Anda di halaman 1dari 16

Referat

Presbikusis

Pembimbing :

Dr. Yohanis Yan Runtung Sp.THT

Penyusun :

Nendi Feby Valentina

406162066

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT THT


RUMAH SAKIT PELABUHAN JAKARTA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
PERIODE 24 APRIL – 2 JUNI 2017
JAKARTA
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.

Pendengaran yang baik merupakan salah satu kebutuhan hidup yang sangat penting bagi
manusia. Jika manusia mengalami gangguan pendengaran maka hal itu akan sangat
berdampak buruk dalam kehidupan sehari-hari1.
Gangguan pendengaran pada orang tua bisa disebabkan banyak hal yaitu
meningkatnya produksi serumen, menebalnya daun telinga, menebal dan kaku pada
membran timpani maupun degenerasi dari saraf pendengaran. Perubahan patologik pada
organ auditori akibat proses degenerasi pada usia lanjut dapat menyebabkan gangguan
pendengaran. Jenis ketulian yang terjadi pada kelompok geriatri umumnya tuli
sensorineural, namum dapat juga berupa tuli konduktif atau tuli campur. Salah satu
penyebab tersering dari gangguan pendengaran yaitu presbikusis atau age related
hearing loss1.
Presbikusis adalah penurunan pendengaran alamiah yang terjadi sejalan dengan
proses penuaan dan umumnya dimulai pada umur 65 tahun. Kebanyakan orang yang
menderita presbikusis tidak dapat mendengar nada yang tinggi. Pada pemeriksaan
audiometri nada murni terlihat berupa penurunan pendengaran jenis sensorineural1.
Angka insidensi presbikusis di USA mencapai 30 juta orang dan lebih dari 3 juta
orang di kanada, 53 % didapatkan pada kelompok usia 71-80 tahun, dan 30% pada
kelompok usia 61-70 tahun2. Faktor resiko dan penyebab dari presbikusis selain usia
adalah hipertensi, diabetes, dan merokok2.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi telinga
a. Telinga luar
Telinga luar terdiri dari auricula dan meatus acusticus externus.
Auricula berfungsi mengumpulkan getaran udara. Auricula terdiri atas
lempeng tulang rawan elastis tipis yang ditutupi kulit. Meatus acusticus
externus adalah tabung berkelok yang menghubungkan auricula dengan
membrana tympani. Tabung ini berfungsi untuk menghantarkan gelombang
suara dari auricula ke membrana tympani3.

Gambar 1 : Telinga Luar

b. Telinga tengah
Telinga tengah adalah ruang berisi udara di dalam pars petrosa ossis
temporalis yang dilapisi oleh membrana mucosa. Ruang ini berisi tulang-
tulang pendengaran yang berfungsi untuk meneruskan getaran membran
timpani ke perilymph telinga dalam. Cavum tympani berbentuk celah sempit
yang miring. Di bagian depan ruang ini berhubungan dengan nasofaring
melalui tuba auditiva dan di bagian belakang dengan antrum mastoideum. Di
telinga tengah ini juga terdapat tulang-tulang pendengaran yang terdiri dari
maleus, incus, dan stapes. Tuba auditiva atau dikenal juga dengan sebutan tuba
Eustachius terbentang dari dinding anterior cavum tympani ke bawah, depan,
dan medial sampai ke nasofaring. Tuba ini berfungsi untuk menyeimbangkan
tekanan udara di dalam cavum tympani dengan nasofaring3.

