Anda di halaman 1dari 32

Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan

Menurut World Health Organization (WHO) terdapat 17 ruang lingkup kesehatan lingkungan, yaitu :

1. PENYEDIAAN AIR MINUM

Air adalah zat atau materi atau unsur yang penting bagi semua bentuk kehidupan yang diketahui
sampai saat ini di bumi, tetapi tidak di planet lain. Air menutupi hampir 71% permukaan bumi.
Terdapat 1,4 triliun kilometer kubik (330 juta mil³) tersedia di bumi. Air sebagian besar terdapat di
laut (air asin) dan pada lapisan-lapisan es (di kutub dan puncak-puncak gunung), akan tetapi juga
dapat hadir sebagai awan, hujan, sungai, muka air tawar, danau, uap air, dan lautan es. Air dalam
obyek-obyek tersebut bergerak mengikuti suatu siklus air, yaitu: melalui penguapan, hujan, dan aliran
air di atas permukaan tanah (runoff, meliputi mata air, sungai, muara) menuju laut. Air bersih penting
bagi kehidupan manusia.

Penyediaan air bersih untuk masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting dalam
meningkatkan kesehatan lingkungan atau masyarakat, yakni mempunyai peranan dalam menurunkan
angka penderita penyakit, khususnya yang berhubungan dengan air, dan berperan dalam
meningkatkan standar atau taraf/kualitas hidup masyarakat.

Sampai saat ini, penyediaan air bersih untuk masyarakat diindonesia masih dihadapkan pada beberpa
permasalahan yang cukup kompleks dan sampai saat ini belum dapat diatasi sepenuhnya. Salah satu
masalah yang masih dihadapi sampai saat ini yakni masih rendahnya tingkat pelayanan air bersih
untuk masyarakat.

Air minum adalah air minum rumah tangga yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Penyediaan air minum
adalah kegiatan menyediakan air minum untuk memenuhi kebutuhan masyarakat agar mendapatkan
kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif.

Sistem Penyediaan Air Minum yang selanjutnya disebut SPAM merupakan satu kesatuan sistem fisik
(teknik) dan non fisik dari prasarana dan sarana air minum. Pengembangan SPAM adalah kegiatan
yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistemfisik (teknik) dan non fisik
(kelembagaan, manajemen,keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk
melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik.
Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi,
mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan
non fisik penyediaan air minum.

Penyelenggara pengembangan SPAM yang selanjutnya disebut Penyelenggara adalah badan usaha
milik negara/badan usaha milik daerah, koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat
yang melakukan penyelenggaraan pengembangan sistem penyediaan air minum.

Sumber-sumber air yang ada dapat dimanfaatkan untuk keperluan air minum adalah (Budi D.
Sinulingga, Pembangunan Kota Tinjauan Regional dan Lokal, 1999):

· Air hujan. Biasanya sebelum jatuh ke permukaan bumi akan mengalami pencemaran sehingga tidak
memenuhi syarat apabila langsung diminum.

· Air permukaan tanah (surface water). Yaitu rawa, sungai, danau yang tidak dapat diminum sebelum
melalui pengolahan karena mudah tercemar.

· Air dalam tanah (ground water). Yang terdiri dari air sumur dangkal dan air sumur dalam. Air sumur
dangkal dianggap belum memenuhi syarat untuk diminum karena mudah tercemar. Sumber air tanah
ini dapat dengan mudah dijumpai seperti yang terdapat pada sumur gali penduduk, sebagai hasil
budidaya manusia. Keterdapatan sumber air tanah ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
topografi, batuan, dan curah hujan yang jatuh di permukaan tanah. Kedudukan muka air tanah
mengikuti bentuk topografi, muka air tanah akan dalam di daerah yang bertopografi tinggi dan
dangkal di daerah yang bertopografi rendah.

Mengingat betapa pentingnya air bersih untuk kebutuhan manusia, maka kualitas air tersebut harus
memenuhi persyaratan, yaitu:

Syarat fisik, antara lain:

· Air harus bersih dan tidak keruh.

· Tidak berwarna

· Tidak berasa

· Tidak berbau

· Suhu antara 10o-25 o C (sejuk)


Syarat kimiawi, antara lain:

· Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun.

· Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan.

· Cukup yodium.

· pH air antara 6,5 – 9,2.

Syarat bakteriologi, antara lain:

· Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri patogen
penyebab penyakit.

2. PENGELOLAAN AIR BUANGAN DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN

Masuknya limbah ke dalam air yang mengakibatkan fungsi air turun sehingga tidak mampu
lagi mendukung aktifitas manusia dan menyebabkan timbulnya masalah penyediaan air bersih. Bagian
terbesar yang menyebabkan pencemaran air adalah limbah cair dari industri,di samping limbah padat
berupa sampah domestik.

Sumber-sumber Pencemaran Air

Pencemaran air akibat kegiatan manusia tidak hanya disebabkan oleh limbah rumah tangga, tetapi
juga oleh limbah pertanian dan limbah industri. Semakin meningkatnya perkembangan industri, dan
pertanian saat ini, ternyata semakin memperparah tingkat pencemaran air, udara, dan tanah.
Pencemaran itu disebabkan oleh hasil buangan dari kegiatan tersebut.

Pencemaran air pada dasarnya terjadi karena air limbah langsung dibuang ke badan air ataupun ke
tanah tanpa mengalami proses pengolahan terlebih dulu, atau proses pengolahan yang dilakukan
belum memadai. Pengolahan limbah bertujuan memperkecil tingkat pencemaran yang ada agar tidak
membahayakan lingkungan hidup.
Sumber-sumber Pencemaran Air Meliputi:

a. Limbah Rumah Tangga

Limbah rumah tangga merupakan pencemar air terbesar selain limbah-limbah industri, pertanian dan
bahan pencemar lainnya. Limbah rumah tangga akan mencemari selokan, sumur, sungai, dan
lingkungan sekitarnya. Semakin besar populasi manusia, semakin tinggi tingkat pencemarannya.
Limbah rumah tangga dapat berupa padatan (kertas, plastik dll.) maupun cairan (air cucian, minyak
goring bekas, dll.). Di antara limbah tersebut ada yang mudah terurai yaitu sampah organik dan ada
pula yang tidak dapat terurai. Limbah rumah tangga ada juga yang memiliki daya racun tinggi,
misalnya sisa obat, baterai bekas, air aki. Limbah-limbah tersebut tergolong bahan berbahaya dan
beracun (B3). Tinja, air cucian, limbah kamar mandi dapat mengandung bibit-bibit penyakit atau
pencemar biologis (seperti bakteri, jamur, virus, dan sebagainya) yang akan mengikuti aliran air.

b. Limbah Lalu Lintas

Limbah lalu lintas berupa tumpahan oli, minyak tanah, tumpahan minyak dari kapal tangker.
Tumpahan minyak akibat kecelakaan mobil-mobil tangki minyak dapat mengotori air tanah. Selain
terjadi di darat, pencemaran lalu lintas juga sering terjadi di lautan. Semuanya sangat berbahaya bagi
kehidupan.

c. Limbah Pertanian

Limbah pertanian berupa sisa, tumpahan ataupun penyemprotan yang berlebihan misalnya dari
pestisida dan herbisida. Begitu juga pemupukan yang berlebihan. Limbah pestisida dan herbisida
mempunyai sifat kimia yang stabil, yaitu tidak terurai di alam sehingga zat tersebut akan mengendap
di dalam tanah, dasar sungai, danau serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme-
organisme yang hidup di dalamnya. Pada pemakaian pupuk buatan yang berlebihan akan
menyebabkan eutrofikasi pada badan air/perairan terbuka

Penanggulangan pencemaran air dapat dilakukan melalui:

