menopause, dan 2. Gunakan dengan
tekanan darah; gangguan hati-hati pada pasien
mengurangi kecemasan. bronchopasma,
kontraktilitas asma, atau penyakit
jantung dan sumbatan
output kalsium pernapasan.
Gunakan dengan
hati-hati dengan
tingkatan block
pertama, depresi,
pasien dengan PVD,
dan pasien
yangmenggunakan
insulin.

20
3 Bloker Verapamil Mencegah Digunakan untuk 1. Berkontra-indikasi
kalsium (Isoptin) transportasi ion mengobati pada pasien yang
kalsium ke tekanan darah jelas-jelas
Nifedipn
dalam sel tinggi mengalami kerugian
(Procardia)
miokardium dan (hipertensi), gagal jantung,
Diltiazem menghambat angina, dan meskipun
(Cardizem) kegiatan gangguan irama vasoselective
inotropik dan jantung tertentu. dihydropyridine
kronotropik, (seperti Amlodipine,
mengurangi Felodipine) dapat
beban jantung bertahan pada pasien
penderita penurunan
LVEF.
2. HR yang
mengatur kalsium
antagonist berkontra-
indikasi dengan
pasien penderita
bradycardia,
gangguan batang
sinus & AV nodal
block.

G. Komplikasi Angina Pektoris Stabil

1. Penyakit arteri Koroner atau Jantung koroner (coronary artery disease)

Penyakit ini ditandai adanya endapan lemak yang berkumpul di


dalam sel yang melapisi dinding suatu arteri koroner dan menyumbat aliran
darah. Endapan lemak (ateroma) terbentuk secara bertahap dan tersebar di

21
percabangan besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi
jantung dan menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma
ini disebut aterosklerosis.
Ateroma bisa menonjol ke dalam arteri dan menyebabkan arteri
menjadi sempit. Jika ateroma terus membesar, bagan dari ateroma bisa pecag
dan masuk ke dalam aliran darah atau bisa terbentuk bekuan darah di
permukaan ateroma tersebut. Supaya bisa berkontraksi dan memompa secara
normal, otot jantung (miokardium) memerlukan pasokan darah yang kaya
oksigen dari arteri koroner. Jika penyumbatan arteri koroner semakin
memburuk, bisa terjadi iskemik (berkurangnya pasokan darah) pada otot
jantung, menyebabkan kerusakan pada jantung.
Hal ini akan mengakibatkan otot janrtung di daerah tesebut
mengalami kekurangan aliran darah dan dapat menimbulkan komplikasi
utama dari penyakit arteri koroner yaitu angina pectoris (nyeri dada).
2. Aritmia / Distrimia
Terjadi akibat iskemia pada miokardium atau ketidakseimbangan eletrolit
akibat penurunan curah jantung. Serangan jantung seringkali merusak sistem
listrik jantung yang mengontrol irama jantung. Hal ini dapat menyebabkan
problem seperti terjadi aritmia. Bila sistem listrik tersebut lenyap, kondisinya
akan amat berbahaya.
3. Infark Miokard
Infark miokard atau nekrosis iskemik pada miokardium, diakibatkan
oleg iskemia miokard yang berkepanjangan yang bersifat irreversibel. Waktu
yang diperlukan bagi sel – sel otot jantung mengalami kerusakan adalah
iskemia selama 15 – 20 menit. Infark miokard hampir selalu terjadi di
ventrikel kiri dan dengan nyata mengurangi ventrikel kiri, makin luas daerah
infark makin kurang daya kontraksinya.
Infark miokard adalah perkembangan cepat dari nekrosis otot jantung
yang disebabkan oleh ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