Gambar 2 : Telinga Dalam

c. Telinga dalam
Telinga dalam terdiri atas labyrinthus osseus dan labyrinthus
membranaceus. Labyrinthus osseus terdiri atas tiga bagian, yaitu vestibulum,
canalis semicircularis, dan cochlea. Vestibulum berisi sacculus dan utriculus
labyrinthus membranaceus. Terdapat tiga canalis semicircularis, yaitu canalis
semicircularis superior, posterior, dan lateral. Di dalam canalis terdapat duktus
semicircularis. Cochlea berbentuk seperti rumah siput dan bermuara ke dalam
bagian anterior vestibulum. Di cochlea terdapat membrana basilaris yang
membelah canalis cochlearis menjadi scala vestibuli dan scala tympani.
Labyrinthus membranaceus terdiri atas utriculus dan sacculus, tiga
ductus semicircularis, dan ductus cochlearis. Utriculus adalah yang terbesar
dari dua buah saccus vestibuli yang ada, dan dihubungkan tidak langsung
dengan sacculus dan ductus endolymphaticus oleh ductus utriculosaccularis.
Sacculus berbentuk bulat dan berhubungan dengan utriculus. Pada dinding
utriculus dan sacculus terdapat reseptor sensorik khusus yang peka terhadap
orientasi kepala akibat gaya berat atau tenaga percepatan lain. Ductus
cochlearis berhubungan dengan sacculus melalui ductus reuniens. Epitel
sangat khusus yang terletak di atas membrana basilaris membentuk organ
Corti (organ spiralis) dan mengandung reseptor-reseptor sensorik untuk
pendengaran3.

Gambar 3 : Telinga Dalam

2.2 Fisiologi Pendengaran

Proses mendengar diawali dengan ditangkapnya energi bunyi oleh daun telinga dalam
bentuk gelombang yang dihantarkan melalui udara atau tulang ke koklea. Getaran tersebut
menggetarkan membran timpani dan diteruskan ke telinga tengah melalui rangkaian tulang
pendengaran yang akan memperkuat getaran melalui daya ungkit tulang pendengaran dan
perkalian perbandingan luas membran timpani dan jendela ovale. Energi getar yang telah
diperkuat ini akan 15 diteruskan ke stapes yang menggerakkan foramen ovale sehingga cairan
perilimfe pada skala vestibuli bergerak. Getaran akibat getaran perilimfe diteruskan melalui
membran Reissner yang akan mendorong endolimfe, sehingga akan terjadi gerak relatif
antara membran basilaris dan membran tektoria. Proses ini merupakan rangsang mekanik
yang menyebabkan terjadinya defleksi stereosilia sel-sel rambut, sehingga kanal ion terbuka
dan terjadi penglepasan ion bermuatan listrik dari badan sel. Keadaan ini menimbulkan
proses depolarisasi sel rambut, sehingga melepaskan neurotransmiter ke dalam sinapsis yang
akan menimbulkan potensial aksi pada saraf auditorius, lalu dilanjutkan ke nukleus auditorius
sampai ke korteks pendengaran (area 39 - 40) di lobus temporalis3.

2.3 Definisi Presbikusis


Presbikusis adalah gangguan pendengaran sensorineural pada usia lanjut akibat proses
degenerasi organ pendengaran yang terjadi secara perlahan dan simetris pada kedua sisi
telinga4.