• Perubahan perilaku masyarakat

• Pembuatan kolam/bak pengolahan limbah cair


1. Perubahan Perilaku Masyarakat

Secara alami, ekosistem air dapat melakukan “rehabilitasi” apabila terjadi pencemaran terhadap badan
air. Kemampuan ini ada batasnya. Oleh karena itu perlu diupayakan untuk mencegah dan
menanggulangi pencemaran air. Untuk mengatasi pencemaran air dapat dilakukan usaha preventif,
misalnya dengan tidak

membuang sampah dan limbah industri ke sungai. Kebiasaan membuang sampah ke sungai dan
disembarang tempat hendaknya diberantas dengan memberlakukan peraturan-peraturan yang
diterapkan di lingkungan masing-masing secara konsekuen. Sampah-sampah hendaknya dibuang pada
tempat yang telah ditentukan.Masyarakat di sekitar sungai perlu merubah perilaku tentang
pemanfaatan sungai agar sungai tidak lagi dipergunakan sebagai tempat pembuangan sampah dan
tempat mandi-cuci-kakus (MCK). Peraturan pembuangan limbah industri hendaknya dipantau
pelaksanaannya dan pelanggarnya dijatuhi hukuman. Limbah industri hendaknya diproses dahulu
dengan teknik pengolahan limbah, dan setelah memenuhi syarat baku mutu air buangan baru bisa
dialirkan ke selokan-selokan atau sungai. Dengan demikian akan tercipta sungai yang bersih dan
memiliki fungsi ekologis.

Tindakan yang Perlu Dilakukan oleh Masyarakat:

1. Tidak membuang sampah atau limbah cair ke sungai, danau, laut dll.

2. Tidak menggunakan sungai atau danau untuk tempat mencuci truk, mobil dan sepeda motor.

3. Tidak menggunakan sungai atau danau untuk wahana memandikan ternak dan sebagai tempat
kakus.

4. Tidak minum air dari sungai, danau atau sumur tanpa dimasak dahulu.

2. Pembuatan Kolam Pengolah Limbah Cair

Saat ini mulai digalakkan pembuatan WC umum yang dilengkapi septic tank di daerah/lingkungan
yang rata-rata penduduknya tidak memiliki WC. Setiap sepuluh rumah disediakan satu WC umum.
Upaya demikian sangat bersahabat dengan lingkungan, murah dan sehat karena dapat menghindari
pencemaran air sumur / air tanah. Selain itu, sudah saatnya diupayakan pembuatan kolam pengolahan
air buangan (air cucian, air kamar mandi, dan lain-lain) secara kolektif, agar limbah tersebut tidak
langsung dialirkan ke selokan atau sungai.
Untuk limbah industri dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke dalam beberapa kolam
kemudian dibersihkan, baik secara mekanis (pengadukan), kimiawi (diberi zat kimia tertentu) maupun
biologis (diberi bakteri, ganggang atau tumbuhan air lainnya). Pada kolam terakhir dipelihara ikan
untuk menguji kebersihan air dari polutan yang berbahaya. Reaksi ikan terhadap kemungkinan
pengaruh polutan diteliti. Dengan demikian air yang boleh dialirkan keluar (selokan, sungai dll.)
hanyalah air yang tidak tercemar.

3. PEMBUANGAN SAMPAH PADAT

Menurut Kamus Istilah Lingkungan sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak
berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembikinan atau pemakaian barang rusak atau
bercacat dalam pembikinan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan.
Sedangkan Dr. Tandjung, M.Sc. mengatakan bahwa sampah adalah sesuatu yang tidak berguna lagi,
dibuang oleh pemiliknya atau pemakai semula.

Penggolongan Sampah Menurut Sumbernya

Sampah padat adalah segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah cair. Dapat
berupa sampah rumah tangga: sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-lain.
Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan sampah anorganik.
Sampah organik Merupakan sampah yang berasal dari barang yang mengandung bahan-bahan
organik, seperti sisa-sisa sayuran, hewan, kertas, potongan-potongan kayu dari peralatan rumah
tangga, potongan-potongan ranting, rumput pada waktu pembersihan kebun dan sebagainya.

Secara umum sampah didapat dari pemukiman penduduk, tempat umum dan tempat perdagangan,
sarana layanan masyarakat milik pemerinta, indusr=tri berat dan ringan serta pertanian.

Pengelolaan sampah

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaurulangan, atau


pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada material sampah yang
dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya dikelola untuk mengurangi dampaknya terhadap
kesehatan, lingkungan, atau keindahan. Pengelolaan sampah juga dilakukan untuk memulihkan
sumber daya alam. Pengelolaan sampah bisa melibatkan zat padat, cair, gas, atau radioaktif dengan
metode dan keahlian khusus untuk masing-masing jenis zat.
Praktik pengelolaan sampah berbeda beda antara negara maju dan negara berkembang, berbeda juga
antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan, berbeda juga antara daerah perumahan dengan
daerah industri. Pengelolaan sampah yang tidak berbahaya dari pemukiman dan institusi di area
metropolitan biasanya menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, sedangkan untuk sampah dari area
komersial dan industri biasanya ditangani oleh perusahaan pengolah sampah.

Metode pengelolaan sampah berbeda-beda tergantung banyak hal, di antaranya tipe zat sampah, tanah
yang digunakan untuk mengolah dan ketersediaan area.

Metode Pembuangan

Penimbunan darat

Pembuangan sampah pada penimbunan darat termasuk menguburnya untuk membuang sampah,
metode ini adalah metode paling populer di dunia. Penimbunan ini biasanya dilakukan di tanah yang
tidak terpakai, lubang bekas pertambangan, atau lubang-lubang dalam. Sebuah lahan penimbunan
darat yang dirancang dan dikelola dengan baik akan menjadi tempat penimbunan sampah yang
higienis dan murah. Sedangkan penimbunan darat yang tidak dirancang dan tidak dikelola dengan
baik akan menyebabkan berbagai masalah lingkungan, di antaranya angin berbau sampah, menarik
berkumpulnya Hama, dan adanya genangan air sampah. Efek samping lain dari sampah adalah gas
methan dan karbon dioksida yang juga sangat berbahaya. (di Bandung kandungan gas methan ini
meledak dan melongsorkan gunung sampah)

Karakteristik desain dari penimbunan darat yang modern di antaranya adalah metode pengumpulan air
sampah menggunakan bahan tanah liat atau pelapis plastik. Sampah biasanya dipadatkan untuk
menambah kepadatan dan kestabilannya, dan ditutup untuk tidak menarik hama (biasanya tikus).
Banyak penimbunan sampah mempunyai sistem pengekstrasi gas yang dipasang untuk mengambil gas
yang terjadi. Gas yang terkumpul akan dialirkan keluar dari tempat penimbunan dan dibakar di
menara pembakar atau dibakar di mesin berbahan bakar gas untuk membangkitkan listrik.

Metode Daur Ulang

Proses pengambilan barang yang masih memiliki nilai dari sampah untuk digunakan kembali disebut
sebagai daur ulang. Ada beberapa cara daur ulang, pertama adalah mengambil bahan sampahnya
untuk diproses lagi atau mengambil kalori dari bahan yang bisa dibakar untuk membangkitkan listrik.
Metode-metode baru dari daur ulang terus ditemukan dan akan dijelaskan di bawah.
Pengolahan kembali secara fisik

Metode ini adalah aktivitas paling populer dari daur ulang, yaitu mengumpulkan dan menggunakan
kembali sampah yang dibuang, contohnya botol bekas pakai yang dikumpulkan untuk digunakan
kembali. Pengumpulan bisa dilakukan dari sampah yang sudah dipisahkan dari awal (kotak
sampah/kendaraan sampah khusus), atau dari sampah yang sudah tercampur.

Sampah yang biasa dikumpulkan adalah kaleng minum aluminium, kaleng baja makanan/minuman,
Botol HDPE dan PET, botol kaca, kertas karton,koran, majalah, dan kardus. Jenis plastik lain seperti
(PVC, LDPE, PP, dan PS) juga bisa didaur ulang. Daur ulang dari produk yang kompleks seperti
komputer atau mobil lebih susah, karena bagian-bagiannya harus diurai dan dikelompokkan menurut
jenis bahannya.

