Anda di halaman 1dari 17

AIK

(Alat Industri Kimia)


PUSTAKA
1. Brown, G.G.,” Unit Operations”, Mc. Graw-Hill, New York, 1986.
2. Foust.,A.S, “Principles of Unit Operations, 2ed, John.Wiley &
Sons, 1980.
3. Bernasconi., [ et al.], “ Chemiscche Technologie, teil 1,2” di
Indonesia kan oleh : Lienda Handojo, M :Teknologi Kimia 1,2,
Penerbit Pradnya Paramita, Jakarta , 1995.
4. Perry.,R.H.”Perry’s Chemical Engineets Handbook”, 7ed,
Mc.Graw-Hill, 1997.
Nilai : - Tugas : 30 %
- UTS : 35 %
- UAS : 35 %
Jurusan yang dasarnya Kimia
- Farmasi
- Kimia (F. Mipa)
- Teknik kimia
Teknik Kimia : Industri, PNS, konsultan, hotel, bank, pengusaha.
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang
setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk
mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah
bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk
jasa.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Indonesia
No.19/M/I/1986, industri dibedakan menjadi:
1. Industri kimia dasar: misalnya industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb
2. Industri mesin, dan logam dasar: misalnya industri pesawat terbang, kendaraan
bermotor, tekstil, dll
3. Industri kecil: industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng
curah, dll
4. Aneka industri: industri pakaian, industri makanan, dan minuman, dan lain-lain.

Tugas Sarjana T. Kimia di Industri


: Mengidentifikasi dan mengkoreksi mal funtions (ketidak beresan)
Ketidak beresan : Bahan baku, produk, unjuk kerja alat.
DAFTAR ISI

Daftar Isi ............................................................................................. ii

PENDAHULUAN ....................................................................... 1

BAB I ALAT PERTUKARAN PANAS (HEAT EXCHANGER) .................

BAB II EVAPORATOR

BAB III ALAT KRISTALISASI

BAB IV ALAT PENGERING (DRYER)

BAB V ALAT KONTAK GAS-CAIR

BAB VI ALAT EKSTRAKSI

BAB VII ALAT PEMISAH PADAT-CAIR

BAB VIII ALAT TRANSPORTASI ZAT PADAT

BAB IX ALAT PENGUMPUL DEBU

BAB X ALAT PEMECAH PENGGILING

BAB XI ALAT PENGAYAK


PENDAHULUAN

Bidang pekerjaan Teknik Kimia di berbagai industri, selain Industri Kimia dan
Perminyakan adalah Bioteknologi, Makanan dan Minuman, Cat vernis dan pewarna,
Obat dan farmasi, Lemak dan minyak, Pupuk dan kimia pertanian, Kapur dan semen,
Serat buatan Produk logam dan metalurgi, Pestisida dan herbisida, Plastik dan resin
sintetis, Material pejal, Konsultan, Pemerintahan dan lain-lain.
Mata kuliah Alat Industri Kimia adalah mata kuliah dasar yang harus dipahami
oleh ahli Teknik Kimia, karena mata kuliah ini mendasari mata kuliah-mata kuliah lain di
dalam Teknik Kimia seperti : Perpindahan Panas dan Massa , Operasi Teknik Kimia I,II,
dan III, Bejana dan Peralatan Perpindahan Panast, Proses Industri Kimia, Kinetika &
Reaktor, Teknologi Pengolahan Air, Teknologi Pengolahan Limbah, juga mendasari Kerja
Praktek dan penyusunan Tugas Akhir. Tujuan utama mempelajari mata kuliah ini adalah
supaya mahasiswa mengenal dan memahami peralatan yang digunakan pada Industri agar
mampu memahami mata kuliah keahlian pada Teknik Kimia.
Di dalam proses produksi, bahan baku mengalami perubahan fisika dan kimia
atau keduanya.Tempat dimana terjadinya reaksi kimia disebut reactor. Tetapi ada
beberapa industri yang tidak ada reaksi kimianya seperti : industri garam, penyulingan
minyak, pencairan gas alam dll. Di dalam Industri, peralatan yang perlu diketahui antara
lain : Alat Perpindahan panas, Evaporator, Alat kristalisasi, Alat Pengering, Alat kontak
gas-cair, Alat Ekstraksi, Alat Pemisah Padat – cair, Alat Transportasi zat padat, Alat
Pemecah dan Alat Pengayak.
Adanya variasi besaran-besaran tersebut dapat merubah satuan proses yang
bersangkutan, sehingga jalannya proses perlu diikuti dengan seksama dan dikendalikan.
Jika terjadi penyimpangan dari variable proses harus dilakukan pembetulan kembali.
Pembetulan variable proses yang menyimpang dapat dilakukan perorangan
(manual) atau secara otomatis. Untuk suatu pabrik yang modern, diagram aliran proses
beserta variabelnya dapat diamati atau suatu panel pengendali yang dilengkapi dengan
berbagai alat ukur atau tombol-tombol untuk mengatur variabel-variabel proses.
Perubahan suatu variable dapat langsung diamati dan dibetulkan dari ruang pengendali
proses tersebut.
BAB I