2.4 Faktor Resiko Presbikusis


Faktor Risiko Presbikusis diduga berhubungan dengan faktor herediter, metabolisme,
aterosklerosis, bising, gaya hidup, dan pemakaian beberapa obat. Berbagai faktor risiko
tersebut dan hubungannya dengan presbikusis adalah sebagai berikut5.
1. Usia dan Jenis Kelamin
Presbikusis rata-rata terjadi pada usia 60-65 tahun ke atas. Pengaruh usia terhadap gangguan
pendengaran berbeda antara laki-laki dan perempuan.3,4 Laki-laki lebih banyak mengalami
penurunan pendengaran pada frekuensi tinggi dan hanya sedikit penurunan pada frekuensi
rendah bila dibandingkan dengan perempuan. Perbedaan jenis kelamin pada ambang dengar
frekuensi tinggi ini disebabkan laki-laki umumnya lebih sering terpapar bising di tempat kerja
dibandingkan perempuan.4 Sunghee et al. menyatakan bahwa perbedaan pengaruh jenis
kelamin pada presbikusis tidak seluruhnya disebabkan perubahan di koklea. Perempuan
memiliki bentuk daun dan liang telinga yang lebih kecil sehingga dapat menimbulkan efek
masking noise pada frekuensi rendah. Penelitian di Korea Selatan menyatakan terdapat
penurunan pendengaran pada perempuan sebesar 2 kHz lebih buruk dibandingkan lakilaki.
Pearson19 menyatakan sensitivitas pendengaran lebih baik pada perempuan daripada laki-
laki.
2. Hipertensi
Hipertensi yang berlangsung lama dapat memperberat resistensi vaskuler yang
mengakibatkan disfungsi sel endotel pembuluh darah disertai peningkatan viskositas darah,
penurunan aliran darah kapiler dan transpor oksigen. Hal tersebut mengakibatkan kerusakan
sel-sel auditori sehingga proses transmisi sinyal mengalami gangguan yang menimbulkan
gangguan komunikasi. Kurang pendengaran sensori neural dapat terjadi akibat insufisiensi
mikrosirkuler pembuluh darah seperti emboli, perdarahan, atau vasospasme. 20
3. Diabetes melitus
Pada pasien dengan diabetes melitus (DM), glukosa yang terikat pada protein dalam proses
glikosilasi akan membentuk advanced glicosilation end product (AGEP) yang tertimbun
dalam jaringan dan mengurangi elastisitas dinding pembuluh darah (arteriosklerosis). Proses
selanjutnya adalah dinding pembuluh darah semakin menebal dan lumen menyempit yang
disebut mikroangiopati.21 Mikroangiopati pada organ koklea akan menyebabkan atrofi dan
berkurangnya sel rambut, bila keadaan ini terjadi pada vasa nervus VIII, ligamentum dan
ganglion spiral pada sel Schwann, degenerasi myelin, dan kerusakan axon maka akan
menimbulkan neuropati. National Health Survey USA melaporkan bahwa 21% penderita
diabetik menderita presbikusis terutama pada usia 60-69 tahun. Hasil audiometri penderita
DM menunjukkan bahwa frekuensi derajat penurunan pendengaran pada kelompok ini lebih
tinggi bila dibandingkan penderita tanpa DM .5
4. Hiperkolesterol
Hiperkolesterolemia adalah salah satu gangguan kadar lemak dalam darah (dislipidemia) di
mana kadar kolesterol dalam darah lebih dari 240 mg/dL. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan penumpukan plak/atherosklerosis pada tunika intima. Patogenesis
atherosklerosis adalah arteroma dan arteriosklerosis yang terdapat secara bersama. Arteroma
merupakan degenerasai lemak dan infiltrasi zat lemak pada dinding pembuluh nadi pada
arteriosklerosis atau pengendapan bercak kuning keras bagian lipoid dalam tunika intima
arteri sedangkan arteriosklerosis adalah kelainan dinding arteri atau nadi yang ditandai
dengan penebalan dan hilangnnya elastisitas/ pengerasan pembuluh nadi. Keadaan tersebut
dapat menyebabkan gangguan aliran darah dan transpor oksigen. Teori ini sesuai dengan
penelitian Villares22 yang menyatakan terdapat hubungan antara penderita
hiperkolesterolemia dengan penurunan pendengaran.
5. Merokok
okok mengandung nikotin dan karbonmonoksida yang mempunyai efek mengganggu
peredaran darah, bersifat ototoksik secara langsung, dan merusak sel saraf organ koklea.
Karbonmonoksida menyebabkan iskemia melalui produksi karboksi-hemoglobin (ikatan
antara CO dan haemoglobin) sehingga hemoglobin menjadi tidak efisien mengikat oksigen.
Seperti diketahui, ikatan antara hemoglobin dengan CO jauh lebih kuat ratusan kali dibanding
dengan oksigen. Akibatnya, terjadi gangguan suplai oksigen ke organ korti di koklea dan
menimbulkan efek iskemia. Selain itu, efek karmonmonoksida lainnya adalah spasme
pembuluh darah, kekentalan darah, dan arteriosklerotik.23,24 Insufisiensi sistem sirkulasi
darah koklea yang diakibatkan oleh merokok menjadi penyebab gangguan pendengaran pada
frekuensi tinggi yang progresif. Pembuluh darah yang menyuplai darah ke koklea tidak
mempunyai kolateral sehingga tidak memberikan alternatif suplai darah melalui jalur lain.24
Mizoue et al. 6 meneliti pengaruh merokok dan bising terhadap gangguan pendengaran
melalui data pemeriksaan kesehatan 4 624 pekerja pabrik baja di Jepang. Hasilnya
memperlihatkan gambaran yang signifikan terganggunya fungsi pendengaran pada frekuensi
tinggi akibat merokok dengan risiko tiga kali lebih besar.