Pengolahan biologis

Material sampah ((organik)), seperti zat tanaman, sisa makanan atau kertas, bisa diolah dengan
menggunakan proses biologis untuk kompos, atau dikenal dengan istilah pengkomposan. Hasilnya
adalah kompos yang bisa digunakan sebagai pupuk dan gas methana yang bisa digunakan untuk
membangkitkan listrik.

Pemulihan energi

Kandungan energi yang terkandung dalam sampah bisa diambil langsung dengan cara menjadikannya
bahan bakar, atau secara tidak langsung dengan cara mengolahnya menjadi bahan bakar tipe lain.
Daur ulang melalui cara "perlakuan panas" bervariasi mulai dari menggunakannya sebagai bahan
bakar memasak atau memanaskan sampai menggunakannya untuk memanaskan boiler untuk
menghasilkan uap dan listrik dari turbin-generator. Pirolisa dan gasifikasi adalah dua bentuk
perlakuan panas yang berhubungan, ketika sampah dipanaskan pada suhu tinggi dengan keadaan
miskin oksigen. Proses ini biasanya dilakukan di wadah tertutup pada Tekanan tinggi. Pirolisa dari
sampah padat mengubah sampah menjadi produk berzat padat, gas, dan cair. Produk cair dan gas bisa
dibakar untuk menghasilkan energi atau dimurnikan menjadi produk lain. Padatan sisa selanjutnya
bisa dimurnikan menjadi produk seperti karbon aktif. Gasifikasi dan Gasifikasi busur plasma yang
canggih digunakan untuk mengkonversi material organik langsung menjadi Gas sintetis (campuran
antara karbon monoksida dan hidrogen). Gas ini kemudian dibakar untuk menghasilkan listrik dan
uap.
Metode penghindaran dan pengurangan

Sebuah metode yang penting dari pengelolaan sampah adalah pencegahan zat sampah terbentuk, atau
dikenal juga dengan "pengurangan sampah". Metode pencegahan termasuk penggunaan kembali
barang bekas pakai, memperbaiki barang yang rusak, mendesain produk supaya bisa diisi ulang atau
bisa digunakan kembali (seperti tas belanja katun menggantikan tas plastik), mengajak konsumen
untuk menghindari penggunaan barang sekali pakai (contohnya kertas tisu), dan mendesain produk
yang menggunakan bahan yang lebih sedikit untuk fungsi yang sama (contoh, pengurangan bobot
kaleng minuman)

4. PENGENDALIAN VEKTOR

Vektor adalah Arthropoda yang dapat memindahkan atau menularkan suatu “infectious agent” dari
sumber infeksi kepada induk semang yang rentang (susceptible host).

Pengendalian vektor adalah semua usaha yang dilakukan untuk mengurangi atau menurunkan
populasi vektor dengan maksud mencegah atau pemberantas penyakit yang ditularkan vektor atau
gangguan yang diakibatkan oleh vektor. Tujuan pengendalian vector adalah untuk menurunkan
kepadatan populasi vektor pada tingkat yang tidak membahayakan bagi kesehatan masyarakat

Pengelolaan Lingkungan Untuk Pengendalian Vektor

Pengelolaan lingkungan untuk pengendalian vektor adalah meliputi usaha perencanaan, organisasi,
pelaksanaan dan monitoring dari kegiatan untuk mengadakan modifikasi dan atau manipulasi faktor-
faktor lingkungan atau interaksinya dengan manusia dengan maksud untuk mencegah atau
menurunkan perkembang biakan vektor dan mengurangi kontak antara manusia dengan vektor.

a. Modifikasi lingkungan adalah suatu bentuk pengelolaan lingkungan terdiri dari sesuatu
transformasi fisik yang farmanen atau berjangka panjang terhadap tanah, air dan tumbuh-tumbuhan,
dengan tujuan untuk mencegah, menghilangkan atau menurunkan habitat larva tampa menyebabkan
pengaruh merugikan yang tidak perlu terhadap kualitas lingkugan manusia. Misalnya drainage
perpipaaan untuk mengurangi sebanyak mungkin stadium air dari perkembangan vektor.

b. Manipulasi lingkungan adalah suatu bentuk pengolaan lingkungan yamng terdiri atas kegiatan
berulang yang terencana yang bertujuan untuk menghasilkan kondisi sementara yang tidak cocok
untuk berkembang biakan vektor pada habitatnya. Misalnya perubahan kadar garam dari air,
penyentoran saluran air secara periodik, menghilangkan vegetasi dll.
Pengendalian Cara Kimia

Syarat-syarat insektisida yang baik adalah :

1. Sangat toksik terhadap vektor sasaran

2. Kurang berbahaya untuk manusia, binatang dan tanaman yang berguna

3. Menarik bagi vektor

4. Tidak mahal, mudah diproduksi, dan mudah disediakan

5. Secara kimia stabil pada aplikasi residu

6. Tidak stabil pada aplikasi udara agar tidak mencemari lingkungan, tetapi membunuh vektor dengan
cepat lalu mengalami dekomposisi menjadi senyawa yang kurang berbahaya

7. Tidak mudah terbakar

8. Tidak korosit

9. Tidak meninggalkan warma

10. Mudah disiapkan menjadi formulasi yang diinginkan

Pengendalian Cara Biologis

Makhluk biologi yang telah lama dikenal dan masih digunakan pada waktu ini untuk pengendalian
vektor adalah ikan pemakan larva. Diantara species ikan kecil yang baik digunakan untuk
pengendalian secra biologis terhadap larva nyamuk adalah ikan guppi (paecilia reticulata) dan ikan
kepala timah (aphloceilus panchax). Dosis yang disarankan oleh WHO adalah 3 – 7 ekor/m2. Rata-
rata untuk pengendalian di sawah atau perairan dangkal lain mungkin cukup dengan 5 ekor/m2.

5. PENCEGAHAN/PENGENDALIAN PENCEMARAN TANAH OLEH EKSKRETA MANUSIA

Yang dimaksud kotoran manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan
yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh. Zat-zat yang harus dikeluarkan dari dalam tubuhh ini
berbentuk tinja (faeces), air seni (urine) dan CO2 sebagai hasil dari proses pernafasan.

Pembuangan kotoran manusia dalam ilmu kesehatan lingkungan dimaksudkan hanya tempat
pembuangan tinja dan urine, pada umumnya disebut latrine, jamban atau kakus (Notoatmodjo, 2003).

Penyediaan sarana jamban merupakan bagian dari usaha sanitasi yang cukup penting peranannya.
Ditinjau dari sudut kesehatan lingkungan pembuangan kotoran yang tidak saniter akan dapat
mencemari lingkungan terutama tanah dan sumber air. Pembuangan tinja yang tidak saniter akan
menyebabkan berbagai macam penyakit seperti : thypus, disentri, kolera, bermacam-macam cacing
(gelang, kremi, tambang dan pita), schistosomiasis dan sebagainya.

Kementerian Kesehatan telah menetapkan syarat dalam membuat jamban sehat. Ada tujuh kriteria
yang harus diperhatikan :

1. Tidak mencemari air

· Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak mencapai
permukaan air tanah maksimum. Jika keadaan terpaksa, dinding dan dasar lubang kotoran harus
dipadatkan dengan tanah liat atau diplester.

· Jarang lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter

· Letak lubang kotoran lebih rendah daripada letak sumur agar air kotor dari lubang kotoran tidak
merembes dan mencemari sumur.

· Tidak membuang air kotor dan buangan air besar ke dalam selokan, empang, danau, sungai, dan laut

2. Tidak mencemari tanah permukaan

· Tidak buang besar di sembarang tempat, seperti kebun, pekarangan, dekat sungai, dekat mata air,
atau pinggir jalan.

