Anda di halaman 1dari 4

PAROTITIS

Muhammad Rizki Kamil

G99171029

A. Definisi
Parotitis merupakan peradangan kelenjar liur mayor yang disebabkan oleh virus, bakteri,
atau proses autoimun. Penyebab yang paling dominan dari parotitis adalah infeksi virus
(paramyxovirus) yang dikenal dengan penyakit gondong (mumps). Penyakit ini menyebabkan
peradangan yang ditandai dengan edema disertai sebukan sel radang mononukleus dan nekrosis
lokal (Kumar et al, 2007).

B. Epidemiologi
Mortalitas dan morbiditas parotitis sangat jarang karena hanya merupakan komplikasi
dari penyakit penyerta. Frekuensi penyakit ini pun merata pada segala etnis dan jenis kelamin.
Viral parotitis lebih sering terjadi ada anak-anak, dengan puncak insden terjadi pada usia 5-9
tahun sedangkan parotitis yang berhubungan dengan penyakit sistemik jarang terjadi. Di daerah
dengan empat musim, viral parotitis sering terjadi pada musim dingin dan musim semi.

C. Etiologi
1. Paramyxovirus yang merupakan jenis virus RNA dari family Paramyxoviridae
menyebabkan viral parotitis

2. Penyakit autoimun menyebabkan parotitis kronis

3. Bakteri menyebabkan parotitis bakterial kambuhan

4. Dehidrasi dengan aliran saliva yang statis menyebabkan parotitis akut

(Templer, 2017)
D. Patofisiologi
Patofisiologi parotitis bermacam-macam berdasarkan etiologinya. Parotitis viral
menyebar melalui droplet atau penyebaran langsung dari sekresi orofaring yang mengandung
paramyxovirus. Virus akan bereplikasi pada mukosa saluran napas atas kemudian menyebar ke
kelenjar limfe lokal dan diikuti viremia umum setelah 12-25 hari yang berlangsung selama 3-5
hari. Selanjutnya virus menuju kelenjar parotis, ovarium, pancreas, tiroid, ginjal, jantung, atau
otak.

Setelah melewati masa inkubasi selama 14-24 hari, penderita akan mengalami gejala
dengan berbagai tingkatan. Masa prodromal ditandai rasa lemas, nyeri otot terutama leher, sakit
kepala, nafsu makan menurun, diikuti pembesaran cepat salah satu atau kedua kelenjar parotis
serta kelenjar liur yang lain (Soedarmo et al, 2007).

Parotitis karena autoimun disebabkan kelainan utoimun yang menyerang semua kelenjar
liur besar, diantaranya kelenjar parotis. Kelenjar parotis membengkak disertai pengurangan
produksi air liur. Oleh karena itu mulut mengalami xerostomia yang sangat menggangu dan
menyebabkan kesulitan menelan. Parotitis bakterial kambuhan dapat muncul karena adanya
calculi atau stenosis pada duktus karena adanya injury. (Sjamsuhidayat dan de Jong, 2010)

E. Diagnosis
1. Anamnesis
Pada parotitis viral, pasien mengeluh nyeri dan pembengkakan kelenjar parotis dalam 5-9
hari disertai dengan malaise, anorexia, dan demam. Umumnya pembengkakan terjadi
secara bilateral

Pada parotitis bakterial akut, pasien mengeluhkan nyeri pembengkakan yang progresif
dari kelenjar parotis dan demam, nyeri bertambah parah saat mengunyah
2. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum dapat bervariasi dari tampak sakit ringan hingga berat

b. Suhu tubuh meningkat pada kasus parotitis terinfeksi

c. Pada area preaurikuler (lokasi kelenjar parotis), terdapat:

1) Edema

2) Eritema

3) Nyeri tekan (disangkal pada kasus parotitis HIV, tuberkulosis dan autoimun)

4) Pada kasus parotitis bakterial akut, bila dilakukan masase pada bagian kelenjar dari
arah posterior ke anterior, nampak saliva purulen keluar dari duktus parotis.

3. Pemeriksaan penunjang
Anti SS-A, anti SS-B, dan faktor rematoid dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit
autoimun.

(Templer, 2017)

F. Komplikasi
Parotitis mumps dapat menimbulkan komplikasi berupa: epididimitis, orkitis, atau atrofi
testis pada laki-laki. Oovaritis dapat terjadi pada permepuan. Miokarditis, tiroiditis, pankreatitis.
Kerusakan permanen kelenjar parotis yang menyebabkan gangguan fungsi sekresi saliva dan
selanjutnya meningkatkan resiko terjadinya infeksi oral atau karies gigi. Parotitis autoimun
berhubungan dengan peningkatan insiden limfoma.

G. Tatalaksana

1. Non-medikamentosa
a. Asupan gizi cukup

b. Hidrasi cukup

c. Istirahat cukup
2. Medikamentosa
a. Pencegahan dengan vaksin MMR pada anak

b. Analgesik

c. Antipiretik

d. Antibiotik pada parotitis bakterial berulang

(Soedarmo et al, 2007).

H. Referensi

Kumar, V, Cotran RS, Robbins SL. 2007. Buku Ajar Patologi Robbins Ed: 7. Jakarta: EGC

Sjamsuhidayat, R dan de Jong W. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed: 3. Jakarta: EGC

Soedarmo, SSP, Gama H, Hadinegoro SSR, Satari HI. 2008. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis Ed: 2.
Jakarta: Balai Penerbit IDAI

Templer, JW 2017. Parotitis. Medscape, WebMD dilihat 18 Oktober 2018,


<https://emedicine.medscape.com/article/882461-overview>

Anda mungkin juga menyukai