2.5 Etiologi Presbikusis


Presbikusis merupakan akibat dari proses degenerasi, namun diduga kejadian presbikusis
memiliki hubungan dengan berbagai faktor etiologi yang lain, seperti3:
a. Vaskular (hipertensi dan arteriosklerosis)
Gangguan sirkulasi telah lama dihubungkan sebagai penyebab hilangnya pendengaran
pada lansia. Penyakit vaskular yang banyak dihubungkan diantaranya adalah
hipertensi, arteriosklerosis dan aterosklerosis.
Arteriosklerosis adalah suatu penyakit vaskular yang ditandai dengan penebalan dan
kehilangan elastisitas dinding pembuluh darah. Arteriosklerosis cukup sering terjadi
pada orang tua dan mungkin dapat menyebabkan gangguan perfusi dan oksigenasi
kokhlea. Hipoperfusi dapat menuju kepada perubahan radikal bebas yang dapat
merusak telinga dalam seiring dengan rusaknya DNA mitokondira telinga dalam.
Kerusakan ini sejalan dengan perkembangan presbikusis.
Aterosklerosis memiliki etiologi yang berbeda dengan arteriosklerosis, aterosklerosis
merupakan suatu penyakit penyempitan lumen pembuluh darah karena pembesaran
plak. Plak aterosklerosis merupakan kumpulan lemak, sel busa, debris sel, dan kristal
kolesterol. Baik arteriosklerosis maupun aterosklerosis dapat menyebabkan hipertensi
yang akan memperparah gangguan perfusi dan oksigenasi kokhlea.

b. Diet dan metabolisme (diabetes melitus dan hiperlipidemia)


Diabetes melitus dan hiperlipidemia dapat mempercepat proses dari aterosklerosis.
Diabetes melitus menyebabkan proliferasi difus dan hipertrofi vaskular pada
endoteliaintima yang mungkin mengganggu perfusi kokhlea.

c. Genetik
Penegakan diagnosis sensorineural karena genetik sangat sulit, tetapi genetik tetap
harus dipertimbangkan sebagai salah satu faktor predisposisi dari presbikusis.
Penegakan diagnostik dapat diambil dari history taking mengenai riwayat keluarga
yang lain