· Jamban yang sudah penuh agar segera disedot untuk dikuras kotorannya, atau dikuras, kemudian
kotoran ditimbun di lubang galian.

3. Bebas dari serangga

· Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini penting
untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah

· Ruangan dalam jamban harus terang. Bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk.

· Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bisa menjadi sarang kecoa atau
serangga lainnya

· Lantai jamban harus selalu bersih dan kering

· Lubang jamban, khususnya jamban cemplung, harus tertutup


4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan

· Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai digunakan

· Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air

· Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau dari
dalam lubang kotoran

· Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan secara
periodik

5. Aman digunakan oleh pemakainya

· Pada tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada dinding lubang kotoran dengan pasangan
batau atau selongsong anyaman bambu atau bahan penguat lain yang terdapat di daerah setempat

6. Mudah dibersihkan dan tak menimbulkan gangguan bagi pemakainya

· Lantai jamban rata dan miring ke arah saluran lubang kotoran

· Jangan membuang plastik, puntung rokok, atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat
menyumbat saluran

· Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat penuh

· Hindarkan cara penyambungan aliran dengan sudut mati. Gunakan pipa berdiameter minimal 4 inci.

7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan

· Jamban harus berdinding dan berpintu

· Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari kehujanan dan
kepanasan.
6. HIGIENE MAKANAN, TERMASUK HIGIENE SUSU

Makanan adalah kebutuhan pokok manusia yang dibutuhkan setiap saat dan memerlukan pengelolaan
yang baik dan benar agar bermanfaat bagi tubuh. Menurut WHO, yang dimaksud makanan adalah :
“Food include all substances, whether in a natural state or in a manufactured or preparedform, wich
are part of human diet.” Batasan makanan tersebut tidak termasuk air, obat-obatan dan substansi-
substansi yang diperlukan untuk tujuan pengobatan.

Makanan yang dikonsumsi hendaknya memenuhi kriteria bahwa makanan tersebut layak untuk
dimakan dan tidak menimbulkan penyakit, diantaranya :

1. Berada dalam derajat kematangan yang dikehendaki

2. Bebas dari pencemaran di setiap tahap produksi dan penanganan selanjutnya

3. Bebas dari perubahan fisik, kimia yang tidak dikehendaki, sebagai akibat dari pengaruh enzym,
aktifitas mikroba, hewan pengerat, serangga, parasit dan kerusakan-kerusakan karena tekanan,
pemasakan dan pengeringan.

4. Bebas dari mikroorganisme dan parasit yang menimbulkan penyakit yang dihantarkan oleh
makanan (food borne illness).

Higiene dan Sanitasi

Pengertian higiene menurut Depkes adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi
kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci
piring untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk melindungi
keutuhan makanan secara keseluruhan.

Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan dan tindakan
yang perlu untuk membebaskan makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat menganggu
atau memasak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan,
penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman tersebut siap untuk
dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin
keamanan dan kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan
makanan yang akan merugikan pembeli. mengurangi kerusakan / pemborosan makanan.
7. PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA

Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia, atau biologi di atmosfer
dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan mahkluk hidup, mengganggu estetika dan
kenyamanan, atau merusak properti. Pencemaran udara adalah masuknya, atau tercampurnya unsur-
unsur berbahaya ke dalam atmosfir yang dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan,
gangguan pada kesehatan manusia secara umum serta menurunkan kualitas lingkungan. Pengertian
pencemaran udara berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 pasal 1 ayat 12 mengenai
Pencemaran Lingkungan yaitu pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti
pencemaran yang berasal dari pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian, dan
peristiwa alam seperti kebakaran hutan, letusan gunung api yang mengeluarkan debu, gas, dan awan
panas. Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke
dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu
yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Sedangkan berdasarkan
Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407 tahun 2002 tentang Pedoman Pengendalian Dampak
Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat
tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi kesehatan manusia.

Klasifikasi Pencemar Udara :

1. Pencemar primer : pencemar yang di timbulkan langsung dari sumber pencemaran udara.

2. Pencemar sekunder : pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer di atmosfer.

Contoh: Sulfur dioksida, Sulfur monoksida dan uap air akan menghasilkan asam sulfurik.

3. Jenis-jenis Bahan Pencemar:

· Karbon monoksida (CO)

· Nitrogen dioksida (N02)

· Sulfur Dioksida (S02)

· CF

· Karbon dioksida (CO2)

· Ozon (03 )

· Benda Partikulat (PM)


· Timah (Pb)

· HydroCarbon (HC)

4. Penyebab Utama Pencemaran Udara :

Di kota besar sangat sulit untuk mendapat udara yang segar, diperkirakan 70 % pencemaran yang
terjadi adalah akibat adanya kendaraan bermotor.

Cara mencegah pencemaran udara:

1) Mengurangi pemakaian bahan bakar fosil terutama yang mengandung asap serta gas-gas polutan
lainnya agar tidak mencemarkan lingkungan.

2) melakukan penyaringan asap sebelum asap dibuang ke udara dengan cara memasang bahan
penyerap polutan atau saringan;

3) Mengalirkan gas buangan ke dalam air atau dalam lauratan pengikat sebelum dibebaskan ke air.
Atau dengan cara penurunan suhu sebelum gas buang ke udara bebas;

4) membangun cerobong asap yang cuup tinggi sehingga asap dapat menembus lapisan inversi
thermal agar tidak menambah polutan yang tertangkap di atas suatu pemukiman atau kita;

5) mengurangi sistem transportasi yang efisien dengan menghemat bahan bakar dan mengurangi
angkutan pribadi;

6) memperbanyak tanaman hijau di daerah polusi udara tinggi, karena salah satu kegunaan tumbuhan
adalah sebagai indikator pencemaran dini, selain sebagai penahan debu dan bahan partikel lain.

8. PENGENDALIAN RADIASI

Dalam ilmu fisika, radiasi dideskripsikan sebagai proses dimana energi bergerak melalui media atau
melalui ruang, dan akhirnya diserap oleh benda lain. Orang awam sering menghubungkan kata radiasi
ionisasi (misalnya, sebagaimana terjadi pada senjata nuklir, reaktor nuklir, dan zat radioaktif), tetapi
juga dapat merujuk kepada radiasi elektromagnetik (yaitu, gelombang radio, cahaya inframerah,
cahaya tampak, sinar ultra violet, dan X-ray), radiasi akustik, atau untuk proses lain yang lebih jelas.
Apa yang membuat radiasi adalah bahwa energi memancarkan (yaitu, bergerak ke luar dalam garis
lurus ke segala arah) dari suatu sumber. geometri ini secara alami mengarah pada sistem pengukuran
dan unit fisik yang sama berlaku untuk semua jenis radiasi. Beberapa radiasi dapat berbahaya.
Medan elektromagnetik adalah medan listrik dan medan magnet yang dihasilkan oleh alam maupun
peralatan elektronik yang bermuatan listrik. Manusia sebagai satu sistem biologi di antara system
biologi lainnya, selalu terpajan oleh medan elektromagnetik. Radiasi elektromagnetik mempunyai
spektrum sangat luas, namun yang terpenting berasal dan listrik, yaitu frekuensi 60 Hz . Berbagai
penelitian epidemiologi telah dilakukan untuk mengetahui efek medan elektromagnetik terhadap
kesehatan. Medan elektromagnetik berpotensi menimbulkan berbagai gangguan, antara lain terhadap
sistem darah, sistem kardiovaskular, sistem saraf maupun sistem reproduksi serta bersifat
karsinogenik. Tetapi hasil penelitian tersebut masih kontroversial, karena pemilihan populasi dan
metodologi penelitian yang tidak konsisten. Upaya pengendalian radiasi medan elektromagnetik dapat
dilakukan dengan cara pengendalian kuat medan listrik dan kuat medan magnet maupun pengaturan
jarak dan lama pemaparan dan peralatan yang bermuatan listrik.