Alat Pemindah Panas (Heat Exchanger)


1.1.Fungsi;

Pemindah panas adalah alat yang dapat memindahkan panas dari satu
system ke system yang lain tanpa terjadi perpindahan massa dari dari sistim
satu ke sistim lainnya. Perpindahan panas ini berlangsung melalui suatu
dinding yang memisahkan kedua system yang bersangkutan.

Tujuan Perpindahan Panas

a .Memanaskan : - Menaikkan suhu

- Merubah fase ( Menguapkan, melarutkan, melelehkan)

- mempertahan Suhu proses (memberi panas proses

Yang membutuhkan- endhoterm)

b.Mendinginkan : - Menurunkan suhu

- Merubah fase ( Mengembunkan, membekukan,dsb))

- Mempertahan suhu proses (mengambil panas proses

yang menghasilkan panas – eksotherm)

1.2. Perhitungan Jumlah Panas

Jumlah panas yang diambil atau diberikan suatu system (Q) dihitung dengan
pers:

Q = m * (H1 – H2)) ………………………………….(1.1.)

m = jumlah massa

H = perubahan enthalpi (enthalpi akhir – enthalpi mula-mula H2 – H1)


Bila tidak ada data entalpi, dapat digunakan data kapasitas panas (Cp ) atau
panas laten (Lamda). Jika

- Tanpa perubahan fase :

Panas diberikan bahan : Q1 = -m1 * Cp1 * Δ T1

Panas diterima bahan : Q2 = m2 * Cp2 * Δ T2

- Bila ada perubahab fase, maka pada jumlah panas tersebut ditambahkan

Qf = m * λ

Dalam praktek perpindahan panas selalu terjadi panas yang hilang.


Sehingga hubungan panas yang diterima dan panas yang diberikan system
menjadi :

Jumlah panas yg diberikan = jmlh panas yg diterima + juml panas yg hilang

Untuk membuat panas yg hilang sekecil mungkin, alat tsb dilapisi bahan
penyekat panas (isolasi), yaitu bahan yg mempunyai daya hantar panas
(thermal conductivity) yang kecil.

Ada 3 cara Perpindahan Panas :

Radiasi (pancaran)

Panas dipancarkan dalam bentuk gelombang elektromagnetik. Perpindahan


seperti ini tidak memerlukan zat antara. (medium)

Q = σ . T4 ................................................ ............ ( 1.2)

Q = jumlah panas yang dipancarkan

T = suhu mutlak

σ = tetapan Stefan – Boltzman, = 4,92 kkal / (jam. m2.K4 )


Konduksi (hantaran), k

Panas dipindahan sebagai energi kinetik dari suatu molekul ke molekul


lainnya, tanpa molekul tsb berpindah tempat. Cara ini nyata sekali pada zat
padat.

Daya hantar panas konduksi (k) tiap zat berbeda-beda. Daya hyantar tinggi
disebut penghantar panas (konduktor panas ) dan yang rendah adalah
penyekat panas (isolator panas ).

Q = k * A * (T1-T2) / X .............................................. (1.3.)

A : luas bidang perpindahan panas


X : Panjang jalan perpindahan panas(tebal)
q ; panas yang dipindahkan

Konveksi (aliran / edaran), h


Panas dipindahkan oleh molekul-molekul yang bergerak (mengalir). Oleh
karena adanya dorongan bergerak. Disini kecepatan gerakan (aliran)
memegang peranan penting.

Konveksi hanya terjadi pada fluida

Q = h * A * (T2 – T1) .............................................. (1.4.)

h = koefisien perpindahan panas suatu lapisan fluida.


Q = panas yang dipindahkan
A = luas perpindahan panas

Dalam melaksanakan operasi perpindahan panas, perlu diperhitungkan :


- jumlah panas yang dipindahkan (q)
- perbedaan suhu (T)
- tahanan terhadap perpindahan panas (R).