2.6 Klasifikasi & Patofisiologi Presbiakusis


Gacek dan Schucknecht mengidentifikasi 4 lokasi penuaan koklea dan membagi presbikusis
menjadi 4 tipe berdasarkan lokasi tersebut. Perubahan histologik ini berhubungan dengan
gejala yang timbul dan hasil pemeriksaan auditorik. Prevalensi terbanyak menurut penelitian
adalah jenis metabolik 34,6%, jenis lainnya neural 30,7%, mekanik 22,8% dan sensorik
11,9%4,6.
a. Presbikusis sensorik adalah atrofi epitel disertai hilangnya sel-sel rambut dan
sel penyokong organ corti. Proses berasal dari bagian basal koklea dan
perlahan-lahan menjalar ke daerah apeks. Penurunan ambang frekuensi tinggi,
yang dimulai setelah usia pertengahan. Secara histologi, atrofi dapat terbatas
hanya beberapa millimeter awal dari basal koklea dan proses berjalan dengan
lambat. Ciri khas pada audiogram adalah terjadi penurunan pendengaran
secara tiba-tiba pada frekuensi tinggi (sloping down). Contoh jenis sensori
adalah tipe noise-induced hearing loss (NIHL). Banyak terdapat pada laki-laki
dengan riwayat bising.

Gambar 4 : Audiogram presbikusis sensorik

b. Presbikusis Neural merupakan atrofi sel-sel saraf di koklea dan jalur saraf
pusat. Atrofi terjadi mulai dari koklea, dengan bagian basilarnya sedikit lebih
banyak terkena dibanding sisa dari bagian koklea lainnya. Tidak didapati
adanya penurunan ambang terhadap frekuensi tinggi bunyi. Keparahan tipe ini
menyebabkan penurunan diskriminasi kata-kata yang secara klinik
berhubungan dengan presbikusis neural dan dapat dijumpai sebelum terjadinya
gangguan pendengaran. Hilangnya diskriminasi tutur lebih berat daripada
yang dapat diperkirakan dari pemeriksaan ambang dengar dengan nada murni.
Efeknya tidak disadari sampai seseorang berumur lanjut sebab gejala tidak
akan timbul sampai 90% neuron akhirnya hilang. Pengurangan jumlah sel-sel
neuron ini sesuai dengan normal speech discrimination. Bila jumlah neuron ini
berkurang di bawah yang dibutuhkan untuk tranmisi getaran, terjadilah neural
presbyacusis. Menurunnya jumlah neuron pada koklea lebih parah terjadi pada
basal koklea. Gambaran klasik: speech discrimination sangat berkurang dan
atrofi yang luas pada ganglion spiralis. Gambaran khas audiogram
menunjukkan penurunan ambang dengar terjadi pada frekuensi yang semakin
tinggi semakin memburuk (cookie-bite).

Gambar 5. Audiogram prebikusis neural

c. Presbikusis Metabolik/ Strial presbyacusis keadaan ini dihasilkan dari atrofi


stria vaskularis. Stria vaskularis merupakan daerah metabolisme aktif pada
koklea yang bertanggung jawab terhadap sekresi dari endolimfe dan
pemeliharaan gradien ion yang melalui organ korti. Stria vaskularis normalnya
berfungsi menjaga keseimbangan bioelektrik dan kimiawi dan juga
keseimbangan metabolik dari koklea. Atrofi dari stria ini menyebabkan
hilangnya pendengaran yang direpresentasikan melalui audiogram yang
mendatar (flat) sebab seluruh koklea terpengaruh. Diskriminasi kata-kata
dijumpai. Proses ini berlangsung pada seseorang yang berusia 30-60 tahun.
Berkembang dengan sangat lambat dan mungkin bersifat familial. Penderita
dengan kasus kardiovaskular (heart attacks, stroke, intermittent claudication)
dapat mengalami prebikusis tipe ini serta menyerang pada semua jenis
kelamin namun lebih nyata pada perempuan.