9. KESEHATAN KERJA

Kesehatan kerja adalah hal yang sangat penting didalam dunia kerja khusus nya dunia industri yang
bergerak dibidang produksi, kesehatan kerja hendaknya dapat dipahami betapa penting nya kesehatan
kerja tersebut di dalam bekerja kesehariannya. Hal ini memiliki kepentingan yang besar, baik untuk
kepentingan diri sendiri maupun dikarenakan aturan perusahaan yang meminta untuk menjaga hal-hal
tersebut dalam rangka meningkatkan kinerja dan mencegah potensi kerugian bagi perusahaan.
Namun, seberapa penting kah perusahaan wajib menjalankan prinsip kesehatan kerja dilingkungan
perusahaannya? Patut diketahui pula bahwa ide tentang kesehatan telah ada sejak dua puluh tahun
yang lalu, namun hingga saat ini, masih ada pekerja dan perusahaan yang belum memahami korelasi
antara kesehatan dengan peningkatan kinerja perusahaan, bahkan tidak mengetahui eksistensi aturan
tersebut. Sehingga para pengusaha tidak mementingkan kesehatan para pekerja an menjadikan hal
tersebut menjadi hal yang mahal dan dapat mengganggu proses para pekerja.

Untuk menjalani semua itu maka pemerintah telah menerbitkan undang-undang no 1 tahun 1970
tentang keselamatan kerja, yaitu :

1. mencegah dan mengurangi kecelakaan

2. mencegah, mengurangi, dan memadamkan kebakaran.

3. mencegah dan mengurangi bahaya peledakan.

4. memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian
lain yang berbahaya.

5. memberikan pertolongan pada kecelakaan.


6. memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja

7. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluaskan suhu, kelembaban, debu, kotoran,
asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran.

8. mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik maupun psikis,
peracunan, infeksi dan penularan.

9. memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.

10. menyelenggarakan suhu dan kelembaban udara yang baik.

11. menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup.

12. memelihara kebersihan, kesehatan, dan ketertiban.

13. memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses kerjanya.

14. mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman atau barang.

15. mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan.

16. mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.

17. mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya.

18. menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang berbahaya kecelakaannya
menjadi bertambah tinggi.

Dari undang-undang yang dibuat tersebut, maka para pekerja dapat bekerja dengan tenang dan dapat
menaikkan pendapatan perusahaan tempatnya bekerja tanpa harus memikirkan bagaimana membayar
biaya pengobatan apabila pekerja tersebut sakit karena kesehatan mereka sudah dijamin oleh undang-
undang.

10. PENGENDALIAN KEBISINGAN

Kebisingan sampai pada tingkat tertentu bisa menimbulkan gangguan pada fungsi pendengaran
manusia. Risiko terbesar adalah hilangnya pendengaran (hearing loss) secara permanen. Dan jika
risiko ini terjadi (biasanya secara medis sudah tidak dapat diatasi/"diobati"). Sudah barang tentu akan
mengurangi efisiensi pekerjaan si penderita secara signifikan.
Secara umum dampak kebisingan bisa dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu:

1. Dampak auditorial (Auditory effects)

2. Dampak ini berhubungan langsung dengan fungsi (perangkat keras) pendengaran, seperti
hilangnya/berkurangnya fungsi pendengaran, suara dering/ berfrekuensi tinggi dalam telinga.

3. Dampak nonauditorial (Nonauditory effects)

4. Dampak ini bersifat psikologis, seperti gangguan cara berkomunikasi, kebingungan, stres, dan
berkurangnya kepekaan terhadap masalah keamanan kerja.

Berikut ini adalah beberapa tingkat kebisingan beberapa sumber suara yang bisa dijadikan sebagai
acuan untuk menilai tingkat keamanan kerja :

1. Percakapan biasa (45-60 dB)

2. Bor listrik (88-98 dB)

3. Suara anak ayam (di peternakan) (105 dB)

4. Gergaji mesin (110-115 dB)

5. Musik rock (metal) (115 dB)

6. Sirene ambulans (120 dB)

7. Teriakan awal seseorang yang menjerit kesakitan (140 dB)

8. Pesawat terbang jet (140 dB).

Sedangkan jenis industri, tempat kebisingan bisa menjadi sumber bahaya yang potensial bagi pekerja
antara lain :

1. Industri perkayuan (wood working & wood processing)

2. Pekerjaan pemipaan (plumbing)

3. Pertambangan batu bara dan berbagai jenis pertambangan logam.


11. PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN

RUMAH

Menurut Azrul Azwar, rumah bagi manusia mempunyai arti :

1. Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-
hari

2. Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang mengancam

3. Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga

4. Sebagai lambang status sosial yang dimiliki, yang masih dirasakan hingga saat ini

5. Sebagai tempat untuk meletakkan barang2 berharga yang dimiliki

SEHAT

Sehat menurut WHO

§ Suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial budaya, bukan hanya keadaan yang
bebas dari penyakit dan kelemahan

Kesehatan menurut UU N0 23 thn 1992 :

§ Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif
secara sosial ekonomis

§ Kesehatan badan : Bebas dari penyakit, semua organ tubuh berfungsi sempurna

Kesehatan Jiwa, dibagi menjadi tiga :

1. Pikiran : Berpikir positif dan dapat diterima oleh akal sehat

2. Emosi : bisa mengeksperisikan emosiny

3. Spiritual : bisa mengekspresikan rasa syukurnya terhadap Tuhan

Kesehatan sosial : bisa berinteraksi dengan orang lain


Kesehatan ekonomi : dapat mencukupi kebutuhan hidupnya

RUMAH SEHAT

Berdasarkan pada pengertian sebelumnya maka rumah sehat :

§ Sebagai tempat untuk berlindung atau bernaung dan tempat untuk beristirahat sehingga
menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik fisik, sosial maupun mental.

PEMUKIMAN

Menurut WHO :

§ Suatu struktur fisik dimana orang menggunakannya unt t4 berlindung, dimana lingk dari struktur
tersebut termaksud juga semua fasilitas dan pelayanan yg diperluhkan, perlengkapan yg berguna
untuk kes jasmani dan rohani dan keadaan sosialnya yang baik untuk kel dan individu

Menurut winslow dan aph

§ Suatu tempat untuk tinggal secara permanen, berfungsi sebagai t4 unt bermukim, beristirahat,
berekreasi dan t4 berlindung dari pengaruh lingk yg memenuhi persyaratan psikologis, physiologis,
bebas dari penularan penyakit dan kecelakaan

Sifat Pemukiman

1. Pemukiman/perkampungan tradisional

2. Perkampungan darurat

3. Perkampungan kumuh ( slum area )

4. Pemukiman transmigrasi

5. Perkampungan untuk klpok2 khusus

6. Pemukiman baru

Aspek2 Lingkungan Pemukiman yg Perlu Mendapat Perhatian :

1. Fasilitas Lingkungan :

§ Fasilitas pendidikan
§ Fasilitas kesehatan

§ Perbelanjaan

§ Rekreasi dan kebudayaan

§ Olah raga

§ Lap terbuka

2. Prasarana lingkungan :

§ Jalan

§ Saluran air minum

§ Saluran air hujan

§ Pembuangan sampah

§ Jaringan listrik

§ Masalah Pemukiman di Indonesia

1. Pertumbuhan penduduk tinggi (2,4 jt pertahun )

2. Penyebaran penduduk yg tidak seimbang dan merata

3. Kondisi pemukiman dibawah standar kesehatan

4. Pemukiman didaerah perkotaan

§ Penggunaan tanah tidak terkendalikan

§ Kebutuhan sarana tidak seimbang dengan pertumbuhannya

§ Eksploitasi sumber alam yang tidak terkendali

§ Sumber air yang tidak terlindung

§ Kebijakan Perbaikan Lingkungan Kota

§ Program perbaikan kampung

§ Pembangunan rumah murah, contoh : RSS


§ Pembangunan fasilitas umum

§ Pembangunan fasilitas sosial

§ Pencegahan pencemaran

§ Jaringan pengangkutan

§ Pengaturan tata guna tanah

§ Over Crowding

Suatu keadaan yang menimbulkan efek2 negatif thd kesehatan, baik secara fisik, mental maupun
moral.