Persamaan utama yg menghubungkan besaran – besaran diatas adalah :

q = A * (T2 – T1) / R = U * A * (T2 – T1) ....................... (1.5)

q = jumlah panas yang dipindahkan

R = tahanan terhadap perpindahan panas

U = 1/R = Koefisien perpindahan panas keseluruhan, gabungan antara


konduksi dan konveksi (k.W / m2. C )

Harga U atau R tergantung pada :

- Jenis zat (daya hantar)


- Kecepatan aliran
- Ada tidaknya kerak.
Zat A Panas

L 1. lapisan laminer A

T1 O 2. lapisan laminer B
Zat B Dingin

(k) T2
Gambar 1.1. Diagram Perbedaan Suhu Pada Logam

1 U dengan
1.3.2 Hubungan 2 k dan h

1/U = 1/ha + x/k + 1/hb .................................. (1.6.)

Atau
R = Ra + Rk + Rb .................................. (1.7.)

Adanya kotoran/endapan (kerak) akan memperbesar tahanan terhadap


perpindahan panas atau memperkecil U, shg pers (6) menjadi

1/U = R = Ra + Rk + Rb + Rf ............................... (1.8.)

Rf : tahanan karena fouling (kotoran)

1.4. Isolasi Panas


Mencegah kehilangan panas alat –alat, pipa-pipa steam/gas yang bersuhu
tinggi ke sekeliling yang suhunya lebih rendah, atau sebaliknya.

Untuk alat-alat dengan suhu rendah, isolasi mencegah masuknya panas


karena suhu sekitarnya yang lebih tinggi.Isolasi juga mencegah bahaya yang
dapat timbul bila orang menyentuh permukaan benda yang panas atau
dingin sekali.

Bahan Isolasi : - daya hantar panas rendah

- dapat menahan arus konveksi

- disesuaikan dengan suhu

Permukaan datar : makin tebal, makin sedikit panas yang hilang

1.5. Perbedaan Suhu Rata-rata

Dalam perpindahan panas perbedaan suhu mengendalikan laju


pemindahan panas. Suhu fluida dalam alat sering tidak tetap. Untuk
perhitungan digunakan perbedaan suhu rata-rata.
B,t2 B,t2

A,T2 A,T1 A,T2 A,T1

B,t1
B,t1

T1
T1 T2
T2 t1
T2
t2 t1

L L

Gambar 1.2 Gambar arah aliran dalam alat Penukar Panas.

(T2 – t2) – (T1 – t1)

∆T = ----------------------------- ............

......................... (1.9.)

Ln (T2 - t2) / (T1 - t1)

Perbedaan suhu ini disebut perbedaan suhu rata-rata logaritma (log


mean temperature diffrence) disingkat LMTD

Q = U * A *(Δ T) LMTD .......................................... (1.10.)


1.6. PERALATAN

Pemindahan panas dalam heat exchanger dilakukan dengan


mengkontakkan dua fluida melalui suatu bidang pemanas. Fluida pemanas
atau pendingin berada dalam suatu jaket, didalampipa atau diluar pipa.
Luas bidang pemanasharus cukup (sesuai persamaan perpindahan panas
dan kebutuhan panas ).

Difinisi :
Heat Exchanger (HE)
Alat untuk memanfaatkan panas suatu aliran fluida bagi pemanasan aliran
fluida lainnya.

Heater
Untuk memanaskan (menaikkan suhu) suatu fluida proses. Sebagai
pemanas digunakan steam atau fluida panas lain yang ada.

Cooler
Untuk pendinginan (menurunkan suhu) suatu fluida proses. Sebagai
pendingin digunakan air, udara, atau fluida lain yg perlu dipanaskan.

Condensor
Pendingin (cooler) untuk mengembunkan (mengambil) panas latennya.

Evaporator
Untuk menguapkan air dari larutan dan memperoleh larutan pekat.

Vaporazer
Untuk menguapkan cairan/pelarut yang bukan air.

Reboiler
Penyediankan panas untuk menguapkan sebagian cairan, misalnya untuk
distilasi, absorpsi, stripping.
1.6.1. Pemindah Panas Pipa Rangkap (double pipe Heat Exchanger)

Terdiri dari dua pipa yang konsentris, penghubung T dan membalik arah
(return bend). Pipa bagian dalam ditumpuk dengan ”packing gland” pada
pipa luar. Satu fluida mengalir dalam ’Anulus” (ruang antar kedua pipa).
Aliran kedua fluida dapat dibuat searah (Co-Current) atau berlawanan arah
(Counter-Current).

T disambungkan pada pipa luar untuk pengeluaran atau pemasukan


cairan ”anulus”. Pembalik arah menghubungkan dua pipa dalam dan tidak
menyumbangkan luas bidang perpindahan panas.