Gambar 6. Audiogram perbikusis metabolik

d. Presbikusis Mekanik ini disebabkan oleh penebalan dan kekakuan sekunder


dari membran basilaris koklea. Gambaran khas nya adalah audiogram yang
menurun dan simetris (ski-slope). penurunan pendengaran pada frekuensi
tinggi secara perlahan-lahan pada usia pertengahan. Secara histologi tidak ada
perubahan morfologi pada struktur koklea. Perubahan atas respon fisik khusus
dari membran basalis lebih besar di bagian basal karena lebih tebal dan jauh
lebih kurang di apikal. Terjadi perubahan gerakan mekanik dari duktus
koklearis dan atrofi dari ligamentum spiralis. Berhubungan dengan tuli
sensorineural yang berkembang sangat lambat

Gambar 7. Audiogram presbikusis mekanik


2.7 Gejala klinis
Keluhan utama presbikusis berupa berkurangnya pendengaran secara perlahan-lahan dan
progresif, simetris pada kedua telinga. Kapan berkurangnya pendengaran tidak diketahui
pasti. Keluhan lainnya adalah telinga berdenging (tinitus nada tinggi). Pasien dapat
mendengar suara percakapan, tetapi sulit untuk memahaminya, terutama bila diucapkan
dengan cepat di tempat dengan latar belakang yang bising (cocktail party deafness). Bila
intensitas suara ditinggikan akan timbul suara nyeri di telinga, hal ini disebabakan oleh faktor
kelemahan saraf (recruitment)6.

2.8 Diagnosis
Pada anamnesis penurunan ketajaman pendengaran pada usia lanjut, simetris bilateral dan
progresif lambat. Umumnya terutama terhadap suara atau nada yang tinggi. Tidak terdapat
kelainan pada pemeriksaan telinga hidung tenggorok, seringkali merupakan kelainan yang
tidak disadari. Kadang-kadang disertai dengan tinitus
Pemeriksaan fisik pada penderita biasanya normal setelah pengambilan serumen yang
merupakan problem pada penderita usia lanjut dan penyebab kurang pendengaran terbanyak.
Pada pemeriksaan otoskopi, tampak membran timpani normal atau bisa juga suram.
Pemeriksaan tambahan tes penala Uji rinne positif, Uji Weber terdapat lateralisasi, Uji
Schwabach memendek.
Audiometri murni pemeriksaan penunjang yang biasanya dilakukan. Pemeriksaan
audiometri nada murni menunjukkan suatu tuli sensorineural nada tinggi bilateral dan
simetris. Pemeriksaan audiometri nada murni ditemukan perurunan ambang dengar nada
murni yang menunjukkan gambaran tuli sensorineural. Pada tahap awal terdapat penurunan
yang tajam (sloping) setelah frekuensi 1000 Hz. Gambaran ini khas pada gangguan
pendengaran jenis sensorik dan neural. Kedua jenis ini paling sering ditemukan.
Garis ambang dengar pada audiogram jenis metabolik dan mekanik lebih mendatar,
kemudian pada tahap berikutnya berangsur-angsur terjadi penurunan. Semua jenis presbikusis
tahap lanjut juga terjadi penurunan pada frekuensi yang lebih rendah.
Audiometri tutur menunjukkan adanya gangguan diskriminasi wicara (speech
discriminatin) dan biasanya keadaan ini jelas terlihat pada presbikusis jenis neural dan
koklear. Pada pemeriksaan audiometri tutur pasien diminta untuk mengulang kata yang
didengar melalui kaset tape recorder. Pada tuli persepti koklea, pasien sulit untuk
membedakan bunyi R, S, C, H, CH, N. Sedangkan pada tuli retrokoklea lebih sulit lagi untuk
membedakan kata tersebut. Guna pemeriksaan ini adalah untuk menilai kemampuan pasien
dalam pembicaraan sehari-hari, dan untuk menilai pemberian alat bantu dengar4.