Sebuah rumah dinyatakan over crowding bila jumlah orang yang tidur dirumah tsb menunjukkan hal-
hal sbb :

1. 2 Individu dari jenis kelamin yg berbeda dan berumur diatas 10 tahun dan bukan status suami istri
tidur dalam 1 kamar

2. Jumlah orang didalam rumah dibandingkan dengan luas lantai telah melebihi ketentuan yang
ditetapkan.

Ada 3 ketentuan dalam hal ini yaitu :

1. Jumlah orang dibandingkan dengan jumlah kamar apabila rumah tersebut hanya mempunyai 1
kamar maka penghuninya 2 org

2. Jika kamar 3, penghuninya 5 org

3. Jika kamar 5, penghuninya 10 org

Kriteria Slum Area

1. Sumber air minum yang tercemar

2. Sumber air minum diluar perumahan

3. Jamban digunakan beberapa keluarga dan berada di luar rumah

4. Kamar mandi bersama


5. Penghuni rumah > 1,5 x seharusnya

6. Over crowding dikamar tidur

7. Ruang tidur < 40 sq/ft per org

8. Tidak ada listrik

9. Tidak ada jendela kamar

10. Kerusakan bangunan yang serius

Dijumpai 4 atau lebih dari kretaria ini disebut slum area

12. ASPEK KESLING DAN TRANSPORTASI UDARA

Sebenarnya bukan hanya pencemaran lingkungan yang terlihat secara kasat mata saja yang dapat
membahayakan dan menimbulkan penyakit, pencemaran suara juga dapat menimbulkan dampak yang
sangat berbahaya bagi kesehatan. Apabila tidak segera ditanggulangi, mungkin pencemaran suara ini
dapat sangat menggangu kehidupan. Masih jarang orang yang mengetahui bahwa pencemaran suara
sangat berbahaya karena kebanyakan orang tidak mengetahui tentang dampak dari pencemaran suara
tersebut sehingga orang menganggap pencemaran suara tidak berbahaya.

Pencemaran suara ini sebenarnya dapat ditanggulangi apabila setiap manusia yang hidup di dunia
sadar akan pentingnya kesehatan dan kelestarian lingkungan. Mungkin pencemaran suara dampaknya
tidak terlihat secara kasat mata, namun dampaknya dapat di rasakan langsung oleh organ tubuh.
Untuk menanggulangi pencemaran suara tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu
misalnya apabila ingin membangun suatu bandara di dalam suatu negara, pemerintah harus dapat
memperhitungkan dampak dari pembangunan bandara tersebut. Pembangunan bandara dapat di
dilakukan di daerah yang jarang pemukiman penduduk agar tidak mengganggu penduduk yang
tinggal disekitar bandara dan bagi seorang pengusaha yang ingin membangun suatu pabrik, agar dapat
membangun pabrik mereka di wilayah yang memang benar – benar hanya untuk kawasan industri.
Selain pencemaran suara yang ditimbulkan oleh suatu pabrik ada pencemaran lainnya yang dapat
ditimbulkan, yaitu pencemaran udara dan lingkungan dari limbah pabrik tersebut. Maka dari itu agar
lingkungan dan bumi kita tetap terlindung dari pencemaran, manusia harus sangat memperhatikan
lingkungan dan kesehatan. Cara lain yang dapat dilakukan oleh manusia agar lingkungan tetap sehat
adalah dengan menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan dan melakukan penghijauan khususnya
untuk di kota – kota yang padat akan penduduk dan kegiatan industri. Selain itu, pembangunan
bangunan peredam kebisingan dan meminimalisasi penggunaan kendaraan bermotor dapat membantu
menanggulangi pencemaran suara agar pencemaran suara dapat berkurang dan semua makhluk hidup
yang hidup di dunia dapat hidup dengan sehat.

13. PERENCANAAN DAERAH DAN PERKOTAAN

Pengertian Perencanaan

Perencanaan memiliki banyak definisi. Menurut Dror (1963), perencanaan merupaka suatu proses
yang mempersiapkan seperangkat keputusan unutk melakukan tindakan dimasa depan. Dalam
bukunya yang berjudul Pengantar Perencanaan Kota, Gallion dan Eisner menuliskan bahwa
perencanaan adalah suatu upaya untuk menciptakan perkembangan yang teratur di daerah perkotaan
dan mengurangi konflik-konflik sosial dan ekonomi yang akan membahayakan kehidupan dan hak
milik.

Pola Perencanaan Kota

Sebuah kota harus dibangun berdasarkan empat dasar. Dasar fisik sebuah kota adalah wujud yang
kelihatan berupa bangunan-bangunan, jalan, taman, dan benda-benda lain yang menciptakan bentuk
kota tersebut. Dasar ekonomi sebuah kota memberikan alasan bagi eksistensinya. Dasar politik sebuah
kota sangat penting bagi ketertiban. Dasar sosial sangat penting supaya kota ada artinya.

Elemen perancangan kota :

Land Use : cerminan hubungan dan keterkaitan antara sirkulasi dan kepadatan aktivitas pada suatu
kawasan

Building Form and Massing : bentuk dan massa bangunan dapat menunjukan ciri kawasan yang
mencakup ketinggian, rasio luas lantai, coverage, skala, dan lain-lain

Activity support : Pendukung kegiatan terdiri dari semua kegiatan yang memperkuat penggunaan
ruang publik

Open space : Lahan kosong di kota untuk dijadikan taman sehingga harus dilakukan secara integral
dengan perencanaan bangunan dan saling menunjang

Pedestrian ways : Jalur pejalan kaki, untuk mendukung aktivitas kawasan, juga untuk estetika
terutama pada pusat kota

Circulation and parking : Sistem pergerakan dan elemen utama yang dapat memberi bentuk
lingkungan kota
Signage : Menunjukan arah dan fungsi bangunan serta kawasan tertentu, penandaan tidak hanya
dilakukan dengan pemberian papan nama tetapi dpaat dilakukan dengan berntuk atau ciri visual
lainnya

· Preservation : upaya pelestarian harus mampu melindungi kelestarian lingkungan yang telah ada dan
ruang-ruang kawasan yang sudah terbentuk seperti kawasan bersejarah

Hubungan dan pengaruh kondisi lingkungan terhadap kesehatan masyarakat di perkotaan dan
pemukiman diantaranya sebagai berikut :

1. Urbanisasi >>>kepadatan kota >>> keterbatasan lahan >>>daerah slum/kumuh>>>sanitasi


kesehatan lingkungan buruk

2. Kegiatan di kota (industrialisasi) >>> menghasilkan limbah cair >>>dibuang tanpa pengolahan (ke
sungai) >>>sungai dimanfaatkan untuk mandi, cuci, kakus>>>penyakit menular.

3. Kegiatan di kota (lalu lintas alat transportasi)>>>emisi gas buang (asap) >>>mencemari udara
kota>>>udara tidak layak dihirup>>>penyakit ISPA.

14. PENCEGAHAN KECELAKAAN

Upaya pengendalian lingkungan kerja yang ditujukan terhadap faktor lingkungan adalah pemikiran
standart persyaratan kualitas lingkungan dan pemeliharaan rumah tangga industri yang aman, yang
dilakukan melalui :

Melaksanakan program pengelolaan lingkungan perusahaan dengan mengacu pada standar


pemeliharaan rumah tangga perusahaan / industri yang aman

Melaksanakan program keselamatan kerja di industri / perusahaan dengan menerapkan model


manajemen keselamatan kerja yang sesuai

Melaksanakan program pengendalian lingkungan dengan mengacu pada model manajemen


pengendalian factor fisisk tempat kerja yang sesuai.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen
secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan,
prosedur, proses, dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan, penerapan, pencapaian,
pengkajian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat
kerja yang aman, efisien, dan produktif. (Lientje Setyawati, 2000). Sasaran Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah Manusia atau pekerja, Mesin mekanik dan
Lingkungan pekerja.