Alat ini mudah dibuat dari bahan-bahan (pipa, fitting) standar. Ukuran
panjang efektif biasanya 12,15 atau 20 feet. Tipe ”Hairpin” (bentuk

U) mempunyai panjang 40 feet unsur luas/panjang yang lebih besar dapat


dibuat sejumlah ”Hairpin” secara seri. Dalam hal ini seringkali pipa dalam
menyentuh pipa luar dan mengganggu aliran dalam ”anulus”.

Kekurangan alat ini adalah kecil bidang perpindahan panas. Bila


dipasang jumlah ”Hairpin” yang banyak, memakan tempat yang luas. Alat
ini penting dan baik digunakan bila luas bidang perpindahan panas yang
diperlukan tidak begitu besar (mis < 200 feet2)

1.6.2. Pemindah Panas Tipe Pelat


(Plat tipe heat exchanger)

Terdiri dari sejumlah pelat tipis yang dipasang pada suatu


rangka dan ditekan rapat satu sama lain. Antara pelat satu dengan
pelat lain terdapat sela-sela sempit pada mana cairan yang akan
bertukar panas mengalir secara berselang-seling. Pada sudut pelat-
sudut pelat terdapat lubang yang apabila pelat-pelat tersusun rapat
akan membentuk saluran tempat masuk dan keluar cairan-cairan.
Sekeliling lubang dan tepi pelat terdapat alur pada mana
ditempatkan ”gasket’ sehingga rongga antar pelat dapat tertutup
rapat.
Dengan demikian cairan yang mengalir dalam sela-sela pelat
tidak bocor keluar dan hanya keluar/masuk melalui saluran yang
disediakan. Pelat-pelat sendiri diberi alur-alur sehingga aliran bersifat
turbulen. Hal ini akan memberikan koefisien perpindahan panas yang
besar dan mengurangi kecepatan pengendapan kotoran (fouling)
pada pelat.

Alu-alur pada pelat juga memperkuat pelat agar tidak merapat


satu sama lain akibat beda tekanan yang agak besar antar kedua
cairan yang ditangani. Koefisien perpindahan panas yang besar
memungkinkan alat ini dioperasikan dengan beda suhu yang kecil.
Jumlah pelat dapat disusun banyak sekali(ratusan) sehingga dapat
diperoleh bidang perpindahan panas yang luas sekali pada alat yang
relatif kecil volumenya. Adanya alur juga membuat luas bidang
perpindahan panas lebih besar dari luas yang diproyeksikannya
(misal dari 1 ft2 menjadi 1,35 ft2)

”Gasket” yang disemenkan atau dipasang sekeliling tepi dan


lubang umumnya dibuat atas dasar karet. Jenis ”Gasket”
menentukan kemampuan operasi pada suhu agak tinggi. ”Gasket”
dari serat asbes

yang dipress, alat ini dapat dioperasikan sampai suhu 250 C dan
tekanan 8 atm. Agar ”Gasket” tidak melekat, diberi bahan kimia
khusus. Pelat dibuat dari berbagai bahan yang cukup liat (ductile)
dengan penekanan (pressing) misalnya tembaga, aluminium,
titanium, stainless steel dsb.
1.6.3. Pemindah panas tipe shell dan Tube
(Shell and tube Heat Exchanger)

Jenis yang paling banyak dipakai diindustri, terdiri dari sebuah tabung
besar(shell) dengan sejumlah pipa-pipa kecil (tubes) didalamnya. Pipa-pipa
ini terpasang pada tube- sheet (plate) dengan cara di roll.

Tipe-tipe yang dikenal dari jenis heat exchanger ini adalah :


1. Fixed tube sheet
2. Floating tube sheet
3. Tipe pipa U
4. Tipe fixed tube sheet dengan sambungan (bagian) ekspansi pada
shellnya.
Dengan heat exchanger jenis ini dapat diperoleh luas bidang perpindahan
panas yang besar dengan volume alat yang relative lebih kecil. Untuk pipa
bisa dibuat dari berbagai jenis bahan kontruksi, disesuaikan dengan alat
sifat korosif fluida yang ditangani. Heat exchanger ini dapat digunakan
untuk pemanasan/penguapan dan pendinginan atau kondensasi segala
macam fluida.
Tubes
Pipa yang digunakan dalam heat exchanger bukanlah pipa – pipa biasa,
tetapi pipa-pipa yang khusus dibuat untuk heat exchanger, dibuat dari
berbagai material. Umumnya digunakan pipa berukutran diameter luar ¾
inch atau 1 inch. Tetapi tersedia juga pipa-pipa dengan dengan diameter
luar1/4; 1,75; 1,50 inch. Tebal pipa dinyatakan dengan kode BWG
(Birmingham Wire Gauge). Makin besar bilangan BWG, makin tipis pipanya.
Misalnaya : untuk pipa 1 inch
BWG 8 mempunyai tebal 0,165 inch

BWG 10 mempunyai tebal 0,134 inch

BWG 16 mempunyai tebal 0,065 inch

Tersedia BWG mulai dari 8 sampai 18.