2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien bertujuan untuk memperbaiki efektifitas pasien dalam
berkomunikasi dan memaksimalkan pendengaran pasien, atau yang biasa disebut dengan
rehabilitasi.
2.10 Hearing Aid / Alat Bantu Dengar
2.10.1 Definisi
Alat bantu dengar merupakan suatu alat elektronik yang dioperasikan dengan batere,
yang berfungsi memperkuat dan merubah suara sehingga komunikasi bisa berjalan dengan
lancar. Alat bantu dengar terdiri dari7
Tabel 1
Komponen Fungsi
Microphone bagian yang berperan menerima suara dari luar dan mengubah
sinyal suara menjadi energi listrik, kemudian meneruskannya ke
amplifier.
Amplifier berfungsi memperkeras suara dengan cara memperbesar energi
listrik yang selanjutnya mengirimkannya ke receiver.
Receiver atau mengubah energi listrik yang telah diperbesar amplifier menjadi
loudspeaker energi bunyi kembali dan meneruskannya ke liang telinga

Baterai sebagai sumber tenaga.

Berdasarkan hasil tes fungsi pendengaran, seorang audiologis bisa menentukan


apakah penderita sudah memerlukan alat bantu dengar ataau belum.12
Alat bantu dengar sangat membantu proses pendengaran dan pemahaman percakapan
pada penderita penurunan fungsi pendengaran sensorineural. Dalam menentukan suatu alat
bantu dengar, seorang audiologis biasanya akan mempertimbangkan kemampuan mendengar
penderita, aktivitas di rumah maupun di tempat bekerja, keterbatasan fisik, keadaan medis,
penampilan, harga.
2.11 Implan Koklea
Implan koklea merupakan perangkat elektronik yang mempunyai kemampuan
menggantikan fungsi koklea untuk meningkatkan kemampuan mendengar dan berkomunikasi
pada pasien tuli saraf berat dan total bilateral. Implan koklea sudah mulai dimanfaatkan
semenjak 25 tahun yang lalu dan berkembang pesat di negara maju. Implantasi koklea
pertama kali dikerjakan di Indonesia pada bulan Juli 2002. Selama 4 tahun terakhir telah
dilakukan implantasi koklea pada 27 anak dan 1 orang dewasa.7

Tabel 2
IMPLAN KOKLEA
Indikasi Kontra Indikasi
- keadaan tuli saraf berat bilateral atau tuli - tuli akibat kelainan pada jalur saraf pusat
total bilateral (anak maupun dewasa) yang (tuli sentral),
tidak / sedikit mendapat manfaat dengan - proses penulangan koklea
alat bantu dengar konvensional, - koklea tidak berkembang
- usia 12 bulan sampai 17 tahun, tidak ada
kontraindikasi medis
- calon pengguna mempunyai perkembangan
kognitif yang baik.
2.10 Prognosis
Pasien dengan presbikusis tidak dapat disembuhkan, semakin lama seiringnya pertambahan
usia akan semakin menurun fungsi pendengarannya, tetapi penurunan fungsi pendengaran
teejadi secara lambat. Pasien presbikusis perlu diingatkan mengenai faktor – faktor resiko
yang dapat memperburuk keadannya8.
Daftar Pustaka

1. Zhang ming. Presbycusis : A critical issue in our community. International Journal of


Otolaryngology and Head & Neck Surgery. Canada: 2013,
2. Gleeson M, Browning GG, Burton M.J, et al, editors. Scott Brown’s Otolaryngology,
Head and Neck Surgery. 7th ed. London: Hodder Arnold; 2008.
3. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. 8th ed. Ong HO, Mahode AA,
Ramadhani D, editors. Jakarta: EGC; 2014.
4. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD, editors. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan Leher. 7th ed. Jakarta: FKUI. 2012
5. Muyassaroh. Faktor Risiko Presbikusis. Health Science Journals. Semarang. 2013
Diunduh dari: indonesia.digitaljournals.org/index.php/.../1187.
6. Snow J.B, Ballenger J.J. Ballenger’s otorhinolaryngology head and neck surgery. 6th
ed. Ontario: BC Decker; 2003.
7. Lee K.J. Essential otolaryngology head & neck surgery. 10th ed. The McGraw-Hill
Companies; United State.2012
8. Roland, Peter S. Presbycusis diunduh dari :
http://reference.medscape.com/article/855989-followup#e4

Anda mungkin juga menyukai