Tujuan dilaksanakannya Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah menciptakan
suatu sistem Keselamatan dan kesehatan di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga
kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan mengurangi
kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini diharapkan adanya
penempatan tenaga kerja sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia, meningkatnya
komitment pimpinan perusahaan dalam melindungi tenaga kerja, meningkatnya efisiensi dan
produktivitas kerja untuk menghadapi kompetisi perdagangan global, proteksi terhadap industri dalam
negeri, meningkatnya daya saing dalam perdagangan internasional, mengeliminir boikot LSM
internasional terhadap produk ekspor nasional, meningkatnya pelaksanaan pencegahan kecelakaan
melalui pendekatan sistem, perlunya upaya pencegahan terhadap problem sosial dan ekonomi yang
terkait dengan penerapan K3.

15. REKREASI UMUM DAN PARIWISATA

Potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya tersebut, perlu dikembangkan dan dimanfaatkan
untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat tanpa melupakan upaya konservasi sehingga tetap
tercapai keseimbangan antara perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari.

Pemanfaatan potensi sumberdaya alam Flora dan fauna serta jasa lingkungannya di kawasan
Pelestarian Alam dan Hutan Lindung mengacu kepada prinsip-prinsip social forest management yang
dalam pemanfaatannya berazaskan kelestarian ekologi, social dan ekonomi.

Pemanfaatan yang tidak memperhatikan faktor kelestarian fungsi hutan, akan menimbulkan laju
degradasi hutan. Sebagai illustrasi angka deforestrasi mencapai 1, 6 juta hektar per tahun.

Potensi jasa lingkungan hutan baik langsung ataupun tidak langsung dapat dimanfaatkan secara
terukur dan tidak terukur oleh manusia antara lain untuk : wisata alam, pemanfaatan sumberdaya air,
supply oksigen, perlindungan system hidrologis dan carbon offset (Pedoman Inventarisasi Jasa
Lingkungan, Ditjen PHKA, 2003.)

Sejalan dengan perkembangan kebutuhan pariwisata alam, maka kawasan Pelestarian alam seperti
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan taman Wisata Alam yang memiliki gejala keunikan alam,
keindahan alam, keanekaragaman flora dan faunanya sangat potensial untuk dikembangkan sebagai
objek dan daya tarik wisata alam, disamping sebagai wahana penelitian, pendidikan dan
pengembangan ilmu pengetahuan.

Agar objek dan daya tarik wisata dapat dimanfaatkan secara nyata diperlukan modal dan teknologi
yang memadai, serta untuk menjaga kelestariannya diperlukan pengelolaan yang arif agar tidak
menimbulkan dampak negative terhadap lingkungan kawasan dan social budaya masyarakat sekitar.

Pemanfaatan jasa lingkungan untuk kepentingan wisata alam, perlu memperhatikan prinsip-prinsip
pengembangan pariwisata alam yakni konservasi, edukasi, ekonomi, rekreasi dan peran / partisipasi
masyarakat.

16. TINDAKAN-TINDAKAN SANITASI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEADAAN


EPIDEMI/WABAH, BENCANA ALAM DAN PERPINDAHAN PENDUDUK

Sanitasi adalah upaya pegendalian semua faktor lingkungan fsik manusia,yang mungkin menimbulkan
atau dapat menimbulkan hal-hal yang merugikan,bagi perkembangan fisik,kesehatan,dan daya tahan
hidup manusia.

Sasaran utama kegiatan sanitasi pada keadaan bencana adalah untuk mengurangi penyakit tinja
kemulut dan mengurangi penjangkitan oleh vektr dengan melkasanakan penyuluhan raktek kebersiha
yang baik,penyediaan air minum yang aman dan pengurangan kesehtan linkungan dengan
mengusahakan suatu kondisi yang memungkinkan orang-orang untuk hidup dengan
kesehatan,martabat, kenyamanan,dan keamanan yang memadai.

Adapun untuk mengurangi resko dari bencana yang ditimbulkan hal yang dilakukan dalam kegiatan
sanitasi adalah sebagai beikut:

1. Pasokan/penyediaan air bersih

Dalam kondisi bencana pasokan air bersih snagat penting,hal ni dikarenakan air bersih merupakan
kebutuhan dasar yang perlu dipenuhi untuk menjaga kelangsungan hidup,banyak kasus yang
ditemukan ketika bencan sering terjadi kekurangan air dikarenakan akses yang terputus sehinggah
kualitas tidak memadai ataupun kualitas airnya tidak memenuhi syarat kesehatan akibatnya
masyarakat menjadi rentan terhadap penyakit. Adapun yang harus diperhatikan terhadap penyedian
air bersih yaitu kuantitas dan kualitas dari air bersih tresebut.

2. Pembuangan Tinja

Pembuangan tinja yang aman dapat mengurangi resiko penyakit yang ditimbulkan baik langsung atau
tidak langsung,penyediaan sarana yang tepat adalah satu dari beberapa respon kedaduratan yang
paling penting untuk menjamin kesehtan penduduk.didalam pembuangan tinja hal yang harus di
perhatikan yaitu jumlah dan akses ke jamban. Masyarakat berhakmendapat jumlah jamban yang
memadai,cukup dekat dengan tempat tinggal, untuk memungkinkan akses yang cepat,aman, dan
pantaas baik siang maupun malam.selain itu pemeliharaan dilokasi pengungsian jamban yang
dibangun tentunya merupakan jamban umum,yang harus diperhatikan yaitu memberikan kesadaran
dan membuat pertemuan dengan sesama pengungsi untuk menentukan bentuk pemeliharaan
jamban,sebaiknya didalam jamban umum diseiakan sabun,pembalut dan jarak jamban.

3. Pengendalian Vektor

Vektor adalah suatu agent/penyebab pembawa penyakit,dan salah satu penyakit yang ditimbulkan
disituasi bencana adalah melalui vektor yang tidak terkontrol. Contoh: vektor/hama dan jenis penyakit
yang ditimbulkan nyamuk, lalat/kecoak/kutu/mites, tikus.

4. Manajemen Sampah

Pada saat bencana yang sering di jumpai kondisi sanitasi yang buruk,seperti: sering ditemukannya
puing-puing,sampah-sampah dan jenis limbah lainnya yang berserakan akibat bencana yang
ditimbulkan.hal tersebut akan menjadi masalah kesehatan apabila tidak mendapat manajemen sampah
yang baik dan tepat.

5. Pemeliharaan Drainase

Pada situasi bencana,salah satu masalah bidang sanitasi adalah pada drainase/saluran air yang rusak
atau tidk dipeatikan,hal ini bisa dilihat dari tercemarnya air permukaan dilokasi pengungsi yang
berasal dari limbah rumah tangga atau titik-titik distribusi air,kebocoran jamban,got,air hujan,air
banjir.. Drainase di perlukan pada kondisi bencana agar tidak menjadi perkembangbiakkan
nyamuk,lalat,dll, dan tidak menggangu pemandangan. Adapun cara pemeliharaan drainase
diantaranya:

- Periksa lubang saluran,bila ada kotoran yang tersangkut ,ambil dan buang ketempat sampah.

- Sesekali siram dengan air agar terjadi penyumbatan oleh tanah yang terbawa air.