Tube terpasang pada tube – sheet dengan pitch 1,25 DO (diameter luar).
Formasi pipa dapat membentuk segitiga atau bujur sangkar.

Shell
Biasanya digunakan baja karbon untuk ukuran kecil dapat digunakan pada
standar baja karbon. Untuk ukuranbesardibuat dari pelat yang di roll atau
di- las. Untuk heat exchanger yang tidak beroperasi pada tekanan tinggi
biasa digunakan :
Tebal 3/8 in untuk diameter 13 in
Tebal 7/8 in untuk diameter 31 in
Sering diberi kelebihan 1/8 in untuk kemungkinan korosi.
Baffle
Dipasang dengan tujuan untuk mengarahkan aliran didalam shell, sehingga
seluruh bagian terkena aliran. Adanya baffle juga memperbesar dan
membuat turbulen aliran sehingga didapatkan koefisien perpindahan panas
yang besar. Luas baffle lebih kurang 75% penampang shell. Spasi antar
baffle tidak lebih dekat dari 1/5 diameter shell, bila terlalu dekat alan
didapat kehilangan tekanan yang besar.
1.7. Aliran Multi Pass
Alir fluida dalam tube sering dibuat beberapa kali melewati shell. Dengan
cara ini penampang aliran dalam tube menjadi lebih kecil dan laju linier
menjadi besar, sehingga diperoleh koefisien perpindahan panas besar.

1.8. Aspek Operasi dan Pemeliharaan


Salah satu masalah utama dalam pemeliharaan HE adalah
pengendapan kotoran (fouling) pada permukaan bidang perpindahan
panas. Hal ini menyebabkan peningkatan tahanan panas ( koef perpindahan
panas mengecil). Fouling juga menambahntahanan terhadap aliran fluida.
Bertambahnya tambahan memperbesar beda suhu rata-rata(LMTD)

Endapan yang membentuk kerak pada suatu tempat dapat


mengakibatkan pemanasan (meningkatkan suhu) yang berlebihan pada
suatu tempat dan dapat merusak pipa/tube (over heating).
Biasanya ”shelland tube heat exchanger” dirancangdengan luas
bidang pemanas yang berlebihan dari seharusnya sehingga penurunan
koefisien perpindahan panas tidak langsung mengakibatkan penyimpangan
besar kinerja(performance) heat exchanger tersebut.

Bila fouling telah melewati harga tertentu ( kerak semakin tebal),


kemampuan pelat/pipa sudah tidak lagi sebagaimana disyaratkan. Sebelum
hal ini terjadi , alat harus segera dihentikan untuk dibersihkan keraknya.

Kinerja (kemampuan kerja) heat exchanger dapat dievaluasi dengan


membuat neraca panas. Untukm itu dikumpulkan data. Untuk
memudahkan penetapan kapan penghentian harus dilakukan, dapat
dilakukan pengamatan perubahan LMTD dan kehilangan tekanan pada tube
(lihat grafik Δ P atau Δ T LMTD terhadap waktu. HE

Bila P dan / atau LMTD telah mencapai suatu harga tertentu, berarti
fouling sudah cukup banyak dan harus dihentikan untuk dibersihkan.

Tiap heat exchanger punya harga batasnya sendiri-sendiri yangb berlainan


dan perlu diamati untuk menetapkan jadwal pemvbersihan, operasi yang
tepat (sesuai petunjuk yang diberikan) akan memperpanjang selang waktu
pembersihan dan umur heat exchanger.

Saat yang paling menentukan justru pada saat ”start Up” dan ”shut
down”, pada saat ini bisa terjadi kejutan panas (perubahan panas tiba-tiba)
dan hantaran hidrolik yang dapat menimbulkan tegangan berlebihan dan
tidak seimbang yang dapat merusak sambungan-sambungan, pipa, packing
dan atau timbul kebocoran.

Laju alir dalam sehell yang terlalu besar (berlebihan dari seharusnya)
dapat menimbulkan vibnrasi (getaran) yang sangat membahayakan.

Anda mungkin juga menyukai