22
(Fenton, 2009). Klinis sangat mencemaskan karena sering berupa serangan
mendadak umumya pada pria 35-55 tahun, tanpa gejala pendahuluan
Nyeri dada penderita infark miokard serupa dengan nyeri angina tetapi
lebih intensif dan berlangsung lama serta tidak sepenuhnya hilang dengan
istirahat ataupun pemberian nitrogliserin
4. Syok Kardiogenik
Syok kardiogenik terjadi akibat kurang mampunya ventrikel kiri /
kanan memompa cukup banyak darah, sehingga tekanan sistol rendah, perfusi
perfier kurang dengan gejala kulit lembab dan dingin, takikardia, bingung dan
kurang menghasilkan urin. Di perifer terjadi metabolisme anaerob yaitu asam
laktat dan dapat menimbulkan asidosis metabolik yang dapat berakhir fatal.
Penyebab syok kardogenik adalah infark miokard, namun kardiomiopati,
distrimia dan embloisme puolmonal dapat menekan fungsi miokard dapat
mencetus syok kardiogenetik

H. Prognosis
Makin luas arteri koroner yang terkena atau makin buruk
penyumbatannya, maka prognosisnya makin jelek.

23
BAB III
ANALISA KASUS

a. Hubungan diagnosis dengan keadaan rumah dan lingkungan sekitar


Ada Hubungan : setiap menaiki rumah pasien menaiki tangga sehingga
dapat menjadi faktor pencetus terjadinya keluhan
b. Hubungan diagnosis dengan keadaan keluarga dan hubungan dalam
keluarga
Tidak Ada Hubungan
c. Hubungan diagnosis dengan perilaku kesehatan dalam keluarga dan
lingkungan sekitar
Ada hubungan : Pasien merupakan seorang perokok aktif dan baru
berhenti 2 tahun yang lalu, pasien seorang yang suka memakan makanan
berlemak dan bersantan. Hal tersebut merupakan faktor risiko yang dapat
diubah dari terjadi nya penyakit ini.
d. Analisis kemungkinan berbagai faktor risiko atau etiologi penyakit pada
pasien ini (sesuai dengan anamnesis dan observasi)
1. Perokok aktif
2. Makanan berlemak
3. Memiliki Tekanan Darah tinggi
4. Usia
5. Aktivitas berlebih
e. Analisis untuk mengurangi paparan atau memutus rantai penularan
dengan faktor risiko atau etiologi pada pasien ini.
1. Berhenti total merokok
2. Kontrol tekanan darah dan minum obat penurun darah
3. Kurangi aktivitas yang berat
4. Lakukan olahraga ringan
5. Hindari makanan berlemak dan berminyak, saatnya memulai makanan
kurang lemak
f. Edukasi yang diberikan pada pasien atau keluarga
1. Kenali faktor pencetus serangang lalu menghindarinya
2. Kurangi stress dan emosi
3. Berikan penjelasan tentang serangan yang membahayakan sehingga
harus segera ke Rumah Sakit
4. Makan yang bergizi, rendah lemak dan minyak

24
5. Olahraga teratur dengan durasi yang singkat dan olahraga ringan
seperti berjalan kaki di pagi hari.

DAFTAR PUSTAKA

1. Alaeddini J. Angina Pectoris. eMedicine Cardiology. Available from :


http://emedicine.medscape.com/article/150215-overview
2. Corwin, Elizabeth.2000.Buku Saku Patofisiologi edisi 3.Jakarta.EGC.
3. Gunawan SG. Farmakologi dan terapi. Edisi ke 5. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007. Hal : 361-72

25
4. Kim Fox, Chairperson, et al., Guidelines on The Management of Stable
Angina Pectoris. European Heart Journal 2006. doi:10.1093/eurheartj/ehl002
5. Nilawati, Sri, dkk.2008.Care Yourself Kolesterol.Jakarta: Penebar Plus
6. Rahman AM. Angina Pektoris Stabil, In : Buku Ajar Penyakit Dalam, ed.5,
jilid II. Editors; Sudoyo AW, Setiyohadi B, et al. Jakarta: Interna Publishing;
2009.p.1735-9
7. Selwyn AP, Braunwald E. Ischemic Heart Disease, In Harrison’s Principles of
Internal Medicine, 16th ed. Editors; Kasper DL, Fauci AS, et al. New York :
McGraw-Hill Companies, Inc.; 2005. p. 1435-7
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2014;
Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Primer

26

Anda mungkin juga menyukai