6. Penyuluhan Kesehatan

Tujuan dari pennyuluhan adalah untuk mengajak masyarakat dan memberikan kesadaran akan
pentingnya kesehatan pribadi dan kesehatan lingkungan.
Tindakan-tindakan sanitasi yang berhubungan dengan bencana alam, berikut ini adalah tindakan saat
bencana dan pasca bencana :

a. Air bersih

1. Supply alat dan bahan pengelohan air sederhana.

2. Pengamanan penyelenggaraan supply air minum dari sumber hingga saat dikonsumsi.

3. Desinfeksi sumber air bersih

4. Pemeriksaan sarana distribusi dan penampungan dari kerusakan dan kemungkinan kontaminasi

5. Perbaikan kembali sarana prasarana

b. Sampah

1. Pengumpulan sampah

2. Supply kantong sampah

3. Pemilahan sampah dalam daur ulang

4. Pemanfaatan sampah dan lumpur dalam upaya memperbaiki lingkungan

c. Limbah

1. Supply sarana penampungan limbah dan tinja darurat

2. Pengembalian fungsi sarana pembuangan limbah dan tinja

d. Lingkungan fisik

1. Memfungsikan alat ventilasi dan pencahyaan serta ventilasi alam

2. Penyebaran informasi tentang cara membersihkan rumah dan kebersihan diri pasca banjir

e. Makanan minuman

1. Pengamanan proses penyelenggaraan makanan di tempat pengungsian

2. Penekanan kembali penyelenggaraan makanan yang sehat mengingat kondisi lingkungan yang
belum pulih

f. Vector dan binatang pengganggu

1. Membasmi vector yang ada

2. Mewaspadai terdapatnya dan peningkatan perindukan vector dan binatang pengganggu

3. Penghapusan serangga dewasa secara masal dan serempak


17. TINDAKAN PENCEGAHAN YANG DIPERLUKAN UNTUK MENJAMIN LINGKUNGAN.

Kemampuan daya dukung lingkungan hidup sangat terbatas baik secara kuantitas maupun kualitasnya
sehingga pemerintah dalam pengelolaan lingkungan hidup membuat aturan yang dituangkan dalam
UU No. 23 tahun 1997 pengertian lingkungan hidup yang tercantum dalam UU No. 4 tahun 1982 atau
No. 23 tahun 1997 adalah sebagai suatu kesatuan ruang yang terdiri dari benda, daya, keadaan,
makhluk hidup, termasuk didalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan
hidup dan kesejahteraan manusia dan makhluk hidup lainnya. Komponen lingkungan terdiri dari tiga
komponen utama yaitu fisik, biotis, dan sosekbudkesmas. Dalam pengelolaan lingkungan hidup, perlu
dilakukan berbagai upaya pengembangan yang berwawasan lingkungan dengan meningkatkan
dampak positif dan meminimalkan dampak negatif yang ditimbulkan.

Pengelolaan Lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup
yang meliputi kebijaksanaan seperti penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan dan
pengendalian lingkungan hidup (UU No. 23 tahun 1997 pasal 1 dan 2) upaya dalam melestarikan
lingkungan biasanya dikaitkan dengan upaya pencegahan atau penanggulangan dampak yabng
ditimbulkan oleh kegiatan pembangunan. Asas yang menjadi pedoman pelaksanaan adalah
pengelolaan lingkungan hidup untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan
(berkelanjutan) sehingga tercapai tujuan yang diharapkan dalam pengelolaan lingkungan hidup yang
menjamin terciptanya keselarasan hubungan antar manusia dan lingkungan hidup.

1) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

Merupakaan telaahan secara cermat dan mendalam tentang dampak penting dari suatu usaha atau
kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup (PPRI No. 27 tahun 1999 tentang AMDAL).
Penelaahan dampak penting dari aktivitas atau kegiatan pembangunan merupakan hal pokok yang
mendominasi kegiatan studi AMDAL. Dampak penting adalah perubahan lingkungan yang sangat
mendasar yang disebabkan oleh suatu usaha kegiatan (PP 51/1993 pasal 1 dan 9)

2) Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL)

Merupakan perangkat preventif dalam pencegahan dan penanggulangan dampak lingkungan yang
merupakan dokumen yang dibuat pada fase perencanaan suatu kegiatan pembangunan. Sebagai
kelengkapan dalam memperoleh perizinan. Penyelenggaraan pengelolaan lingkungan dengan
memanfaatkan perangkat sukarela dianggap sebagai gambaran kepeduliaan yang lebih tinggi dalam
upaya pengelolaan lingkungan, karena datangnya dari hati nurani yang memikirkan kerugiannya atau
dampak negatif. Masalah lingkungan telah mendapat perhatian yang luas di berbagai negara sejak
dasawarsa 1970-an hingga sekarang. Konferensi lingkungan hidup sedunias di Stockholm pada tahun
1972 menghasilkan keputusan yang sangat positif, penanganannya telah banyak dilakukan baik oleh
masing-masing-masing negara seluruh dunia, seperti rusaknya lapisan ozon, masalah perubahan iklim
global dll ini semua menunjukkan bahwa dalam melakukan pembangunan perlu dilakukan melalui
pendekatan ekologis.

3) Upaya Pemantauan Lingkungan (UPL)

Perubahan lingkungan yang disebabkan oleh pembangunan baik yang direncanakan maupun diluar
rencana, tidak akan menurunkan atau menghapus kemampuan lingkungan untuk mendukung
kehidupan kita pada tingkat kualitas hidup yang lebih tinggi

Untuk mencapai tujuan ini hasil AMDAL haruslah berupa rencana pengelolaan lingkungan, rencana
pengelolaan lingkungan tersebut terdiri dari dua bagian yaitu rencana penanganan dampak dan
pemantauan dampak.

Tujuan penanganan adalah untuk memperbesar dampak positif dan memperkecil dampak negatif. Hal-
hal yang harus diperhatikan dalam penanganan dampak adalah :

Penanganan dampak harus mencakup pertimbangan lingkungan rantai kehidupan ini kita runutkan
terus, tidak akan ada habisnya. Oleh karena itu, kita hanya berhenti sampai pada perkiraan dampak
penanganan dampak dengan memilih metode penanganan dampak yang diketahui dengan
kepercayaan tinggi.

Beberapa jenis dampak hanya memerlukan cara penanganan yang sederhana serta dampaknya
sangatlah kecil terhadap lingkungan sehingga dampak penanganan tersebut dapat diabaikan

• Penanganan dampak dimulai dari pemilihan alternatif proye

• Penanganan dampak memerlukan biaya

• Penanganan dampak mencakup penanganan dampak positif, pihak pemrakarsa sering tidak tertarik
untuk memanfaatkan dampak positif.

Ruang Lingkup Kesling

A. DEFINISI

—-Ada beberapa definisi dari kesehatan lingkungan :

Menurut WHO (World Health Organization), kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan
ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari
manusia.1
Menurut HAKLI (Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia) kesehatan lingkungan adalah
suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia
dan lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia.2

Di Indonesia, ruang lingkup kesehatan lingkungan diterangkan dalam Pasal 22 ayat (3) UU No 23
tahun 1992 ruang lingkup kesling ada 8, yaitu :3

 Penyehatan Air dan Udara


 Pengamanan Limbah padat/sampah
 Pengamanan Limbah cair
 Pengamanan limbah gas
 Pengamanan radiasi
 Pengamanan kebisingan
 Pengamanan vektor penyakit
 Penyehatan dan pengamanan lainnya, sepeti keadaan pasca bencana

Lingkungan sehat menurut Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009

Merupakan lingkungann yang bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan, antara
lain:

1. limbah cair;

2. limbah padat;

3. limbah gas;

4. sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah;

5. binatang pembawa penyakit;

6. zat kimia yang berbahaya;

7. kebisingan yang melebihi ambang batas;

8. radiasi sinar pengion dan non pengion;

9. air yang tercemar;

10. udara yang tercemar; dan makanan yang terkontaminasi.

Anda mungkin juga menyukai